Anda di halaman 1dari 21

UTS MATA KULIAH HUKUM PIDANA

DOSEN : Emillia, SH.Mhum

MUHAMAD ALIF FAJAR

2024609

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

TAHUN PELAJARAN 2020/2021

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM “SUNAN GIRI”

MALANG
JAWABAN UTS HUKUM PIDANA

1. Sebutkan dan jelaskan Tujuan Hukum Pidana dari serangkaian

pendapat yang dikemukakan para sarjana Hukum!

pada hekekatnya tujuan hukum pidana adalah dalam rangka untuk:

1) memberi rasa takut pada masyarakat agar jangan sampai

melakukan kejahatan, apakah itu upaya memberi rasa takut

pada orang banyak (generale preventie) maupun untuk

membuat rasa takut terhadap orang-orang tertentu yang

pernah menjalankan kejahatan agar dikemudian hari tidak

melakukannya lagi (special preventie).

2) mendidik atau memperbaiki orang-orang yang secara tabiat

mereka memiliki kecenderungan suka melakukan kejahatan,

sehingga diharapkan tabiat mereka dapat berangsur baik dan

berguna bagi masyarakatnya.

Tujuan tersebut seolah seperti tujuan tambahan (accessoir) dalam

Hukum Pidana menurut Wirjono Prodjodikoro, karena tujuan

utama (primer)nya adalah memberi rasa keadilan bagi seluruh

masyarakat, walaupun pada hakekatnya kedua tujuan diatas

dapat menjadi sarana bagi terwujudnya tujuan utama dari

penerapan Hukum Pidana tersebut.


Menurut Pendapat Ahli Hukum :

1) Wirjono Prodjodikoro, tujuan hukum pidana itu ialah untuk

melindungi masyarakat.

2) EY Kanter dan SR Sianturi, menyatakan bahwa tujuan

hukum pidana itu pada umumnya adalah untuk melindungi

kepentingan orang perseorangan (individu) atau hak-hak

asasi manusiadan melindungi kepentingan masyarakat dan

negara dengan pertimbangan yang serasi dari kejahatan

atau tindakan tercela di satu pihak dan dari tindakan

penguasa yang sewenang-wenang di lain pihak.

2. Jelaskan Hukum Pidana yang berlaku pada masa VOC dan pada

masa pasca kemerdekaan berikut peraturan yang melatar

belakangi berlakunya!

Pada masa pendudukan VOC di Indonesia, hukum pidana yang

diberlakukan bagi penduduk asli di Indonesia disamping hukum adat

pidana mereka masing-masing juga diberlakukan plakat-plakat yang

berisi hukum pidana (yang dalam tahun 1642 telah diselesaikan

himpunan plakat-plakat yang diberi nama Statuten van Batavia),

sehingga di tahun 1650 menurut Utrecht sebagaimana dikutip oleh


Andi Hamzah menyatakan hukum yang berlaku didaerah yang

dikuasai oleh VOC adalah:

1) Hukum Statuta yang termuat dalam Statuten van Batavia

2) Hukum Belanda kuno

3) Asas-asas hukum romawi

Berkaitan dengan hal tersebut dapat dikemukakan bahwa hukum

pidana yang berlaku pada jaman pendudukan Belanda saat itu

merupakan hal baru bagi bangsa Indonesia secara sosio historis,

mengingat bentuknya yang tertulis (written law) dibanding dengan

Hukum Pidana Adat yang sebagian besar tidak tertulis dan beraneka

ragam.

Hukum Pidana pasca Masa Kemerdekaan

Berdasarkan tinjauan sejarah bahwa setelah Indonesia merdeka dan

berdaulat keberadaan WvSNi masih tetap dipertahankan dengan

mengacu pada pasal II aturan Peralihan dari Undang-Undang Dasar

1945 yang menyatakan “segala badan Negara dan peraturan yang

ada masih berlangsung selama belum diadakan yang baru menurut

Undang-Undang Dasar ini”, dengan dasar aturan peralihan tersebut

Presiden pada waktu itu di tanggal 10 Oktober 1945 mengeluarkan

Peraturan nomor 2, yang berisikan: “Segala badan Negara dan


peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan

yang Baru menurut Undang-Undang Dasar ini.”

3. Jelaskan pengertian dan perbedaan antara Teori absolut

(mutlak) dan Teori Relatif (nisbi) dalam Hukum Pidana!

1) Teori Absolut atau mutlak Inti sari dari Teori Absolut bahwa

setiap kejahatan harus diikuti dengan pidana dan tidak ada

tawar menawar dan juga tanpa melihat akibat-akibat apapun

yang mungkin timbul dari penjatuhan pemidanaan tersebut.

Dalam hal ini makna “Pembalasan” (vergelding) menurut

banyak orang dinyatakan sebagai alasan untuk menjatuhkan

pidana terhadap suatu kejahatan, maka selanjutnya kepuasan

hatilah yang akan diperoleh; berkaitan dengan pembalasan

tersebut, dapat dikemukakan beberapa pandangan para ahli

yang sepakat dengan teori absolute, diantaranya:

a) J.M. van Bemmelen: adanya unsur cinta pada sesame

manusia (Naastenliefde) sehingga ada larangan mencuri,

menipu, membunuh, menganiaya dan sebagainya yang

merupakan norma dasar yang dilanggar oleh para

penjahat; oleh karenanya kejahatan tersebut selayaknya


ditanggapi dengan pemidanaan yang dilimpahkan kepada

penjahat.

b) Kranenburg: mendasarkan pidana agar ada keinsyafan-

keadilan (rechts-bewustzijn) dari sesama warga dalam

Negara.

c) Leo Polak: merujuk pada keinsyafan-kesusilaan (zadelijk

bewustzijn) sebagai dasar pidana

d) Hegel: pidana dianggap mutlak harus ada kemestiannya

sebagai reaksi dari suatu kejahatan.

2) Teori Relatif (nisbi)

Berdasarkan teori ini pada hakekatnya suatu kejahatan tidaklah

mutlak harus diikuti dengan suatu pemidanaan, oleh karenanya

dibawah ini dapat diuraikan unsur-unsur yang berlawanan

dengan kemutlakan:

a) tidak cukup dengan adanya suatu kejahatan.

b) dipahami perlu dan manfaatnya pidana bagi masyarakat

dan/atau penjahat yang bersangkutan.

c) Tidak hanya mendasarkan pada masa lampau tapi juga

masa depan.
sehingga menurut teori ini perlu adanya tujuan lebih jauh yang

diharapkan, oleh karenanya teori ini disebut juga dengan Teori

“Tujuan”(doel-theorien), yang mengacu pada dan atau

diarahkan pada upaya agar dikemudian hari kejahatan tersebut

tidak berulang lagi (prevensi).

4. a). Jelaskan 4 (empat) sifat ajaran terkait dengan tinjauan dari

sisi sejarah tentang asas Legalitas!

1) asas legalitas dalam hukum pidana menitikberatkan pada

perlindungan individu guna memperoleh kepastian dan

persamaan hukum, sehingga ada keharusan dalam hukum

pidana menentukan terlebih dahulu perbuatan pidana dan

pemidanaannya.

2) asas legalitas dalam hukum pidana dititik beratkan pada dasar

dan tujuan pemidanaan supaya sanksi pidana bermanfaat bagi

masyarakat dan pelanggaran pidana tidak ada lagi.

3) asas legalitas menitik beratkan pada ancaman pidana,

sehingga penguasa tidak sewenang-wenang dalam

menjatuhkan sanksi pidana.

4) asas legalitas menitik beratkan pada perlindungan hukum

kepada Negara dan masyarakat, sehingga ukuran kejahatan


tidak hanya pada undang undang saja tapi juga meliputi-

dan/atau yang diukur dapat membahayakan masyarakat,

sehingga tidak ada perbuatan jahat yang lolos dari tuntutan

hukuman.

b). Jelaskan 2 (dua) fungsi asas Legalitas sesuai bahasa anda

dari materi yang ada!

1) Fungsi perlindungan :

pelaku tidak akan dituntut secara pidana jika melakukan

perbuatan yang tidak dilarang oleh undang-undang pidana,

walaupun perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang patut

dipidana (strafwaardig). Asas Legalitas melindungi warga

negara dari tuntutan secara pidana yang sewenang-wenang.

2) Fungsi pembatasan :

membatasi kewenangan penyidik, penuntut umum dan hakim,

yang mana mereka tidak boleh mengkualikasikan suatu

perbuatan sebagai perbuatan pidana, selain perbuatan-

perbuatan yang dilarang oleh undang-undang pidana.

5. Dalam rangka menentukan Locus Delicti, sesuai doktrin Hukum

Pidana terdapat beberapa teori.


a. Jelaskan Pengertian Locus Delicti

tempat atau lokasi yang secara hukum dinyatakan sebagai

tempat kejadian perkara, tentunya dengan tujuan untuk

menentukan aturan hukum pidana Negara mana yang akan

diterapkan terhadap kasus pidana yang timbul serta menjadi

kewenangan pengadilan mana penyelesaian perkaranya.

b. Teori-teori apa sajakah yang lazim dipakai untuk

penentuan tersebut, sebutkan dan jelaskan!

a) teori perbuatan materiil, maka tempat yang dianggap

sebagai locus delicti dari suatu tindak pidana adalah

tempat yang seharusnya dianggap sebagai tempat

dimana pelaku benar-benar melakukan tindak pidana

sekaligus menyelesaikan tindak pidananya sehingga

dinyatakan sebagai perbuatan yang sempurna dan

terpenuhinya semua unsur delik (delik formil).

b) teori penggunaan alat, maka yang dinyatakan sebagai

tempat sebagai locus delicti adalah tempat dimana pelaku

telah benar-benar memakai alat yang digunakan untuk

melaksanakan tindak pidananya tersebut.


c) teori akibat, dinyatakan bahwa tempat yang dianggap

sebagai locus delicti adalah tempat yang benar-benar

dianggap sebagai tempat dimana akibat dari tindak

pidana yang dilakukan pelaku terjadi.

6. a). Jelaskan tentang Rumusan Delik, meliputi apa sajakah,

jelaskan!

Dalam rangka untuk mendapatkan pemaknaan yang pas terhadap

delik, dikutip pendapat 2 orang ahli yang memiliki pandangan yang

berbeda, yang pertama adalah Simon yang menggunakan istilah

strafbaar feit sebagai kelakuan yang diancam dengan pidana, dan

bersifat melawan hukum yang berhubungan dengan kesalahan dan

dilakukan oleh orang yang mampu bertanggung jawab, sehingga jika

rumusan tersebut dipilah-pilah akan meliputi:

1) diancam dengan pidana oleh hukum

2) bertentangan dengan hukum

3) dilakukan oleh orang yang bersalah

4) orang tersebut dipandang bertanggung jawab atas

perbuatannya.
Van Hamel merumuskan delik (strafbaar feit) sebagai kelakuan

manusia yang dirumuskan dalam undang undang, melawan hukum

yang patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan.

Moeljatno, kemudian Roeslan Saleh dan diikuti dengan A.Z. Abidin

membatasi delik dengan memisahkan antara perbuatan

pidana/criminal (actus reus) dan pertanggung jawaban pidana (mens

rea) sehingga jika digambarkan dalam bentuk bagan tentang syarat

pemidanaan adalah sebagai berikut:

A. Actus reus (delictum) – perbuatan criminal sebagai syarat

pemidanaan obyektif

B. mens rea – pertanggung jawaban criminal sebagai syarat

pemidanaan subyektif

Dan jika bagian A + bagian B akan menghasilkan C yang berarti

syarat pemidanaan.

Secara umum rumusan delik dalam undang undang adalah dimulai

dengan subyek atau pelakunya yang diistilahkan dengan kata

“barangsiapa.. yang berarti adalah subyek delik adalah siapapun

apakah itu seorang pribadi, badan hukum ataukah korporasi.


b). Jelaskan apa saja unsur-unsur perbuatan Pidana!

Unsur formal meliputi :

1) Perbuatan manusia, yaitu perbuatan dalam arti luas, artinya

tidak berbuat yang termasuk perbuatan dan dilakukan oleh

manusia.

2) Melanggar peraturan pidana. dalam artian bahwa sesuatu akan

dihukum apabila sudah ada peraturan pidana sebelumnya yang

telah mengatur perbuatan tersebut, jadi hakim tidak dapat

menuduh suatu kejahatan yang telah dilakukan dengan suatu

peraturan pidana, maka tidak ada tindak pidana.

3) Diancam dengan hukuman, hal ini bermaksud bahwa KUHP

mengatur tentang hukuman yang berbeda berdasarkan tindak

pidana yang telah dilakukan.

4) Dilakukan oleh orang yang bersalah, dimana unsur-unsur

kesalahan yaitu harus ada kehendak, keinginan atau kemauan

dari orang yang melakukan tindak pidana serta Orang tersebut

berbuat sesuatu dengan sengaja, mengetahui dan sadar

sebelumnya terhadap akibat perbuatannya. Kesalahan dalam

arti sempit dapat diartikan kesalahan yang disebabkan karena


si pembuat kurang memperhatikan akibat yang tidak

dikehendaki oleh undang-undang.

5) Pertanggungjawaban yang menentukan bahwa orang yang

tidak sehat ingatannya tidak dapat diminta

pertanggungjawabannya. Dasar dari pertanggungjawaban

seseorang terletak dalam keadaan jiwanya.

Unsur material dari tindak pidana bersifat bertentangan dengan

hukum, yaitu harus benar-benar dirasakan oleh masyarakat sehingga

perbuatan yang tidak patut dilakukan. Jadi meskipun perbuatan itu

memenuhi rumusan undang-undang, tetapi apabila tidak bersifat

melawan hukum, maka perbuatan itu bukan merupakan suatu tindak

pidana. Unsur-unsur tindak pidana dalam ilmu hukum pidana

dibedakan dalam dua macam, yaitu unsur objektif dan unsur

subjektif. Unsur objektif adalah unsur yang terdapat di luar diri pelaku

tindak pidana. Unsur ini meliputi :

1) Perbuatan atau kelakuan manusia, dimana perbuatan atau

kelakuan manusia itu ada yang aktif (berbuat sesuatu), misal

membunuh (Pasal 338 KUHP), menganiaya (Pasal 351 KUHP).

2) Akibat yang menjadi syarat mutlak dari delik. Hal ini terdapat

dalam delik material atau delik yang dirumuskan secara


material, misalnya pembunuhan (Pasal 338 KUHP),

penganiayaan (Pasal 351 KUHP), dan lain-lain.

Ada unsur melawan hukum. Setiap perbuatan yang dilarang dan

diancam dengan pidana oleh peraturan perundang-undangan hukum

pidana itu harus bersifat melawan hukum, meskipun unsur ini tidak

dinyatakan Tindak pidana juga mengenal adanya unsur subjektif,

unsur ini meliputi :

1) Kesengajaan (dolus), dimana hal ini terdapat di dalam

pelanggaran kesusilaan (Pasal 281 KUHP), perampasan

kemerdekaan (Pasal 333 KUHP), pembunuhan (Pasal 338).

2) Kealpaan (culpa), dimana hal ini terdapat di dalam perampasan

kemerdekaan (Pasal 334 KUHP), dan menyebabkan kematian

(Pasal 359 KUHP), dan lain-lain.

3) Niat (voornemen), dimana hal ini terdapat di dalam percobaan

atau poging (Pasal 53 KUHP)

4) Maksud (oogmerk), dimana hal ini terdapat dalam pencurian

(Pasal 362 KUHP), pemerasan (Pasal 368 KUHP), penipuan

(Pasal 378 KUHP), dan lain-lain

5) Dengan rencana lebih dahulu (met voorbedachte rade), dimana

hal ini terdapat dalam membuang anak sendiri (Pasal 308


KUHP), membunuh anak sendiri (Pasal 341 KUHP),

membunuh anak sendiri dengan rencana (Pasal 342 KUHP).

perbuatan yang tidak dilarang


oleh
undang-undang pidana,
walaupun
perbuatan tersebut merupakan
perbuatan
yang patut dipidana
(strafwaardig). Asas
Legalitas melindungi warga
negara dari
tuntutan secara pidana yang
sewenang-
wenang; dan
b. Fungsi pembatasan:
membatasi
kewenangan penyidik, penuntut
umum
dan hakim, yang mana mereka
tidak
boleh mengkualikasikan
suatu perbuatan
24 ARENA HUKUM Volume 6,
Nomor 1, April 2013, Halaman 1-151
sebagai perbuatan pidana, selain
perbuatan-perbuatan yang
dilarang oleh
undang-undang pidana.
Fungsi perlindungan: pelaku
tidak akan
dituntut secara pidana jika
melakukan
perbuatan yang tidak dilarang
oleh
undang-undang pidana,
walaupun
perbuatan tersebut merupakan
perbuatan
yang patut dipidana
(strafwaardig). Asas
Legalitas melindungi warga
negara dari
tuntutan secara pidana yang
sewenang-
wenang; dan
b. Fungsi pembatasan:
membatasi
kewenangan penyidik, penuntut
umum
dan hakim, yang mana mereka
tidak
boleh mengkualikasikan
suatu perbuatan
24 ARENA HUKUM Volume 6,
Nomor 1, April 2013, Halaman 1-151
sebagai perbuatan pidana, selain
perbuatan-perbuatan yang
dilarang oleh
undang-undang pidana.
Fungsi perlindungan: pelaku
tidak akan
dituntut secara pidana jika
melakukan
perbuatan yang tidak dilarang
oleh
undang-undang pidana,
walaupun
perbuatan tersebut merupakan
perbuatan
yang patut dipidana
(strafwaardig). Asas
Legalitas melindungi warga
negara dari
tuntutan secara pidana yang
sewenang-
wenang; dan
b. Fungsi pembatasan:
membatasi
kewenangan penyidik, penuntut
umum
dan hakim, yang mana mereka
tidak
boleh mengkualikasikan
suatu perbuatan
24 ARENA HUKUM Volume 6,
Nomor 1, April 2013, Halaman 1-151
sebagai perbuatan pidana, selain
perbuatan-perbuatan yang
dilarang oleh
undang-undang pidan

Anda mungkin juga menyukai