Anda di halaman 1dari 7

NAMA : NOVIT ILHAM

NPM : 01012211153

KLS : 2E

1. Jelaskanlah :

a. Pengertian Hukum Pidana menurut anda!

b. Perbedaan antara Ilmu Hukum Pidana dengan Kriminologi!

c. Inti azas Nullum Delictum Nulla Poena Sine Praevia Lege Poenale!

d. Ajaran Legisme dalam Hukum Pidana!

e. Inti pemikiran Pasal 1 ayat 2 KUHP!

f. Mengapa azas Retroaktif dianggap bertentangan dengan hukum Pidana?

Jawab:

a. Hukum Pidana adalah bagian dari hukum yang mengatur tindak pidana, sanksi pidana,
dan prosedur peradilan pidana. Tujuan utama hukum pidana adalah untuk mencegah dan
menindak tindak pidana yang merugikan masyarakat.

b. Ilmu Hukum Pidana dan Kriminologi adalah dua bidang studi yang berbeda meskipun
memiliki keterkaitan. Ilmu Hukum Pidana mempelajari peraturan perundang-undangan yang
mengatur tindak pidana dan sanksi pidana, sedangkan kriminologi mempelajari faktor-
faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana seperti faktor sosial, psikologis, dan
ekonomi.

c. Inti azas Nullum Delictum Nulla Poena Sine Praevia Lege Poenale adalah bahwa tidak ada
perbuatan yang dapat dianggap sebagai tindak pidana dan tidak ada hukuman yang dapat
dijatuhkan tanpa adanya undang-undang yang jelas dan tertulis yang mengatur perbuatan
tersebut sebagai tindak pidana dan memberikan sanksi yang sesuai.

d. Ajaran Legisme dalam Hukum Pidana adalah pandangan bahwa hukum harus ditetapkan
secara jelas dan tegas, sehingga orang dapat mengetahui dengan pasti perbuatan apa yang
dapat dianggap sebagai tindak pidana dan sanksi apa yang akan diterima jika melakukan
tindak pidana tersebut.
e. Inti pemikiran Pasal 1 ayat 2 KUHP adalah bahwa hukum pidana Indonesia hanya dapat
diterapkan terhadap perbuatan yang dilakukan di wilayah Indonesia, baik oleh warga negara
Indonesia maupun oleh orang asing yang berada di wilayah Indonesia.

f. Azas Retroaktif dianggap bertentangan dengan hukum pidana karena hal ini akan
membuat orang dikenakan hukuman untuk perbuatan yang pada saat dilakukannya belum
diatur sebagai tindak pidana dalam undang-undang yang berlaku. Hal ini bertentangan
dengan prinsip bahwa seseorang tidak boleh dihukum tanpa adanya undang-undang yang
jelas dan tertulis yang mengatur perbuatan tersebut sebagai tindak pidana dan memberikan
sanksi yang sesuai (Nullum Delictum Nulla Poena Sine Praevia Lege Poenale).

2. Jelaskanlah pengertian dengan disertai contoh dari:

a. Azas territorialitas.

b. Azas nasionalitas aktif.

c. Azas nasionalitas pasif.

d. Azas Universalitas.

e. Hak exteritorialitet yaitu pengecualian terhadap pasal 2 KUHP.

Jawaba:

a. Azas territorialitas adalah prinsip bahwa hukum pidana suatu negara hanya berlaku di
wilayah hukum negara tersebut. Contoh, seseorang yang melakukan tindak pidana di
wilayah Indonesia akan dihukum berdasarkan hukum pidana Indonesia.

b. Azas nasionalitas aktif adalah prinsip bahwa warga negara suatu negara akan dihukum
berdasarkan hukum pidana negara tersebut, baik jika perbuatan dilakukan di dalam maupun
di luar wilayah negara tersebut. Contoh, seorang warga negara Indonesia yang melakukan
tindak pidana di luar negeri akan dihukum berdasarkan hukum pidana Indonesia.

c. Azas nasionalitas pasif adalah prinsip bahwa warga negara suatu negara tidak dapat
dihukum oleh negara lain karena perbuatan yang dilakukan di dalam wilayah negara
tersebut. Contoh, seorang warga negara Indonesia yang melakukan tindak pidana di
Indonesia tidak dapat dihukum berdasarkan hukum pidana negara lain.

d. Azas Universalitas adalah prinsip bahwa suatu tindak pidana dapat dihukum di mana saja
tanpa memandang kewarganegaraan pelaku atau tempat terjadinya tindak pidana. Contoh,
kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan adalah tindak pidana yang dapat
dihukum berdasarkan hukum pidana internasional oleh negara manapun.

e. Hak exteritorialitet adalah pengecualian terhadap Pasal 2 Kitab Undang-Undang Hukum


Pidana (KUHP) yang menyatakan bahwa hukum pidana Indonesia hanya berlaku di wilayah
Indonesia. Pengecualian ini diberikan jika terdapat peraturan perundang-undangan
internasional atau perjanjian bilateral yang mengatur hal tersebut. Contoh, tindak pidana
korupsi yang melibatkan warga negara Indonesia dan asing di luar wilayah Indonesia dapat
dihukum berdasarkan hukum pidana Indonesia berdasarkan perjanjian bilateral atau
peraturan perundang-undangan internasional yang mengatur hal tersebut.

3. Jelaskanlah:

a. Interpretasi dalam hukum pidana menurut anda!

b. Perbedaan interpretasi ekstensif dengan analogi menurut beberapa pakar!

c. Analisis anda mengenai interpretasi dalam hukum pidana, apakah bertentangan dengan
asas legalitas atau tidak?

Jawab:

a. Interpretasi dalam hukum pidana adalah proses memahami dan menjelaskan arti dan
maksud dari ketentuan-ketentuan dalam hukum pidana. Interpretasi diperlukan untuk
memastikan bahwa pelaksanaan hukum pidana sesuai dengan tujuan hukum pidana itu
sendiri.

b. Perbedaan antara interpretasi ekstensif dan analogi adalah bahwa interpretasi ekstensif
melibatkan pengembangan arti kata atau frasa di dalam suatu ketentuan hukum pidana,
sedangkan analogi melibatkan penerapan suatu ketentuan hukum pidana pada suatu kasus
yang tidak secara jelas diatur dalam ketentuan tersebut.Menurut beberapa pakar,
perbedaan lainnya adalah bahwa interpretasi ekstensif dapat digunakan ketika ada
ketidakjelasan atau kekurangan dalam suatu ketentuan hukum pidana, sedangkan analogi
digunakan ketika tidak ada ketentuan hukum pidana yang secara langsung mengatur kasus
yang sedang dihadapi.

c. Menurut asas legalitas, tidak boleh ada tindakan pidana tanpa dasar hukum yang jelas
dan pasti. Namun, interpretasi dalam hukum pidana diperlukan untuk mengisi kekosongan
atau ketidakjelasan dalam suatu ketentuan hukum pidana. Oleh karena itu, interpretasi
tidak bertentangan dengan asas legalitas jika dilakukan dengan memperhatikan prinsip-
prinsip hukum pidana yang berlaku dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang diakui
oleh masyarakat. Namun, jika interpretasi dilakukan secara sembarangan atau melanggar
prinsip-prinsip hukum pidana, maka hal tersebut bisa saja bertentangan dengan asas
legalitas.

4. Jelaskanlah disertai dengan contoh mengenai Locus dan Tempus Delicti menurut:

a. Teori perbuatan jasmani!

b. Teori Alat!

c. Teori Akibat!

Jawab:

a. Menurut teori perbuatan jasmani, locus delicti (tempat terjadinya tindak pidana) terletak
di tempat di mana pelaku melakukan tindakan atau perbuatan jasmani yang melanggar
hukum pidana. Sedangkan tempus delicti (waktu terjadinya tindak pidana) terletak pada
saat tindakan atau perbuatan jasmani tersebut dilakukan.

Contoh: Seorang pelaku melakukan tindakan pencurian di dalam sebuah toko pada malam
hari. Menurut teori perbuatan jasmani, locus delicti terletak di dalam toko tersebut dan
tempus delicti terjadi pada saat pencurian dilakukan di malam hari.

b. Menurut teori alat, locus delicti terletak di tempat di mana alat atau benda yang
digunakan untuk melakukan tindak pidana ditemukan atau disimpan. Sedangkan tempus
delicti terletak pada saat alat atau benda tersebut digunakan untuk melakukan tindak
pidana.

Contoh: Seorang pelaku melakukan tindakan perampokan menggunakan senjata tajam di


sebuah jalan raya. Menurut teori alat, locus delicti terletak pada tempat di mana senjata
tajam tersebut ditemukan atau disimpan, seperti di tempat pelaku menyimpan senjata
tajam tersebut setelah melakukan tindak pidana. Sedangkan tempus delicti terletak pada
saat senjata tajam tersebut digunakan untuk melakukan tindak pidana perampokan.

c. Menurut teori akibat, locus delicti terletak di tempat di mana akibat atau hasil dari tindak
pidana tersebut terjadi atau dirasakan. Sedangkan tempus delicti terletak pada saat akibat
atau hasil dari tindak pidana tersebut terjadi atau dirasakan.

Contoh: Seorang pelaku melakukan tindakan penganiayaan dengan hasil korban mengalami
luka-luka. Menurut teori akibat, locus delicti terletak di tempat korban mengalami luka-luka
akibat tindakan penganiayaan tersebut. Sedangkan tempus delicti terletak pada saat korban
mengalami luka-luka akibat tindakan penganiayaan tersebut
5. Jelaskanlah :

a. perbedaan diantara tiga teori tujuan pemidanaan!

b. perbedaan antara pidana pokok dengan pidana tambahan!

c. perbedaan antara pidana penjara dengan pidana kurungan!

d. menurut anda, tujuan pemidanaan yang paling sesuai dengan kondisi hukum

Indonesia saat ini!

Jawab:

a. Tiga teori tujuan pemidanaan adalah teori preventif, teori represif, dan teori reintegratif.
Perbedaan antara ketiga teori tersebut adalah sebagai berikut:

1.Teori preventif: Tujuan pemidanaan adalah untuk mencegah terjadinya tindak pidana di
masa yang akan datang. Fokusnya adalah pada tindakan preventif. Contohnya adalah
hukuman mati, karena diharapkan dapat mencegah terjadinya tindak pidana yang serupa di
masa yang akan datang.

2.Teori represif: Tujuan pemidanaan adalah untuk memberikan balasan atas tindak pidana
yang telah dilakukan oleh pelaku. Fokusnya adalah pada tindakan represif. Contohnya
adalah hukuman penjara, karena diharapkan dapat memberikan balasan yang setimpal
terhadap tindak pidana yang dilakukan.

3.Teori reintegratif: Tujuan pemidanaan adalah untuk mengembalikan pelaku ke dalam


masyarakat dan menciptakan keseimbangan kembali antara pelaku dan korban. Fokusnya
adalah pada tindakan reintegratif. Contohnya adalah hukuman kerja sosial, karena
diharapkan dapat membantu pelaku memperbaiki perilakunya dan kembali diterima oleh
masyarakat.

b. Pidana pokok adalah pidana yang dijatuhkan oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana
yang dinyatakan bersalah. Sedangkan pidana tambahan adalah pidana yang dijatuhkan
bersamaan dengan pidana pokok, seperti pidana denda, pidana pembebasan bersyarat,
atau pidana pencabutan hak politik.

c. Perbedaan antara pidana penjara dengan pidana kurungan adalah sebagai berikut:

Pidana penjara adalah pidana yang dilaksanakan di lembaga pemasyarakatan dengan jangka
waktu minimal 6 bulan, sedangkan pidana kurungan adalah pidana yang dilaksanakan di
lembaga penjara atau di luar lembaga pemasyarakatan dengan jangka waktu maksimal 6
bulan.Pidana penjara lebih berat dan lebih lama daripada pidana kurungan.Pelaksanaan
pidana penjara memiliki aturan yang lebih ketat daripada pidana kurungan.

d. Menurut saya, tujuan pemidanaan yang paling sesuai dengan kondisi hukum Indonesia
saat ini adalah teori reintegratif. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara yang
masih dalam proses pembangunan, sehingga sangat penting untuk mengembalikan pelaku
ke dalam masyarakat dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk memperbaiki diri.
Selain itu, teori reintegratif juga sejalan dengan pendekatan restorative justice yang saat ini
sedang digalakkan oleh pemerintah.

6. Jelaskanlah kasus-kasus berikut (dari berbagai sumber) dengan menggunakan analisis


anda menyangkut azas-azas hukum Pidana yang berlaku dalam :

a. Kasus pembunuhan Mirna dengan tersangka Jessica Kumala Wongso !

b. Kasus pembunuhan pemilik Toko Citra Gemilang di Kota Ternate Tahun 2015!

c. Kasus pencurian ikan oleh kapal nelayan Cina didaerah Natuna pada bulan Februar 2016!

Jawab:

a. Kasus pembunuhan Mirna dengan tersangka Jessica Kumala Wongso:

Dalam kasus ini, ada beberapa azas hukum pidana yang berlaku, seperti:

 Azas legalitas: Tindakan yang dilakukan oleh Jessica harus sesuai dengan undang-
undang dan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan pidana yang berlaku.
 Azas kesalahan: Jessica hanya dapat dihukum jika ia terbukti bersalah melakukan
tindak pidana pembunuhan.
 Azas kausalitas: Jessica harus dapat dibuktikan bahwa tindakannya sebagai pelaku
menyebabkan kematian Mirna.
 Azas akuntabilitas: Jessica harus bertanggung jawab atas tindakannya sebagai
pelaku pembunuhan.

b. Kasus pembunuhan pemilik Toko Citra Gemilang di Kota Ternate Tahun 2015:

Dalam kasus ini, beberapa azas hukum pidana yang berlaku adalah:

 Azas kesalahan: Pelaku pembunuhan hanya dapat dihukum jika ia terbukti bersalah
melakukan tindak pidana pembunuhan.
 Azas kausalitas: Pelaku pembunuhan harus dapat dibuktikan bahwa tindakannya
sebagai pelaku menyebabkan kematian korban.
 Azas akuntabilitas: Pelaku pembunuhan harus bertanggung jawab atas tindakannya
sebagai pelaku pembunuhan.

c. Kasus pencurian ikan oleh kapal nelayan Cina didaerah Natuna pada bulan Februari 2016:

Dalam kasus ini, beberapa azas hukum pidana yang berlaku adalah:

 Azas territorialitas: Pelaku pencurian dapat dihukum jika tindakannya dilakukan di


wilayah Indonesia.
 Azas kedaulatan: Pelaku pencurian dapat dihukum berdasarkan hukum Indonesia
karena tindakan tersebut dilakukan di perairan Indonesia.
 Azas nasionalitas aktif: Pelaku pencurian dapat dihukum berdasarkan hukum
Indonesia karena kapal tersebut merupakan kapal nelayan Cina yang melakukan
tindakan tersebut di perairan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai