PERTEMUAN KE 15
DELIK RESIDIVIST
A. TUJUAN PEMBELAJARAN.
Setelah Pertemuan ke-15 RESIDIVIS ini usai maka kemampuan yang diharapkan
ada pada diri Mahasiswa/i yang mempelajari Hukum Pidana, adalah :
1. Dapat menganalisa Keberadaan dan Penerapan Sistim Residivis Dalam KUHP.
2. Dapat Menganalisis Ragam Jenis Residivis Dalam Lingkup Kasus dan Lingkup
Hukum PIdana.
3. Dapat Memahami dan Memiliki Analisa Kuat Berkaitan Dengan Lingkup Residivis
yang berada diluar KUHP
B. URAIAN MATERI
1. PENDAHULUAN DELIK RESIDIVE.
Recidive atau pengulangan tindak pidana yaitu seseorang melakukan tindak
pidanadan telah dijatuhi pidana dengan suatu putusan hakim yang tetap ( in kracht
van gewijsde) kemudian melakukan suatu tindak pidana lagi. 1 sehingga dalam hal
ini Recidive atau pengulangan terjadi apabila seseorang yang melakukan suatu
tindak pidana dan telah dijatuhi pidana dengan putusan hakim yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap atau “inkracht van gewijsde”, kemudian
melakukan tindak pidana lagi.2 beberapa pakar pun memberikan pendapat berkaitan
dengan konteks residive ini, yakni :
a. I Made Widnyana Mengatakan bahwa reeidive itu terjadi apabila seseorang telah
melakukan perbuatan pidana dan terhadap perbuatan pidana tersebut telah
dijatuhi dengan putusan hakim. Pidana tersebut telah dijalankan akan tetapi
setelah ia selesai menjalani pidana dan dikembalikan kepada masyarakat, dalam
jangka waktu tertentu setelah pembebasan tersebut ia kembali melakukan
perbuatan pidana.
b. Zainal Abidin Farid A. Zainal Abidin Farid tampaknya sama dengan pendapat
Barda Nawawi Arief dan I Made Widnyana tentang recidive. A. Zainal Abidin
Faridm menyatakan bahwa recidive atau pengulangan kejahatan tertentu terjadi
bilamana oleh orang yang sama mewujudkan lagi suatu delik, yang diantara oleh
putusan pengadilan negeri yang telah memidana pembuat delik.
1
Tien S. Hulukati, Hukum Pidana, Bandung, 2014, hlm. 200
2
Eva Achjani Zulfa, Hukum Pidana Materil & Formil : Perbarengan Tindak Pidana (Concursus)
dan Pengulangan Tindak Pidana (Residive), USAID-The Asia Foundation Kemitraan Partnersip, Jakarta,
2015, hlm 547
3
Eva Achjani Zulfa, Op.Cit, hlm 550
4
Eva Achjani Zulfa, Ibid, hlm 551
Penggantian UU No. 3 Tahun 1965 dengan UU No. 14 Tahun 1992, aturan recidive
dalam UU lalulintas dan angkutan jalan yang baru ini terdapat dalam pasal 69.
Dalam peraturan peraturan tersebut juga dianut sistem recidive khusus, tenggang
waktu pengulangan ada yang 1 sampai 2 tahun, sedangkan pemberatan pidananya
ada yang ditambah separuh, sepertiga dan ada yang dilipat gandakan.
4. RINGKASAN
Recidive atau pengulangan tindak pidana yaitu seseorang melakukan tindak
pidanadan telah dijatuhi pidana dengan suatu putusan hakim yang tetap ( in kracht
van gewijsde) kemudian melakukan suatu tindak pidana lagi. Recidive atau
pengulangan terjadi apabila seseorang yang melakukan suatu tindak pidana dan
telah dijatuhi pidana dengan putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap atau “inkracht van gewijsde”.
Recidive Sejenis Kejahatan yang diulang harus sama/sejenis, Antara
kejahatan yang terdahulu dengan kejahatan yang diulangi harus telah ada putusan
hakim yang telah berkekuatan hukum tetap, Pelaku melakukan kejahatan pada
waktu menjalankan pencaharian, kecuali Pasal 216, 303 bis dan 393, Pengulangan
tindak pidana dalam tenggang waktu tertentu, 2 tahun sejak adanya putusan hakim
yang tetap (Pasal 137, 144, 208, 216, 303 bis, dan 321). 5 tahun sejak adanya
putusan hakim yang tetap (Pasal 155, 157, 161, 163, dan 393). recidive terhadap
pelanggaran- pelanggaran tertentu saja yang disebut dalam Buku III. Terdapat 14
jenis pelanggaran di dalam Buku III KUHP yang apabila diulangi dapat merupakan
alasan untuk adanya pemberatan pidana.
C. UJI PEMAHAMAN.
Dari penjelasan-penjalasan yang telah disebutkan diatas maka, terdapat bebrapa
hal yang harus di pecahkan oleh mahasiswa/I yakni :
1. Buatlah Contoh kasus yang menggambarkan berkaitan dengan Recidive Terhadap
Kejahatan-Kejahatan Tertentu yang Sejenis?
2. Jabarkan makna esensi yang di maksud dalam Recidive Terhadap Kejahatan-
Kejahatan Tertentu yang Termasuk dalam Kelompok Jenis?
3. Buatlah Contoh kasus yang menggambarkan berkaitan dengan Recidive
Pelanggaran?
D. REFRENSI.
Tien S. Hulukati, Hukum Pidana, Bandung, 2014.
Eva Achjani Zulfa, Hukum Pidana Materil & Formil : Perbarengan Tindak Pidana
(Concursus) dan Pengulangan Tindak Pidana (Residive), USAID-The Asia
Foundation Kemitraan Partnersip, Jakarta, 2015