Anda di halaman 1dari 4

L.

Asas Putusan Hakim Harus Disertai Alasan – alasan : Asas ini


berarti semua putusan harus memuat alasan – alasan yang dijadikan dasar
untuk mengadili. Alasan tersebut harus mempunyai nilai yang obyektif.

M. Asas Nebis In Idem : berarti seseorang tidak dapat dituntut lagi


karena perbuatan yang sudah pernah diajukan ke muka pengadilan dan sudah
mendapat putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap.

N. Asas Kebenaran Materiil : ( kebenaran dan kenyataan ) mengandung


makna pemeriksaan dalam perkara pidana bertujuan untuk mengetahui
apakah faktanya atau senyatanya benar – benar telah terjadi pelanggaran atau
kejahatan.

O. Asas Ganti Rugi dan Rehabilitas : bahwa tersangka/ tersakwa/


terpidana berhak untuk mendapatkan ganti rugi atau rehabilitasi atas
tindakan terhadap dirinya sejak dalam proses penyelidikan ( pasal 95 dan 97
KUHAP ).
Pertemuan 3
 Makna dari asas legalitas aparat penegak hukum harus :
 Tidak boleh melakukan undue process/ abuse of power
 Equality before the law
 Equal protection on the law/ mempunyai kedudukan perlindungan
hukum.
 Equal justice under the law/ persamaan mendapat perlakuan keadilan.

UNIVIKASI : ( Seragam ) dalam menyelesaikan perkara


dengan peraturan yang sama.

 Versus asas legalitas adalah asas oprtunitas


- Asas Oportunitas : sekalipun seorang tersangka terang cukup bersalah
menurut hasil pemeriksaan penyidikan, dan kemungkinan besar akan
dapat dijatuhi hukuman, namun oleh JPU kasus perkara tersebut
“dideponir” oleh kejaksaan atas dasar pertimbangan demi
kepentingan umum (merupakan penyimpangan dari asas legalitas).
 Asas Keseimbangan
 Dijumpai pada konsideran huruf C
 Penegakan hukum harus berdasarkan prinsip keseimbangan
 Perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia. Pisau
bermata 2: perlindungan (pelaku juga mendapatkan
perlindungan).
 Perlindungan terhadap kepentingan dan ketertiban
masyarakat.
 Keseimbangan berarti bahwa aparat penegak hukum disatu
pihak dan terdakwa serta penasihat hukum dilain pihak
diberikan hak – hak secara seimbang , demikian juga dengan
hak korban.
 Wewenang masing – masing pihak yang terlibat dalam
hukum acara pidana yang meliputi :
 Penyidik, wewenang pasal 7 yaitu : Mengambil sidik jari dan
memotret, melakukan penyitaan dan pemeriksaan surat dsb
 Penuntut Umum : wewenang diatur dalam pasal 14
 Hakim : diatur dalam pasal 77 dan 84 ( kewenangan untuk
memeriksa pra peradilan yaitu kewenangan penangkapan itu
sah atau tidak ).
Pasal 84 mengenai wilayah hukum atau kopetensi mengadili
yang dibagi 2 yaitu :
- Relative : berkaitan dengan wilayah
administrative.
- Absolute : berkaitan dengan
macam” peradilan
 Penasehat umum dan terdakwa : kewenangan pasal 50; hak
tersangka pasal 50, apabila tersangka itu bisu, tuli dia
mendapat bantuan dari pendampingnya pasal 56 ayat 2, kalau
dalam HIR terdakwa tidak punya hak tetapi dalam KUHAP
terdakwa bukan lagi sebagai obkjek tetapi sudah punya hak,
kewenangan dan kewajiban sama baik terdakwa hakim,
penuntut umum dsb, penasehat umum pasal 154.
 Asas Diferensi asi Fungsional : dimaksudkan untuk lebih
mengefisienkan/ mengefektifkan proses peradilan pidana, dengan
jalan membagi fungsi” peradilan pada aparat penegak hukum
tertentu. Berdasarkan asas inilah adanya pembagian kewenangan/
fungsi antara penyidik, penuntut umum, peradilan dan pelaksanaan
putusan pengadilan.
 Asas Koordinasi :
Pemberian fungsi kepada masing” aparat penegak
hukum tidak mengakibatkan adanya jurang pemisah
antara aparat penegak hukum, yang disebabkan oleh
egosentris masing” aparat penegak hukum berkenaan
dengan kewenangan yang dimikinya.

Sehingga aparat penegak hukum dihubungkan dalam suatu proses,


mekanisme tertentu sehingga satu tahapan merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari tahapan lainnya, dan setiap tahapan adalah penting
dalam mencapai tujuan peradilan pidana. Dengan asas ini timbul
pandangan bahwa antara sesama aparat penegak hukum adanya
 Asas praduga
kebutuhan taksaling
untuk bersalah
bekerja: sama.
 Penjelasan umum butir 3 huruf C (KUHAP)
“setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan
atau dihadapkan dimuka pengadilan, wajib dianggap tidak
bersalah samapai adanya putusan pengadilan yang menyatakan
kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap”
 Presumption of innocent
 Secara teknis yuridis mengandung prinsip akusatur/ accusatory
procedure
 Pada setiap proses pemeriksaan harus diterapkan asas ini
KUHAP mengakomodir dengan cara memberikan hak – hak
kemanusiaan kepada tersangka/ terdakwa yang wajib
dihormati.
 Di dalam persidangan maka asas ini seharusnya diterapkan,
karena di dalam mengadili perkara Hakim harus tidak
memihak, dalam artian tidak memihak JPU ataupun memihak
terdakwa/PH, sehingga proses pemeriksaan dipersidangan
dapat dilakukan secara adil “fair Trial”
 Asas ini juga merupakan dasar hakim di dalam mengadili
seorang terdakwa. Dengan demikian yang memiliki dan
menggunakan asas ini adalah Hakim.
 prinsip akusatur : bahwa keterangan terdakwa bukanlah yang utama (posisi
paling akhir dalam alat bukti)
 Hakim tidak boleh menuntut melebihi tuntutan JPU.
 APH : - hakim : pejabat peradilan yang diberi wewenang oleh Undang –
undang untuk mengadili
- Polisi : membuat BAP (Berita Acara Pemeriksaan)
- Jaksa ( DPU ): membuat surat dakwaan (penunutut)
- Penasihat Hukum (PH) : Membuat PLEDOI ( surat pembelaan
dari tersangka ) dan membuat Eksepsi (tangkisan, keberatan,
sangkalan atau sanggahan dari terdakwa dan atau penasihat
hukum terdakwa yang tidak menyinggung surat dakwaan, tetapi
semata – mata bertujuan supaya hakim tidak menerima perkara
yang telah diajukan oleh penuntut umum.
 SPP : Sistem Peradilan Pidana.

Anda mungkin juga menyukai