Anda di halaman 1dari 5

PERBARENGAN TINDAK PIDANA

(CONCURSUS)

Ps. 63 s/d 71 KUHP

Concursus Idealis (Ps. 63 KUHP)


Delictum Continuatum/Voortgezettehandeling (Ps. 64 KUHP)
Concursus Realis (Ps. 65 s/d 71 KUHP).

PERBARENGAN PERATURAN
(Concursus Idealis)
(Ps. 63 KUHP)
Suatu perbuatan masuk dalam lebih dari satu aturan pidana
(catatan, bandingkan dengan pendapat bbrp ahli)
Ex. Perkosaan di jalan umum
Melanggar: Ps. 285 KUHP dan Ps. 281 KUHP

Aturan pemidanaan:
Ps. 63 ayat (1).
Digunakan sistem absorbsi (hanya dikenakan satu pidana
pokok yang terberat)
Ex. Perkosaan di jalan umum
Melanggar: Ps. 285 KUHP (mak 12) &Ps. 281 KUHP (mak 2.8)
Dikenakan yg terberat 12 tahun (Ps. 285 KUHP)

@.Untuk dua pidana pokok yang sejenis yang maksimumnya


sama, yang dikenakan pidana pokok yg ada pidana
tambahannya paling berat.
Pasal 63 ayat (1) KUHP

@. Untuk dua pidana pokok yg tidak sejenis (dikenakan yg


terberat sesuai urutan Ps. 10 KUHP)
Pasal 63 ayat (2) KUHP
Perbuatan masuk aturan yg umum, masuk pula aturan yang
khusus, diberlakukan ketentuan yang khusus, dalam hal ini
menyimpang dari ayat (1).
Berlaku adagium “lex specialis derogat legi generali”
Ex. Ibu yg membunuh bayinya tidak lama setelah lahir,
karena takut kelahiran anaknya diketahui orang lain.
Dikenakan Ps. 341 KUHP (mak. 7 tahun) bukan Ps. 338 KUHP
(mak. 15 tahun).

PERBUATAN BERLANJUT
(delictum continuatum)
Ps. 64 KUHP
Dikatakan ada perbuatan berlanjut apabila:
@. Seseorang melakukan beberapa perbuatan
@. Perbuatan tersebut masing-masing merupakan kejahatan
atau pelanggaran
@. Antara perbuatan-perbuatan itu ada hubungan sedemikian
rupa sehingga harus dipandang sebagai satu perbuatan
berlanjut.

Menurut M.v.T untuk menetukan adanya hubungan


sedemikian rupa sehingga merupakan satu perbuatan
berlanjut, ada tiga kriteria:
1. Ada satu keputusan kehendak
2. Masing-masing perbuatan harus sejenis
3. Tenggang waktu antar perbuatan tidak terlalu lama
Sistem pemberian pidana
(Ps.64 KUHP)
Ayat (1). Prinsip digunakan sistem absorbsi
Ayat (2). Berlaku aturan khusus, dalam hal pemalsuan dan
perusakan mata uang.
Ex. Memalsu mata uang (Ps. 244 KUHP max 15 th) dan
mengedarkan /menggunakan mata uang palsu (Ps. 245 max
pid 15 th), dalam hal ini dianggap tidak ada concursus realis,
akan tetapi dipandang sebagai perbuatan berlanjut, sehingga
menggunakan sistem absorsi (diambil satu terberat) tidak
menggunakan absorbsi dipertajam (maksimum terberat
ditambah sepertiga) spt dlm pemidanaan CR.

PERBARENGAN PERBUATAN
(Concursus realis)
Ps. 65 s/d 71

Ps. 65 KUHP. Dikatakan ada CR bila:


@. Seseorang melakukan beberapa perbuatan
@. Masing-masing perbuatan berdiri sendiri sebagai tindak
pidana (sebagai kejahatan/pelanggaran), jadi tidak perlu
sejenis atau berhubungan satu sama lain.
Sistem Pemidanaan CR

Ps. 65 KUHP
@. Untuk CR berupa kejahatan yang diancam dengan pidana
pokok yang sejenis, hanya dikenakan satu pidana dengan
ketentuan bahwa jumlahnya tidak boleh melebihi maksimum
terberat ditambah sepertiga (absorbsi dipertajam)
(Catatan: bila penjumlahan keseluruhan ancaman tindak pidana yang dilakukan
jumlahnya lebih kecil dari jumlah maksimum terberat ditambah sepertiga, yang
digunakan penjumlahan tersebut. Akan tetapi jika dijumlahkan hasilnya lebih besar dari
maksimum terberat ditambah sepertiga, digunakan maksimum terberat ditambah
sepertiga).
Ex. A melakukan 3 tindak pidana, diancam 3 th, 4 th dan 9 tahun.
Berdasarkan catatan tersebut yang dipakai adalah maksimum terberat ditambah sepertiga,
sebab andaikan dikomulasikan murni (dijumlahkan semua) hasilnya melebihi maksimum
terberat ditambah sepertiga.
Jadi berdasarkan Ps. 65 KUHP dipidana maksimum 9 + ( 9 X 1/3 ) = 12 th
Ex. B melakukan 2 jenis tindak pidana, diancam 1 th dan 9 th penjara,.
Dalam hal ini yang digunakan adalah penjumlahan murni, yaitu 1 + 9 = 10 th.

Ps. 66 KUHP
@. Untuk CR yang diancam dengan pidana pokok yang tidak
sejenis, semua jenis ancaman pidana untuk masing-masing
kejahatan dijatuhkan, tetapi jumlahnya tidak boleh melebihi
maksimum terberat ditambah sepertiga. (kumulasi yang
diperlunak).
Ex. A melakukan 2 jenis kejahatan, diancam pidana 9 bulan kurungan dan 2 tahun
penjara.
Prinsipnya:
1. semua jenis sanksi pidana harus dijatuhkan
2. diperbandingkan dijumlah murni dengan maksimum ditambah 1/3
3. pidana diambil/dijatuhkan secara proporsional

Pengerjaan:
@. `kalau dijumlah murni maksimumnya 2 th penajra 9 bulan kurungan
@. Maksimum terberat ditambah 1/3, hasilnya ( 2 + ( 2 th/24 bl x 1/3) =
2 + (24 bl : 3) =
= 2 th + 8 bl
@. Diambil yang paling ringan setelah diperbandingkan, sehingga dalam hal ini yang
dipakai adalah 2 th 8 bl
@. `prinsip semua jenis sanksi hrs dijatuhkan, maka dapat dijatuhkan pidana misalnya
(yang proporsional) 2 th penjara 8 bulan kurungan).
Ex. B melakukan 2 jenis kejahatan, diancam pidana 6 bulan penjara, denda Rp. 1000,-
Catatan: prinsip-prinsio tersebut diatas tetap dipakai.
Pengerjaannya:
@. Pidana denda dijadikan dulu pidana kurungan pengganti denda (Ps. 30 KUHP), dalam
hal ini berapapun jumlah pidana dendanya maksimum 6 bulan kurungan.
@. Setelah itu cari maksimum terberat ditambah 1/3, dalam hal ini diambil dari
terberatnya adalah 6 bulan penjara, sehingga jumlahnya 6 bl penjara + (1/3 x 6bl pernjara)
= 6 bl + (6/3) bl = 8 bulan
@. Karena semua jenis sanksi harus dijatuhkan maka 8 bl penajra, harus dibagi
(proporsional), missalnya akan dijatuhkan 6 bulan untuk penjara dan 2 bl kurungan
@. Karena dalam hal ini yang harus dijatuhkan pidana denda, sesuai ancaman pidana
untuk tidak pidana yang dilakukan tsb di atas, maka kurungan pengganti harus dirubah
menjadi denda.
@. Karena dalam pembagian dari 8 bl penjara, untuk kurungan dialokasikan 2 bl
kurungan, maka 2 bl kurungan harus dirubah jadi denda.
@. Maka 2 bl kurungan dibagi oleh maksimum kurungan pengganti, dalam hal ini 6 bulan
kurungan kemudian dikalikan jumlah dendanya.
@. Perhitungannya menjadi 2/6 x Rp. 1000,- =
1/3 x Rp. 1000,- = Rp. 333,3,-
@. Jadi maksimum pidana yang dapat dijatuhkan adalah 6 bulan penjara dan denda Rp.
333,3,-

Anda mungkin juga menyukai