Anda di halaman 1dari 9

RANGKUMAN TENTANG DALUWARSA BERDASARKAN

HUKUM PERDATA DAN HUKUM OIDANA BESERTA

OVERMACT DAN NOODWEAR

DOSEN PENGAMPU

FAJRIAN NOOR ANUGRAH, S.H,. M.H.

DISUSUN OLEH

ELYANA RAMADHANIYATI

222.02.10169

PROGRAM STUDI S1 ILMU HUKUM

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM SULTAN ADAM

BANJARMASIN

TAHUN 2022
 Daluwarsa berdasarkan hukum pidana dan perdata

DALUWARSA DALAM HUKUM PIDANA

Pengertian Daluwarsa Dalam Hukum Pidana


Daluwarsa berarti kewenangan penegak hukum memproses hukum suatu dugaan
tindak pidana menjadi hilang, karena lewatnya tenggang waktu tertentu.
Latar belakang timbulnya Daluwarsa Pasal daluwarsa
Muncul karena banyaknya kasus hukum yang tak terselesaikan oleh
pengadilan, sehingga Negara memutuskan untuk menerbitkan pasal
daluwarsa agar kasus-kasus hukum tidak menumpuk, karena semakin lama
kasus-kasus hukum semakin berkembang dan semakin kompleks. Kompleksitas
dalam hal ini sangatlah banyak penyebabnya, diantaranya, aparat susah
menangkap pelaku kejahatan, kasus hukumnya sama-sama kuat atau sama-sama
lemah, karena lewat waktu batas hukumnya dan masih banyak contoh lainnya yang
menyebabkan suatu kasus hukum menjadi daluwarsa.
Pasal 79 KUHP menentukan bahwa secara umum tenggang daluwarsa tersebut
dihitung pada hari sesudah dilakukannya perbuatan, kecuali dalam tiga hal :
1. Mengenai kejahatan dalam Pasal-pasal 328, 329, 330, dan 333 KUHP,
dimulainya adalah pada hari sesudah orang yang langsung terkena
kejahatan (korban) dibebaskan atau meninggal dunia (Menculik orang,
membawa orang ke tempat kerja lain, mencabut orang di bawah umur dari
kekuasaan yang sah, memaksa orang).
2. Mengenai pemalsuan atau perusakan mata uang, adalah pada hari
sesudah barang yang dipalsukan atau mata uang yang dirusak digunakan.
3. Mengenai pelanggaran dalam pasal 556 sampai dengan pasal 558a
KUHP, adalah dimulai pada hari sesudah daftar-daftar yang memuat
pelanggaranpelanggaran itu telah disampaikan atau diserahkan pada
Panitera Pengadilan yang bersangkutan (tindak-tindak pidana yang
dalam jabatannya dilakukan oleh pegawai catatan sipil, mengenai
daftar daftar atau register-register).
Daluwarsa mengajukan pengaduan ke kantor polisi adalah :
1. Tindak pidana umum (Pasal 74 KUHP). Enam (6) bulan setelah yang
berhak mengadu mengetahui perbuatan yang dilakukan itu, bila ia
berada di Indonesia
2. Sembilan (9) bulan setelah yang berhak mengadu mengetahui perbuatan itu
dilakukan, bila ia berada di luar negeri
3. Perbuatan cabul terhadap anak di bawah umur (Pasal 293 (3)) Sembilan (9)
bulan sejak yang berhak mengadu mengetahui perbuatan yang
dilakukan itu, bila ia berada di Indonesia
4. Dua belas (12) bulan sejak yang berhak mengadu mengetahui perbuatan yang
dilakukan itu, bila ia berada di luar negeri Daluwarsa mengajukan
penuntutan (Pasal 78 KUHP) adalah sebagai berikut:
1. Untuk pelanggaran/kejahatan yang dilakukan dengan alat cetak, jangka waktu
daluwarsa adalah satu tahun, lewat satu tahun Jaksa kehilangan hak menuntut.
2. Untuk kejahatan yang ancaman kejahatannya diancam diatas tiga
tahun, jangka waktu daluwarsanya adalah dua belas tahun.
3. Untuk kejahatan yang ancaman pidananya dibawah 3 tahun, jangka
waktu daluwarsa adalah enam tahun.
4. Bagi yang belum berumur 18 tahun Masa daluwarsa dikurangi
sepertiganya.
5. Untuk kejahatan yang diancam dengan hukuman mati atau penjara
seumur hidup, jangka waktu daluwarsanya delapan belas tahun. Daluwarsa
menjalankan pidana adalah sebagai berikut :
a. Pelanggaran 2 tahun
b. Kejahatan dengan percetakan 5 tahun
c. Kejahatan-kejahatan lain Sama seperti tenggang penuntutan ditambah
sepertiganya
d. Tenggang daluwarsa tidak boleh kurang dari lamanya pidana yang
dijatuhkan
e. Pidana mati tidak ada daluwarsa
Daluwarsa melakukan upaya hukum adalah sebagai berikut :
1. Banding (Pasal 233 (2) KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana) 7 hari setelah putusan
2. Kasasi (Pasal 245 (1) KUHAP 14 hari setelah putusan
Penangguhan Daluwarsa
Cara untuk mencegah daluwarsa ini ialah, menurut pasal 80 KUHP :
1. Setiap tindakan penuntutan menghentikan daluwarsa, asal tindakan
itu diketahui oleh orang yang dituntut, atau telah diberitahukan kepadanya
menurut cara yang ditentukan dalam aturan-aturan umum.
2. Sesudah dihentikan, dimulai lagi tenggang daluwarsa yang baru.
Daluwarsa Hak Menjalankan Hukuman Perihal ini diatur dalam pasal 84 dan pasal 85
KUHP.
a. Kewenangan menjalankan pidana hapus oleh karena daluwarsa.
b. Lama tenggang daluwarsa mengenai semua pelanggaran adalah dua tahun,
mengenai kejahatan yang dilakukan dengan sarana percetakan adalah lima
tahun, dan mengenai kejahatan-kejahatan yang lain sama dengan tenggang
daluwarsa bagi penuntutan pidana ditambah sepertiga. (KUHP 78.)
c. Bagaimanapun juga, lama tenggang daluwarsa tidak boleh kurang dari lama
pidana yang dijatuhkan.
d. Kewenangan menjalankan pidana mati tidak terkena daluwarsa

DALUWARSA DALAM HUKUM PERDATA

Pengertian Daluwarsa pada Hukum Perdata

Dalam hukum tindak perdata, terdapat salah satu pasal yang mencakup penjelasan
mengenai daluwarsa yaitu Pasal 1967 KUH Perdata. Adanya tuntutan hukum dengan
segala sifat baik kebendaan, atau bersifat perseorangan, dapat dihapus setelah lewat
30 tahun. 

Akan tetapi terdapat penangguhan terhadap daluwarsa tindak


hukum pidana setidaknya diatur dalam tujuh Pasal. Adapun tujuh pasal tersebut yaitu
diatur dalam Pasal 1986, 1987, 1988, 1989, 1990, 1991, dan 1992 KUH Perdata. 

Adapun dari masing-masing pasal membahas pemberlakuan daluwarsa yang berbeda-


beda dan masa waktu berbeda-beda juga. Seperti pada Pasal 1988 KUH Perdata yang
menjelaskan bahwa pada pasangan suami istri tidak dapat terjadi daluwarsa. 

Ada juga daluwarsa yang mengatur mengenai warisan tidak terurus dan tidak ada
pengampu dari warisan tersebut. Contoh kasus daluwarsa ini dijelaskan dan diatur
pada KUH Perdata Pasal 1991 Ayat (2) . 
Selanjutnya pada Pasal 1992 diatur bahwa adanya daluwarsa yang masih akan berlaku
selama ahli waris masih melakukan perundingan akan warisannya. Hampir
kebanyakan Pasal memang membahas pada masalah atau kasus warisan yang sering
daluwarsa. 

Untuk masa daluwarsa di dalam hukum tindak perdata dapat dilakukan pembatasan
berdasarkan Undang-Undang dan juga kesepakatan para pihak yang terkait. Umunya
batasan kesepakatan ini menjadi batasan akhir alias batasan penentu sesuai dengan
kesepakatan. 

Kategori Daluwarsa dalam Hukum Perdata 

Daluwarsa yang juga disebut sebagai verjaring dalam istilah hukum ini dapat dibagi
dalam dua kategori yaitu acquisitive prescription dan extinctive prescription. Adapun
penjelasan dari kedua kategori tersebut sebagai berikut. 

1. Acquisitive Prescription atau Daluwarsa untuk Memperoleh Hak Milik Atas Suatu
Barang
Berbeda dengan daluwarsa pidana yang sudah dijelaskan secara umum pada KUHP
khusus, hukum perdata memilih menempuh sedikit jalur rumit. Kategori yang pertama
ini diatur dalam Pasal 1963. 

Daluwarsa ini dapat terjadi dan dilakukan jika sudah memenuhi beberapa unsur
seperti mempunyai itikad atau niat baik. Lebih jelasnya ada pada Pasal 1965 dan Pasal
1966 KUH Perdata. 

Unsur lainnya yaitu adanya atas hak yang salah dan penguasaan barang selama 20
tahun atau 30 tahun secara terus menerus tanpa adanya pengugatan dari pihak lain
yang diatur dalam daluwarsa di dalam hukum tindak perdata di Indonesia.

2. Extinctive Prescription atau Daluwarsa untuk Pembebasan dari Suatu


Perikatan/Dibebaskan dari Tuntutan

Sementara daluwarsa dengan kategori untuk memperoleh hak milih atas suatu barang
diatur dengan berbagai unsur, maka extinctive prescription tidak memiliki unsur yang
harus dipenuhi. 

Hanya terdapat satu unsur saja yang mengatur masalah daluwarsa atau pembebasan
dari suatu tuntutan yaitu tidak perlu menunjukkan alas hak. Kategori daluwarsa dalam
hukum perdata ini dibahas dan diatur pada Pasal 1967 KUH Perdata. 
Pada umumnya kategori ini akan membahas kepunahan penuntutan atau pengadilan
dari masalah warisan atau juga penggelapan sertifikat tanah. Pada akhirnya setiap
penuntutan atas sebuah laporan harus dipenuhi sebelum masa daluwarsa. Kebijakan
pemerintah dalam hukum tindak perdata yang kerap terjadi dianggap dapat membantu
kesejahteraan dalam bermasyarakat. Akan tetapi jika kasus berakhir maka akan cukup
sulit untuk menuntut kembali. Meski begitu dengan jangka waktu sekitar 20-30 tahun
menjadi cukup berarti bagi masa daluwarsa dalam hukum perdata.

 Overmacht dan noodwear dalam hukum pidana

Overmacht
Sebagaimana pernah dijelaskan dalam artikel Tentang Overmacht dan Hukum Pidana
sebagai Ultimum Remidium, istilah paksaan yang Anda maksud juga populer dengan
istilah overmacht. Overmacht diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana  (“KUHP”) yakni Pasal 48 KUHPyang berbunyi:
 
Orang yang melakukan tindak pidana karena pengaruh daya paksa, tidak dapat
dipidana.
 
Berdasarkan pasal tersebut, overmacht menjadi dasar peniadaan/penghapusan
hukuman. Dalam KUHP dan undang-undang lain tidak dijelaskan lebih lanjut
mengenai overmacht ini, penelaahan mengenai istilah overmacht kita dapatkan dari
pemikiran para pakar hukum.
Sebagaimana pernah dikutip dalam artikel Daya Paksa dan Pembelaan Terpaksa
Sebagai Alasan Penghapus Pidana, R. Sugandhi, S.H. mengatakan bahwa kalimat
“karena pengaruh daya paksa” harus diartikan baik pengaruh daya paksaan batin,
maupun lahir, rohani, maupun jasmani. Daya paksa yang tidak dapat dilawan adalah
kekuatan yang lebih besar, yakni kekuasaan yang pada umumnya tidak mungkin dapat
ditentang.

Masih bersumber dari artikel yang sama, keadaan memaksa atau overmacht dapat


dibedakan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu:
a. Yang bersifat mutlak
Dalam hal ini, orang itu tidak dapat berbuat lain. Ia mengalami sesuatu yang
sama sekali tidak dapat ia elakkan. Misalnya, seseorang dipegang oleh
seseorang lainnya yang lebih kuat, kemudian dilemparkannya ke jendela kaca
sehingga kacanya pecah dan mengakibatkan kejahatan merusak barang orang
lain. Dalam peristiwa semacam ini dengan mudah dapat dimengerti bahwa
orang yang tenaganya lemah itu tidak dapat dihukum karena segala sesuatunya
yang melakukan ialah orang yang lebih kuat. Orang kuat inilah yang berbuat
dan yang harus dihukum. 
b. Yang bersifat relatif
Dalam hal ini, kekuasaan atau kekuatan yang memaksa orang itu tidak mutlak,
tidak penuh. Orang yang dipaksa itu masih punya kesempatan untuk memilih
mana yang akan dilakukan. Misalnya A ditodong dengan pistol oleh B,
disuruh membakar rumah. Apabila A tidak segera membakar rumah itu, maka
pistol yang ditodongkan kepadanya tersebut akan ditembakkan. Dalam
pikiran, memang mungkin A menolak perintah itu sehingga ia ditembak mati.
Akan tetapi apabila ia menuruti perintah itu, ia akan melakukan tindak pidana
kejahatan. Walaupun demikian, ia tidak dapat dihukum karena adanya paksaan
tersebut. Perbedaan kekuasaan bersifat mutlak dan kekuasaan bersifat relatif
ialah bahwa pada yang mutlak, dalam segala sesuatunya orang yang memaksa
itu sendirilah yang berbuat semaunya, sedang pada yang relatif, orang yang
dipaksa itulah yang melakukan karena dalam paksaan kekuatan.
R. Soesilo dalam bukunya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana serta
Komentar-Komentar lengkap Pasal Demi Pasal (hal. 63) mengatakan
bahwa paksaan itu harus ditinjau dari banyak sudut, misalnya apakah yang
dipaksa itu lebih lemah daripada orang yang memaksa, apakah tidak ada jalan
lain, apakah paksaan itu betul-betul seimbang apabila dituruti dan sebagainya.
Hakimlah yang harus menguji dan memutuskan hal ini.
c. Yang merupakan suatu keadaaan darurat
Pada keadaan darurat ini orang yang terpaksa itu sendirilah yang memilih
peristiwa pidana mana yang akan ia lakukan, sedang pada kekuasaan yang
bersifat relatif, orang itu tidak memilih. Dalam hal ini (kekuasaan yang
bersifat relatif - red), orang yang mengambil prakarsa ialah orang yang
memaksa.
 
Hal senada juga disampaikan oleh Lamintangdalam bukunya Dasar-Dasar Hukum
Pidana Indonesia  (hal. 441), pengertian overmachtseperti yang telah diatur di dalam
Pasal 48 KUHP itu, pembentuk undang-undang telah mengakui tentang adanya tiga
macam peristiwa pokok, di mana suatu overmacht itu dapat terjadi, yakni:

1. peristiwa-peristiwa di mana terdapat pemaksaan secara fisik;


2. peristiwa-peristiwa di mana terdapat secara psikis; dan
3. peristiwa-peristiwa di mana terdapat suatu keadaan yang biasanya juga disebut
sebagai nothstand atau noodtoestandatau sebagai keadaan terpaksa. 

 
Noodtoestand
Sejalan dengan yang telah dijelaskan di atas, Lamintang (hal. 441) pada intinya
mengatakan bahwa jenis overmacht  yang bukan terjadi karena perbuatan-perbuatan
manusia, melainkan terjadi karena keadaan-keadaan, dalam ilmu hukum pidana sering
disebut dengan “noodtoestand”.
 
Lamintang menjelaskan bahwa menurut Prof Simons noodtoestand itu sebagai salah
satu strafuitsluitingsgrond (dasar yang meniadakan hukuman) yang tersendiri, terlepas
dari overmacht. Meskipun demikian Profesor Simons itu juga mengakui, bahwa
pembentuk undang-undang itu sebenarnya telah bermaksud untuk
memasukkan noodtoestand ke dalam pengertiannya yang bersifat umum
dari overmacht seperti yang telah diatur di dalam Pasal 48 KUHP
dimana overmacht itu dibagi menjadi:[1]

1. overmacht dalam arti sempit, yakni keadaan memaksa yang telah ditimbulkan oleh
adanya pemaksaan yang telah dilakukan oleh seorang manusia.
2. Noodtoestand, yakni keadaan memaksa yang telah timbul bukan karena adanya
sesuatu perbuatan yang telah dilakukan oleh seorang manusia.

 
Jadi, Noodtoestand merupakan jenis overmachtyang bukan terjadi karena perbutan-
perbuatan manusia, malainkan terjadi karena keadaan-keadaan.
 
Sebagai contoh noodtoestand itu adalah peristiwa dua orang pelaut yang secara
bersama-sama berpegangan pada sebuah balok untuk menyelamatkan nyawa mereka,
oleh karena kapal yang mereka tumpangi telah tenggelam ke dalam laut, kemudian
salah seorang dari mereka secara terpaksa mendorong kawannya hingga yang terakhir
ini meninggal dunia tenggelam, yakni dengan maksud untuk menyelamatkan diri
sendiri.[2]
 
Jadi menjawab pertanyaan Anda, memang benar bahwa secara
umum overmacht dan noodtoestand sama-sama merupakan suatu keadaan memaksa.
Yang membedakan adalah overmacht merupakan keadaan memaksa yang ditimbulkan
oleh adanya pemaksaan yang dilakukan oleh seorang manusia,
sedangkan noodtoestand adalah keadaan memaksa yang timbul bukan karena adanya
sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh seorang manusia malainkan terjadi karena
keadaan-keadaan.
 

Anda mungkin juga menyukai