NASRUN HIPAN
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab gugatan Penggugat dinyatakan tidak
dapat diterima oleh Pengadilan Negeri Luwuk. Penelitian ini bersifat yuridis normatif dengan
menggunakan sumber bahan hukum primer, sekunder dan tersier yang ada kaitannya dengan topik
penelitian ini. Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa sekurang-kurangnya
ada 4 (empat) faktor penyebab gugatan Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima oleh
Pengadilan Negeri Luwuk, yaitu faktor karena gugatan penggugat mengandung cacat formal
berupa “nebis in idem”, faktor gugatan penggugat mengandung cacat formal berupa kurang pihak,
faktor gugatan pengugat mengandung cacat formal berupa kabur atau tidak jelas serta faktor
karena kuasa hukum penggugat tidak memenuhi syarat untuk bertindak menurut hukum acara
perdata.
Abstract
This study aimed to determine the cause of the claim can not be accepted by the District Court
Luwuk. This study is normative by using a source of primary legal materials, secondary and
tertiary nothing to do with this research topic. The results obtained from this study is that there
are at least four (4) factors causing the Plaintiff's claim can not be accepted by the Court Luwuk,
which is a factor for the plaintiff to be defective in formal form of "nebis in idem", factors plaintiff
flawed be less formal parties, factors plaintiff lawsuit contains formal defects in the form of vague
or unclear and the factor for the plaintiff's attorney was not qualified to act according to the law
of civil procedure.
Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan 2. Pasal 50 ayat (1), menyebutkan, “Putusan
Kehakiman, menye- butkan: pengadilan selain harus memuat alasan dan
“Pengadilan dilarang menolak untuk dasar putusan, juga memuat pasal tertentu
memeriksa, mengadili, dan memutus suatu dari peraturan perundang-undangan yang
perkara yang diajukan dengan dalih bahwa bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis
hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan yang dijadikan dasar untuk mengadili.”
wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.” 3. Pasal 13 ayat (2) menyebutkan “Penetapan
Dengan demikian jelaslah bahwa dan putusan Pengadilan hanya sah dan
bagaimanapun hakim harus memeriksa perkara mempunyai kekuatan hukum apabila
yang diajukan kepadanya, meskipun peraturan diucapkan dalam sidang terbuka untuk
hukumnya belum ada. Sehingga dalam keadaan umum.”
beginilah hakim harus menciptakan hukum Berdasarkan beberapa ketentuan peraturan
sendiri terhadap peristiwa konkrit yang perundang-undangan tersebut di atas, dapat
dihadapinya dan yang mengikat kepada pihak- disimpulkan bahwa Putusan Pengadilan adalah
pihak yang bersangkutan. Maka dari itu diakui suatu pernyataan yang diucapkan oleh hakim
bahwa hakim mempunyai kedudukan tersendiri, dalam sidang terbuka untuk umum yang
yaitu sebagai pembentuk hukum disamping bertujuan mengakhiri perkara yang memuat
pengundang-undang. alasan-alasan dan dasar-dasar serta pasal-pasal
Selanjutnya, mengenai pengertian dari tertentu dari peraturan-peraturan yang
Putusan Pengadilan, tidak ada definisi jelas bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis
dari sudut pandang peraturan perundang- yang dijadikan dasar mengadili.
undangan yang berlaku. Akan tetapi untuk Sudikno Mertokusumo, (1998 : 174)
memperoleh gambaran pengertian dari pada menyebutkan putusan hakim adalah : “suatu
Putusan Pengadilan maka ada beberapa pernyataan yang oleh hakim, sebagai pejabat
ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 48 yang diberi wewenang itu, diucapkan
Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman dipersidangan dan bertujuan mengakhiri atau
yang dapat dijadikan pedoman, yaitu: menyelesaikan suatu perkara atau sengketa antara
1. Pasal 2 ayat (1), menyebutkan Peradilan para pihak.”
dilakukan “DEMI KEADILAN Sedangkan Menurut Soeparmono (2005 :
BERDASARKAN KETUHANAN YANG 146), putusan adalah “pernyataan hakim sebagai
MAHA ESA”. pejabat negara yang melaksanakan tugas
kekuasaan kehakiman yang diberi wewenang diselesaikan secara sepihak. Penyelesaian setiap
untuk itu yang diucapkan di persidangan dan sengketa mesti melibatkan dua atau beberapa
bertujuan untuk menyelesaikan suatu perkara.” pihak, yakni pihak yang bersengketa. Dari isnilah
Dalam kaitannya dengan Putusan Pengadilan, melahirkan azas yang menentukan bahwa setiap
maka hakim Pengadilan yang memeriksa dan gugat contentiosa selalu ” bersifat partai”, yakni
mengadili perkara senantiasa dituntut ada pihak penggugat dan ada pula pihak tergugat.
membentuk hukum melalui putusan-putusan Artinya setiap perkara yang mengandung
yang dijatuhkannya.Putusan-putusan Pengadilan sengketa tidak bisa diselesaikan melalui gugatan
tersebut didasarkan pada perkara gugatan atau volunteer atau permohonan.
perkara yang mengandung sengketa. Lazimnya Azas lain yang melekat pada perkara
gugatan yang bersifat atau yang mengandung contentiosa adalah proses pemeriksaan bersifat
sengketa disebut gugat yang “cotentiosa”. Dari “contradictoir”, maksudnya tata cara
gugat yang “contentiosa” tersebut, dibentuk pemeriksaan perkara harus dilakukan jawab
keputusan yang berbentuk Putusan Hakim menjawab secara timbal balik. Azas ini tidak
Peradilan. Gugatan yang bersifat contentiosa itu boleh dilanggar sepanjang para pihak patuh
pada prinsipnya akan mewujudkan keputusan memenuhi panggilan menghadiri pemeriksaan
Pengadilan yang besifat “condemnatoir” atau pengadilan.
menghukum dan berkekuatan “eksekutorial”. Selanjutnya, selain itu azas yang melekat
Untuk lebih jelasnya memahami Keputusan pada perkara contentiosa adalah putusannya
Pengadilan yang berbentuk Putusan yang mengikat kepada para pihak yang berperkara.
bersifat condemnatoir dan eksekutorial, mari kita Kekuatan mengikat tersebut terjadi apabila
tinjau ciri dan asas yang melekat pada gugatan putusan pengadilan dimaksud telah memperoleh
contentiosa. Ciri utamanya adalah apa yang kekuatan hukum tetap. Berbarengan dengan itu
diperkarakan mengandung sengketa. Dengan kekuatan mengikat dapat ditujukan terhadap para
demikian timbul apabila dua atau beberapa pihak yang berperkara, terhadap orang yang
anggota masyarakat terjadi hubungan hukum mendapat hak dari mereka dan terhadap ahli
timbal balik yang menimbulkan perselisihan atau waris mereka.
persengketaan. Hal lain yang tidak kalah pentingnya ialah
Oleh karena gugat yang contentiosa azas nilai kekuatan pembuktian yang melekat
mengandung sengketa, maka sudah barang tentu pada putusan. Sejalan dengan sifat kekuatan
persengketaan tersebut tidak akan mungkin mengikat yang melekat pada setiap putusan
pengadilan, maka dengan sendirinya menurut menyatakan gugatan penggugat tidak dapat
hukum melekat pula nilai kekuatan pembuktian diterima dijatuhkan apabila penyusunan surat
yang perkaranya berkaitan langsung dengan apa gugatan Penggugat tidak memenuhi syarat
yang tercantum dalam putusan, puitusan tersebut formil maupun materil yang ditentukan padahal
dapat digunakan sebagai alat bukti untuk syarat tersebut menjadi keharusan untuk
melumpuhkan gugatan pihak lawan. kesempurnaan surat gugatan.
Dilihat dari segi isinya maka jenis Putusan Dewasa ini, intensitas perkara perdata yang
Pengadilan yang dapat dijatuhkan oleh Hakim ditangani oleh pengadilan negeri diseluruh
yang menangani perkara perdata adalah : Indonesia kian meningkat dari tahun ke tahun.
1. Mengabulkan gugatan seluruhnya Hal ini merupakan wujud dari adanya kesadaran
2. Mengabulkan gugatan sebagian dan menolak hukum maysayarakat untuk menuntut haknya
sebagian (positif dan negatif) melalui perantaran pengadilan. Meskipun
3. Menolak gugatan Penggugat seluruhnya demikian, ternyata banyak yang terpaksa
(negatif) mengalami kegagalan karena banyak pula
4. Gugatan tidak dapat diterima (negatif) perkara dari mereka diputus oleh pengadilan
Putusan yang mengabulkan gugatan dengan amar gugatan penggugat dinyatakan tidak
penggugat untuk seluruhnya dijatuhkan apabila dapat diterima (niet onvankelijk verklaard). Hal
syarat-syarat gugatan, baik formil maupun yang sedemikian itu, juga terjadi di Pengadilan
materil telah terpenuhi serta seluruh dalil-dalil Negeri Luwuk. Adapun faktor-faktor
gugatan yang mendukung petitum dapat penyebabnya, tergambar dalam beberapa
dibuktikan. Putusan hakim yang mengabulkan putusan, adalah sebagai berikut:
gugatan penggugat untuk sebagian dijatuhkan 1. Faktor Gugatan Penggugat “Nebis In Idem”
apabila gugatan penggugat ada yang terbukti ada “Nebis in idem” adalah suatu perkara
pula yang tidak terbukti. Dalil gugatan yang yang sudah pernah diputus oleh Hakim dan
terbukti saja yang dapat dikabulkan sedangkan putusannya telah mempunyai kekuatan
dalil gugatan yang tidak terbukti, ditolak oleh hukum tetap akan tetapi diajukan kembali ke
hakim. Selanjutnya putusan yang menolak pengadilan untuk kedua kalinya. Suatu
gugatan penggugat dikeluarkan apabila dalil-dalil perkara yang mengandung “nebis in idem”
hukum gugatan penggugat tidak dapat dibuktikan tidak akan diterima oleh Pengadilan, hal ini
dan tergugat dapat membuktikan dalil-dalil dimaksudkan agar Putusan Pengadilan itu
sangkalannya. Sedangkan putusan yang yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
tersebut tidak lagi dapat dibatalkan melalui “Menimbang bahwa oleh karena Luther
putusan Hakim yang lain. Kunangka dan Matius Pomali tidak ditarik
2. Faktor Gugatan Penggugat Kurang Pihak sebagai pihak dalam perkara ini maka
Gugatan Penggugat Kurang Pihak dalam gugatan penggugat kurang pihak (Plurium
praktek sering diistilahkan dengan “Plurium litis consortium) sehingga harus dinyatakan
Litis Consortium”. Gugatan kurang pihak tidak dapat diterima (Niet Onvankelijk
disini disebabkan pihak yang bertindak Verklaard), lihat Putusan Mahkamah Agung
sebagai Penggugat tidak lengkap karena Republik Indonesia Nomor:
masih ada orang yang mesti ikut bertindak 1078.K/Sip/1972, tanggal 11 Nopember
sebagai Penggugat akan tetapi dalam surat 1975.”
gugatan tidak ditarik sebagai pihak untuk Apabila ditela’ah pertimbangan hukum
berperkara. Terhadap gugatan kurang pihak Putusan Pengadilan Negeri Luwuk tersebut di
ini dapat dilihat pada Putusan Pengadilan atas, dapat ditarik kaidah hukum bahwa suatu
Negeri Luwuk Nomor: gugatan yang berisi tuntutan pengembalian lokasi
08/Pdt.G/2002/PN.LWK, yang mengadili objek sengketa dimana objek sengketa yang
perkara antara Pince Pomali melawan Petrus digugat tersebut ternyata sebagiannya juga
Mola, dimana dalam pertimbangan dikuasai oleh orang lain yang tidak digugat,
hukumnya ditegaskan, sebagai berikut: maka gugatan semacam ini mengandung cacat
“Menimbang Bahwa berdasarkan hasil formal yakni gugatan kurang pihak. Konsekuensi
Pemeriksaan Setempat Majelis Hakim, telah hukum terhadap gugatan seperti itu adalah
diperoleh fakta hukum bahwa selain tergugat- gugatan dinyatakan tidak dapat diterima oleh
tergugat ternyata objek sengketa juga ada Pengadilan Negeri Luwuk.
sebagian dikuasai oleh oleh orang lain yakni Adapun alasan hukum yang dijadikan dasar
Luther Kunangka dengan Matius Pomali.” oleh Pengadilan Negeri Luwuk memutus perkara
“Menimbang bahwa seharusnya Luther tersebut adalah mengacu pada Putusan
Kunangka dengan Matius Pomali itu diikut Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor:
sertakan dalam perkara sebagai pihak yang 1078.K/Sip/1972, tanggal 11 Nopember 1975.
juga ikut menguasai objek sengketa akan yang menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat
tetapi ternyata dalam surat gugatan penggugat diterima karena kurang pihak.
tidak menarik kedua pihak tersebut kedalam 3. Faktor Gugatan Penggugat Kabur
perkara ini.”
penggabungan apabila para pihak dalam gugatan dan objek sengketa yang diperkarakan antara
tidak mempunyai hubungan hukum yang erat. pihak yang berperkara. Selain itu harus
Selain itu, Pengadilan Negeri Luwuk juga menyebutkan nama kepada siapa gugatan itu
memandang bahwa gugatan yang tidak jelas ditujukan apabila Pemberi Kuasa berada pada
letak, luas serta batas-batas objek sengketanya pihak Penggugat. Tidak dipenuhinya salah
adalah termasuk gugatan yang kabur. Hal satu syarat tersebut di atas dapat
tersebut dapat dilihat dalam Putusan Pengadilan menyebabkan gugatan yang ditandatangani
Negeri Luwuk Nomor: 14/ Pdt.G/2004/ serta segala tindakan yang dilakukan
PN.LWK yang mengadili perkara antara Hj. Penerima Kuasa dianggap tidak sah.
Nurjanah Usman melawan Rosima Masiluhu Sekiranya Penerima Kuasa menanda tangani
Dkk, dimana dalam pertimbangan hukum Hakim Surat Gugatan yang diajukan ke Pengadilan,
Pengadilan Negeri Luwuk menilai bahwa karena maka gugatan tersebut akan berakhir dengan
letak, luas serta batas-batas objek sengketa yang Putusan Gugatan Penggugat Dinyatakan
ditentukan dalam gugatan tidak sesusai dengan Tidak Dapat Diterima.
hasil Pemeriksaan Lapangan yang dilakukan oleh Mengenai Surat Kuasa Penggugat tidak
Majelis Hakim, maka gugatan yang demikian memenuhi syarat formal untuk bertindak sebagai
kabur, sehingga harus dinyatakan tidak dapat Kuasa, dapat dilihat dalam Putusan Pengadilan
diterima. Putusan Pengadilan Negeri Luwuk Negeri Luwuk Nomor: 47/Pdt.G/2005/PN.LWK,
tersebut mengacu pada Putusan Mahkamah dalam perkara antara Benny Towoelio melawan
Agung No. 1149 K/Sip/1975 tanggal 17 April Terry Rompas Dkk, dimana dalam pertimbangan
1979. hukum Putusan Hakim Pengadilan Negeri
4. Faktor Kuasa Hukum Penggugat Tidak tersebut, mengemukakan, sebagai berikut:
Memenuhi Syarat Untuk Bertindak “Menimbang bahwa Surat Kuasa Khusus
Berdasarkan Surat Edaran Mahkamah yang dibuat dan ditandatangani oleh Benny
Agung Nomor: 2 Tahun 1959, telah Towoelio selaku Pemberi Kuasa dan
digariskan syarat Surat Kuasa Khusus yang Bambang Djaafar, SH selaku Penerima
dianggap memenuhi ketentuan pasal 123 ayat Kuasa ternyata tidak mencantumkan nama
(1) HIR, antara lain harus menyebutkan Terry Rompas sebagai Tergugat padahal
identitas dan kedudukan para pihak dalam Surat Gugatan yang ditanda tangani
(Penggugat dan Tergugat) serta harus oleh Kuasa Hukum Penggugat telah
meguraikan secara ringkas dan konkrit pokok
mencantumkan Terry Rompas sebagai Konsekuensi hukum dari tidak jelasnya nama-
Tergugat I dalam perkara ini.” nama pihak yang akan digugat dalam Surat
“Menimbang bahwa karena dalam Surat Kuasa Khusus menyebabkan gugatan yang
Kuasa Khusus yang dibuat antara Penggugat ditanda tangani Kuasa Hukum tersebut
dengan Kuasa Hukumnya tidak dinyatakan tidak dapat diterima oleh pengadilan.
mencantumkan nama Terry Rompas sebagai
Kesimpulan
pihak yang akan diguga dalam perkara ini
maka Kuasa Hukum tersebut tidak memiliki Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas
legalitas formal untuk menggugat Tergugat dapat ditarik kesimpulan sekurang-kurangnya
I.” ada 4 (empat) faktor penyebab gugatan
“Menimbang bahwa berdasarkan Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima oleh
pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas Pengadilan Negeri Luwuk. Adapun keempat
Hakim berpendapat Eksepsi Tergugat I pada faktor tersebut adalah faktor karena gugatan
angka 1 yang menyatakan bahwa Kuasa penggugat mengandung cacat formal berupa
Hukum Penggugat tidak mempunyai legalitas “nebis in idem”, faktor gugatan penggugat
hukum untuk bertindak mewakili Penggugat mengandung cacat formal berupa kurang pihak,
menggugat Tergugat I, beralasan dan patut faktor gugatan pengugat mengandung cacat
untuk diterima, sedangkan eksepsi lainnya formal berupa kabur atau tidak jelas serta faktor
Hakim memandang untuk tidak perlu karena kuasa hukum penggugat tidak memenuhi
dipertimbangkan lagi.” syarat untuk bertindak menurut hukum acara
“Menimbang bahwa oleh karena eksepsi perdata.
pihak tergugat beralasan dan dapat diterima, DAFTAR PUSTAKA
maka dengan demikian gugatan Penggugat
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Acara
haruslah dinyatakan tidak dapat diterima.”
Perdata Indonesia, Alumni, Bandung,
Dari pertimbangan hukum Putusan Hakim
1982.
Pengadilan Negeri Luwuk di atas dapat ditarik
Bachtiar Efendi, Surat Gugatan dan Hukum
kaidah hukum bahwa suatu Surat Gugatan yang
Pembuktian Dalam Perkara Perdata, PT.
disusun dan ditanda tangani oleh Kuasa Hukum
Citra Aditya Bakti, Bandung 1991.
Penggugat, terlebih dahulu harus disertai dengan
Surat Kuasa Khusus yang mencantumkan secara
jelas nama pihak-pihak yang akan digugat.
Darwan Prinst, Strategi Menyusun dan R. Subekti, Hukum Acara Perdata, Bina Cipta,
Menangani Gugatan Perdata, PT. Citra Jakarta, 1977
Aditya Bakti, Bandung 1992. ------------- Kitab Undang-Undang Hukum
I. Rubini Dan Chidir Ali, Pengantar Hukum Perdata, PT. Pradaya Paraminta Jakarta,
Acara Perdata, Alumni, Bandung 1974. 1989.
Lilik Mulyadi, Hukum Acara Perdata Menurut R. Sopramono, Hukum Acara Perdata Dan
Teori Dan Praktik Peradilan Indonesia, Yurisprudensi, Mandar Maju, Bandung,
Djambatan 1999. 2000.
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, R. Supomo, Hukum Acara Perdata Pengadilan
Sinar Grafika, Jakarta, 2004. Negeri, Fasco, Jakarta, 1958.
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata
Indonesia, Liberty, Jogyakarta, 1998