Anda di halaman 1dari 2

PERCOBAAN

(POGING)

Poging /percobaan

Seseorang yg mencoba melalukan/mempunyai niat tindak pidana atau kejahatan, sudah memulai
pelaksanaan tetapi pelaksanaan tidak selesai bukan karena kehendak si pelaku, diatur dalam pasal 53
dan pasal 54.

Unsur unsur Percobaan (Poging) berdasarkan Pasal 53 ayat (1) KUHP ialah :

1. Adanya niat (Voornemen)


Niat adalah sikap batin yang memberi arah kepada perbuatan atau akibat yang dituju. Dengan
adanya unsurnya sebagai salah satu syarat percobaan, maka tidak mungkin berlaku percobaan
pada delik karena kelalaian.
Ada tiga kelompok pendapat ahli yang menjelaskan apa itu niat;
- Para sarjana hukum (Simons, Van Hamel, Van Dijck, Van Hattum, Hazewinkel Suringa, Jonkers
dan Langemeyer), bahwa unsur niat itu sama dengan sengaja dalam berbagai bentuknya atau
tingkatannya yang meliputi sengaja sebagai niat, sengaja Insaf akan kepastian dan sengaja Insaf
akan kemungkinan.
- Vos berpandangan sempit bahwa niat sama dengan kesengajaan dengan maksud. Jadi tidak
meliputi bentuk kesengajaan lainnya.
- Menurut Moeljatno, tidak selamanya niat adalah disengaja.

2. Permulaan pelaksanaan (Begin Van Uitvoering)


Syarat ini menjelaskan bahwa kejahatan itu sudah mulai dilakukan. Artinya orang harus sudah
mulai dengan melakukan perbuatan pelaksanaan pada kejahatan itu, kalau belum dimulai atau
orang baru melakukan perbuatan persiapan saja untuk mulai berbuat, kejahatan itu tidak dapat
dihukum. Dalam ilmu hukum pidana percobaan itu ada beberapa tingkatan yaitu :
- Percobaan Selesai, apabila si pelaku telah melakukan semua perbuatan yang diperlukan untuk
terjadinya kejahatan bahkan sudah melampaui perbuatan permulaan pelaksanaan yakni telah
melakukan perbuatan pelaksanaan tetapi akibat yang terlarang tidak terjadi.
- Percobaan Tertunda, apabila dalam contoh perbuatan untuk terjadinya kejahatan belum
dilakukan.
Adapula teori dapat dipidanya percobaan : Teori Subjektif dan Objektif. Pada Teori Subjektif,
mencoba melakukan tindak pidana itu diancam pidana karena berbahayanya niat jahat dari Si
pelaku. Sedangkan Teori Objektif mencoba melakukan kejahatan dapat dipidana karena
Berbahaya perbuatan Si Pelaku/Berbahaya bagi kepentingan hukum orang lain.
Simons menjelaskan bahwa mengenai permulaan pelaksanaan yang menggunakan alat ialah
apabila dalam rumusan kejahatan ditentukan adanya alat tertentu untuk melakukan kejahatan
itu, atau penggunaan alat itu berhubungan dengan alasan pemberatan pidana, maka dengan
digunakannya alat-alat semacam itu adalah telah merupakan permulaan pelaksanaan dari
kejahatan yang dimaksud.

3. Pelaksanaan tidak selesai bukan karena Kehendak si Pelaku


Pada syarat ketiga ini menjelaskan bahwa seseorang dapat dikatakan telah melakukan
percobaan menurut pasal 53 KUHP, yakni pelaksanaan itu tidak selesai bukan semata-mata
disebabkan karena kehendak pelaku/bukan kehendak sendiri

Ada 3 kelompok pendapat ahli yang menjelaskan apa it niat

1. Kelompok 1 bergabung sarjana hukum Belanda Simon vAnhange yongkus bahwa niat adalah
sengaja,ada 3 teori : teori kehendak bahwa sengaja adalah seseorg yg mengetahui perbuatan yg dlrang
beserta akibatnya, Fordsteling teori Bkn saja mengetahui Tp meliputi akibat yg d bayangkan oleh si
pelaku.

2. Sarjana hukum pidana Belanda yg bernama fors

3. HK pidana Indonesia , Prof muliatno tdk selamanya niat adalah d sengaja

Permulaan pelaksanaan

Berbahaya nya perbuatannya (teori objektif)

Berbahaya nya niat di pelaku(menurut teori subjektif)

Misal fadel pacaran meilani, putus dsn meilani sakit hati,

Meilani beli yotta dan je indo beli baygon kmudian mencampur nya dan k rmh fadel , dsn
memberikannya sm fadel, fadel minum, lngsng muntah kejang2, dan dbawa ke rs , tertolong

Anda mungkin juga menyukai