PERTEMUAN 3
HAK TERSANGKA & TERDAKWA
1. Hak tersangka untuk segera mendapat pemeriksaan oleh penyidik, dan selanjutnya
dilimpahkan ke pengadilan (Pasal 50 KUHAP);
2. Berhak diberitahukan dengan jelas dan dengan bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa
yang disangkakan kepadanya (Pasal 51 HUKAP);
3. Berhak memberi keterangan secara bebas. Maksudnya, ”bebas dari rasa takut, paksaan dan
tekanan” (Pasal 52 KUHAP);
4. Berhak mendapatkan bantuan juru bahasa dan penterjemah, apabila tersangka tidak paham
bahasa Indonesia (Pasal 53 KUHAP);
5. Berhak mendapat bantuan hukum (Pasal 54 KUHAP);
6. Berhak secara bebas memiliki penasehat hukum (Pasal 55 KUHAP);
7. Dalam hal tersangka disangka melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati
atau ancaman lima belas tahun atau lebih, atau bagi mereka yang tidak mampu yang
diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasehat hukum
sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan
pidana wajib menunjuk penasehat hukum baagi mereka (Pasal 56 (1) KUHAP);
8. HAK TERSANGKA/TERDAKWA YANG DITAHAN:
• Berhak menghubungi penasehat hukum (Pasal 57 (1) KUHAP).
• Jika tersangka warga negara asing dia berhak menghubungi dan berbicara dengan
perwakilan negaranya dalam menghadapi jalannya proses pemeriksaan (Pasal 57 (2)
KUHAP).
9. Berhak mengajukan saksi dan saksi ahli (Pasal 65 KUHAP).
10. Tidak dibebani kewajiban pembuktian (Pasal 66 KUHAP).
11. Hak untuk menuntut ganti rugi dan rehabilitasi (Pasal 68, 95, 96 dan 97 KUHAP)”.
HAK-HAK TERSANGKA DAN TERDAKWA(dalam KUHAP) (2)
Pasal 52 -berhak memberikan keterangan secara bebas.
Pasal 53 -Pasal berhak untuk setiap waktu mendapat bantuan juru bahasa
Pasal 54 – berhak mendapat bantuan hukum
Pasal 58 – berhak menghubungi dan menerima kunjungan dokter pribadinya
Pasal 59- berhak diberitahukan tentang penahanan atas dirinya oleh pejabat yang berwenang
HAK-HAK SAKSI DAN KORBAN (KUHP & UU PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN / UU PSK)
1. Hak mengajukan laporan pengaduan
2. Hak memperoleh perlindungan atas keamanan pribadim keluarga, dan harta bendanya
3. Hak ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan dukungan
keamanan
4. Hak memberikan keterangan scr bebas tanpa tekanan
5. Hak mendapat penerjemah atau juru Bahasa
PERTEMUAN 4
Kode Administrasi Perkara Pidana di Kepolisian dan Kejaksaan :
P-1 Penerimaan Laporan (Tetap) P-2 Surat Perintah Penyelidikan P-3 Rencana Penyelidikan
P-4 Permintaan Keterangan P-5 Laporan Hasil PenyelidikanP-6 Laporan Terjadinya Tindak Pidana
P-7 Matrik Perkara Tindak PidanaP-8 Surat Perintah PenyidikanP-8A Rencana Jadwal Kegiatan
PenyidikanP-9 Surat Panggilan Saksi / TersangkaP-10 Bantuan Keterangan Ahli
P-1 SAMPAI P-53
PENYIDIKAN
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
Pasal 1 Angka 2
Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya
Penyidik adalah :
• pejabat polisi negara Republik Indonesia;
• pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang.
PENYIDIK PEMBANTU
Penyidik Pembantu (Pasal 11), mempunyai wewenang yang sama dengan wewenang Penyidik
seperti tersebut dalam Pasal 7 ayat (1), kecuali mengenai penahanan yang wajib diberikan dengan
pelimpahan wewenang dari penyidik.
PENYADAPAN
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
Pasal 1 Angka 19
Penyadapan adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan penyelidikan atau penyidikan dengan cara
menyadap pembicaraan, pesan, informasi, dan/atau jaringan komunikasi yang dilakukan melalui
telepon dan/atau alat komunikasi elektronik lainnya.
WEWENANG PENYIDIK (Pasal 7)Penyidik Polri (Pasal 6 ayat (1) huruf a)
1. menerima-laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana;
2. melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;
3. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka ;
4. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan
PERTEMUAN 5 PENANGKAPAN, PENAHANAN
PENGERTIAN
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana
Pasal 1 Angka 19
Tertangkap tangan adalah tertangkapnya seorang pada waktu sedang melakukan tindak
pidana, atau dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan, atau sesaat
kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang melakukannya, atau apabila
sesaat kemudian padanya ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan untuk
melakukan tindak pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut
melakukan atau membantu melakukan tindak pidana itu.
Pasal 1 Angka 20
Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara waktu
kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan
penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur
dalam undang-undang ini.
Tujuan penangkapan
Mengamankan (pengekangan sementara waktu kebebasan) tersangka atau terdakwa guna
kepentingan (pemeriksaan pada tahap)penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan atau
peradilan
pejabat Yang Berwenang Menangkap
1. Penyidik (POLRI dan PPNS)
2. Penyidik Pembantu;
3. Penyelidik atas Perintah Penyidik/Penyidik Pembantu
SYARAT PENANGKAPAN(KUHAP)
1. Dilakukan Pejabat yang Berwenang (Penyidik, Penyidik Pembantu, Penyelidik atas Perintah
Penyidik)
2. Surat Perintah Penangkapan yang dikeluarkan Penyidik/Penyidik Pembantu, yang memuat:
Identitas Tersangka/Terdakwa; alasan Penangkapan/ TP yang disangkakan/didakwaan;
Tempat Diperiksa.
3. Menunjukkan identitas Penyelidik/penyidik pembantu/ penyelidik;
4. Ada bukti permulaan yang cukup;
5. Salinan Surat Penangkapan diberikan kepada keluarga tersangka\
6. Surat Perintah Penangkapan memuta: Identitas Tersangka/terdakwa, alasan penangkapan
(TP yang disangkakan), tempat pemeriksaan.
7. Waktu Penangkapan 1 hari / 24 jam (kecuali pd TP Khusus)
UPAYA APA YANG BISA DILAKUKAN TERHADAP PENANGKAPAN YANG TIDAK SAH
PENAHANAN
PENGERTIAN
Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik
atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang
diatur dalam undang-undang ini.
SYARAT PENAHANAN
UPAYA APA YANG BISA DILAKUKAN TERHADAP PENAHANAN YANG (DIDUGA) TIDAK SAH ?
Upaya Hukum:
• Somasi / Surat Keberatan kepada pejabata yang menahan atau atasannya, lapor ke
KOMPOLNAS, Komjak, KY sesuai pejabat yang menahan yang diduga melanggar kode etik
• PRA PERADILAN
PERTEMUAN 6 PENYITAAN
PENGERTIAN
• Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan
di bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak
berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan.
TUJUAN PENYITAAN
• mengambil alih dan atau menyimpan di bawah penguasaannya benda sitaan untuk
kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan, dan peradilan
SYARAT-SYARAT PENYITAAN
1. benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh
dari tindak pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana;
2. benda yang telah dipergunakan secara Iangsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk
mempersiapkannya;
3. benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak pidana;
4. benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana;
5. benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan.
PROSEDUR PENYITAAN
1. Penyidik Minta Ijin ke Ketua PN Setempat. Kecuali dalam Keadaan mendesak harus segera
Menyita, dan tidak mungkin mendapatkan ijin saat itu.
2. Penyidik mendatangi tempat penyitaan dan menunjukkan identitas diri;
3. Menunjukkan Surat Ijin dari Ketua PN setempat (kecuali dalam keadaan mendesak) bisa
dilakukan penyitaan terlebih dahulu, baru kemudian segera minta persetujuan ke Ketua PN
Setempat).
4. Penyitaan Disaksikan oleh 2 orang saksi
Pasal 45 KUHAP
(1) Dalam hal benda sitaan terdiri atas benda yang dapat lekas rusak atau yang
membahayakan, sehingga tidak mungkin untuk disimpan sampai putusan pengadilan
terhadap perkara yang bersangkutan memperoleh kekuatan hukum tetap atau jika biaya
penyimpanan benda tersebut akan menjadi terlalu tinggi, sejauh mungkin dengan
persetujuan tersangka atau kuasanya dapat diambil Tindakan.
Pasal 46
(1) Benda yang dikenakan penyitaan dikembalikan kepada orang atau kepada mereka dan siapa
benda itu disita, atau kepada orang atau kepada mereka yang paling berhak apabila:
“Penyidik yang melakukan pemeriksaan dengan menyebutkan alasan pemanggilan secara jelas,
berwenang memanggil tersangka dan saksi yang dianggap perlu untuk diperiksa dengan surat
panggilan yang sah dengan memperhatikan tenggang waktu yang wajar antara diterimanya
panggilan dan hari seseorang itu diharuskan memenuhi panggilan tersebut.”
Sedangkan, yang memiliki tugas untuk menyampaikan surat panggilan kepada terlapor atau
tersangka ataupun kepada para saksi adalah anggota Kepolisian Negara Republik Indonesi
Pasal 50
(1) Tersangka berhak segera mendapat pemeriksaan oleh penyidik dan selanjutnya dapat diajukan
kepada penuntut umum.
Pasal 42
(2) Dalam melakukan penyidikan terhadap Anak Nakal, Penyidik wajib meminta pertimbangan atau
saran dari Pembimbing Kemasyarakatan, dan apabila perlu juga dapat meminta pertimbangan atau
saran dari ahli pendidikan, ahli kesehatan jiwa, ahli agama, atau petugas kemasyarakatan lainnya
BERKAS PENYIDIKAN
Berisi:
- Laporan / Pengaduan;
- BAP Pemeriksaan Tersangka dan saksi-saksi
- Surat Perintah Penangkapan
- Surat perintah Penahanan
- BAP Penggeledahan
- BAP Penyitaan
PERTEMUAN 7 PENUNTUTAN
PRA PENUNTUTAN
Tindakan Jaksa Penuntut Umum mengembalikan Berkas Penyidikan kepada Penyidik, dengan
permintaan dan petunjuk untuk melengkapinya. (Dokumen dengan Kode P-19)
PRA PENUNTUTAN TERJADI
Penyidik Melimpahkan Hasil Penyidikan Tahap I (Berkas Penyidikan saja, Tersangka & Barang bukti
belum diserahkan) kepada Jaksa Penuntut Umum.JPU segera mempelajari kelengkapan Berkas
Penyidikan. Dalam Waktu paling lama 7 hari harus sudah memberitahukan lengkap tidaknya berkas
penyidikan kepada penyidik.
ATURAN PRA PENUNTUTAN
Pasal 138 KUHAP
(1) Penuntut umum setelah menerima hasil penyidikan dari penyidiksegera mempelajari dan
menelitinya dan dalam waktu tujuh hari wajib memberitahukan kepada penyidik apakah
hasil penyidikan itu sudah lengkap atau belum.
(2) Dalam hal hasil penyidikan ternyata belum lengkap, penuntut umum mengembalikan berkas
perkara kepada penyidik disertai petunjuk tentang hal yang harus dilakukan untuk
dilengkapi dan dalam waktu empat belas hari sejak tanggal penerimaan berkas, penyidik
harus sudah menyampaikan kembali berkas perkara itu kepada penuntut umum.
PENGHENTIAN PENUNTUTAN
Pasal 140
(1) Dalam hal penuntut umum berpendapat bahwa dari hasil penyidikandapat dilakukan
penuntutan, ia dalam waktu secepatnya membuat surat dakwaan.
(2) a. Dalam hal penuntut umum memutuskan untuk menghentikan
penuntutan karena tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut
ternyata bukan merupakan tindak pidana atau perkara ditutup demi
hukum, penuntut umum menuangkan hal tersebut dalam surat ketetapan.
b. Isi surat ketetapan tersebut diberitahukan kepada tersangka dan bila ia
ditahan, wajib segera dibebaskan.
c. Turunan surat ketetapan itu wajib disampaikan kepada tersangka atau
keluarga atau penasihat hukum, pejabat rumah tahanan negara, penyidik
dan hakim.
d. Apabila kemudian ternyata ada alasan baru, penuntut umum dapat
melakukan penuntutan terhadap tersangka.
JENIS/MACAM SURAT DAKWAAN
Dakwaan TUNGGAL;
Dakwaan ALTERNATIF;
Dakwaan KOMULATIF;
Dakwaan SUBSIDER;
Dakwaan KOMBINASI / CAMPURAN.
DAKWAAN TUNGGAL : Hanya didakwa dengan 1 Pasal Tindak pidana saja.
DAKWAAN KOMULATIF : Terdakwa didakwa dengan 2 atau lebih Pasal Tindak pidana.
DAKWAAN ALTERNATIF : Terdakwa didakwa dengan 2 atau lebih Pasal Tindak pidana yang
diancamkan secara alternatif.
DAKWAAN SUBSIDER : Terdakwa didakwa dengan 2 atau lebih Pasal Tindak pidana yang diancamkan
secara SUBSIDER ATAU BERLAPIS.
DAKWAAN KOMBINASI : Terdakwa didakwa dengan 2 atau lebih Pasal Tindak pidana yang
diancamkan secara SUBSIDER ATAU BERLAPIS.