Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN PER 1

Pengertian Hukum Acara Pidana (Hukum Pidana Formil) :


• Keseluruhan aturan hukum yang mengatur dengan cara bagaimana negara melalui alat-alat
kelengkapannya (polisi, jaksa, hakim, sipir, dll) harus bertindak manakala terjadi pelanggaran
hukum pidana /tindak pidana.
• Keseluruhan aturan hukum yang mengatur tentang bagaimana cara melaksanakan,
mempertahankan, dan menegakkan hukum pidana materiil.
Tujuan Hukum Acara Pidana (Menurut van Bammelen):
1. Mencari dan menemukan kebenaran;
2. Penjatuhan/pemberian putusan oleh hakim;
3. Pelaksanaan putusan hakim (eksekusi)
Tujuan Hukum Acara Pidana (Menurut Pedoman Pelaksanaan KUHAP):
Mencari dan menemukan, atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, yaitu kebenaran
yang selengkap-lengkapnya yang dihasilkan dari penerapan hukum acara pidana secara tepat, jujur,
dan adil terhadap perkara pidana yang terjadi
Hubungan Hukum Pidana dengan Hukum Acara Pidana (HAP)
1. Hubungannya bersifat komplementer/saling melengkapi.
2. HAP menegakkan, melaksanakan, dan mempertahankan Hukum pidana.
3. Tanpa HAP, hukum pidana tidak punya arti, demikian pula sebaliknya.
Sejarah (singkat) HAP Indonesia:
1. Jaman Kerajaan →(Hukum Adat)
2. Jaman Kolonial Belanda → HIR/RbG
3. Jaman Pendudukan Jepang → HIR/RbG
Sumber-sumber HAP
UU 8/1981: KUHAP,UU 48/2009 : Kekuasaan Kehakiman,UU Kepolisian,UU Kejaksaan,UU Peradilan
Umum,UU MA,UU Pemasyarakatan,UU Advokat,UU Bantuan Hukum,UU Perlindungan Saksi dan
Korban,UU KPK,UU Pidana khusus di luar KUHP (sepanjang mengatur acara pidana,dll.
ASAS-ASAS HAP PER 2
1. Peradilan Sederhana, Cepat, Biaya ringan;
Penjelasan Umum Butir 3 e KUHAP :
“Peradilan yang harus dilakukan dengan cepat, sederhana dan biaya ringan serta bebas, jujur
dan tidak memihak harus diterapkan secara konsekuen dalam seluruh tingkat peradilan”.
2. Presumption of innocence / Praduga tak bersalah;
Penjelasan Umum butir 3 c KUHAP:
“Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau dihadapkan di muka
sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang
menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap”.
UU No 48 Tahun 20049Ttg Kekuasaan Kehakiman:
“Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, dan/atau dihadapkan di depan
pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan pengadilan yang
menyatakan kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap”.
3. Oportunitas;
“Asas hukum yang memberikan wewenang kepada Penuntut Umum untuk menuntut atau
tidak menuntut dengan atau tanpa syarat seseorang atau korporasi yang telah mewujudkan
delik demi kepentingan umum”
4. Pemeriksaan Pengadilan Terbuka untuk Umum;
Pasal 153 (3 &4) KUHAP:
“(3)Untuk keperluan pemeriksaan hakim ketua sidang membuka sidang dan menyatakan
terbuka untuk umum kecuali dalam perkara mengenai kesusilaan atau terdakwanya anak-
anak.”

5. Perlakuan sama di depan Hakim;


Penjelasan Umum butir 3 a KUHAP:
”Perlakuan yang sama atas diri setiap orang di muka hukum dengan tidak mengadakan
pembedaan perlakuan”
6. Tersangka/Terdakwa Berhak Memperoleh Bantuan Hukum;
UU No. 48 / 2009:
“Setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh bantuan hukum”.
7. Peradilan dilakukan oleh Hakim karena Jabatannya dan Bersifat Tetap;
Pemeriksaan dan pengambilan putusan pengadilan oleh hakim sebagai pejabat negara yang
bersifat tetap. (Ada lex specialist : Hakim Ad-Hock Pengadilan Kejahatan HAM Berat).
8. Akusator (accusatoir), Tidak Inkusitor (inquisitoir);
Asas akusator, menempatkan tersangka/terdakwa sebagai subyek pemeriksaan (bukan
obyek), sehingga ia memiliki / diberikan seperangkat hak-hak untuk melindungi
kepentingannya, kususnya hak untuk membela diri, hak mendapatkan bantuan hukum, hak
memberikan keterangan secara bebas, dll.
9. Ganti rugi dan Rehabilitasi;
Pasal 9 UU No. 4 / 2004:
“(1) Setiap orang yang ditangkap, ditahan, dituntut, atau diadili tanpa alasan berdasarkan
undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang
diterapkannya, berhak menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi.
10. Diferensiasi Fungsional → dan Koordinatif;
KUHAP menganut pembagian fungsi antara Penyidikan dan Penuntutan.
11. Asas Keseimbangan;
Acara Pidana dilaksanakan dengan prinsip keseimbangan perhatian terhadap:
• Hak tersangka/terdakwa dengan Kewenangan Penyidik dan JPU.
• Hak tersangka/terdakwa dengan hak korban/saksi/masyarakat untuk melaporkan
TP
• HAM Tersangka dengan HAM masyarakat
12. Asas pemeriksaan Hakim Secara Langsung dan Lisan
Pemeriksaan pengadilan dilakukan oleh hakim secara langsung dan lisan terhadap terdakwa,
dan saksi. Tidak boleh diwakilkan kepada kuasa hukum seperti dalam perkara perdata. Juga
secara lisan, tidak tertulis / korespondensi / surat.
13. Asas Legalitas (Berdasarkan Hukum);
Pelaksanaan Acara Pidana harus berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku, artinya tidak
boleh hanya didasarkan pada “kekuasaan” saja, karena hal ini akan berhubungan erat
dengan perampasan HAM seseorang, baik tersangka/terdakwa maupun saksi.

PIHAK-PIHAK (YG TERLIBAT) DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA:Penyelidik & Penyidik (+


Penyidik Pembantu),Jaksa – Penuntut Umum (JPU),Hakim ( PN-PT-MA),Sipir LAPAS / Pembimbing
Kemasyarakatan BAPAS,Penasehat Hukum / Advoka,Tersangka – Terdakwa – Terpidana,Saksi &
(Saksi) Ahli (1-5 → Aparat Penegak hkm

PERTEMUAN 3
HAK TERSANGKA & TERDAKWA
1. Hak tersangka untuk segera mendapat pemeriksaan oleh penyidik, dan selanjutnya
dilimpahkan ke pengadilan (Pasal 50 KUHAP);
2. Berhak diberitahukan dengan jelas dan dengan bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa
yang disangkakan kepadanya (Pasal 51 HUKAP);
3. Berhak memberi keterangan secara bebas. Maksudnya, ”bebas dari rasa takut, paksaan dan
tekanan” (Pasal 52 KUHAP);
4. Berhak mendapatkan bantuan juru bahasa dan penterjemah, apabila tersangka tidak paham
bahasa Indonesia (Pasal 53 KUHAP);
5. Berhak mendapat bantuan hukum (Pasal 54 KUHAP);
6. Berhak secara bebas memiliki penasehat hukum (Pasal 55 KUHAP);
7. Dalam hal tersangka disangka melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati
atau ancaman lima belas tahun atau lebih, atau bagi mereka yang tidak mampu yang
diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasehat hukum
sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan
pidana wajib menunjuk penasehat hukum baagi mereka (Pasal 56 (1) KUHAP);
8. HAK TERSANGKA/TERDAKWA YANG DITAHAN:
• Berhak menghubungi penasehat hukum (Pasal 57 (1) KUHAP).
• Jika tersangka warga negara asing dia berhak menghubungi dan berbicara dengan
perwakilan negaranya dalam menghadapi jalannya proses pemeriksaan (Pasal 57 (2)
KUHAP).
9. Berhak mengajukan saksi dan saksi ahli (Pasal 65 KUHAP).
10. Tidak dibebani kewajiban pembuktian (Pasal 66 KUHAP).
11. Hak untuk menuntut ganti rugi dan rehabilitasi (Pasal 68, 95, 96 dan 97 KUHAP)”.
HAK-HAK TERSANGKA DAN TERDAKWA(dalam KUHAP) (2)
Pasal 52 -berhak memberikan keterangan secara bebas.
Pasal 53 -Pasal berhak untuk setiap waktu mendapat bantuan juru bahasa
Pasal 54 – berhak mendapat bantuan hukum
Pasal 58 – berhak menghubungi dan menerima kunjungan dokter pribadinya
Pasal 59- berhak diberitahukan tentang penahanan atas dirinya oleh pejabat yang berwenang
HAK-HAK SAKSI DAN KORBAN (KUHP & UU PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN / UU PSK)
1. Hak mengajukan laporan pengaduan
2. Hak memperoleh perlindungan atas keamanan pribadim keluarga, dan harta bendanya
3. Hak ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan dukungan
keamanan
4. Hak memberikan keterangan scr bebas tanpa tekanan
5. Hak mendapat penerjemah atau juru Bahasa
PERTEMUAN 4
Kode Administrasi Perkara Pidana di Kepolisian dan Kejaksaan :
P-1 Penerimaan Laporan (Tetap) P-2 Surat Perintah Penyelidikan P-3 Rencana Penyelidikan
P-4 Permintaan Keterangan P-5 Laporan Hasil PenyelidikanP-6 Laporan Terjadinya Tindak Pidana
P-7 Matrik Perkara Tindak PidanaP-8 Surat Perintah PenyidikanP-8A Rencana Jadwal Kegiatan
PenyidikanP-9 Surat Panggilan Saksi / TersangkaP-10 Bantuan Keterangan Ahli
P-1 SAMPAI P-53
PENYIDIKAN
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
Pasal 1 Angka 2
Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya
Penyidik adalah :
• pejabat polisi negara Republik Indonesia;
• pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang.
PENYIDIK PEMBANTU
Penyidik Pembantu (Pasal 11), mempunyai wewenang yang sama dengan wewenang Penyidik
seperti tersebut dalam Pasal 7 ayat (1), kecuali mengenai penahanan yang wajib diberikan dengan
pelimpahan wewenang dari penyidik.
PENYADAPAN
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
Pasal 1 Angka 19
Penyadapan adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan penyelidikan atau penyidikan dengan cara
menyadap pembicaraan, pesan, informasi, dan/atau jaringan komunikasi yang dilakukan melalui
telepon dan/atau alat komunikasi elektronik lainnya.
WEWENANG PENYIDIK (Pasal 7)Penyidik Polri (Pasal 6 ayat (1) huruf a)
1. menerima-laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana;
2. melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;
3. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka ;
4. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan
PERTEMUAN 5 PENANGKAPAN, PENAHANAN
PENGERTIAN
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana
Pasal 1 Angka 19
 Tertangkap tangan adalah tertangkapnya seorang pada waktu sedang melakukan tindak
pidana, atau dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan, atau sesaat
kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang melakukannya, atau apabila
sesaat kemudian padanya ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan untuk
melakukan tindak pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut
melakukan atau membantu melakukan tindak pidana itu.
Pasal 1 Angka 20
 Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara waktu
kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan
penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur
dalam undang-undang ini.
Tujuan penangkapan
 Mengamankan (pengekangan sementara waktu kebebasan) tersangka atau terdakwa guna
kepentingan (pemeriksaan pada tahap)penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan atau
peradilan
pejabat Yang Berwenang Menangkap
1. Penyidik (POLRI dan PPNS)
2. Penyidik Pembantu;
3. Penyelidik atas Perintah Penyidik/Penyidik Pembantu
SYARAT PENANGKAPAN(KUHAP)
1. Dilakukan Pejabat yang Berwenang (Penyidik, Penyidik Pembantu, Penyelidik atas Perintah
Penyidik)
2. Surat Perintah Penangkapan yang dikeluarkan Penyidik/Penyidik Pembantu, yang memuat:
Identitas Tersangka/Terdakwa; alasan Penangkapan/ TP yang disangkakan/didakwaan;
Tempat Diperiksa.
3. Menunjukkan identitas Penyelidik/penyidik pembantu/ penyelidik;
4. Ada bukti permulaan yang cukup;
5. Salinan Surat Penangkapan diberikan kepada keluarga tersangka\
6. Surat Perintah Penangkapan memuta: Identitas Tersangka/terdakwa, alasan penangkapan
(TP yang disangkakan), tempat pemeriksaan.
7. Waktu Penangkapan 1 hari / 24 jam (kecuali pd TP Khusus)

UPAYA APA YANG BISA DILAKUKAN TERHADAP PENANGKAPAN YANG TIDAK SAH

1. Upaya Hukum: PRA PERADILAN


2. Upaya Non Hukum:
3. Somasi / Surat Keberatan kepada pejabat yang menangkap atau atasannya, atau ke
Kompolnas
4. Melalui media masa/social;
5. Demonstrasi (?)

PENAHANAN

PENGERTIAN

Pasal 1 Angka 21 KUHAP

 Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik
atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang
diatur dalam undang-undang ini.

SYARAT PENAHANAN

1. Syarat Subyektif = Alasan Penahanan (Pasal 21 (1))


Berdasarkan bukti yang cukup ada kekhawatiran bahwa Tersangka/Terdakwa :
• akan melarikan diri;
• Menghilangkan bukti; atau
• Mengulangi tindak pidana
2. Syarat Formil/Administratif (Pasal 21 (2, 3));
• Ada Surat Perintah Penahanan dari Pejabat yang berwenang
• Salinan surat perintah Penahanan di berikan kepada keluarganya
3. Syarat Obyektif (Pasal 21 (4) a, b.).
Penahanan hanya dapat dilakukan terhadap Tersangka/terdakwa yang melakukan, turut
serta melakukan atau membantu melakukan TP yang Diancam pidana penjara 5 tahun atau
lebih

UPAYA APA YANG BISA DILAKUKAN TERHADAP PENAHANAN YANG (DIDUGA) TIDAK SAH ?

Upaya Hukum:

• Somasi / Surat Keberatan kepada pejabata yang menahan atau atasannya, lapor ke
KOMPOLNAS, Komjak, KY sesuai pejabat yang menahan yang diduga melanggar kode etik
• PRA PERADILAN

Upaya Non Hukum:


1. Melalui media masa/social;
2. Demonstrasi

PERTEMUAN 6 PENYITAAN

PENGERTIAN

Pasal 1 Angka 16 KUHAP

• Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan
di bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak
berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan.

TUJUAN PENYITAAN

• mengambil alih dan atau menyimpan di bawah penguasaannya benda sitaan untuk
kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan, dan peradilan

Pejabat Yang Berwenang Melakukan PENYITAAN

1. Penyidik (POLRI & PPNS) + KPK


2. Penyidik Pembantu
3. Penyelidik atas Perintah Pernyidik

SYARAT-SYARAT PENYITAAN

1. Dilakukan pejabat berwenang


2. Ada surat ijin penyitaan dari ketua PN setempat
3. Disaksikan oleh 2 orang saksi
4. Disaksikan oleh kepala desa
5. Berita acara penyitaan yang salinannya diberikan kpd orang drimane bend aitu disita

BENDA YANG DAPAT DISITA

1. benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh
dari tindak pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana;
2. benda yang telah dipergunakan secara Iangsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk
mempersiapkannya;
3. benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak pidana;
4. benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana;
5. benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan.

PROSEDUR PENYITAAN

1. Penyidik Minta Ijin ke Ketua PN Setempat. Kecuali dalam Keadaan mendesak harus segera
Menyita, dan tidak mungkin mendapatkan ijin saat itu.
2. Penyidik mendatangi tempat penyitaan dan menunjukkan identitas diri;
3. Menunjukkan Surat Ijin dari Ketua PN setempat (kecuali dalam keadaan mendesak) bisa
dilakukan penyitaan terlebih dahulu, baru kemudian segera minta persetujuan ke Ketua PN
Setempat).
4. Penyitaan Disaksikan oleh 2 orang saksi

PERLAKUAN TERHADAP BENDA SITAAN YANG MUDAH RUSAK

Pasal 45 KUHAP
(1) Dalam hal benda sitaan terdiri atas benda yang dapat lekas rusak atau yang
membahayakan, sehingga tidak mungkin untuk disimpan sampai putusan pengadilan
terhadap perkara yang bersangkutan memperoleh kekuatan hukum tetap atau jika biaya
penyimpanan benda tersebut akan menjadi terlalu tinggi, sejauh mungkin dengan
persetujuan tersangka atau kuasanya dapat diambil Tindakan.

Ayat (2) dan ayat (3)


 Benda untuk pembuktian yang menurut sifatnya lekas rusak dapat di jual lelang dan uang
hasil pelelangan dipakai sebagai ganti untuk diajukan di sidang pengadilan sedangkan
sebagian kecil dari benda itu disisihkan untuk dijadikan barang bukti.
PENYIMPANAN BENDA SITAAN
Pasal 44
(1) Benda sitaan disimpan dalam rumah penyimpanan benda sitaan negara (RUPBASAN,- Pen)
(2) Penyimpanan benda sitaan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan tanggung jawab
atasnya ada pada pejabat yang berwenang sesuai dengan tingkat pemeriksaan dalam proses
peradilan dan benda tersebut dilarang untuk dipergunakan oleh siapapun juga.
Penjelasan Pasal 44
Ayat (1)
 Selama belum ada rumah penyimpanan benda sitaan negara di tempat yang bersangkutan,
penyimpanan benda sitaan tersebut dapat dilakukan di kantor kepolisian negara Republik
Indonesia, di kantor kejaksaan negeri, di kantor pengadilan negeri, di gedung bank
pemerintah, dan dalam keadaan memaksa di tempat penyimpanan lain atau tetap ditempat
semula benda itu disita.
PENGEMBALIAN BENDA SITAAN

Pasal 46

(1) Benda yang dikenakan penyitaan dikembalikan kepada orang atau kepada mereka dan siapa
benda itu disita, atau kepada orang atau kepada mereka yang paling berhak apabila:

• kepentingan penyidikan dan penuntutan tidak memerlukan lagi;


• perkara tersebut tidak jadi dituntut karena tidak cukup bukti atau ternyata tidak merupakan
tindak pidana;
• perkara tersebut dikesampingkan untuk kepentingan umum atau perkara tersebut ditutup
demi hukum, kecuali apabila benda itu diperoleh dan suatu tindak pidana atau yang
dipergunakan untuk melakukan suatu tindak pidana.

PEMANGGILAN SAKSI & TERSANGKA

Pasal 112 ayat (1) KUHAP, yang selengkapnya berbunyi:

“Penyidik yang melakukan pemeriksaan dengan menyebutkan alasan pemanggilan secara jelas,
berwenang memanggil tersangka dan saksi yang dianggap perlu untuk diperiksa dengan surat
panggilan yang sah dengan memperhatikan tenggang waktu yang wajar antara diterimanya
panggilan dan hari seseorang itu diharuskan memenuhi panggilan tersebut.”

Sedangkan, yang memiliki tugas untuk menyampaikan surat panggilan kepada terlapor atau
tersangka ataupun kepada para saksi adalah anggota Kepolisian Negara Republik Indonesi

Rambu-Rambu dalam PEMERIKSAAN TERSANGKA (KUHAP)

Pasal 50
(1) Tersangka berhak segera mendapat pemeriksaan oleh penyidik dan selanjutnya dapat diajukan
kepada penuntut umum.

TATA CARA PEMERIKSAAN TERSANGKA (UUU SPPA)

Pasal 42

(1) Penyidik wajib memeriksa tersangka dalam suasana kekeluargaan.

(2) Dalam melakukan penyidikan terhadap Anak Nakal, Penyidik wajib meminta pertimbangan atau
saran dari Pembimbing Kemasyarakatan, dan apabila perlu juga dapat meminta pertimbangan atau
saran dari ahli pendidikan, ahli kesehatan jiwa, ahli agama, atau petugas kemasyarakatan lainnya

BERKAS PENYIDIKAN

Berisi:

1. Deskripsi Tindak Pidana yang dilakukan Tersangka;


2. Berita Acara /Dokumen semua Tindakan Penyidik, seperti:

- Laporan / Pengaduan;
- BAP Pemeriksaan Tersangka dan saksi-saksi
- Surat Perintah Penangkapan
- Surat perintah Penahanan
- BAP Penggeledahan
- BAP Penyitaan
PERTEMUAN 7 PENUNTUTAN
PRA PENUNTUTAN
Tindakan Jaksa Penuntut Umum mengembalikan Berkas Penyidikan kepada Penyidik, dengan
permintaan dan petunjuk untuk melengkapinya. (Dokumen dengan Kode P-19)
PRA PENUNTUTAN TERJADI
Penyidik Melimpahkan Hasil Penyidikan Tahap I (Berkas Penyidikan saja, Tersangka & Barang bukti
belum diserahkan) kepada Jaksa Penuntut Umum.JPU segera mempelajari kelengkapan Berkas
Penyidikan. Dalam Waktu paling lama 7 hari harus sudah memberitahukan lengkap tidaknya berkas
penyidikan kepada penyidik.
ATURAN PRA PENUNTUTAN
Pasal 138 KUHAP
(1) Penuntut umum setelah menerima hasil penyidikan dari penyidiksegera mempelajari dan
menelitinya dan dalam waktu tujuh hari wajib memberitahukan kepada penyidik apakah
hasil penyidikan itu sudah lengkap atau belum.
(2) Dalam hal hasil penyidikan ternyata belum lengkap, penuntut umum mengembalikan berkas
perkara kepada penyidik disertai petunjuk tentang hal yang harus dilakukan untuk
dilengkapi dan dalam waktu empat belas hari sejak tanggal penerimaan berkas, penyidik
harus sudah menyampaikan kembali berkas perkara itu kepada penuntut umum.
PENGHENTIAN PENUNTUTAN
Pasal 140
(1) Dalam hal penuntut umum berpendapat bahwa dari hasil penyidikandapat dilakukan
penuntutan, ia dalam waktu secepatnya membuat surat dakwaan.
(2) a. Dalam hal penuntut umum memutuskan untuk menghentikan
penuntutan karena tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut
ternyata bukan merupakan tindak pidana atau perkara ditutup demi
hukum, penuntut umum menuangkan hal tersebut dalam surat ketetapan.
b. Isi surat ketetapan tersebut diberitahukan kepada tersangka dan bila ia
ditahan, wajib segera dibebaskan.
c. Turunan surat ketetapan itu wajib disampaikan kepada tersangka atau
keluarga atau penasihat hukum, pejabat rumah tahanan negara, penyidik
dan hakim.
d. Apabila kemudian ternyata ada alasan baru, penuntut umum dapat
melakukan penuntutan terhadap tersangka.
JENIS/MACAM SURAT DAKWAAN
 Dakwaan TUNGGAL;
 Dakwaan ALTERNATIF;
 Dakwaan KOMULATIF;
 Dakwaan SUBSIDER;
 Dakwaan KOMBINASI / CAMPURAN.
DAKWAAN TUNGGAL : Hanya didakwa dengan 1 Pasal Tindak pidana saja.
DAKWAAN KOMULATIF : Terdakwa didakwa dengan 2 atau lebih Pasal Tindak pidana.
DAKWAAN ALTERNATIF : Terdakwa didakwa dengan 2 atau lebih Pasal Tindak pidana yang
diancamkan secara alternatif.
DAKWAAN SUBSIDER : Terdakwa didakwa dengan 2 atau lebih Pasal Tindak pidana yang diancamkan
secara SUBSIDER ATAU BERLAPIS.
DAKWAAN KOMBINASI : Terdakwa didakwa dengan 2 atau lebih Pasal Tindak pidana yang
diancamkan secara SUBSIDER ATAU BERLAPIS.

SELAMAT NYOTEKSSS TEMAN-TEMANNNSSS……………………………

Anda mungkin juga menyukai