NIM : B1A121039
KELAS : A
Seorang guru yang telah melakukan suatu perbuatan melanggar kesusilaan dengan
murid wanitanya yang berusia antara 12 dan 15 tahun. Perbuatan guru tersebut
dilarang oleh Pasal-pasal 287 dan 294 KUHP. Namun Pasal 63 ayat
KUHP menyebutkan bahwa tertuduh hanya melakukan satu kesalahan. Dan demi
keadilan, tertuduh juga hanya satu kali dapat dijatuhi hukuman. Oleh karena itu
Hazewinkel-Suringa menganggap sudah tepat jika Pasal 63 ayat (1) KUHP itu
menyebutkan perbuatan semacam itu sebagai Concursus idealis.
B. Sistem pemberian pidana
Adapun sistem pemberian pidana yang akan diterapkan jika terjadi concursus
idealis adalah:
1. Menurut Pasal 63 ayat (1) KUHP digunakan sistem absorbsi, yaitu hanya dikenakan
satu pidana yang terberat.
Contoh:
Peristiwa perkosaan di jalan umum, hal ini melanggar ketentuan-ketentuan yang diatur
di dalam Pasal 285 KUHP yang diancam dengan pidana maksimal 12 tahun penjara
dan Pasal 281 KUHP yang diancam dengan pidana maksimal 2 tahun 8 bulan penjara.
Jadi maksimal pidana penjara yang dapat dikenakan adalah 12 tahun penjara.
2. Jika Hakim menghadapi pilihan antara 2 pidana pokok sejenis yang maksimumnya
sama, maka menurut VOS ditetapkan pidana pokok dengan pidana tambahan yang
paling berat.
3. Jika Hakim menghadapi 2 pilihan antara dua pidana pokok yang tidak sejenis, maka
penentuan pidana yang terberat didasarkan pada urut-urutan jenis pidana seperti
tersebut di dalam Pasal 10 KUHP.
Contoh:
Jika Hakim harus memilih diantara 1 minggu penjara atau 1 tahun kurungan dan denda
5 juta rupiah, maka Hakim harus memilih pidana yang terberat yaitu 1 minggu penjara.
4. Dalam Pasal 63 ayat (2) diatur ketentuan khusus yang menyimpang dari prinsip umum
dalam Pasal 63 ayat (1), dalam hal ini berlaku adagium “lex specialis derogat legi
generali”.
Contoh:
Seorang ibu membunuh anaknya sendiri pada saat anaknya dilahirkan. Perbuatan ibu
ini dapat masuk ke dalam Pasal 338 KUHP yang diancam dengan pidana maksimal 15
tahun penjara dan Pasal 341 KUHP yang diancam dengan pidana maksimal 7 tahun
penjara Maksimal pidana penjara yang dapat dikenakan adalah yang terdapat di dalam
Pasal 341 KUHP (lex specialis) yaitu 7 tahun penjara.
Pasal 63 ayat (1) KUHP hanya mengatur jika seseorang melakukan satu perbuatan
dan dengan satu perbuatan itu ia telah melanggar beberapa aturan pidana (lebih dari satu
aturan pidana).
Contoh:
A mempunyai kehendak untuk membunuh B, dan dengan membawa sepucuk senjata api,
A pergi menuju ke rumah B yang sedang berbincang-bincang dengan C. Akan tetapi oleh
karena A sedang diliputi rasa amarah, maka dari arah belakang A melepaskan tembakan ke
arah B, namun tembakannya itu ternyata selain mengenai B juga mengenai C sehingga
keduanya tewas.
Dalam hal ini dikatakan bahwa A dengan satu perbuatannya yaitu melepaskan tembakan
ke arah B yang sedang berbincang-bincang dengan C, melanggar satu peraturan pidana
beberapa kali.
A. Pengertian
Concursus Realis atau juga disebut dengan istilah lain yaitu “perbarengan
perbuatan”, diatur di dalam Pasal 65 sampai dengan Pasal 71 KUHP.
Concursus realis ini terjadi jika seseorang melakukan beberapa perbuatan, dan
setiap perbuatan itu merupakan tindak pidana yang berdiri sendiri, baik itu berupa
kejahatan ataupun pelanggaran, dan terhadap perbuatan-perbuatan tersebut diadili
sekaligus (terhadap beberapa perbuatan tersebut belum pernah ada dijatuhkan putusan oleh
Hakim).
Menurut ketentuan sebagaimana yang diatur di dalam KUHP, Concursus realis ini
dibedakan berdasarkan jenis tindak pidana yang dilakukan, yaitu:
➢ termasuk jenis tindak pidana kejahatan yang diatur di dalam Pasal 65 dan 66
KUHP.
➢ termasuk jenis tindak pidana pelanggaran yang diatur di dalam Pasal 70 KUHP .
Contoh:
➢ A melakukan 3 jenis kejahatan yang masing-masing diancam dengan pidana penjara 4
tahun, 5 tahun, dan 9 tahun. Dalam hal ini lamanya pidana yang dapat dijatuhkan
maksimum adalah 9 tahun + (1/3 × 9) tahun = 12 tahun penjara
➢ A melakukan 2 jenis kejahatan yang masing-masing diancam pidana penjara 1 tahun
dan 9 tahun. Dalam hal ini, maksimum pidana yang dapat dijatuhkan jumlah ancaman
pidananya yaitu 9 tahun + 1 tahun = 10 tahun penjara.
Jadi bukan 9 tahun + (1/3 × 9) tahun = 12 tahun penjara, karena jika seperti ini akan lebih
dari jumlah maksimum pidana yang diancamkan terhadap masing- masing kejahatan tersebut.
1. Untuk concursus realis berupa kejahatan yang diancam pidana pokok tidak sejenis
berlaku Pasal 66 KUHP, maka dijatuhkan pidana atas tiap-tiap kejahatan (dijatuhkan
semua jenis ancaman pidana untuk tiap-tiap kejahatan), tetapi jumlahnya tidak
boleh melebihi maksimum pidana yang terberat ditambah 13. Pasal 66 KUHP:
Contoh:
➢ A melakukan 2 jenis kejahatan yang masing-masing diancam pidana 9 bulan kurungan
dan 2 tahun penjara. Dalam hal ini semua jenis pidana (penjara dan kurungan) harus
dijatuhkan. Adapun maksimumnya adalah 2 tahun + (13 × 2) = 2 tahun 8 bulan atau
sama dengan 32 bulan. Jadi yang dijatuhkan bukan jumlah keseluruhannya yaitu 9
bulan + 2 tahun = 2 tahun 9 bulan atau sama dengan 33 bulan. Dengan demikian pidana
yang dijatuhkan misalnya terdiri dari 2 tahun penjara dan 8 bulan kurungan.
➢ Bagaimanakah dalam hal A melakukan 2 jenis kejahatan yang masing-masing diancam
pidana 6 bulan penjara dan denda Rp. 1000,-?
- Menurut Noyon semuanya harus dijatuhkan yaitu 6 bulan penjara dan denda
Rp.1000,-
- Menurut Blok perhitungannya sebagai berikut:
Pidana denda dalam hal ini harus diperhitungkan dengan pidana kurungan sebagai
pengganti pidana denda (lihat Pasal 66 ayat (2) KUHP). Pidana denda dirubah dulu
menjadi pidana kurungan pengganti yaitu maksimum 6 bulan (lihat
Pasal 30 KUHP). Dengan demikian maksimumnya ialah 6 + (13 × 6) bulan = 8
bulan. Karena semua jenis pidana harus dijatuhkan maka 8 bulan ini dipecah menjadi
6 bulan penjara dan 2 bulan kurungan pengganti atau sama dengan 13
× Rp. 1000,- = Rp. 333,30,-.
➢ Dengan demikian apabila diikuti perhitungan menurut blok di atas, maka jumlah
maksimum 8 bulan dapat dipecah misalnya menjadi 6 bulan penjara dan 2 bulan
kurungan pengganti atau sama dengan denda 60134 × Rp.1000,- sam
dengan Rp. 447,76,-
2. Untuk concursus realis berupa pelanggaran, berlaku Pasal 70 KUHP yang
menggunakan sistem kumulasi.
Misal A melakukan 2 pelanggaran yang masing-masing diancam pidana kurungan 6
bulan dan 9 bulan, maka maksimumnya adalah (6 + 9) bulan = 15 bulan.
Namun menurut Pasal 70 ayat (2) sistem kumulasi itu dibatasi sampai maksimum 1
tahun 4 bulan kurungan.
Jadi misalnya A melakukan 2 pelanggaran yang masing-masing diancam pidana
kurungan 9 bulan, maka maksimum pidana kurungan yang dapat dijatuhkan bukanlah
(9 + 9) bulan = 18 bulan, tetapi maksimumnya adalah 1 tahun 4 bulan
atau hanya 16 bulan.
3. Untuk concursus realis berupa kejahatan ringan, khusus untuk Pasal 302 ayat (1), 352,
364, 373, 379 dan 482 berlaku Pasal 70 bis yang menggunakan sistem kumulasi tetapi
dengan pembatasan maksimum untuk penjara 8 bulan.
Misal:
➢ A melakukan pencurian ringan (Pasal 364 KUHP) dan penggelapan ringan (Pasal
373 KUHP) yang masing-masing diancam pidana 3 bulan penjara.
Maka maksimum pidana yang dapat dijatuhkan adalah 6 bulan penjara (sistem
kumulasi).
➢ Tetapi apabila A misalnya melakukan 3 kejahatan ringan yang masing-masing
diancam pidana penjara 3 bulan, maka maksimumnya bukan 9 bulan penjara
(kumulasi) tetapi 8 bulan penjara.
⇨ Orang yang berniat menganiaya musuhnya yang amat dibenci, misalnya hari ini
menempeleng 5 kali, besok pagi memukulnya dengan kentes, selang dua hari
berikutnya memukul dengan besi. Maka ia melakukan beberapa kali penganiayaan,
tetapi dalam hal ini harus dipandang sebagai satu perbuatan yang diteruskan
(perbuatan berlanjut) karena perbuatan-perbuatannya itu sejenis yaitu penganiayaan.
Akan tetapi seorang yang karena amat marahnya memaki-maki kepada temannya,
kemudian memukulnya dan akhirnya merusak barangnya, itu tidak dapat dipandang
sebagai perbuatan yang diteruskan, karena perbuatan- perbuatan itu (penghinaan,
penganiayaan dan merusak barang orang lain) tidak sama jenisnya.
Pasal 64 ayat (2) merupakan ketentuan khusus dalam hal pemalsuan dan perusakan
mata uang, misalnya:
A setelah memalsukan mata uang (Pasal 244 KUHP dengan ancaman pidana penjara
15 tahun) kemudian menggunakan/mengedarkan mata uang yang dipalsukan itu (Pasal
245 dengan ancaman pidana penjara 15 tahun). Dalam hal ini perbuatan A tidak dipandang
sebagai concursus realis, tetapi tetap dipandang sebagai perbuatan berlanjut sehingga
maksimum pidana yang dapat dikenakan adalah 15 tahun penjara.
Pasal 64 ayat (3) merupakan ketentuan khusus dalam hal kejahatan-kejahatan
ringan yang terdapat di dalam Pasal-pasal 364 (pencurian ringan), 373 (penggelapan
ringan), 379 (penipuan ringan), dan 407 ayat (1) (perusakan barang ringan) yang dilakukan
sebagai perbuatan berlanjut. Apabila nilai kerugian yang ditimbulkan dari kejahatan-
kejahatan ringan yang dilakukan sebagai perbuatan berlanjut itu lebih dari Rp. 375,- maka
menurut Pasal 64 ayat (3) dikenakan aturan pidana yang berlaku untuk kejahatan
biasa. Berarti yang dikenakan adalah Pasal 362 (pencurian), 372 (penggelapan), 378
(penipuan) dan 406 (perusakan barang).
Contoh:
A melakukan 3 kali penipuan ringan (Pasal 379 KUHP) berturut turut sebagai suatu
perbuatan berlanjut dan jumlah kerugian yang timbul adalah lebih dari Rp. 375,-. Maka
terhadap A bukannya dikenakan Pasal 379 KUHP yang maksimumnya adalah 3 bulan
penjara, tetapi dikenakan Pasal 378 KUHP yang maksimumnya adalah 4 tahun penjara.