Anda di halaman 1dari 2

Nama : Fadlykah Nur Aini

Kelas :A.70 Reguler Pagi S1


NPM :1907350131
Matkul :Hukum Pidana

Hapus atau gugurnya hak menuntut:


1. Tidak adanya pengaduan pada delik-delik aduan (pasal 72-75 KUHP).
Kewenangan melakukan penuntutan pada prinsipnya tidak berhubungan
dengan kehendak perorangan kecuali dalam beberapa delik tertentu
diantaranya perzinahan (pasal 284), persetubuhan terhadap anak dibawah
umur (pasal 287-288), unutk melarikan wanita (pasal 332), pencemara nama
baik (Pasal 319) dan lain-lain.

2. Ni Bis In Idem (pasal 76)


Arti sebenarnya dari neb is in idem ialah “tidak atau jangan dua kali yang
sama”. Sering juga digunakan istilah “nemodebet bis vexari” (tidak
seorangpun atas perbuataannya dapat diganggu/dibahayakan untuk kedua
kalinya) yang dalam literature Angka saxon diterjemahkan menjadi “No one
could be put twice in jeopardy for the same offerice”.

Dasar pikiran atau ratio dari azaz ini ialah:


a. Untuk menjaga martabat pengadilan (untuk tidak memerosotkan
kewibawaan Negara).
b. Untuk rasa kepastian bagi terdakwa yang telah mendapat keputusan.

Penuntutan terhadap seseorang dapat hapus berdasarkan neb is in idem,


apabila memenuhi syarat-syarat:
a. Ada putusan yang berkekuatan hukum tetap.
b. Orang terhadap siap putusan itu dijatuhkan adalah sama.
c. Perbuatan (yang dituntut kedua kali) adalah sama dengan yang pernah
diputus terdahulu itu.

3. Matinya terdakwa (pasal 77)


Hal ini wajar karena KUHP berpendirian bahwa yang dapat menjadi subyek
hukum hanyalah orang dan pertanggungan jawab bersifat pribadi.

4. Daluwarsa/Verjaring (pasal 78)


Tenggang waktu daluwarsa ditetapkan dalam pasal 78 (1), yaitu:
a. Untuk semua pelanggaran dan kejahatan percetakan : sesudah 1 tahun.
b. Untuk kejahatan yang diancam denda, kurungan atau penjara maksimum
3 tahun : daluwarsanya sesudah 6 tahun.
c. Untuk kejahatan yang diancam pidana penjara lebih dari 3 tahun
daluwarsanya sesudah 6 tahun.
d. Untuk kejahatan yang diancam pidana mati atau seumur hidup :
daluwarsanya sesudah 18 tahun.

5. Telah ada pembayaran denda maksimum kepada penjabat tertentu untuk


pelangaran yang hanya diancam dengan denda saja (pasal 82 KUHP).
Ketentuann pembayaran denda maksimum untuk pelanggaran hukum (pasal
82) ini dikenal juga sebagai lembaga hukum “afkoop” (penebusan) atau juga
sering disebut “schikking” (perdamaian).

6. Amnesti dan Abolisi


Amnesti dapat didefinisikan sebagai pernyataan umum (yang diterbitkan
dalam suatu aturan perundang-undangan) yang memuat pencabutan semua
akibat pemidanaan dari suatu delik tertentu atau satu kelompok delik tertentu,
demi kepentingan semua terpidana maupun bukan, terdakwa maupun bukan,
mereka yang identitasnya diketahui ataupun tidak namun bersalah melakukan
tindakan tersebut.
Abolisi merupakan hak prerogative presiden yang ditetapkan dalam Uud 1945
sebelum perubahan. Abolisi mengandung pengertian pengahapusan yang
diberikan kepada perseorangan yang mencakup penghapusan seluruh akibat
penghukuman seluruh akibat penjatuhan putusan, termasuk putusan itu
sendiri.

Anda mungkin juga menyukai