Anda di halaman 1dari 18

Pernikahan Menurut

UU Perkawinan
Indonesia
“UU No. 1 Tahun
1974”
Kelompok 2
1. Della Amelia
2. Dicky Laksono
3. Dimas Juni Ardiansyah
4. Elan Rasyid Nasrullah
5. Farhana Talida Kamila
6. Helena Nurul Suci
7. Kania Pradiva Maharani
8. Kelvin Rahyan Al-Karim
9. Kemal Malik Pasha
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 pasal 1

"Perkawinan merupakan ikatan lahir dan batin antara seorang


wanita dengan seorang pria sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa."
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 pasal 2
ayat 1

"Perkawinan adalah sah apabila dilakukan


menurut hukum masing-masing agama dan
kepercayaannya."
Rukun Perkawinan

Pihak-pihak yang
melaksanakan akad nikah
01 yaitu mempelai wanita dan 03 Adanya wali dari calon istri.
pria

Adanya akad (sighat) yaitu perkataan


02 dari pihak wali perempuan atau
wakilnya (ijab) dan diterima oleh pihak
04 Adanya dua orang saksi

laki-laki atau wakilnya (kabul).


Syarat Pernikahan Berdasar Undang-Undang
Berdasarkan Pasal 6 UU No. 1/1974 tentang perkawinan, syarat melangsungkan perkawinan adalah hal-
hal yang harus dipenuhi jika akan melangsungkan sebuah perkawinan.

Ada persetujuan dari kedua


3
1 belah pihak.

Bila orang tua telah meninggal


Untuk yang belum berumur 21 tahun, harus dunia atau tidak mampu
mendapat izin dari kedua orang tua. Atau jika menyatakan kehendaknya, maka
salah seorang dari kedua orang tua telah izin diperoleh dari wali, orang
2 meninggal atau tidak mampu menyatakan yang memelihara atau keluarga
kehendaknya, maka izin dapat diperoleh dari yang mempunyai hubungan
orang tua yang masih hidup atau orang tua yang darah dalam garis keturunan
mampu menyatakan kehendaknya. lurus ke atas.
Undang-Undang Nomor 1
pasal 2 ayat 2 tahun 1974

"Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan


perundang-undangan yang berlaku."
Pasal 7 ayat 1 Pasal 7 ayat 2

Perkawinan dapat disahkan dengan


Perkawinan hanya diizinkan bila
meminta dispensasi kepada
pihak pria mencapai usia 19 tahun
pengadilan atau pejabat lain yang
dan pihak wanita telah mencapai
diminta oleh kedua orang tua pihak
usia 16 tahun.
pria atau pihak wanita.
 Pasal 22 UU No. 1 tahun 1974

“Pembatalan perkawinan dapat dilakukan, bila


para pihak tidak memenuhi syarat melangsungkan
perkawinan.”
Pihak-Pihak Yang Dapat Mengajukan
Permohonan Pembatalan Perkawinan
Berdasarkan Pasal 23 UU No. 1 tahun 1974

1. 2.
Para keluarga dalam garis keturunan
Suami atau istri
lurus ke atas dari suami atau istri

3. 4.

Pejabat yang berwenang hanya Pejabat pengadilan.


selama perkawinan belum
diputuskan
Alasan Pembatalan Perkawinan

● Perkawinan dilangsungkan di bawah ancaman yang melanggar hukum yang terdapat pada Pasal
27 UU No. 1/1974.
● Salah satu pihak memalsukan identitas dirinya (pasal 27 UU No. 1/1974). Identitas palsu
misalnya tentang status, usia atau agama.
● Suami/istri yang masih mempunyai ikatan perkawinan melakukan perkawinan tanpa seizin dan
sepengetahuan pihak lainnya (pasal 24 UU No. 01 tahun 1974).
● Perkawinan yang tidak sesuai dengan syarat-syarat perkawinan (pasal 22 UU Perkawinan).
Pemberlakuan Pembatalan
Perkawinan
p a s a l 2 8 U U N o . 1 Ta h u n 1 9 7 4

Batalnya perkawinan dimulai setelah keputusan pengadilan mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan
berlaku sejak saat berlangsungnya perkawinan. Keputusan Pembatalan perkawinan tidak berlaku surut
terhadap anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut. Artinya, anak-anak dari perkawinan yang
dibatalkan, tetap merupakan anak yang sah dari suami Anda. Dan berhak atas pemeliharaan dan pembiayaan
serta waris.
Talak dan Rujuk Dalam Hukum Islam

TALAK RUJUK

Melepas adanya tali perkawinan


antara suami-istri dengan Kembali ke dalam hubungan
menggunakan kata khusus yaitu kata perkawinan dari cerai yang bukan
talak atau semacamnya sehingga istri ba’in, selama dalam masa iddah.
tidak halal baginya setelah ditalak.
Hukum Talak

Makruh, ketika suami menjatuhkan Sunah, ketika dijatuhkan oleh suami


01 talak tanpa ada hajat (kebutuhan) yang
menuntut terjadinya perceraian.
04 demi kemaslahatan istrinya serta
mencegah kemudaratan jika tetap
bersama dengan dirinya.

Wajib, bagi suami yang meng-ila’


Haram, ketika suami menjatuhkan talak istrinya (bersumpah tidak akan
02 dalam keadaan yang dilarang dalam
agama kita.
05 menggauli istrinya) setelah masa
penangguhannya selama empat bulan
telah habis.

Mubah, ketika suami berhajat atau


03 mempunyai alasan untuk menalak
istrinya.
Macam-Macam Talak
segi boleh tidaknya suami rujuk segi pengungkapan
kembali
• Talak Sarih
• Talak Kinayah
• Talak Raj’i • Talak dengan Ucapan
• Talak Ba’in • Talak dengan Tulisan
• Talak dengan Isyarat
• Talak Munjaz
• Talak Mu’allaq
Hukum Rujuk
Wajib, apabila Suami yang
menceraikan salah seorang istrinya dan Makruh, apabila perceraian itu
01 dia belum menyempurnakan
pembagian waktunya terhadap istri
04 lebih baik diteruskan daripada
rujuk.
yang diceraikan itu.

Haram, apabila rujuk itu menjadi sebab


Sunah, sekiranya mendatangkan
02 mendatangkan kemudaratan kepada istri
tersebut.
05 kebaikan.

03 Jaiz (boleh), ini adalah hukum


rujuk yang asli
Peraturan Tentang Talak dan
Rujuk

Pasal 14 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan (“PP 9/1975”) mengatakan bahwa seorang suami yang telah melangsungkan perkawinan
menurut agama Islam, yang akan menceraikan isterinya, mengajukan surat kepada Pengadilan di
tempat tinggalnya, yang berisi pemberitahuan bahwa ia bermaksud menceraikan isterinya disertai
dengan alasan-alasannya serta meminta kepada Pengadilan agar diadakan sidang untuk keperluan itu.
 Atas perhatiannya, terima kasih!

Anda mungkin juga menyukai