Anda di halaman 1dari 10

GUGURNYA HAK MENUNTUT DAN

GUGURNYA HUKUMAN

Kelompok 8
Gugurnya Hak
Menuntut
Pada dasarnya semua pelaku (dalam arti luas) dari suatu
tindak pidana harus dituntut di muka sidang pengadilan
pidana. Akan tetapi baik secara umum ataupun secara khusus
undang-undang menentukan peniadaan dan/atau
penghapusan penuntutan dalam hal-hal tertentu. Berbicara
mengenai peniadaan penuntutan, ternyata ada juga yang
diatur secara khusus di luar Bab VIII Buku I KUHP.

Alasan gugurnya hak menuntut baik dalam KUHP maupun


di luar KUHP sebagai berikut :
1) Ne bis in idem (Pasal 76
KUHP) Arti sebenarnya dari ne bis in idem ialah “tidak atau jangan untuk kedua kalinya”.
Istilah ini tidak ada terjemahan bukunya dalam literatur hukum Indonesia, hanya
didefinisikan saja. Adapun istilah lainnya yang juga digunakan adalah nemo debet bis
vexari (tidak seorangpun atas perbuatannya dapat diganggu/ dibahayakan untuk kedua
kalinya).
Adapun syarat-syarat agar penuntutan terhadap seseorang gugur berdasarkan ne bis in
idem adalah :

a. Ada putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap

b. Orang yang akan diajukan atas perkara tersebut adalah sama

c. Perbuatan yang akan dituntut kedua kalinya adalah sama dengan perbuatan yang
telah diputus terdahulu.
2) Matinya terdakwa (Pasal 77
KUHP)
Bila seorang terdakwa meninggal dunia sebelum ada putusan pengadilan yang
mempunyai kekuatan hukum tetap, menurut Pasal 77 KUHP hak untuk melakukan
penuntutan hapus.

3) Daluarsa Hak Penuntutan (Pasal 78


KUHP)
Tenggang waktu daluarsa penuntutan diatur dalam Pasal 78 (1) KUHP, yaitu:

a. Pelanggaran dan kejahatan percetakan daluarsanya sesudah 1 tahun.

b. Kejahatan yang diancam pidana denda, kurungan atau penjara maksimal 3 tahun daluarsanya
sesudah 6 tahun.

c. Kejahatan yang diancam pidana penjara lebih dari 3 tahun daluarsanya sesudah 12 tahun.
4) Pembayaran denda maksimum terhadap
pelanggaran yang diancam pidana denda (Pasal 82
KUHP)Konsep yang dikenal berdasarkan asas ius puniendi, membuat
pemikiran tentang sistem penyelesaian perkara pidana hanya dapat
dilakukan melalui lembaga peradilan. Konsep ini pada akhirnya
berimbas pada permasalahan di lembaga pengadilan, bahwa
terjadinya penumpukan perkara dan kinerja hakim-hakim
dipertanyakan, karena semua perkara pidana dari yang ringan
hingga yang berat harus ditangani oleh mereka.
5) Abolisi dan Amnesti (diluar KUHP)
Amnesti adalah pernyataan terhadap seseorang/orang banyak yang
terlibat dalam suatu tindak pidana untuk meniadakan suatu akibat
hukum pidana yang timbul dari tindak pidana tersebut. Amnesti
diberikan kepada orang-orang yang sudah ataupun yang belum
dijatuhi hukuman, yang sudah ataupun yang belum diadakan
pengusutan atau pemeriksaan terhadap tindak pidana tersebut.
Gugurnya
Hukuman
Gugurnya hukuman ditinjau dari sudut penuntut umum berarti
gugurnya hak (kewenangan) penuntut umum selaku eksekutor untuk
memerintahkan terpidana menjalani pidananya.

Aturan tentang gugurnya hak pelaksanaan pidana (gugurnya


hukuman), diilhami oleh pikiran yang sama seperti gugurnya hak
penuntutan. Pengejaran hukum terhadap seseorang yang melakukan
perbuatan terlarang, pada suatu ketika harus dihentikan karena beberapa
alasan.

Gugurnya hukuman dapat terjadi dalam hal sebagai berikut :


a. Meninggalnya terpidana b. Daluarsa menjalankan
(Pasal 83 KUHP) pidana (Pasal 84 KUHP)

Memang dapat dimengerti bahwa Menurut Pasal 84 ayat (2) KUHP tenggang
seseorang yang telah dijatuhi pidana oleh waktu daluarsa menjalankan pidana itu
lamanya :
pengadilan, sebelum menjalani pidana
terpidana meninggal dunia, maka dengan
a. Untuk pelanggaran daluarsanya 2 tahun
sendirinya kewajiban untuk menjalani pidana
itu menjadi gugur. Pasal 83 KUHP berbunyi: b. Untuk kejahatan percetakan daluarsanya 5
“kewenangan menjalankan pidana dihapus tahun
jika terpidana meninggal dunia.”
c. Untuk kejatan lainnya daluarsanya sama
dengan daluarsa penuntutan ditambah
sepertiga
c. Amnesti dan Grasi

Menurut Ali Yuswandi, amnesti adalah suatu pengampunan dari


Presiden yang dapat menghapuskan semua akibat hukum pidana bagi
orang-orang yang telah melakukan suatu tindak pidana. Amnesti dapat
diberikan kepada orang-orang yang telah melakukan tindak pidana dengan
tidak terikat oleh waktu kapan amnesti diberikan. Jadi amnesti dapat
diberikan sesudah maupun sebelum ada keputusan pengadilan.
Sedangkan Grasi adalah pengampunan berupa perubahan,
peringanan, pengurangan atau penghapusan pelaksanaan pidana kepada
terpidana yang diberikan oleh Presiden.
Ada yang ingin ditanyakan?

Anda mungkin juga menyukai