Anda di halaman 1dari 10

YAYASAN PENDIDIKAN JAMBI

UNIVERSITAS BATANG HARI


FAKULTAS HUKUM

TUGAS RESUME

NAMA:FEBY YOLANDA
NIM:2000874201119
DOSEN:Dr.S.Sahabuddin,SH.M.Hum

UNIVERSITAS BATANG HARI JAMBI


TAHUN 2021
PENGERTIAN HK PIDANA
MENURUT PENDAPAT PARA AHLI

Pompe
Hukum Pidana:
semua aturan aturan hukum yang menentukan terhadap perbuatan perbuatan apa yang seharusnya dijatuhi pidana,
dan apakah macamnya pidana itu.

Simons
Hukum Pidana:
Semua perintah-perintah yg berisi larangan -larangan yang diadakan oleh negara dan yang diancam dengan suatu
nestapa (pidana) barangsiapa yang tidak mentaatinya, kesemuanya aturan-aturan yg menentukan
syarat-syarat bagi akibat hukum itu dan kesemuanya aturan-aturan untuk mengadakan
(menjatuhi) dan menjalankan pidana tersebut.

MOELJATNO:
Hukum pidana adalah bagian dari hukum yang mengadakan dasar dan aturan-aturan untuk menentukan:
- Perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan yang dilarang dengan disertai ancaman sanksi berupa
suatu pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut;
- Kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau
dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan.
- Dengancara bagaiman pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah
melanggar larangan tersebut.

WIRJONO PRODJODIKORO
Hukum pidana adalah peraturan hukum mengenai pidana.

SATOCHID KARTANEGARA
Hukum pidana:
sejumlahperaturan-peraturan yang merupakan bagian dari hukum positif yang mengandung larangan-larangan
dan keharusan-keharusan yang ditentukan oleh negara atau kekuasaan lain yang berwenang
untuk menentukan peraturan-peraturan pidana, larangan atau keharusan mana disertai ancaman
pidana, dan apabila hal ini dilanggar timbullah hak negara untuk melakukan tuntutan,
menjalankan pidana dan melaksanakan pidana.

VAN HAMMEL
Hukum Pidana :
semua dasar-dasar dan aturan-aturan yang dianut oleh suatu negara dalam menyelenggarakan ketertiban hukum
(rechts order) yaitu dengan melarang apa yang bertentangan dengan hukum dan mengenakan
suatu nestapa kepada yang melanggar larangan-larangan tersebut.
DEFENISI HUKUM PIDANA
“ Hukum yang mengatur tentang perbuatan yang dilarang atau yang diharuskan, dan orang yang melanggar aturan tersebut
dikenakan sanksi pidana”
Jadi, Hukum Pidana berpokok pada 3 hal:
• Perbuatan pidana: dilarang/diharuskan (objek hukum)
• Orang yang melanggar (subjek hukum)
• Sanksi pidana
Jenis-jenis Pidana yang tercantum dalam Pasal 10 KUHP
◼ Pidana Pokok
▪ Pidana Mati
▪ Pidana Penjara ▪ Kurungan
▪ Denda
▪ Tutupan
◼ Pidana Tambahan
▪ Pencabutan Hak-hak Tertentu
▪ Perampasan Barang-barang Tertentu ▪ Pengumuman Putusan Hakim

DEFINISI Prof. Mr. Dr. WIRJONO PRODJODIKORO


• PERATURAN HUKUM MENGENAI PIDANA • PIDANA : HAL YANG DIPIDANAKAN
HAL YANG OLEH INSTANSI BERKUASA DILIMPAHKAN KEPADA SEORANG OKNUM YANG TIDAK ENAK
DIRASAKANNYA DAN JUGA HAL YANG TIDAK SEHARI-HARI DILIMPAHKAN

Prof. Mr. MOELJATNO


• HUKUM PIDANA MERUPAKAN BAGIAN DARI KESELURUHAN HUKUM YANG BERLAKU DI SUATU NEGARA YANG
MENGADAKAN DASAR-DASAR DAN ATURAN-ATURAN HUKUM UNTUK
– MENENTUKAN PERBUATAN MANA YANG TIDAK BOLEH DILAKUKAN/DILARANG DAN DAPAT DIKENAKAN ATAU
DIJATUHI PIDANA SEBAGAIMANA YANG TELAH DIANCAMKAN
– MENENTUKAN KAPAN DAN DALAM HAL APA MEREKA YANG TELAH MELANGGAR LARANGAN-LARANGAN ITU
DAPAT DIKENAKAN ATAU DIJATUHI PIDANA YANG TELAH DIANCAMKAN
– MENENTUKAN DENGAN CARA BAGAIMANA PENGENAAN PIDANA ITU DAPAT DILAKSANAKAN APABILA ADA
OPRANG YANG TELAH DISANGKA MENANGGAR LARANGAN TERSEBUT

SAWER
• TIGA (TRIAS) MASALAH POKOK DALAM HUKUM PIDANA :
– PERBUATAN YANG MEMENUHI SYARAT-SYARAT TERTENTU
– ORANG YANG MELAKUKAN PERBUATAN – PIDANA

PERKINS
• CRIMINAL LAW IS OFTEN USED TO INCLUDE ALL THAT IS INVOLVED IN THE ADMINISTRATION OF CRIMINAL
JUSTICE

Prof. D. SIMONS
◼ KESELURUHAN LARANGAN ATAU PERINTAH YANG OLEH NEGARA DIANCAM DENGAN NESTAPA APABILA
SUATU PIDANA APABILA TIDAK DITAATI
◼ KESELURUHAN PERATURAN YANG MENETAPKAN SYARAT-SYARAT UNTUK MENJATUHKAN PIDANA, DAN
◼ KESELURUHAN KETENTUAN YANG MEMBERIKAN DASAR UNTUK PENJATUHAN PENERAPAN PIDANA

Prof. POMPE
• ATURAN HUKUM YANG MENENTUKAN TERHADAP PERBUATAN-PERBUATAN APA SEHARUSNYA DIJATUHI
PIDANA DAN APAKAN MACAMNYA PIDANA ITU
DEFINISI VAN HAMMEL
◼ KESELURUHAN DASAR DAN ATURAN YANG DIANUT OLEH NEGARA DALAM KEWAJIBANNYA UNTUK
MENEGAKKAN HUKUM (IUS PUNIENDI)
◼ YAKNI DENGAN MELARANG APA YANG BERTENTANGAN DENGAN HUKUM DAN MENEGAKKAN SUATU
NESTAPA KEPADA YANG MELANGGAR ATURAN TERSEBUT
◼ ATAU SEJUMLAH PERATURAN YANG MENGANDUNG LARANGAN-LARANGAN DAN KEHARUSAN-KEHARUSAN
DIMANA TERDAPAT PELANGGARANNYA DIANCAM DENGAN HUKUMAN PIDANA (IUS POENALE)

IUS POENALE / HUKUM PIDANA DALAM ARTI OBYEKTIF DIBAGI :

• HUKUM PIDANA MATERIIL / HUKUM PIDANA IN ABSTRACTO YANG TERDAPAT DI DALAM KUHP DAN PERATURAN-
PERATURAN LAIN
• HUKUM PIDANA FORMIL / HUKUM PIDANA IN CONCRETO ATAU HUKUM ACARA PIDANA YANG TERDAPAT DI DALAM KUHAP
IUS PUNIENDI/ HUKUM PIDANA DALAM ARTI SUBYEKTIF DIBAGI :
• DALAM ARTI LUAS YAITU HAK DARI NEGARA ATAU PERLENGKAPAN NEGARA UNTUK MENGENAKAN ATAU MENGANCAM
PIDANA TERHADAP PERBUATAN TERTENTU
• DALAM ARTI SEMPIT ADALAH HAK UNTUK MENUNTUT PERKARA-PERKARA PENJATUHAN DAN PELAKSANAAN PIDANA
TERHADAP ORANG YANG MELAKUKAN PERBUATAN YANG DILARANG – HAK INI DILAKUKAN OLEH BADAN
PERADILAN
• IUS PUNIENDI ADALAH HAK MENGENAKAN / MENJATUHKAN PIDANA
IUS PUNIENDI HARUS BERDASARKAN IUS POENALE, YAITU HAK UTK MENGENAKAN PIDANA ITU BARU ADA SETELAH DI
DALAM HK PIDANA OBYEKTIF DITENTUKAN SEJUMLAH PERBUATAN YANG DAPAT DIANCAM DENGAN
PIDANA
JADI HK PIDANA SUBYEKTIF DIBATASI HUKUM PIDANA OBYEKTIF JENIS - JENIS PIDANA
• HUKUM PIDANA MATERIIL & HUKUM PIDANA FORMIL
• HUKUM PIDANA UMUM DAN HUKUM PIDANA KHUSUS
• HUKUM PIDANA DIKOODIFIKASI & HUKUM PIDANA YANG TIDAK DIKODIFIKASI
• BERDASARKAN TEMPAT BERLAKU
– HUKUM PIDANA UMUM (DIBENTUK OLEH PEMBENTUK
UNDANG-UNDANG PUSAT)
– HUKUM PIDANA LOKAL(DIBENTUK OLEH PEMBENTUK UNDANG-UNDANG DAERAH)
• HUKUM PIDANA TERTULIS & HUKUM PIDANA TIDAK TERTULIS (HUKUM ADAT)
• HUKUM PIDANA INTERNASIONAL DAN HUKUM PIDANA NASIONAL

SEJARAH HUKUM PIDANA TERTULIS DI INDONESIA


• CODE PENAL (PRANCIS)----ABAD IX NAPOLEON DI BELANDA
• WVS (WETBOEK VAN STRAFRECHT)---BERLAKU 1 SEPTEMBER 1886
• WVSVNI (WETBOEK VAN STRAFRECHT VOOR NEDERLANDSCH INDIE)--- BERLAKU 1 JANUARI 1918
• ATURAN PERALIHAN UUD RI 1945
• UU NO 1 TAHUN 1946 WVS DISEBUT KUHP

• KRIMINALISASI : PROSES PENETAPAN SUATU PERBUATAN YANG DAPAT DIPIDANA


• DEKRIMINALISASI : PROSES DIMANA DIHILANGKAN SAMA SEKALI SIFAT DAPAT DIPIDANANYA SUATU
PERBUATAN
• DEPENALISASI : PERBUATAN YANG SEMULA DIANCAM PIDANA, ANCAMAN PIDANA INI DIHILANGKAN TETAPI
MASIH DIMUNGKINKAN ADANYA PENUNTUTAN DENGAN CARA LAIN DENGAN MELALUI HUKUM
ADMINISTRASI

SUMBER HUKUM PIDANA INDONESIA


• HUKUM TERTULIS – KUHP
– PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI LUAR KUHP
• HUKUM PIDANA ADAT
ILMU DAN HUKUM PIDANA
Pengertian :
Suatu Ilmu Pengetahuan yang mempelajari tentang Seluk beluk hukum Pidana secara sistematis

Hk. Pidana Positif (Ius Constitutum)


Objek IH
P
Hukum pidanayg sedang berlaku pada suatu waktu dan tempat tertentu
Hk. Pidana Materiel Dan Hukum Pidana Formal (Materiel Straf Recht un Strafproces Recht)
Hk. Pidana Objektif dan Hk. Pidana Subjektif (Ius Poonale un Ius Poeniendie)
Hk. Pidana Umum dan Hk. Pidana Khusus (Generale Straf Recht un Speciale Straf Recht)
HUKUM PIDANA OBJEKTIF
Hk. Yang mengatur perbuatan yang dilarang (verboeden) dan perbuatan yang diharuskan (geboeden), yang pelanggarannya
dikenakan sanksi pidana
Seluruh Aturan Hukum Pidana yang materiel dan formal (baik yang umum atau yang khusus)
Contoh: seluruh aturan dalam KUHP atau diluar KUHP seluruh aturan dalam KUHAP atau diluar KUHAP

Hukum Pidana Subjektif


● Seluruh aturan yang memberikan hak kepada negara / penguasa untuk menghukum melalui lembaga2 resmi yg telah
ditentukan.
Criminal Justice System (sistem peradilan pidana):
1. Penyidik (Polri dan PPNS)
2. Jaksa Penuntut Umum
3. Hakim
4. Lembaga Pemasyarakatan
5. Advokat

Hukum pidana negatif (ius constituendum)


● Hukum pidana yang belum berlaku (sedang dicita-citakan)
mungkin:
1. Sedang tahap penelitian
2. Sedang tahap formulasi

Hukum pidana internasional


Hukum pidana yang mengatur perbuatan2 hukum yg menyangkut perbuatan hukum internasional dan cara
penyelesaiannya.
1. Hukum kejahatan perang (humaniter)
2. Hukum kejahatan transnasional

Hukum pidana non litigasi


1. Hukum pidana adat (adat rechts)
Hukum yang melanggar adat/kebiasaan wilayah tertentu yang diselesaikan dgn cara2 adat. (peradilan adat)
2. Hukum Pidana kebiasaan (custom rechts)
Hukum pidana yg didasarkan pada kebiasaan lingkungan setempat yg diselesaikan berdasarkan kebiasaan.

Hukum pidana materiel


Berisi tentang:
1. Perbuatan2 pidana (kejahatan/pelanggara
2. Pelaku2 tindak pidana
3. Sanksi2 pidana
Bentuknya:
Umum (General Strafrechts): KUHP Khusus (Speciale Strafrecht): diluar KUHP
n)
Hk. Pidana formal
Hukum yg mengatur bagaimana cara menegakkan hk. Pidana materiel yg dilanggar.
Sering disebut dgn hukum acara pidana Hk. Ini digunakan oleh Penegak hukum
sbg dasar bekerja.
Pengaturannya ada pada KUHAP dan diluar KUHAP.

HUBUNGAN IHP DENGAN ILMU LAIN


Ilmu Hukum Pidana (IHP) tidak akan pernah berkembang tanpa bantuan dari ilmu-ilmu yang lain. Untuk Itu IHP membuka
diri agar selalu mendapat perubahan / perbaikan guna kepentingan IHP itu sendiri.
Asasnya : “Hukum tidak Boleh Statis, melainkan harus DINAMIS”

Hub. IHP dengan Kriminologi


Kriminologi sebagai ilmu yg mempelajari sebab-sebab kejahatan (crime’s) dan kejahatan itu sendiri harus diatur dalam
hukum pidana.
Jadi ada dependence interrelation antara kedua ilmu tsb.
Contoh: Kejahatan terhadap keamanan negara dipelajari dalam ilmu kriminologi, dan kemudian diatur dalam hukum pidana
yg mengatur tentang terorisme.
Hub. IHP dgn Penologi
Penologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang sanksi pidana , berperan besar dalam menjaga kewibawaan hukum pidana.
Dengan ilmu Penologi, maka hukum pidana menjadi ilmu hukum yg memiliki ciri khas dalam penghukumannya.
IHP memberikan wadah kepada penologi agar lebih bermakna dan dapat dimanfaatkan.
Contoh: Pidana mati, penjara, denda dsbnya.

Hub. IHP dgn Psikologi


Psikologi sebagai ilmu tentang Kejiwaan memberikan nilai kepantasan / kewajaran kepada hukum pidana, dengan harapan
agar hukum pidana yang dibuat itu benar-benar sesuai / pantas untuk dilaksanakan, baik unsur objektif,
unsur subjektif maupun unsur sanksi.
Contoh: Sanksi pidana mati pantas ditempatkan dalam ketentuan pidana atas perbuatan yang membahayakan keamanan
negara (misalnya pasal 104 KUHP).

Hub. IHP dgn Sosiologi


Sosiologi sebagai ilmu yg mempelajari masyarakat, selalu menjadi ukuran keberhasilan penerapan hukum pidana. Tanpa
dukungan masyarakat, maka hukum pidana tidak punya arti sama sekali (tidak dpt diterapkan).
Dengan sosiologi, gejala-gejala sosial yg ada pada masyarakat dipelajari dan dapat menjadi pertimbangan IHP untuk
pengaturan selanjutnya.
Contoh: UU ITE muncul dari hasil pengamatan sosiologi terhadap gejala sosial yg menyimpang.

Hub. IHP dgn Antropologi


Antropologi sebagai ilmu yg mempelajari tentang Perilaku manusia sebagai anggota masyarakat, juga memberikan
masukan kepada IHP. Jika perilaku itu bertentangan dengan masyarakat, maka perilaku itu perlu dilarang
dalam hukum pidana.
Contoh:
Perilaku merokok ditempat umum dapat mengganggu kesehatan ditempat itu, maka hukum pidana dapat melarang orang
untuk merokok ditempat umum.
PERKEMBANGAN HUKUM PIDANA BARAT
Perkembangan Hukum Pidana ke arah Bersifat Hukum Publik.
a. Hukum Pidana ketika Bersifat Hukum Perdata.
􏰀 Hukum Pidana yang bersifat hukum publik yang kita kenal sekarang, telah melalui suatu perkembangan yang lama dan
lamban.
􏰀 Dalam pra sejarah perkembangan hukum pidana, suatu tindakan/perbuatan hanya dipandang sebagai suatu tindakan
merusak atau merugikan kepentingan orang lain, yang kemudian disusuli dengan pembalasan.
􏰀 Pembalasan itu pada umumnya tidak hanya merupakan kewajiban dari seseorang yang dirugikan atau terkena tindakan,
melainkan meluas menjadi kewajiban dari seluruh keluarga, famili, misal budaya “carok” di Madura.
Tindakan balas-membalas disebut juga sebagai berdasarkan asas talis (ius talionis = hukum balas membalas).
􏰀 Tindakan-tindakan pembalasan seperti ini masih bersifat Hukum Perdata, karena digantungkan kepada kehendak dari
fihak yang merasa dirugikan.
Karakteristik hukumkebiasaan
a. Hukum Tak Tertulis, Hukum kebiasaan mempunyai kelemahan-kelemahan, karena tidak tertulis sehingga kurang
menjamin kepastian hukum. Karenanya pada abad ke-18 di Eropah hukum kebiasaan sebagai sumber
hukum mulai ditinggalkan dan timbulah gerakan-gerakan kodifikasi yang menekan pemerintah untuk
menuangkan hukum dalam kodifikasi. Kodifikasi pertama kali (Code Penal dan Code Civil) di Eropah
dilakukan oleh Perancis dan kemudian ditiru negara-negara Eropah lainnya. Diantaranya adalah Belanda
pada tahun 1938.
b. Kebiasaan yang dibentuk berdasarkan kelaziman dan tindakan yang berulang-ulang. Semua kebiasaan adalah kelaziman,
namun tidak semua kelaziman adalah kebiasaan. Perbedaan itu nampak pada kekuatan mengikat pada
masyarakat seperti sopan santun, mode, tabiat yang baik dan lain-lain yang tidak mempunyai kekuatan
mengikat secara yurisdis.
c. Merupakan hal yang lazim dilakukan di muka umum.
d. Disetujui oleh sebagian besar masyarakat; sebagian besar ini bukan berarti terjadi kesesuaian paham sepenuhnya.

SEJARAH KUHP INDONESIA


Beberapa UU yang merubah & menambah KUHP
1. UU No.1/1946 : berlakunyaKUHP, perubahan beberapa istilah, penghapusan beberapa pasal, penambahan pasal-pasal
baru: BabIX –XVI
2. UU No. 20/1946 : tambahan jenis pidana Ps 10 a KUHP --> pidana Tutupan
3. UU drtNo. 8/1955 : menghapus Ps 527
4. UU No. 73/1958 : menyatakanUU No. 1/1946 berlaku diseluruh Indonesia, tambahan Ps 52a, 142a, 154a
5. UU drtNo. 1/1960 : menambah ancaman pidana dari Ps 188, 359, 360 menjadi 5 Tahun penjara atau 1 tahun kurungan
6. PerpuNo. 16/1960 : penambahan nilai terhadap beberapa kejahatan ringan: Ps 364, 373, 379, 384, 407 (1)
7. PerpuNo. 18/1960 : pidanadendadilipatgandakan15 X
8. UU No. 1/PNPS/1965 : tambahanPs 156 a
9. UU No. 7/1974 : tambahansanksiuntukjudiPs 303 menjadi10 juta& denda25 juta, Ps 542 (1) menjadiKejahatan, Ps 303
bispidanamenjadi4 tahun, denda10 juta.
0. UU No. 4/1976 perubahan dan penambahan tentang Kejahatan penerbangan: Ps 3, Ps 4 angka 4, Ps 95a, 95b,95c,
BabXXIX A.
1. UU No. 20/2001 : menghapus pasal-pasal tentang korupsi dari KUHP

ASAS BERLAKUNYA HUKUM PIDANA


Asas Berlakunya Hukum Pidana
1. Asas Berlakunya Perundang-undangan Hk. Pidana Menurut KUHP
2. Ajaran keberlakuan Hukum Pidana Menurut Doktrin (IHP)

Asas Berlakunya Perundang-undangan Hk. Pidana Menurut KUHP


Berlakunya perundang-undangan Hukum Pidana ini dibagi 2:
Menurut Waktu (Tempus Delictie) 2. Menurut Tempat (Locus Delictie)

AJARAN SEBAB AKIBAT


Pengertian
Ajaran yang menentukan terdapatnya hubungan antara penyebab dengan akibat dalam suatu tindak pidana yang terjadi
Tujuan
􏰀 Untuk menentukan faktor penyebab dan akibat atas suatu perbuatan pidana
􏰀 Untuk menentukan pelaku tindak pidana tersebut
􏰀 Untuk menentukan kesalahan pelaku tindak pidana
􏰀 Untuk menentukan pertanggung-jawaban terhadap pelaku
TINDAKAN PIDANA
ISTILAH
Indonesia:
1. PERBUATAN PIDANA
2. PERISTIWA PIDANA
3. TINDAK PIDANA Asing:
1.Strafbaarfeit / Delict (belanda)
2.Criminal Act (inggris)
3.Jenayah (arab)

PENGERTIAN
Simons : “kelakuan yg diancam dg pidana, yg bersifat melawan hukum yg berhubungan dg kesalahan & dilakukan oleh
orang yg mampu bertanggungjawab”
VanHamel: “kelakuan manusia yg dirumuskan dalam UU, melawan hukum, yg patut dipidana & dilakukan dg kesalahan”
Vos: “suatu kelakuan manusia yg oleh per UU an diberi pidana ; jadi suatu kelakuan manusia yg pada umumnya dilarang &
diancam dengan pidana

JENIS DELIK DALAM KUHP


KUHP tidak membedakan dengan tegas pembagian jenis delict sebagaimana yang terdapat dalam Doktrin. Namun KUHP
langsung membedakan Jenis Delik dalam dua bagian Besar saja, yaitu:
1.Kejahatan (misdrijven) dalam buku II KUHP
2.Pelanggaran (overtrijlingen) dalam buku III KUHP

PELAKU TINDAK PIDANA (Offender of Criminal)


Pengertian dan Istilah Pelaku Tindak Pidana
Pengertian:
Pelaku Tindak Pidana adalah: “seseorang atau sekelompok orang baik secara sendiri ataupun bersama-sama melakukan
suatu tindak pidana”.
Istilah:
􏰀Offender (inggris) 􏰀Daader (Belanda) 􏰀Bouryokudan (Jepang

Jenis Pelaku
Menurut KUHP
KUHP hanya mengenal Manusia sebagai subjek hukum, oleh karena itu yang diakui sebagai pelaku dalam KUHP hanya
Naturlijke person.
Secara normatif , KUHP membagi 5 jenis pelaku tindak pidana, yaitu: Plegen, Doen Plegen, Medeplegen, Uit lokker dan
Medeplichtigheid (lihat ps. 55 & 56 KUHP).

Lanjutan:
B. Di luar KUHP
Pada perundang-undangan di luar KUHP, selain manusia juga dikenal Badan Hukum (Rechts Person) sebagai pelaku tindak
pidana.
Contoh:
Pada tindak pidana ekonomi, Korupsi, Narkoba, Ilegal loging, Money Loundring, perbankan dsbnyPelaku Menurut KUHP
A. Pasal 55 KUHP:
1. Dader / Plegen (Pelaku Pribadi)
2. Doen Plegen (pelaku yg digunakan)
3. Medeplegen (bersama-sama)
4. Uitlokker (Pembujukan)
B. Pasal 56 KUHP Medeplichttigheid (pembantu)a.

SIFAT MELAWAN HUKUM

􏰀 SIFAT MELAWAN HUKUM MERUPAKAN UNSUR MUTLAK TINDAK PIDANA


􏰀 SIFAT MELAWAN HUKUM MERUPAKAN CIRI KHAS PERBUATAN YG DIANCAM PIDANA

PEMBAGIAN SIFAT MELAWAN HUKUM


􏰀 SIFAT MELAWAN HUKUM FORMAL (FORMEELE WEDERRECHTELIJKEHEIDBEGRIP)
􏰀 SIFAT MELAWAN HUKUM MATERIIL (MATERIELE WEDERRECHTELIJKEHEIDBEGRIP)

SIFAT MELAWAN HUKUM FORMAL


􏰀 PERBUATAN ITU DIANCAM PIDANA
􏰀 PERBUATAN ITU SESUAI DENGAN RUMUSAN
DELIK (TINDAK PIDANA) DALAM UU
􏰀 MELAWAN HUKUM = MELAWAN UU
􏰀 BERTENTANGAN DENGAN HUKUM POSITIF (TERTULIS)
􏰀 SIFAT MELAWAN HUKUMNYA DAPAT DIHAPUS HANYA DENGAN UU

CONTOH SIFAT MELAWAN HUKUM YG FORMAL


Pasal 362 KUHP:
Barangsiapa mengambil sesuatu barang yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain dengan maksud
memiliki barang tersebut dengan melawan hak, dihukum karena pencurian dengan hukuman penjara selama-lamanya lima
tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 900,-
Kata dengan melawan hak tsb menunjukan sifat melawan hukum yg formal yang ditegaskan dalam ketentuan perundang-
undangan. Dan Menurut SIMON karena ditegaskan, maka wajib menjadi unsur yang harus dibuktikan.

SIFAT MELAWAN HUKUM MATERIIL


􏰀 PERBUATAN ITU BERTENTANGAN DENGAN UU
􏰀 SEKALIGUS BERTENTANGAN DENGAN NORMA UMUM / HUKUM TIDAK TERTULIS
􏰀 HAPUSNYA SIFAT MELAWAN HUKUM BERDASARKAN UU DAN ATURAN TIDAK TERTULIS

SIFAT MELAWAN HUKUM YG MATERIIL, BERFUNGSI :


􏰀 SECARA POSITIF : NORMA-NORMA TIDAK TERTULIS DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MENETAPKAN
SUATU PERBUATAN SEBAGAI TINDAK PIDANA
􏰀 SECARA NEGATIF : NORMA-NORMA DI LUAR UU DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MENGHAPUSKAN SIFAT
MELAWAN HUKUM SUATU PERBUATAN, YANG MEMENUHI RUMUSAN UU

Contoh sifat melawan hukum yang materiil


Pasal 338 KUHP:
Barangsiapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain dihukum karena pembunuhan dengan hukuman penjara
selama-lamanya lima belas tahun.
Dalam ketentuan tersebut tidak secara tegas disebutkan sifat melawan hukum, namun menghilangkan nyawa orang lain
tersebut adalah melawan hak orang lain untuk hidup menurut hukum yang diakui secara universal dalam masyarakat. Oleh
karena itu Zavenberger berpendapat, meskipun tidak disebutkan dalam pasal, namun harus dijadikan unsur yang wajib
dibuktikan bahwa terdapat hilangnya nyawa orang lain.

PERTIMBANGAN HAKIM :
􏰀 HK TERTULIS >< HK TIDAK TERTULIS = sampai dimana hk tak tertulis dpt hapus kekuatan berlakunya hk tertulis ?
􏰀 KEADILAN MASY >< HK TERTULIS
- Kewenangan hakim : corong UU / penemuan hukum

PUTUSAN HAKIM
􏰀 Dilepas dari segala tuntutan hukum (ONSLAG VAN RECHTSVERVOLGING)
􏰀 Dibebaskan dari segala tuduhan (VRIJSPRAAK)

Onrechtmatige daad
􏰀 Ps 1365 BW
􏰀 Perbuatan yg tidak patut menurut pandangan pergaulan
masyarakat

RUMUSAN :
􏰀 TEGAS
􏰀 MELAWAN HUKUM
􏰀 TANPA MEMPUNYAI HAK UTK ITU
􏰀 TANPA IJIN
􏰀 TANPA MENGINDAHKAN CARA YG DITENTUKAN OLEH PERATURAN UMUM

Anda mungkin juga menyukai