Anda di halaman 1dari 18

GADAI ( Buku II )

Dalam Hukum Perdata (Hak Kebendaan)


Hak kebendaan yang bersifat memberi kenikmatan dan yang bersifat
memberikan jaminan.
Hak kebendaan yang memberikan jaminan tertuju pada benda milik orang
lain, benda milik orang lain dapat berupa benda bergerak dan benda tidak
bergerak
Untuk jaminan benda bergerak milik orang lain, maka hak kebendaan
tersebut adalah hak gadai/vidusia
Untuk benda jaminan milik orang lain yang berupa benda tidak
bergerak, maka hak kebendaannya berupa Hak Tanggungan
• Gadai merupakan jaminan dengan menguasai bendanya sedangan
Hak Tanggungan merupakan jaminan dengan tanpa menguasai
bendanya
• Jaminan dengan menguasai bendanya bagi kreditur aka lebih aman,
karena mengingat: benda bergerak mudah dipindahtangankan dalam
arti dijual jika debitur wanprestasi.
• Gadai merupakan jaminan dengan menguasai bendanya sehingga di
Indonesia dalam praktek sangat sedikit. Oleh karena itu syarat
inbezitstelling pada gadai yang memberatkan
Gadai dan Hak Tanggungan
• Gadai dan Hak Tanggungan merupakan hak kebendaan, maka dengan
sendirinya mempunyai sifat yang ada pada hak kebendaan.
• Gadai diatur dalam Pasal 1150 KUHPerdata
• Menurut Pasal 1150 KUHPdt, adah suatu hak yang diperoleh
seorang kreditur atas suatu benda bergerak yang bertubuh maupun
tidak yang diberikan kepadanya oleh debitur atau orang lain atas
nama debitur untuk menjamin suatu hutang, dan yang memberikan
kewenangn kepada kreditur untuk mendapat pelunasan dari barang
tersebut lebih dahulu dari kreditur lainnya, terkecuali biaya-biaya
untuk melelang, merawat benda harusdidahulukan.
Kesimpulan gadai
1. Gadai lahir karena perjanjian penyerahan atas barang gadai
2. Penyerahan data dilakukan olah debitur atau orang lain atas nama
debitur
3. Barang yang menjadi obyek barang bergerak bertubuh atau tidak
bertubuh
4. Kreditur berhak mengambil pelunasan dari barang gadai lebih
dahulu daripada kreditur lainnya.
SIFAT-SIFAT GADAI
a. Gadai adalah hak kebendaan, Pemegang gadai mempunyai hak
Revindikasi, apabila barang gadai hilang atau curi, bukanlah hak
untuk menikmatidicuri.
b. Hak gadai bersifat accessoir
Hak gadai hanya pelengkap dari perjanjian pokoknya
c. Hak gadai tidak dapat dibagi-bagi
Dengan dibayarnya Sebagian hutang tidak akan membebaskan
Sebagian dari benda gadai.
d. Hak gadai adalah hak yang didahulukan
• Perjanjian pada umumnya, jika seseorang membuat suatu perjanjian
jaminan , maka dalam perjanjian itu mengandung 2 jenis perjanjian
yaitu : perjanjian hutang piutang uang (sebagai perjanjian pokok) dan
kedua adalah perjanjian jaminan (accessoir)
• Subyek dari masing-masing perjanjian tersebut pemberi jaminan
(debitur) sedangkan penerima jaminan (Kreditur)
• Kemungkinan kreditur dan pemegang jaminan berada dalam satu
tangan ….sedang Debitur dan pemberi jaminan terpisah.
OBYEK GADAI
• Semua kebendaan yang bergerak

• Dalam Pasal 1152 ayat (1)nKIHPdt disebut tentang Hak gadai atas
surat-surat bawa , surat atas tunjuk dan atas nama, demikian juga
dalam Pasal 1153 disebutkan bahwa untuk meletakkan hak gadai atas
surat- surat tunujuk diperlukan endosemen dan penyerahan
sfuratnya.
KEWENANGAN PEMBERI GADAI
• Pasal 1152 ayat (4) KUHPdt bahwa :Hal tidak berkuasanya si pemberi
gadai untuk bertindak bebas terhadap barng gadai, tidak dapaaft
dipertanggungjawabkan kepada si Kreditur yang telah menerima
barang tersebut dlam gadai”
• Namun demikian persyaratan itikad baik tetap harus diperhatikan.
Sehingga apabila kreditur yang telah menerima benda gadai orang
lain yang berstatus sebagai detentor dari benda yang digadaikan, ia
tetap memperoleh hak gadai secara sah. Kreditur pemegang gaai
dilindungi terhadap peilik (eigenaar)
• Dalam hal terjadi demikian pemilik benda gadai dapaat menuntut
Kembali bendanya yang berada pada pemegang gadai , apabila ia
telah melunasi hutang si debitur.
• Apabila pemilik telah kehilangan kekuasaan atas benda tersebut tidak
dengan suka rela (missal dicuri atau hilang), maka persoalan menjadi
lain. Dalam keadaan seperti ini eigenaar dari benda selalu dapat
merevindikasi benda yang digadaikan itu dari pemegang gadai dan
tidak diwajibkan untuk membayar piutang si kreditur *Pasal 1877
ayat (2) KUHPerdata.
Kedudukan Pemegang Gadai Terhadap benda
gadai
• Pemegang gadai dalam menguasai secara langsung benda gadai
bukan berarti pemegang gadai mempunyai hak bezit atas barang yang
dikuasai, akan tetapi barang yang dikuasai itu hanya sebagai
penduiung adanya perjanjian pokok, utang piutang, sehingga
kedudukan pemegang gadai sebagai “detentor”
• Pemegang gadai da (Pasal 1155 ayat (1) KUHPdtpat melakukan
parate execusi, yaitu menjual atas kekuasaan sendiri
Kewajiban penerima gadai :
1. Menjaga keselamatan benda
2. Memberi tahu debitur bila benda gadai akan dijual
3. Kreditur bertanggung jawab atas hilangnya atau nerosotnya nilai
benda gadai jika terjadi karena kelalaiannya (1157 KU Pdt )
4. Kreditur wajib mengembalikan benda gadai setelah hutang pokok,
bunga, biaya atau ongkos untuk penelamatan benda telah dibayar
linas
Hak pemberi gadai (Debitur)

• Debitur berhak menerima sisa dari penjualan benda gadai

• Kewajiban : debitur
Kewajiban Debitur /pemberi gadai
1. Debitur wajib menyerahkan benda yang digadaikan (syarat
inbezistelling)
2. Menyerahkan dokumen (jika ada)
3. Debitur wajib mengganti segala biaya yang berguna dan diperlukan
yang telah dikeluarkan oleh kreditur (Pasal 1157 KUHPft)
HAPUSNYA GADAI

1. Hak gadai hapus denga hapusnya perikatan pokok yaitu perrrjanjian


hutang piutang sehubungabtelah dibarnya hutag okok ditambah
bunga dan biaya lainta seperti biaya pemeliharaan benda gadai.
2. Jika benda gadai lepas atau tidak lagi berada dalam kekuasaan
pemegang gadai.
PERBANDINGAN ANTARA GADAI
MENURUT h. Perdata dan gadai menurut H
Adat
• Gadai menurut H. Adat cekelan, meskipun memiliki persamaan
Gadai/Pangmenurut H Perdata, tetapi prinsipnya berbeda.
• Persamaan antara keduanya sama-sama memberikan jaminan yang
bendanya diserahkan ke dalam kekuasaan si Debitur.
• Kedua-duanya memiliki sifat droit de suite, yaitu walaupun sudah
diulang gadaikan oleh penerima gadai namun benda itu tetap dapat
ditebus di tangan siapapun benda tersebut berada.
• Kedua-duanya ada larangan bagi si penerima gadai untuk memiliki
bendanya.
• Dalam gadai adat,dulu dimungkinkan untu diperjanjikan bahwa : Jika
benda yang obyeknya berupa tanah tidak ditebus pada waktunya oleh
pemberi gadai atau debitur, maka kreditur dapat menjadi pemili
tanah tersebut.
• Tetapi dalam prakteknya, tanah yang digadaikan tidak bisa secara
otomatis menjadi pemilik si kreditur sekalipun diperjanjikan karena
biasanya selalu diperlukan suatu transaksi baru lagi berupa
penambahan uang gadai.
Perbedaan Prinsip Antara Kedua Bentuk
gadai
Pada gadai/pand, merupakan suatu perjanjian yang didahului
perjanjian hutang piutang dengan jaminan benda bergerak,
sedangkan gadai adat, bukan merupkan perjanjian pinjam meminjam
uang tetapi merupkan suatu transaksi tanah.
Gadai/Pand meupakan suatu perjanjian accessoir (tambahan) untuk
menjamin terlaksananya atau terpenuhinya perjanjia pokok. Pada
gadai adat perjanjian yang diadakan antara para pihak merupakan
transaksi yang berdiri sendiri.
Obyek jaminan gadai adalah benda bergerak sedangka obyek gadai
adat adalah tanah.
Hak menebus pada gadai/pand ada batasnya yaitu sesuai dengan
perjanjian. Pada gadai adat dulu hak menebus tidak ada batasnya
artinya tidak kadaluwarsa. Tetapi dengan berlakunya PERPU N.
56/1960 sebagai pelaksanaan Pasal 7 UUPA penguasaan atas tanah
dibatasi. Ketentuan tersebut menyaakan bahwa untuk tidak
merugikan kepentingan umum, maka pemilikan dan penguasaan
tanah yang melampauo batas tidak diperkenankan dan ditetapkan
bahwa tanah pertanian yang telah berlangsung tujuh tahun lebih
harus dikembalikan kepada pemiliknya tanpa uang tebusan

Anda mungkin juga menyukai