Anda di halaman 1dari 8

HUKUM PIDANA

RINGKASAN CONCURSUS
Nama Niken Kenanga Aviola
NIM 12030120420030
Kelas Magister Akuntansi Reguler
Dosen Pengampu Prof. Dr. Pujiyono., S.H., M.Hum
A. Beberapa Pandangan
Ada dua kelompok pandangan mengenai persoalna concursus :
1. Yang memandang sebagai masalah pemberian pidana, antara lain Hazelwinkel-
Suringa
2. Yang memandang sebagai bentuk khusus dari tindak pidana, antara lain :
Pompe,Mezger, Mulyatno
B. Pengaturan di Dalam KUHP
Di dalam KUHP diatur Pasal 73 s/d 71 yang terdiri dari :
1. Perbarengan peratiran (Concursus Idealis): Pasal 63;
2. Perbuatan berlanjut (Delictum Continuatum/Voorgezettehandling : Pasal 64)
3. Perbarengan perbuatan (Concursus Realis) : Pasal 65 s/d 71
C. Pengertian
1. Menurut Rumusan KUHP
Di dalam KUHP tidak ada definisi mengenai Concursus, namun demikian dari
rumusan pasal-pasalnya diperoleh pengertian sebagai berikut:
a. Ada Concursus Idealis, apabila (Pasal 63):
• suatu perbuatan masuk dalam lebih dari satu aturan pidana
b. Ada perbuatan berlanjut, apabila (pasal 64):
• Seseorang melakukan beberapa perbuatan
c. Ada Concursus Realis, apabila (Pasal 65):
• Seseorang melakukan beberapa perbautan
• Masing-masing perbuatan itu berdiri sendiri sebagai suatu tindak pidana
(kejahatan/pelanggarab) jadi tidak perlu sejenis atau berhubungan satu sama
lain.
2. Menurut Pendapat Para Sarjana
Ada istilah “perbuatan/feit” dalam pasal-pasal diatas menimbulkan masalah
yang cukup sulit, khususnya dalam hal terdakwa hanya melakukan satu perbuatan.
Sehubungan dengan kesulitan itu, maka para sarjana mengemukakakn beberapa
pendapat sebagai berikut :
a. Hazelwinkel-Suringa
Ada Concursus Idealis apabila suatu perbuatan yang sudah memenuhi suatu
rumusan delik, mau tidak mau mau (eo ipso) masuk pula dalam peraturan pidana.
Contoh: Perkosaan di jalan umum, disamping masuk pasal 285 (perkosaan) juga
mau tidak mau masuk pasal 281 (melanggar kesusliaan di muka umum)
b. Pompe
Ada Concursus Idealis, apabila orang melakukan suatu perbuatan konkret yang
diarahkan kepada satu tujuan yang merupapakan benda/objek aturan hukum
Contoh: Bersetubuh dengan anaknya sendiri yang belum 15 tahun; perbuatan ini
masuk pasal 294 (perbuatan cabul dengan anaknya sendiri yang belum
cukup umur) dan pasa 287 (bersetubuh dengan Wanita yang belum 15
tahun diluar perkawinan)
D. Sistem Pmberian Pidana
1. Concursus Idealis (Pasal 63)
a. Menurut ayat (1) digunakan system absorbs, yaitu hanya dikenakan satu pidana
pokok yang terberat
b. Apabila hakim menghadapi pilihan antara dua pidana pokok sejenis yang
maksimumnya sama, maka menurut VOS ditetapkan pidana pokok dengan pidana
tambahan yang paling berat
c. Apabila menghadapi pilihan antara dua pidana pokok yang tidak sejenis, maka
penentuan pidana yang terberat didasarkan pada urut-urutan jenis pidana seperti
tersebut dalam pasal 10 (lihat pasal 69 ayat (1)jo. Pasal 10)
d. Dalam pasal 63 ayat (2) diatur ketentuan khusus yang meyimpang dari prinsip
umum dalam ayat (1) dalam hal ini berlaku adagium “lex specialis derogate legi
generali”
2. Perbuatan Berlanjut (Pasal 64)
a. Menurut pasal 64 ayat (1), pada prinsipnya berlaku system absorbs yaitu hanya
dikenakan satu aturan pidana, dan jika berbeda-beda dikenakan ketentuan yang
memuat ancaman pidana pokok yang terberat
b. Pasal 62 ayat 2 merupakan ketentuan khusus dalam hal pemalsuan dan perusakan
mata uang. Missal A setelah memalsukan mata uang (pasal 244 dengan ancaman
pidana penjara 15 tahun), kemudian menggunakna mata uang palsu tersebut (pasal
245 dengan ancaman pidana 15 tahun) dalam hal ini perbuatan A tidak dipandang
sebagai Concursus Realis, tetapi tetap dipandang sebagai Perbuatan Berlanjut
sehingga maksimum pidana yang dapat dikenakannialah 15 tahun.
c. Pasal 64 ayat 3 merupakan ketentuan khusus dalam hal kejahatan-kejahatan ringan
yang terdapat dalam pasal 364 (pencurian ringan), 373 (penggelapan ringan), 379
(penipuan ringan).
3. Concursus Realis (Pasal 65 s/d 71)
a. Untuk Concursus Realis berupa kejahatan yang diancam pidana pokok sejenis,
berlaku pasal 65 yaitu hanya dikenakan satu pidana dengan ketentuan bahwa jumlah
maksimum pidana tidak boleh lebih dari maksimum terberat ditambah sepertiga.
b. Untuk Concursus Realis berupa kejahatan yang diancam pidana pokok tidak sejenis
berlaku pasal 66 yaitu semua jenis ancaman pidana untuk tiap-tiap kejahatan
dijatuhkan, tetapi jumlahnya tidak boleh ,melebihi maksimum pidana terberat
ditambah sepertiga. System ini disebut system Kumulasi yang diperlunak.
c. Untuk Concursus Realis berupa pelanggaran, berlaku pasal 70 yang menggunakan
system kumulasi.
Contoh : A melakukan dua pelanggaran yang masing-masing diancam pidana
kurungan 6 bulan dan 9 bulan, maka maksimumnya adalah (6+9) = 15 bulan,
Namun menurut pasal 70 ayat 2 sistem kumulasi itu dibatasi sampai maksimum 1
tahun 4 bulan kurungan.
d. Untuk Concursus Realis berupa kejahatan ringan, khusus untuk pasal 302:1, 352,
364, 373, 379, dan 482 berlaku pasal 70 yang menggunakan system kumulasi tetapi
dengan pembatasan maksimum untuk penjara 8 bulan.
e. Untuk Concursus Realis, baik kejahatan maupun pelanggaran, yang diadili pada saat
berlainan, berlaku pasal 71 yang berbunyi sebagai berikut :
“jika seseorang setelah dijatuhi pidana kemudian dinyatakan salah lagi karena
melakukan kejahatan atau pelanggaran lain sebelum ada putusan pidan aitu, maka
pidana yang dahulu diperhitungkan pada pidana yang akan dijatuhkan dengan
menggunakan aturan-aturan dalam bab ini mengenai hal perkara-perkara diadili
pada saat yang sama”

Sumber :
Arief, Barda Nawai. 2016. Hukum Pidana Lanjut. Semarang: Universitas Diponegoro
SOAL DAN JAWABAN CONCURSUS
1. Jelaskan dua jenis pandangan mengenai concursus!
Ada dua kelompok pandangan mengenai persoalan concursus:
a. Yang memandang sebagai masalah pemberian pidana, antara lain Hazelwinkel-
Suringa
b. Yang memandang sebagai bentuk khusus dari tindak pidana, antara lain :
Pompe,Mezger, Mulyatno
2. Apa perbedaan antara Recidive dengan Concursus?
Perbedaan antara Recidive dan Concursus yaitu pada concursus diantara beberapa
tindak pidan aitu belum ada yang diputus oleh pengadilan dan kemudian diajukan
sekaligus ke pengadilan. Pada Recidive diantara beberapa tindak pidana itu, sudah ada
yang diputus oleh pengadilan dan putusannya sudah mempunyai hukum yang tetap.
3. Apa saja pengaturan yang terkait dengan concursus di dalam KUHP
Di dalam KUHP diatur Pasal 73 s/d 71 yang terdiri dari :
a. Perbarengan peratiran (Concursus Idealis): Pasal 63;
b. Perbuatan berlanjut (Delictum Continuatum/Voorgezettehandling : Pasal 64)
c. Perbarengan perbuatan (Concursus Realis) : Pasal 65 s/d 71
4. Apa yang dimaksud dengan Concursus Idealis, Perbuatan Berlanjut dan Concursus
Realis menurut rumusan KUHP?
Di dalam KUHP tidak ada definisi mengenai Concursus, namun demikian dari rumusan
pasal-pasalnya diperoleh pengertian sebagai berikut:
d. Ada Concursus Idealis, apabila (Pasal 63):
• Suatu perbuatan masuk dalam lebih dari satu aturan pidana
e. Ada perbuatan berlanjut, apabila (pasal 64):
• Seseorang melakukan beberapa perbuatan
• Perbuatan tersebut masing-masing merupakan kejahatan atau pelanggaran
• Antara perbuatan-perbuatan itu ada houngan sedemikian rupa sehingga harus
dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut.
f. Ada Concursus Realis, apabila (Pasal 65):
• Seseorang melakukan beberapa perbautan
• Masing-masing perbuatan itu berdiri sendiri sebagai suatu tindak pidana
(kejahatan/pelanggarab) jadi tidak perlu sejenis atau berhubungan satu sama lain.
5. Apa definisi Concursus Idealis menurut Hazelwinkel Suringa dan berikan
contohnya!
Menurut Hazelwinkel-Suringa Ada Concursus Idealis apabila suatu perbuatan yang sudah
memenuhi suatu rumusan delik, mau tidak mau mau (eo ipso) masuk pula dalam peraturan
pidana.
Contoh: Perkosaan di jalan umum, disamping masuk pasal 285 (perkosaan) juga mau tidak
mau masuk pasal 281 (melanggar kesusliaan di muka umum)
6. Apa definisi Concursus Idealis menurut Pompe dan berikan contohnya!
Menurut Pompe Ada Concursus Idealis, apabila orang melakukan suatu perbuatan konkret
yang diarahkan kepada satu tujuan yang merupapakan benda/objek aturan hukum
Contoh: Bersetubuh dengan anaknya sendiri yang belum 15 tahun; perbuatan ini masuk
pasal 294 (perbuatan cabul dengan anaknya sendiri yang belum cukup umur) dan
pasa 287 (bersetubuh dengan Wanita yang belum 15 tahun diluar perkawinan)
7. Apa pengertian Concursus Idealis menurut Taverne dan berikan contohnya?
Menurut Taverne Ada Concursus Idealis, apabila :
• Dipandang dari sudut huhkum ada dua perbuatan atau lebih
• Antara perbuatan-perbuatan ini tidak dapat dipikirkan terlepas satu sama lain
Contoh: Orang dalam keadaan mabuk mengendarai mobil diwaktu malam tanpa lampu.
8. Apa itu system absorbs yang dipertajam?
Apabila kejahatan berupa yang diancam dengan pidana pokok sejenis maka hanya
dikenakan satu pidana dengan ketentuan bahwa jumlah maksimum pidana tidak boleh
melebihi maksimum terberat ditambah sepertiga. System ini dinamakan system absorbs
dipertajam
9. Apa system yang digunakan Concursus Idealis?
a. Menurut ayat (1) concursus idealis system absorbs, yaitu hanya dikenakan satu pidana
pokok yang terberat
Contoh : perkosaan dijalan umum, melanggar pasal 285 (12 tahun penjara) dan pasal
281 (2 tahun 8 bulan penjara). Maksimum pidana penjara yang dapat
dikenakan ialah 12 tahun
b. Apabila hakim menghadapi pilihan antara dua pidana pokok sejenis yang
maksimumnya sama, maka menurut VOS ditetapkan pidana pokok dengan pidana
tambahan yang paling berat
10. Bagaimana pemberian pidana didalam concursus apabila menghadapi pilihan
antara dua pidana pokok yang tidak sejenis dan menyimpang dari prinsip umum?
a. Apabila menghadapi pilihan antara dua pidana pokok yang tidak sejenis, maka
penentuan pidana yang terberat didasarkan pada urut-urutan jenis pidana seperti
tersebut dalam pasal 10 (lihat pasal 69 ayat (1)jo. Pasal 10)
Jadi misalnya memilih antara 1 minggu penjara, 1 tahun kurungan dan denda 5 juta
rupiah maka pidana yang terberat adalah 1 minggu penjara.
b. Dalam pasal 63 ayat (2) diatur ketentuan khusus yang meyimpang dari prinsip umum
dalam ayat (1) dalam hal ini berlaku adagium “lex specialis derogate legi generali”
11. Bagaimana pemberian pidana pada perbuatan berlanjut (Pasal 64) ?
d. Menurut pasal 64 ayat (1), pada prinsipnya berlaku system absorbs yaitu hanya
dikenakan satu aturan pidana, dan jika berbeda-beda dikenakan ketentuan yang
memuat ancaman pidana pokok yang terberat
e. Pasal 62 ayat 2 merupakan ketentuan khusus dalam hal pemalsuan dan perusakan mata
uang. Missal A setelah memalsukan mata uang (pasal 244 dengan ancaman pidana
penjara 15 tahun), kemudian menggunakna mata uang palsu tersebut (pasal 245
dengan ancaman pidana 15 tahun) dalam hal ini perbuatan A tidak dipandang sebagai
Concursus Realis, tetapi tetap dipandang sebagai Perbuatan Berlanjut sehingga
maksimum pidana yang dapat dikenakannialah 15 tahun.
f. Pasal 64 ayat 3 merupakan ketentuan khusus dalam hal kejahatan-kejahatan ringan
yang terdapat dalam pasal 364 (pencurian ringan), 373 (penggelapan ringan), 379
(penipuan ringan). Apabila nilai kerugian yang timbul akibat kejahatan yang
dilakukan sebagai perbuatan berlanjut lebih dari Rp 250,- maka menurut pasal 64 ayat
3 dikenakan aturan pidana yang berlaku untuk kejahatan biasa.
12. Bagaimana pemberian pidana pokok sejenis dan tidak sejenis pada Concursus Realis
dan berikan contohnya!
f. Untuk Concursus Realis berupa kejahatan yang diancam pidana pokok sejenis,
berlaku pasal 65 yaitu hanya dikenakan satu pidana dengan ketentuan bahwa jumlah
maksimum pidana tidak boleh lebih dari maksimum terberat ditambah sepertiga.
Contoh :
A melakukan 3 jenis kejahatan yang masing-masing diancam pidana 4 tahun, 5 tahun
dan 9 tahun. Dalam hal ini yang dapat dijatuhkan ialah 9 tahun +1/3*9)tahun = 12
tahun penjara, jadi disini berlaku system absorbs dipertajam.
g. Untuk Concursus Realis berupa kejahatan yang diancam pidana pokok tidak sejenis
berlaku pasal 66 yaitu semua jenis ancaman pidana untuk tiap-tiap kejahatan
dijatuhkan, tetapi jumlahnya tidak boleh ,melebihi maksimum pidana terberat ditambah
sepertiga. System ini disebut system Kumulasi yang diperlunak.
Contoh : A melakukan 2 jenis kejahatn yang masing-masing diancam pidana 9 bulan
kurungan dan 2 tahun penjara. Dalam hal ini semua jenis pidana harus
dijatuhkan. Adapun maksimumnya adalah 2 tahun ditambah (1/3*2)tahun = 2
tahun 2 bulan atau 32 bulan.
13. Bagaimana pemberian pidana jika seseorang melakukan dua kejahatan pada
Concursus Realis ?
A melakukan dua jenis kejahatan yang terdapat dalam pasal 351 (diancam pidana 2 tahun
8 bulan atau denda Rp 4.500,-) dan pasal360 (diancam pidana 5 tahun penjara atau 1 tahun
kurungan). Dalam hal ini hakim harus mengadakan “pilihan hukum” terlebih dahulu.
• Jika dipilih ancaman pidana yang sejenis, maka digunakan system absorbs yang
dipertajam (pasal 65). Dalam contoh diatas maka maksimum yang dapat dijatuhkan
ialah : 5 tahun + (1/3 x 5 tahun = 6 tahun 8 bulan penjara.
• Jika dipilih ancaman pidana yang tidak sejenis, maka digunakan system kumulasi
yang diperlunak (pasal 66)
14. Bagaimana system pemberian pidana jika seseorang melakukan kejahatan
pelanggaran dan kejahatan ringan menurut Concursus Realis dan berikan
contohnya?
a. Untuk Concursus Realis berupa pelanggaran, berlaku pasal 70 yang menggunakan
system kumulasi.
Contoh : A melakukan dua pelanggaran yang masing-masing diancam pidana kurungan
6 bulan dan 9 bulan, maka maksimumnya adalah (6+9) = 15 bulan,
Namun menurut pasal 70 ayat 2 sistem kumulasi itu dibatasi sampai maksimum 1 tahun
4 bulan kurungan, jadi misalnya A melakukan pelanggaran yang masing-masing
diancam 9 bulan maka maksimum pidana kurungan yang dapat dijatuhkan adalah (9+9)
= 18 bulan, tetapi maksimumnya adalah 1 tahun 4 bulan atau hanya 16 bulan.
b. Untuk Concursus Realis berupa kejahatan ringan, khusus untuk pasal 302:1, 352, 364,
373, 379, dan 482 berlaku pasal 70 yang menggunakan system kumulasi tetapi dengan
pembatasan maksimum untuk penjara 8 bulan.
Contoh : A melakukan pencurian ringan (pasal 364) dengan penggelapan ringan (pasal
373) yang masing-masing diancam pidana 3 bulan penjara maksimum pidana
yang dapat dijatuhkan adalah 6 bulan penjara (system kumulasi)
15. Bagaimana pemberian pidana baik kejahatan maupun pelanggaran yang diadili
pada saat berlainan menurut Concursus Realis dan berikan contohnya?
Untuk Concursus Realis, baik kejahatan maupun pelanggaran, yang diadili pada saat
berlainan, berlaku pasal 71 yang berbunyi sebagai berikut :
“jika seseorang setelah dijatuhi pidana kemudian dinyatakan salah lagi karena melakukan
kejahatan atau pelanggaran lain sebelum ada putusan pidan aitu, maka pidana yang
dahulu diperhitungkan pada pidana yang akan dijatuhkan dengan menggunakan aturan-
aturan dalam bab ini mengenai hal perkara-perkara diadili pada saat yang sama”
Contoh :
A melakukan kejahatan sebagai berikut :
1. Tanggal 1/1 : pencurian (pasal 362, ancaman pidana 5 tahun penjara)
2. Tanggal 5/1 : penganiayaan biasa (pasal 351 diancam 2 tahun 8 bulan penjara)
3. Tanggal 10/1 :penadahan (pasal 480, diancam 4 tahun penjara
4. Tanggal 20/1 : penipuan (pasal 378, diancam 4 tahun penjara)
Maksimum pidana yang dapat dijatuhkan ialah 5 tahun + (1/3*5 tahun) – 6 tahun 8 bulan.
Jika untuk keempat pidana itu hakim menjatuhkan pidana 6 tahun penjara, maka jika
kemudian ternyata A pada tanggal 14/1 (sebelum ada keputusan) melakukan penggelapan
(pasal 372, diancam 4 tahun penjara), maka keputusan yang kedua kalinya ini untuk
penggelapan itu paling banyak hanya dijatuhkan pidana penjara selama 6 tahun 8 bulan
(putusan sekaligus) dikurangi 6 tahun (putusan I), yaitu 8 bulan penjara.
Dengan contoh diatas, bunyi pasal 71 dapat dirumuskan secara singkat sebagai berikut :
Putusan II = (Putusan sekaligus) - ( Putusan ke I)

Anda mungkin juga menyukai