Anda di halaman 1dari 28

HUKUM PIDANA LANJUT

(DASAR PENGHAPUS PENUNTUTAN,


DASAR PENGHAPUS PIDANA, PEMBERAT
PIDANA & PERINGAN PIDANA)
PENGANTAR
• PADA PENUNTUTAN : PADA PRINSIPNYA
TERHADAP ORANG YG MELAKUKAN TINDAK
PIDANA DITUNTUT PIDANA, KECUALI ADA
ALASAN PENGHAPUS PENUNTUTAN
(VERVOLGINGSLUITING GRONDEN)
• PADA PEMERIKSAAN DI PENGADILAN : PADA
PRINSIPNYA TERHADAP ORANG YG DINYATAKAN
TERBUKTI MELAKUKAN TINDAK PIDANA SUDAH
DAPAT DIPIDANA, KECUALI ADA ALASAN
PENGHAPUS PIDANA (STRAFUITSLUITING
GRONDEN)
DASAR (ALASAN) PENGHAPUS PENUNTUTAN
(VERVOLGINGSLUITING GRONDEN)
• ADALAH : KEADAAN-KEADAAN TERTENTU YG
PIDANA YG MENGAKIBATKAN HAPUSNYA HAK
UTK MENUNTUT SESEORANG YG MELAKUKAN
TINDAK PIDANA MISALNYA; TIDAK ADA
PENGADUAN PADA DELIK ADUAN
• KARENA KEADAAN-KEADAAN TERSEBUT , MAKA
JPU TIDAK BISA MENGAJUKAN DAKWAAN DI
HADAPAN PENGADILAN.
• KALAU JPU MENGAJUKAN DAKWAAN TERSEBUT,
MAKA HAKIM MEMUTUSKAN SURAT DAKWAAN
NIET-ONTVANKELIJKE VERKLARING/N.O (SURAT
DAKWAAN TIDAK DAPAT DITERIMA)
Lanjutan Dasar (Alasan) Penghapus
Penuntutan
• TIDAK DIPERLUKAN PEMERIKSAAN TINDAK
PIDANANYA
• APABILA KEADAAN YG MENGHAPUS
PENUNTUTAN TERSEBUT SUDAH TIDAK ADA,
MAKA JPU DAPAT MENGAJUKAN KEMBALI
PENUNTUTAN DI PENGADILAN
• PENGULANGAN TERSEBUT TIDAK TERMASUK
NEBIS IN IDEM
Lanjutan Dasar (Alasan) Penghapus
Penuntutan
• DASAR PENGHAPUS PENUNTUTAN TERDIRI :
1. NE BIS IN IDEM (Pasal 76 KUHP)
2. MENINGGAL DUNIA (Pasal 77 KUHP)
3. DALUARSA (Pasal 78 KUHP), Ada 4 katagori :
a. Semua kejahatan & pelanggaran dgn
menggunakan percetakan = 1 thn
b. Semua TP yg diancam dgn pidana denda,
kurungan, atau pidana penjara max 3 thn,= 6
thn
Lanjutan
c. Semua kejahatan yg diancam dgn pidana penjara
lebih 3 thn= 12 tahun;
d. Semua kejahatan yg diancam dgn pidana mati
atau pidana penjara seumur hidup = 18 thn
e. Bagi org yg melakukan TP umurnya blm 18 thn =
masing-masing waktu daluarsanya di atas dikurangi
menjadi sepertiga
• DALUARSA MULAI BERLAKU HARI SESUDAH
PERBUATAN DILAKUKAN, KECUALI YG
DITENTUKAN DLM PASAL 79 ke 1, ke 2, ke 3 KUHP
DASAR PENGHAPUS PIDANA
(STRAFUITSLUITING GRONDEN)
• PENGERTIAN :
Keadaan-keadaan yg menjadikan hakim tdk
dapat menjatuhkan pidana.
INGAT ! BEDAKAN DGN : DASAR-DASAR YG
MENIADAKAN PENUNTUTAN (VERVOLGINGS
UITSLUITING GRONDEN ) : YAITU :
Keadaan-keadaan yang menjadikan
penuntut umum tdk dapat menuntut
• Dasar-dasar yg meniadakan pidana : merupa
kan kewenangan hakim, yg harus dibuktikan di
depan persidangan.
• Hakim harus secara aktif menggali, kalau ter
dapat indikasi adanya dasar-dasar yg meniada
kan piidana.
• Penyidik dan penuntut umum tidak bewenang
menghentikan penyidikan atau penuntutan
karena alasan dasar-dasar yg meniadakan
pidana
PENGGOLONGAN DASAR –DASAR YG
MENIADAKAN PIDANA
1. Dasar pembenar
2. Dasar pemaaf
• DASAR PEMBENAR : Keadaan-keadaan
tertentu yg membenarkan suatu tindakan,
sehingga tindakan tersebut bukan lagi tindak
pidana. Dasar pembenar berfungsi
menghilangkan sifat melawan hukum
• DASAR PEMAAF : Keadaan-keadaan tertentu
yg memaafkan kesalahan yg tadinya ada.
Dasar pemaaf berfungsi menghapus kesalahan
PENGGOLANGAN DASAR-DASAR
PEMBENAR
• BERDASARKAN SIFAT BERLAKUNYA :
1. Berlaku umum : Pada dasarnya berlaku utk
semua tindak pidana.
yaitu : dasar-dasar yg meniadakan pidana
yg diatur dalam Buku I Bab III
2. Berlaku khusus : Hanya berlaku utk satu
jenis tindak pidana saja.
yaitu : diatur mengikuti rumusan delik,
secara insidental dlm/luar KUHP
• BERDASARKAN TEMPAT PENGATURANNYA :
1. Dalam UU : KUHP dan Diluar KUHP (Misal-
nya Pasal 72 ayat (2) UU No. 36 Th 2009
2. Di luar UU : dalam praktek peradilan : ajar-
an melawan hukum materiil yg berfungsi
negatif, ijin.
• DUA ASAS YG HARUS DIPENUHI UNTUK
DASAR PEMBENAR :
• ASAS SUBSIDIARITAS : Adanya keterpaksaan
• ASAS PROPORSIONALITAS : Adanya keseim-
bangan antara kepentingan hukum/kewajiban
hukum yang dilindungi dgn yang dikorbankan
• DASAR PEMBENAR ( RECHTVAARDINGINGS GRONDEN)
1. Noodtoestand (Keadaan darurat/terpaksa)
Pengaturannya mengikuti Pasal 48 KUHP
Makna : adanya keadaan yg saling bertolak
belakang/pertentangan (dilema)
Pertentangan :
1. Kepentingan hukum pelaku dgn kepentingan
hukum org lain (kewajiban pelaku)
contoh : papan karnaedes, dari Cicero
2. Antar 2 kewajiban hukum pelaku (konflik ke-
wajiban hukum)
contoh : kewajiban menyimpan rahasia jabat-
an Vs kewajiban memberi kesaksian
3. Kepentingan hukum pelaku dgn kepentingan
hukum negara (kewajiban hukum pelaku)
contoh : warga neg belanda dipaksa menjadi
tentara jerman.
Lanjutan Dasar Pembenar

2. Noodweer (Pembelaan Darurat/Terpaksa)


Dasar Hukum : 49 ayat (1) KUHP
Syarat (unsur) :
- Adanya serangan seketika atau bersifat
mengaancam langsung;
- Bersifat melawan hukum;
- Terhadap badan, harta benda, kehormatan
diri sendiri atau orang lain
- Pembelaan utk meniadakan bahaya serangan
Lanjutan Noodwer
• CATATAN :
- Serangan harus senyata telah ada. serangan
yg telah dihentikan, maka tdk boleh ada
pembalasan.
- Serangan secara langsung membahayakan
objek yg diserang, tdk cukup hanya ancaman
secara lisan
- Kehormatan : adalah kehormatan dlm arti
kesusilaan (sex).
- Syarat : asas subsidiaritas dan proporsionalitas
Lanjutan Dasar Pembenar

3. WETTELIJK VOORSCRIFT (Menjalankan UU )


Dasar Hukum : Pasal 50 KUHP
Syarat : Menjalankan tugas /kewenangan yg
ditentukan oleh UU.
Contoh : Penyidik yg melakukan melakukan
penangkapan,penahanan, penyitaan,
Juru sita melakukan eksekusi putusan.
Lanjutan Melajalankan UU

Simons : Tindakan yg dibenarkan oleh peraturan


& org tsb mempunyai wewenang utk
bertindak utk mencapai tujuan yg di ke-
hendaki oleh UU.
MvT : Apabila UU telah meletakan kewajiban
kpd seseorg utk melakukan perbuatan
Noyon : Apabila UU melakukan suatu kewajiban
dan bukan suatu hak untuk berbuat
Lanjutan Menjalankan UU

• Pompe dan HR 14 Okt 1940 : utk memberlaku-


kan Pasal 50 KUHP disyarakatkan adanya
pelaksanaan kewajiban menurut UU (wettelijke
verplichting).
• Pompe :sekalipun perbuatan pelaku (penyidik)
menimbulkan perasaan sakit atau luka, bhw
pelaku telah melakukan suatu cara yg pantas
(redelijk middel).
• Pompe : pembelaan penyidik atas tuduhan
pembunuhan adalah noodweer, bukan Pasal 50
KUHP
Lanjutan Dasar Pembenar

4. AMBTELIJK BEVEL (Menjalankan perintah jabatan)


Dasar Hukum : Pasal 51 ayat (1) KUHP
Syarat : - Ada perintah atasan yg berwenang
- substansi perintah sah secara hukum
• Perintah jabatan : perintah yg diberikan seorg
atasan, yg mana kewenangan memerintah itu
bersumber pada kedudukan menurut jabatan.
DASAR PEMBENAR DI LUAR UU

• Melawan hukum materiil yg berfungsi negatif :


MHMN : Secara formal bertentangan (melang-
gar) UU tapi tapi secara materiil tidak berten-
tangan dgn asas asas hukum tdk tertulis/ tdk
bertentangan dgn rasa keadilan/ tdk bertenta
ngan dgn norma kepatutan dlm masyarakatan
• Ada konflik antara perspektif UU dan perspek-
• tif asas-asas hk tertulis/ norma kepatutan
• Dijadikan dasar utk tdk mempidana
Lanjutan MHMN

• Contoh Putusanan :
- Arrest HR tgl 20/2/1933 : Arrest drh dari
Huizen (Belanda)
- Putusan MARI tgl 8/1/1966 : Kasus Korupsi
Dana Reboisiasi : Selain berdasarkan UU juga
didasarkan pd asas-asas hukum tdk tertulis &
bersifat umum, misalanya negara tdk dirugikan,
kepentingan umum tetap dilayani, terdakwa
tdk mendapat untung.
DASAR-DASAR PEMAAF
• FUNGSINYA : Menghapus kesalahan
• Kesalahan : “Geen straf zonde schuld”
(“Actus non facit reum nisi mens sit rea”/
Actus reus mens rea)
• Jenis-jenisnya :
1. Tidak mampu bertanggungjawab (Pasal 44
KUHP)
2. Overmacht (Pasal 48 KUHP)
Lanjutan Dasar Pemaaf
3. Noodweer Exes (Pasal 49 ayat (2) KUHP)
4. Menjalan perintah atasan tanpa wenang
Pasal 51 ayat (2) KUHP)
5. Tidak Kesalahan Sama Sekali (TKSS) : Ketidak
tahuan mengenai fakta, kasus air susu yg telah
bercampur dgn air (Arrest Air Susu, HR
14/2/1916)
• TIDAK MAMPU BERTANGGUNGJAWAB (Pasal 44)
- Tidak Dapat dipertanggungjawabkan kepada
nya karena jiwanya cacat dalam pertumbuhan
atau terganggu karena penyakit.
- jiwanya cacat dlm pertumbuhan : Abnormal
keadaan sejak lahir, seperti idiot; jiwanya
terganggu krn penyakit : keadaan setelah lahir.
- Menurut MvT : (1). Apabila si pelaku tidak
memiliki kebebasan utk memilih berbuat atau tidak
berbuat mengenai apa yg dilarang atau
diperintahkan oleh UU.
Lanjutan Dasar Pemaaf
(2). Apabila si pelaku berada dlm suatu keadaan yg
sedemikian rupa sehingga tdk dapat mengin-syafi
bahwa perbuatannya bertentangan dgn hukum dan
tdk dapat menentukan akibat perbuatannya.
- Keadaan sebagaimana disebut Pasal 44 ayat (1)
bersifat umum, artinya pada prinsipnya berlaku utk
semua delik. Juga terdapat keadaan tidak mampu
bertanggungjawab secara khusus, yaitu berlaku
untuk delik tertentu saja, seperti seorang yg
menderita “kleptomania” dlm kasus pencurian.
Lanjutan Dasar Pemaaf
• Keadaan jiwa yg cacat dalam pertumbuhan atau
terganggu krn penyakit tsb ada pada
saat/sebelum perbuatan dilakukan.
• Harus ada hubungan antara keadaan jiwa yg
cacat dalam pertumbuhan atau terganggu krn
penyakit dgn perbuatan yg dilakukan
• Hakim yang berwenang menentukan ttg ada
tidaknya hubungan tersebut
• Hakim tidak terikat dgn keterangan ahli jiwa yang
telah menerangkan keadaan tersbut.
• Dalam vonis hakim, terdakwa di
rawat/rehabilitasi kesehatan mentalnya.
Lanjutan Dasar Pemaaf
• OVERMACHT (DAYA PAKSA)Pasal 48 KUHP
- MvT : adalah setiap perbuatan, setiap
dorongan, setiap paksaan yg tdk dapat
dilawan
- Daya paksa terjadi karena tekanan psykis
dan fisik. Istilah “dorongan”, menunjuk pada
tekanan psykis. Sedangkan “paksaan” menunjuk
pada tekanan fisik.

Anda mungkin juga menyukai