Anda di halaman 1dari 2

Concursus dan Nebis in Idem

Concursus
Kualifikasi perbarengan tindak pidana (jenis jenis gabungan delik)
Pasal 63 ayat (1) KUHP tentang Gabungan Dalam Suatu Perbuatan (Concursus Idealis)
Pasal 64 KUHP tentang Perbuatan Berlanjut (Voortgezette Handeling)
Pasal 65 s/d Pasal 69 KUHP tentang Gabungan Dalam Beberapa Perbuatan (Concursus Realis).

1. Pasal 63 KUHP
(1) Jika suatu perbuatan masuk dalam lebih dan satu aturan pidana, maka yang
dikenakan hanya salah satu di antara aturan-aturan itu; jika berbeda-beda, yang
dikenakan yang memuat ancaman pidana pokok yang paling berat.
(2) Jika suatu perbuatan masuk dalam suatu aturan pidana yang umum, diatur pula
dalam aturan pidana yang khusus, maka hanya yang khusus itulah yang diterapkan.

2. Pasal 64 ayat (1) KUHP


“Jika antara beberapa perbuatan, meskipun masing-masing merupakan kejahatan atau
pelanggaran, ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai
satu perbuatan berlanjut, maka hanya diterapkan satu aturan pidana; jika berbeda-
beda, yang diterapkan yang memuat ancaman pidana pokok yang paling berat.”

Menurut pendapat Andi Hamzah dalam bukunya Pengantar Dalam Hukum Pidana


Indonesia, hal. 536 yang disarikan dari Memorie Van Toelichting Pasal 64 KUHP, yaitu:
“Dalam hal perbuatan berlanjut, pertama-tama harus ada satu keputusan kehendak.
Perbuatan itu mempunyai jenis yang sama. Putusan hakim menunjang arahan ini
dengan mengatakan:
1.    Adanya kesatuan kehendak;
2.    Perbuatan-perbuatan itu sejenis; dan
3.    Faktor hubungan waktu (jarak tidak terlalu lama)

3. Pasal 65 ayat (1) KUHP


“Dalam hal perbarengan beberapa perbuatan yang harus dipandang sebagai perbuatan
yang berdiri sendiri sehingga merupakan beberapa kejahatan, yang diancam dengan
pidana pokok sejenis, maka dijatuhkan hanya satu pidana.”

Nebis In Idem

- Di Pidana

Pasal 76 ayat (1) KUHP, BAB VIII tentang Gugurnya Hak Menuntut Hukuman Dan
Gugurnya Hukuman.
(1) Kecuali dalam keputusan hakim masih boleh diubah lagi, maka orang tidak boleh dituntut
sekali lagi lantaran perbuatan yang baginya telah diputuskan oleh hakim Negara
Indonesia, dengan keputusan yang tidak boleh diubah lagi (in kracht van gewijsde).
(2) jika putusan itu berasal dari hakim lain, maka penuntutan tidak boleh dijalankan terhadap
orang itu oleh sebab perbuatan itu juga dalam hal:

a. Pembebasan atau pelepasan dari penuntutan hukum;


b. Putusan hukuman dan hukumannya habis dijalankannya, atau mendapat ampun atau
hukuman tersebut gugur (karena daluwarsa penuntutan);

- Di Mahkamah Konstitusi

Pasal 60 UU MK Perubahan

“(1) Terhadap materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian dalam undang-undang yang telah
diuji, tidak dapat dimohonkan pengujian kembali.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan jika materi muatan
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dijadikan dasar
pengujian berbeda.”

Pasal 42 PMK No. 06/PMK/2005

“(1) Terhadap materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian dalam UU yang telah diuji, tidak
dapat dimohonkan pengujian kembali.

(2) Terlepas dari ketentuan ayat (1) diatas, permohonan pengujian UU terhadap muatan ayat,
pasal, dan/atau bagian yang sama dengan perkara yang pernah diputus oleh Mahkamah dapat
dimohonkan pengujian kembali dengan syarat-syarat konstitusionalitas yang menjadi alasan
permohonan yang bersangkutan berbeda.”

Anda mungkin juga menyukai