Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan suatu negara yang penuh akan keanekaragam budaya, suku
bangsa dan adat istiadat. Dalam suatu negara tentunya terdapat elemen elemen salah
satunya adalah masyarakat yang merupakan warga negara dari suatu bangsa. Negara
merupakan alat dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubunganhubungan manusia dalam masyarakat, dan yang paling terlihat adalah unsur-unsur dari negara
yang berupa rakyat, wilayah dan pemerintah. Salah satu unsur negara adalah rakyat. Rakyat
yang tinggal di suatu negara merupakan penduduk dari negara yang bersangkutan. Warga
negara adalah bagian dari penduduk suatu negara. Tetapi tidak sedikit pula yang bukan
merupakan warga negara bisa tinggal di suatu negara lain yang bukan merupakan negara
asalnya. Untuk menjadi warga negara harus ada syarat , dasar hukum, dan juga memiliki hak
dan kewajiban sebagai warga negara.
Hak dan kewajiban merupakan suatu hal yang terikat satu sama lain, sehingga dalam
praktiknya harus dijalankan dengan seimbang. Hak merupakan segala sesuatu yang pantas
dan mutlak untuk didapatkan oleh individu sebagai anggota warga negara sejak masih berada
dalam kandungan, sedangkan kewajiban merupakan suatu keharusan/kewajiban

bagi

individu dalam melaksanakan peran sebagai anggota warga negara guna mendapat pengakuan
akan hak yang sesuai dengan pelaksanaan kewajiban tersebut. Jika hak dan kewajiban tidak
berjalan seimbang dalam praktik kehidupan, maka akan terjadi suatu ketimpangan yang akan
menimbulkan gejolak masyarakat dalam pelaksanaan kehidupan individu baik dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara. Banyak masalah atau fenomena
fenomena yang berhubungan dengan tidak seimbangnya antara hak dan kewajiban setiap
warga negara.
Hak dan kewajiban warga negara diatur dalam UUD 1945 yang merupakan bagian
dari latar belakang kewarganegaraan. Negara akan dapat berjalan dengan baik bila warga
negaranya mendukung. Ada beberapa hal yang merupakan kewajiban dari warga negara dan
sebaliknya ada beberapa hal yang menjadi kewajiban dari negara. Demikian pula dengan hak,
ada beberapa hal yang menjadi hak dari negara dan demikian pula ada beberapa hak yang
menjadi hak dari warga negara. Penjaminan hak dan kewajiban antara negara dan warga

negara terdapat dalam konstitusi negara, dalam hal ini UUD 1945. UUD 1945 adalah
konstitusi Republik Indonesia.
Kehidupan negara akan berjalan dengan baik, harmonis dan stabil bila antara negara
dan warga negara mengetahui hak dan kewajiban secara tepat dan proporsional. Perlu
disadari bahwa pelaksanaan hak adalah berkaitan dengan kewajiban. Kedua-duanya harus
seimbang dan serasi serta selaras. Penuntutan hak oleh negara dan juga warga negara harus
berimbang dengan kewajibannya. Tidak mungkin orang hanya menutut haknya saja sedang
kewajibannya diabaikan. Bila ada orang yang hanya menuntut haknya saja maka akan pasti
merugikan orang lain, masyarakat bangsa dan negara.
Demikian pula orang yang hanya mengerjakan kewajiban saja tanpa menharapkan hak
maka juga akan merugikan orang lain, masyarakat bangsa dan negara. Oleh karena itu, antara
kewajiban dan hak harus dijalankan secara bersamaan, tidak ada yang mendahului atau yang
ditinggalkan dari yang lain.
Masyarakat sangat berperan dalam pembangunan suatu negara. Negara mempunyai
hak dan kewajiban bagi warga negaranya, begitu pula dengan warga negara juga mempunyai
hak dan kewajiban terhadap negara. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas
mengenai hak dan kewajiban sebagai warga negara.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan warga negara dan kewarganegaraan ?
2.
Bagaimana kedudukan warga negara ?
3.
Apa saja syarat untuk menjadi warga negara ?
4.
Apa saja hak dan kewajiban sebagai warga negara ?
5.
Apa saja contoh pelanggaran hak dan kewajiban sebagai warga negara ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari warga negara dan kewarganegaraan
2. Untuk mengetahui kedudukan warga negara
3. Untuk mengetahui syarat untuk menjadi warga negara
4. Untuk mengetahui apa saja hak dan kewajiban sebagai warga negara
5. Untuk mengetahui contoh pelanggaran hak dan kewajiban sebagai warga negara
1.4 Metode Penulisan
Penulis memakai metode studi literatur dan kepustakaan dalam penulisan makalah
ini. Referensi makalah ini bersumber tidak hanya dari buku, tetapi juga dari media

media lain seperti e-book, web, blog, dan perangkat media massa yang diambil dari
internet.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Warga Negara
Warga negara mengandung arti peserta, anggota atau warga dari suatu organisasi.
Warga negara juga diartikan sebagai orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara (Pasal 26 ayat 1
UUD1945).

Pengertian Penduduk :
Penduduk adalah orang-orang yang bertempat tinggal atau berdomisili di dalam

wilayah suatu Negara.

Perbedaan Warganegara dengan Penduduk;


o Warganegara merupakan anggota dari suatu Negara yang bersifat resmi/ditetapkan
berdasarkan peraturan perundang-undangan,dan warga Negara sudah pasti merupakan
anggota Negara tersebut.
o Penduduk merupakan orang-orang yang berdomisili di wilayah Negara tertentu,dan
penduduk belum tentu merupakan anggota dari suatu Negara,karena ada sebagian
penduduk yang merupakan orang asing/warganegara asing.
Sedangkan, pengertian kewarganegaraan dibagi dalam pengertian yuridis, sosialis,

formil, dan materiil. Kewarganegaraan dalam arti yuridis adalah dengan adanya ikatan hukum
antara orang-orang dengan negara. misalnya: akte kelahiran, surat pernyataan, bukti
kewarganegaraan, dll. Kewarganegaraan dalam arti Sosiologis, tidak ditandai dengan ikatan
hukum, melainkan ikatan emosional, yang lahir dari penghayatan warga negara yang
bersangkutan. Misalnya: ikatan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib, ikatan sejarah,
ikatan tanah air. Sedangkan, Kewarganegaraan dalam arti Formil menunjuk pada tempat
kewarganegaraan. Dalam sistematika hukum, masalah kewarganegaraan berada pada hukum
publik. Kewarganegaraan dalam arti Materiil menunjuk pada akibat dari status
kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warga negara.

2.2 Kedudukan Warga Negara dalam Negara

Pengertian Asas Ius Soli dalam Kewarganegaraan;


Asas ius soli adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan
Negara tempat kelahiran.
Contoh Penerapan Asas Ius Soli:
Misalkan ada seseorang anak yang lahir di wilayah Negara republik Indonesia,dan di
Indonesia berlaku asas ius soli,maka anak tersebut secara otomatis menjadi WNI, karena
lahir di Indonesia.

Pengertian Asas Ius Sanguinis dalam Kewarganegaraaan;


Asas ius saguinis adalah asas yang menentukan kewarganegaran seseorang berdasarkan
keturunan,bukan berdasarkan Negara tempat kelahiran.
Contoh Penerapan Asas Ius Saguinis:
Misalkan ada seseorang anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan
ibu WNI, dan Indonesia memakai asas ius sanguinis, maka anak tersebut menjadi WNI,
karena ikut kewarganegaraan orang tuanya.

Pengertian Status Kewarganegaraan Apatride;


Status kewarganegaran apatride adalah keadaan dimana seseorang tidak mempunyai
kewarganegaraan,atau keadaan dimana seseorang tidak menjadi warganegara salah
Satu Negara manapun.

Pengertian Status Kewarganegaraan Bipatride;


Status kewarganegaraan bipatride adalah suatu keadaandimana seseorang mempunyai
kewarganegaraan ganda (mempunyai 2 kewarganegaraan).

Pengertian Asas Publikasi dalam Kewarganegaraan;


Asas publikasi/publisitas adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang
memperoleh atau kehilangan kewarganegaraan republik Indonesia diumumkan dalam
berita Negara republik Indonesia agar masyarakat mengetahuinya.

Asas Kebenaran Substantive dalam Kewarganegaraaan;


Asas kebenaran substantif adalah asas yang menentukan bahwa prosedur
pewarganegaraan seseorang tidak hanya bersifat administratif,tetapi juga disertai
substansi dan syarat-syarat permohonan yang dapat dipertanggungjawabkan
kebenaranya.Jadi jika seseorang ingin menjadi warganegara Indonesia,maka orang
tersebut harus melengkapi syarat-syarat yang bersifat substantif,tidak hanya syarat
yang bersifat administratif saja.

Cara Memperoleh Kewarganegaraan :

Menurut UU No. 62 Tahun 1958 disebutkan beberapa cara memperoleh kewarganegaraan


antara lain sebagai berikut.

1)

Keturunan (pertalian darah)


Seseorang akan memperoleh kewarganegaraan berdasarkan keturunan dari orang

tuanya, sebagaian besar orang Indonesia memperoleh kewarganegaraan karna keturunan dari
ini orang tuanya yang berkewarganegaraan Indonesia (asas ius sanguinis).

2)

Kelahiran
Dalam hal-hal tertentu seseorang akan memperoleh kewarganegaraan Indonesia karna

mereka di lahirkan di Indonesia, misalnya ada seseorang yang dilahirkan di Indonesia


sedangkan orang tuanya tidak diiketahui maka anak tersebut dapat memperoleh
kewarganegaraan Indonesia.

3)

Pengangkatan
Anak orang asing berumur di bawah 5 tahun yang diangkat oleh seorang warga negara

Indonesia dapat menjadi warga negara Indonesia dengan disahkan oleh pengadilan negeri
setempat.

4)

Pewarganegaraan atau naturalisasi


Naturalisasi adalah cara untuk memperoleh kewarganegaraan bagi orang asing yang

ingin memperoleh kewarganegaraan Indonesia.

5)

Melalui perkawinan
Seseorang perempuan bewarganegaraan asing yang kawin dengan laki-laki

bewarganegaraan Indonesia dapat memperoleh kewarganegaraan Indonesia dengan cara


setelah satu tahun melangsungkan perkawinan mengajukan kepada menteri kehakiman
melalui pengadilan negeri setempat menjadi warga negara Indonesia.

Cara memperoleh kewarganegaraan melalui pewarganegaraan di Indonesia adalah :


Pasal 9 UUD 1945 berbunyi Permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh

pemohon jika memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. telah berusia 18 (delapan belas)
tahun atau sudah kawin; b. pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di
wilayah negara Republik Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau paling
singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut; c. sehat jasmani dan rohani; d. dapat
berbahasa Indonesia serta menghakui dasar negara Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945; e. tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan
tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih; f. jika dengan
memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi kewarganegaraan ganda;
g. mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan h. membayar uang
pewarganegaraan ke Kas Negara.
Telah terlihat jelas, cara memperoleh kewarganegaraan telah diatur dalam UUD 1945.

Cara kehilangan kewarganegaraan di Indonesia

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Pasal 23 sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah R.I Nomor 2 Tahun 2007 Pasal 31 warga negara Indonesia dengan
sendirinya kehilangan kewarganegaraannya karena:
1. Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemuannya sendiri;
2. Tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang
bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu;
3. Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden;
4. Secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam dinas semacam
itu di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan hanya dapat
dijabat oleh Warga Negara Indonesia (antara lain pegawai negeri, pejabat negara, dan
intelijen);
5. Secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji kepada negara asing atau
bagian dari negara asing tersebut (adalah wilayah yuridiksi negara asing yang
bersangkutan);
6. Tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat
ketatanegaraan untuk suatu negara asing;
7. Mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat yang
dapat dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari negara
lain atas namanya; atau
8. Bertempat tinggal diluar wilayah negara R.I selama 5 (lima) tahun terus menerus
bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan dengan sengaja tidak
menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi warga Negara Indonesia sebelum
jangka waktu 5 (lima) tahun itu berakhir (yang dimaksud alasan yang sah adalah
alasan yang diakibatkan oleh kondisi diluar kemampuan yang bersangkutan sehingga
ia tidak dapat menyatakan keinginan untuk tetap menjadi warga Negara Indonesia,
antara lain karena keterbatasan mobilitas yang bersangkutan, akibat paspornya tidak
berada dalam penguasaan yang bersangkutan, pemberitaan pejabat tidak diterima).
Kewarganegaraan Indonesia juga bisa hilang dalam hal perempuan maupun laki-laki
WNI yang kawin dengan WNA, dan sesuai dengan hukum asal Negara asing tersebut,WNI
diatas harus ikut kewarganegaraan istri/suaminya (pindah kewarganegaraan).
2.3 Syarat Syarat Menjadi Warga Negara

Berdasarkan UU No. 12 Th. 2006 Pasal 8 yang berbunyi, Kewarganegaraan Republik


Indonesia dapat juga diperoleh melalui pewarganegaraan.Arti kata pewarganegaaraan
sendiri adalah tata cara bagi orang asing untuk memperoleh kewarganegaraan suatu negara
melalui suatu permohonan. Ini berarti, setiap orang berhak memperoleh Kewarganegaraan
Republik Indonesia. Namun, harus melalui berbagai persyaratan. Syarat-syarat menjadi
warga negara Indonesia tercantum dalam UU No. 12 Th. 2006 Pasal 9 yang berbunyi:
a. Telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin;
b. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara
Republik Indonesia paling singkat 5 (lima ) tahun berturut-turut atau paling singkat 10
(sepuluh) tahun tidak berturut-turut;
c. Sehat jasmani dan rohani;
d. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
e. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih;
f. Jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi
berkewarganegaraan ganda;
g. Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan
h. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.
Prosedur berikutnya antara lain permohonan harus ditulis dalam bahasa Indonesia di atas
kertas bermeterai. Keputusan akhir atas permohonan adalah pada Presiden. Bila dikabulkan
oleh Presiden maka status WNI dinyatakan berlaku efektif sejak pemohon mengucapkan
sumpah atau janji setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.4 Hak dan Kewajiban Warga Negara
2.4.1 Pengertian Hak dan Kewajiban

Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau
dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun juga yang pada
prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya. K. Bertens dalam bukunya yang berjudul
Etika memaparkan bahwa dalam pemikiran Romawi Kuno, kata ius-iurus (Latin: hak) hanya
menunjukkan hukum dalam arti objektif. Artinya adalah hak dilihat sebagai keseluruhan
undang-undang, aturan-aturan dan lembaga-lembaga yang mengatur kehidupan masyarakat
demi kepentingan umum (hukum dalam arti Law, bukan right). Pada akhir Abad Pertengahan
ius dalam arti subjektif, bukan benda yang dimiliki seseorang, yaitu kesanggupan seseorang
untuk sesuka hati menguasai sesuatu atau melakukan sesuatu(right, bukan law). Akhirnya hak
pada saat itu merupakan hak yang subjektif merupakan pantulan dari hukum dalam arti
objektif. Hak dan kewajiban mempunyai hubungan yang sangat erat. Kewajiban dibagi atas
dua macam, yaitu kewajiban sempurna yang selalu berkaitan dengan hak orang lain dan
kewajiban tidak sempurna yang tidak terkait dengan hak orang lain. Kewajiban sempurna
mempunyai dasar keadilan, sedangkan kewajiban tidak sempurna berdasarkan moral.Hak
merupakan sesuatu yang urgen dalam kehidupan ini. Setiap orang berhak mendapatkan hak
setelah memenuhi kewajiban. Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan, akan tetapi terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang.
o Hak Legal dan Hak Moral
Hak legal adalah hak yang didasarkan atas hukum dalam salah satu bentuk. Hak legal
ini lebih banyak berbicara tentang hukum atau sosial. Contoh kasus,mengeluarkan peraturan
bahwa veteran perang memperoleh tunjangan setiap bulan, maka setiap veteran yang telah
memenuhi syarat yang ditentukan berhak untuk mendapat tunjangan tersebut.
Hak moral adalah didasarkan atas prinsip atau peraturan etis saja. Hak moral lebih
bersifat soliderisasi atau individu. Contoh kasus, jika seorang majikan memberikan gaji yang
rendah kepada wanita yang bekerja di perusahaannya padahal prestasi kerjanya sama dengan
pria yang bekeja di perusahaannya. Dengan demikain majikan ini melaksanakan hak legal
yang dimilikinya tapi dengan melnggar hak moral para wanita yang bekerja di
perusahaannya. Dari contoh ini jelas sudah bahwa hak legal tidak sama dengan hak moral.
T.L. Beauchamp berpendapat bahwa memang ada hak yang bersifat legal maupun
moral hak ini disebut hak-hak konvensional. Contoh jika saya menjadi anggota klub futsal
Indonesia, maka saya memperoleh beberapa hak. Pada umumnya hakhak ini muncul karena

manusia tunduk pada aturan-aturan dan konvensi-konvensi yang disepakati bersama. Hak
konvensional berbeda dengan hak moral karena hak tersebut tergantung pada aturan yang
telah disepakati bersama anggota yang lainnya. Dan hak ini berbeda dengan hak Legal karena
tidak tercantum dalam sistem hukum.
o Hak Positif dan Hak Negatif
Hak Negatif adalah suatu hak bersifat negatif , jika saya bebas untuk melakukan
sesuatu atau memiliki sesuatu dalam arti orang lain tidak boleh menghindari saya untuk
melakukan atau memilki hal itu. Contoh: hak atas kehidupan, hak mengemukakan pendapat.
Hak positif adalah suatu hak bersifat postif, jika saya berhak bahwa orang lain berbuat
sesuatu untuk saya. Contoh: hak atas pendidikan, pelayanan, dan kesehatan. Hak negatif
haruslah kita simak karena hak ini terbagi lagi menjadi 2 yaitu: hak aktif dan pasif. Hak
negatif aktif adalah hak untuk berbuat atau tidak berbuat sperti orang kehendaki. Contoh,
saya mempunyai hak untuk pergi kemana saja yang saya suka atau mengatakan apa yang saya
inginkan. Hak-hak aktif ini bisa disebut hak kebebasan. Hak negatif pasif adalah hak untuk
tidak diperlakukan orang lain dengan cara tertentu. Contoh, saya mempunyai hak orang lain
tidak mencampuri urasan pribadi saya, bahwa rahasia saya tidak dibongkar, bahwa nama baik
saya tidak dicemarkan. Hak-hak pasif ini bisa disebut hak keamanaan.
o Hak Khusus dan Hak Umum
Hak khusus timbul dalam suatu relasi khusus antara beberapa manusia atau karena
fungsi khusus yang dimilki orang satu terhadap orang lain. Contoh: jika kita meminjam Rp.
10.000 dari orang lain dengan janji akan saya akan kembalikan dalam dua hari, maka orang
lain mendapat hak yang dimiliki orang lain.
Hak Umum dimiliki manusia bukan karena hubungan atau fungsi tertentu, melainkan
semata-mata karena ia manusia. Hak ini dimilki oleh semua manusia tanpa kecuali. Di dalam
Negara kita Indonesia ini disebut dengan hak asasi manusia.
o Hak Individual dan Hak Sosial
Hak individual disini menyangkut pertama-tama adalah hak yang dimiliki individuindividu terhadap Negara. Negara tidak boleh menghindari atau mengganggu individu dalam

mewujudkan hak-hak yang ia milki. Contoh: hak beragama, hak mengikuti hati nurani, hak
mengemukakan pendapat, perlu kita ingat hak-hak individual ini semuanya termasuk yang
tadi telah kita bahas hak-hak negative.
Hak Sosial disini bukan hanya hak kepentingan terhadap Negara saja, akan tetapi
sebagai anggota masyarakat bersama dengan anggota-anggota lain. Inilah yang disebut
dengan hak sosial. Contoh: hak atas pekerjaan, hak atas pendidikan, hak ata pelayanan
kesehatan. Hak-hak ini bersifat positif.
o Pengertian Kewajiban menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia :
1 (Sesuatu) yang diwajibkan; sesuatu yang harus dilaksanakan; keharusan
2 Pekerjaan; tugas
3 Tugas menurut hukum
Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab.
Setiap warga negara memilik hak dan kewajibannya masing-masing dan harus
dilakukan dengan sebaik-baiknya, dan kita harus bisa membedakan mana yang hak dan
kewajiban kita sebagai warga negara yang baik. Jangan sampai kita menyalahgunakan hak
kita karena banyak sekali orang yang bisa seenaknya melakukan sesuatu yang hal yang bisa
merugikan orang lain. Begitu pula dengan orang yang selalu berusaha menghindar dari
kewajibannya sebagai warga negara, tidak membayar pajak bisa di jadikan contoh salah satu
perilaku yang bisa merugikan khususnya bagi pemerintah.
Hukum didalamnya mengatur peranan dari para subjek hukum yang berupa hak dan
kewajiban. HAK adalah suatu peran yang bersifat fakultatif artinya boleh dilaksanakan atau
tidak dilaksanakan, berbeda dengan KEWAJIBAN adalah peran yang bersifat imteratif
artinya harus dilaksanakan. Hubungan keduanya adalah saling berhadapan dan berdampingan
karena didalam hak terdapat kewajiban untuk tidak melanggar hak orang lain dan tidak
menyalahgunakan haknya.

o Menurut Soerjono Soekanto


Hak dibedakan menjadi 2 :
1. Hak searah atau relatif, muncul dalam hukum perikatan atau perjanjian. Misal hak
menagih atau melunasi prestasi.
2.

Hak jamak arah atau absolut, terdiri dari :


a)

Hak dalam HTN (Hukum Tata Negara) pada penguasa menagih pajak, pada warga
hak asasi;

b)

Hak kepribadian, hak atas kehidupan, hak tubuh, hak kehormatan dan kebebasan;

c)

Hak kekeluargaan, hak suami istri, hak orang tua, hak anak;

d)

Hak atas objek imateriel, hak cipta, merek dan paten.

o Hak dalam bahasa Belanda disebut Subjectief recht, sedangkan objectief recht artinya
Hukum.
1.

Hak Mutlak (absolut), ialah memberikan kekuasaan atau wewenang kepada yang
bersangkutan untuk bertindak, dipertahankan dan dihormati oleh orang lain.
a)

Hak asasi manusia;

b)

Hak publik, misal hak atas kemerdekaan atau kedaulatan, hak negara
memungut pajak;

c)

Hak keperdataan, hak menuntut kerugian, hak kekuasaan orang tua, hak
perwalian, hak pengampuan, hak kebendaan dan hak imateriel.

2.

Hak relatif (nisbi), ialahmemberikan hak kekuasaan atau wewenang kepada orang
tertentu untuk menuntut kepada orang kain tertentu untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu, dan menyerahkan sesuatu.
a) Hak publik relatif, hak untuk memungut pajak atas pihak tertentu;
b) Hak keluarga relatif, hak suami istri;
c) Hak kekayaan relatif, hak dalam hukum perikatan atau perjanjian misal jual-beli.
o Menurut Salmond

Di dalam hak terdapat 4 pengertian :


1. Dalam arti sempit, hak berpasangan dengan kewajiban
a) Hak yang melekat pada seseorang sebagai pemilik;
b) Hak yang tertuju kepada orang lain sebagai pemegang kewajiban antara hak dan
kewajiban
berkorelatif;

c) Hak dapat berisikan untuk kewajiban kepada pihak lain agar melakukan perbuatan
(comission) atau tidak melakukan (omission) suatu perbuatan;
d) Hak dapat memiliki objek yang timbul dari comission dan omission;
e) Hak memiliki titel, ialah suatu peristiwa yang menjadi dasar sehingga hak itu melekat
pada pemiliknya.
2. Kemerdekaan, hak memberikan kemerdekaan kepada seseorang untuk melakukan
kegiatan yang diberikan oleh hukum namun tidak untuk menggangu, melanggar,
menyalahgunakan sehingga melanggar hak orang lain, dan pembebasan dari hak orang
lain.
3. Kekuasaan, hak yang diberikan untuk, melalui jalan dan cara hukum, untuk mengubah
hak-hak, kewajiban-kewajiban, pertanggungjawaban atau lain-lain dalam hubungan
hukum.
4. Kekebalan atau imunitas, hak untuk dibebaskan dari kekuasaan hukum orang lain.
Menurut Curzon
Hak dikelompokan menjadi 5, yaitu :
1.

Hak sempurna, misal dapat dilaksanakan dan dipaksakan melalui hukum, dan hak
tidak sempurna, misal hak yang dibatasi oleh daluwarsa;

2.

Hak utama, hak yang diperluas oleh hak-hak lain, hak tambahan, melengkapi hak
utama;

3.

Hak publik, ada pada masyarakat, negara dan hak perdata, ada pada seseorang.

4.

Hak positif, menuntut dilakukannya perbuatan, hak negatif agar tidak melakukan;

5.

Hak milik, berakaitan dengan barang dan hak pribadi berkaitan dengan kedudukan
seseorang;

Kewajiban dikelompokan menjadi 5, yaitu :


1.

Kewajiban mutlak, tertuju kepada diri sendiri maka tidak berpasangan dengan hak dan
nisbi melibatkan hak di lain pihak;

2.

Kewajiban publik, dakam hukum publik yang berkorelasi dengan hak publik ialah
wajib mematuhi hak publik dan kewajiban perdata timbul dari perjanjian berkorelasi
dengan hak perdata;

3.

Kewajiban positif, menghendaki dilakukan sesuatu dan kewajiban negatif, tidak


melakukan sesuatu;

4.

Kewajiban universal atau umum, ditujukan kepada semua warga negara atau secara
umum, ditujukan kepada golongan tertentu dan kewajiban khusus, timbul dari bidang
hukum tertentu, perjanjian;

5. Kewajiban primer, tidak timbul dari perbuatan melawan hukum, misal kewajiban untuk
tidak mencemarkan nama baik dan kewajiban yang bersifat memberi sanksi, timbul dari
perbuatan melawan hukum misal membayar kerugian dalam hukum perdata.
Bahwa setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan
yang layak, tetapi pada kenyataannya banyak warga negara yang belum merasakan
kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya. Semua itu terjadi karena pemerintah dan para
pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan hak daripada kewajiban. Padahal menjadi seorang
pejabat itu tidak cukup hanya memiliki pangkat akan tetapi mereka berkewajiban untuk
memikirkan diri sendiri. Jika keadaannya seperti ini, maka tidak ada keseimbangan antara
hak dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada akan terjadi kesenjangan sosial yang
berkepanjangan. Sebagaimana telah ditetapkan dalam UUD 1945 pada pasal 28, yang
menetapkan bahwa hak warga negara dan penduduk untuk berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan, dan sebagainya, syarat-syarat akan diatur
dalam undang-undang. Pasal ini mencerminkan bahwa negara Indonesia bersifat demokrasi.
Pada para pejabat dan pemerintah untuk bersiap-siap hidup setara dengan kita. Harus
menjunjung bangsa Indonesia ini kepada kehidupan yang lebih baik dan maju. Yaitu dengan
menjalankan hak-hak dan kewajiban dengan seimbang. Dengan memperhatikan rakyat-rakyat
kecil yang selama ini kurang mendapat kepedulian dan tidak mendapatkan hak-haknya.
2.4.2 Bentuk Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
Berikut ini adalah bentuk dari hak dan kewajiban warga negara Indonesia yang diatur
dalam UUD 1945 :
Hak dan Kewajiban Warga Negara :
1. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara Wujud hubungan warga negara dan
negara pada umumnya berupa peranan (role).
2. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Hak kewajiban warga negara Indonesia
tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD 1945.

Hak Warga Negara Indonesia :


Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : Tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (pasal 27 ayat 2).

Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: setiap orang berhak untuk hidup

serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.(pasal 28A).


Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang

sah (pasal 28B ayat 1).


Hak atas kelangsungan hidup. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh,

dan Berkembang
Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan
berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi
meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat

1)
Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk

membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2).


Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta

perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).


Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa,
hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak diperbudak,
hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas
dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apapun. (pasal 28I ayat 1).

Kewajiban Warga Negara Indonesia :


Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi :
segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan

wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945
menyatakan : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan

negara.
Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan:

Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain


Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 28J
ayat 2 menyatakan : Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang wajib
tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud
untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan
untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai

agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.


Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1)
UUD 1945. menyatakan: tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara.

Hak dan Kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27, 28,
dan 30, yaitu :
1. Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia
asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undangundang sebagai warga
negara. Dan pada ayat (2), syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan
dengan undang-undang.
2. Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu. Pada
ayat (2), tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.
3. Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan,
dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
4. Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembelaan
negara. Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan undangundang.
2.5 Pelanggaran Hak Warga Negara Dan Solusinya
Pelaksanaan Hak dan kewajiban yang tidak seimbang, berimbang dan berat sebelah
menimbulkan

pertikaian,

konflik,

permusuhan

dan

kekerasan.

Nyatanya, didalam

pelaksanaan hak dan kewajiban negara terhadap hak-hak dasar warga negara tidak selalu
berjalan dengan mulus. Masih sering kita temui pelanggaran yang terjadi, terlebih didalam
pelaksanan kewajiban negara terhadap pelaksanaan hak-hak dasar warga negara. Berikut
beberapa contoh pelanggaran pelaksanaan hak dan kewajiban negara terhadap hak-hak dasar
warga negara.
Di dalam bidang hukum kita sering menemui terjadinya pelanggaran pelaksanaan
kewajiban negara terhadap hak dasar warga negara. Padahal,semua warga negara sama di
depan hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa diskriminasi. Apalagi
konstitusi dasar negara kita, secara tegas menyatakan bahwa negara Indonesia adalah negara
yang berlandaskan hukum (Rechtstaats). Salah satu unsur yang dimiliki oleh negara hukum
adalah pemenuhan akan hak-hak dasar manusia (fundamental rights). Namun situasi dan
kondisi negara kita hari ini, justru semakin menjauhkan masyarakat, terutama masyarakat
miskin, dari keadilan hukum (justice of law). Masyarakat miskin, marginal, terpinggirkan dan
yang sengaja dipinggirkan, belum mempunyai akses secara maksimal terhadap keadilan.

Bantuan hukum merupakan salah satu hak dasar warga negara. Hanya yang menjadi
permasalahan utama disini adalah, apakah bantuan hukum ini dapat diperoleh dengan mudah
(acces to abiality) oleh masyarakat atau tidak, termasuk pada aspek jaminan ekonomisnya.
Satu contoh sederhana dapat kita lihat dalam penggunaan jasa advokat sebagai tenaga
bantuan hukum formal (legal aid), yang diakui dalam sistem hukum kita. Begitu banyak
masyarakat yang enggan menggunakan jasa advokat ini karena dianggap terlalu mahal. Ibarat
sistem pendidikan yang kian mahal hari ini, sehingga akses masyarakat semakin terbatas,
demikian pulalah yang terjadi dalam sistem hukum kita hari ini. Bantuan hukum yang
seharusnya menjadi hak dasar warga negara, justru terasa jauh dari apa yang diamanahkan
oleh konstitusi dasar negara kita.
Didalam Undang-undang Dasar Tahun 1945, Pasal 28D ayat (1) menyebutkan bahwa,
Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang sama dihadapan hukum. Ini merupakan pijakan dasar dan perintah
konstitusi untuk menjamin setiap warga negara, termasuk orang yang tidak mampu, untuk
mendapatkan akses terhadap keadilan agar hak-hak mereka atas pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum
dapat diwujudkan dengan baik. Posisi dan kedudukan seseorang didepan hukum (the equality
of law) ini, menjadi sangat penting dalam mewujudkan tatanan sistem hukum serta rasa
keadilan masyarakat kita. Pada bagian lain, jaminan atas akses bantuan hukum juga
disebutkan secara eksplisit pada Pasal 28G ayat (1), yang menyebutkan bahwa, Setiap orang
berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang
dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman
ketakutan untuk berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
Hal tersebut semakin dikuatkan pada Pasal 28H ayat (2), yang menyebutkan bahwa,
Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. Secara
substantive, hal tersebut di atas, dapat kita maknai bahwa jaminan akses keadilan melalui
bantuan hukum, adalah perintah tegas dalam konstitusi kita. Dan bantuan hukum yang
dipandang sebagai salah satu hak dasar setiap warga negara, tentu harus diberikan secara
cuma-cuma, seperti halnya dengan hak untuk hidup, hak untuk bekerja, hak untuk
memperoleh kesehatan, hak untuk berpendapat dan berpikir. Bukan hanya pelanggaran
didalam melaksanakan kewajiban negara saja yang terjadi, negara pun juga masih mengalami
pelanggaran dalam memperoleh hak-haknya. Masih banyak warga negara yang hanya

menuntut agar negara memenuhi kewajiban terhadapnya sebagai warga negara, tanpa
memperdulikan apakah ia telah memberikan hak-hak negara. Sebagai contoh, negara
memiliki hak untuk ditaati hukum dan pemerintahannya, tetapi masih banyak warga negara
yang tidak memenuhi hak negara tersebut. Hal ini tercermin dari masih banyaknya kasuskasus disekeliling kita yang timbul akibat tidak ditaatinya hukum dan pemerintahan negara.
Selain bentuk pelanggaran di atas, ada juga bentuk atau contoh pelanggaran yang termasuk
pelanggaran hak warga negara menurut UU yaitu:
a.

Penangkapan dan penahanan seseorang demi menjaga stabilitas, tanpa berdasarkan


hukum.

b.

Pengeterapan budaya kekerasan untuk menindak warga masyarakat yang dianggap


ekstrim yang dinilai oleh pemerintah mengganggu stabilitas keamanan yang akan
membahayakan kelangsungan pembangunan.

c.

Pembungkaman kebebasan pers dengan cara pencabutan SIUP, khususnya terhadap


pers yang dinilai mengkritisi kebijakan pemerintah, dengan dalih mengganggu
stabilitas keamanan.

d.

Menimbulkan rasa ketakutan masyarakat luas terhadap pemerintah, karena takut


dicurigai sebagai oknum pengganggu stabilitas atau oposan pemerintah (ekstrim),
hilangnya rasa aman demikian ini merupakan salah satu bentuk pelanggaran hak asasi
warga negara.

e.

Pembatasan hak berserikat dan berkumpul serta menyatakan pendapat, karena


dikhawatirkan akan menjadi oposan terhadap pemerintah.

Berikut ini adalah beberapa kasus pelanggaran ataupun kontroversi HAM dan Hak Warga
Negara khususnya yang terjadi di Negara kita :
HUKUMAN MATI
Kontroversi hukuman mati sudah sejak lama ada di hampir seluruh masyarakat dan negara di
dunia. Indonesia pun tak luput dari kontroversi ini. Sampai hari ini pihak yang pro hukuman
mati dan yang kontra hukuman mati masih bersilang sengketa. Masing-masing datang dengan
rasional dan tumpukan bukti yang berseberangan, dan dalam banyak hal seperti mewakili

kebenaran itu sendiri. Seharusnya kontroversi itu berakhir ketika UUD 1945 mengalami
serangkaian perubahan. Dalam konteks hukuman mati kita sesungguhnya bicara tentang hakhak asasi manusia yang dalam UUD 1945 setelah perubahan masuk dalam Bab XA. Pasal
28A dengan eksplisit mengatakan: Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Jadi, hak untuk hidup atau the right to life adalah hak yang paling mendasar dalam UUD
1945. Hak untuk hidup ini adalah puncak hak asasi manusia yang merupakan induk dari
semua hak asasi lain.

PILKADA
Semestinya ajang pemilihan kepala daerah (pilkada) menjadi wadah yang menghidupkan
demokrasi lokal dengan berfungsinya organ-organ politik di daerah. Meski demikian,
sepanjang sejarah penyelenggaraan pilkada di Indonesia, ternyata sarat pelanggaran hak
warga Negara. Salah satu penyebabnya adalah kebebasan yang terlalu meluas demikian cepat
menyebabkan membanjirnya partisipasi dalam pencalonan kandidat kepala daerah, sementara
ruang kompetisi sangat ketat dan terbatas.
Lagi pula, bayang-bayang potensi kekuasaan dan kekayaan yang amat menjanjikan dari
jabatan kepala daerah menarik minat banyak kandidat, sementara kebanyakan dari mereka
tidak memiliki integritas moral dan kapasitas keahlian yang memadai. Karena itu,tidak jarang
cara-cara licik dan premanisme politik,entah sengaja atau terpaksa,digunakan dalam politik
perebutan kekuasaan.Di sinilah pelanggaran Hak warga Negara kerap terjadi.

EMAIL BERUJUNG BUI


Kasus yang menimpah Prita Mulyasari cukup menarik.Sebetulnya bukan termasuk besar,
tetapi rupanya ada konspirasi yang membesar-besarkan. Kasus ini bermula dari kejadian
Curhat dan bersifat pribadi dari korban ( pasien ) di RS Omni Internasional atas dampak
pengobatan yang mengakibatkan korban mengalami luka tambahan dari luka lama. Curhat
tersebut dia ungkapkan kepada sahabatnya via email. Artinya si Prita dapat disebut sebagai
pihak Konsumen dari penyedia jasa layanan usaha RS Omni tersebut. Sebagai konsumen
Prita punya hak menyampaikan unek-unek ketidakpuasannya terhadap pelayanan penyedia

jasa dan itupun dilindungi Undang Undang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen. Penegakan hukum terhadap Prita jelas-jelas melanggar Haknya Sebagai Warga
Negara, Polres dan Kajari Tangerang dapat dituntut balik beserta Rumah sakitnya, demi nama
baik dan kerugian yang diderita ibu 2 orang anak Balita ini.
TRAGEDI TRISAKTI
Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan, pada 12 Mei 1998, terhadap mahasiswa pada
saat demonstrasi menuntut Soeharto turun dari jabatannya. Kejadian ini menewaskan empat
mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta, Indonesia serta puluhan lainnya luka.Mereka yang
tewas adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie.
Mereka tewas tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat vital
seperti kepala, leher, dan dada. Tragedi ini jelas merupakan pelanggaran HAM dan Hak
Warga Negara khususnya.
PENGGUSURAN RUMAH
Penggusuran terhadap rumah warga selalu terjadi setiap tahun. Tata ruang kota selalu menjadi
alasan bagi pemerintah untuk melakukan kebijakan yang merugikan bagi sebagian warga kota
itu.Kebijakan pemerintah melakukan penggusuran ini dinilai sebagai bentuk pelanggaran Hak
Warga Negara.

Solusi Dari Permasalahan Pelanggaran Hak Warga Negara


Indonesia menganut paham kekeluargan yang tidak memperbolehkan diskriminasi
dalam bentuk apapun dan atas dasar apapun. Kita tidak mempertentangkan antara mayoritas
dan minoritas. Yang kita dambakan adalah kerukunan, keserasian, keselarasan dan
keseimbangan. Memang dalam suatu masyarakat akan dapat terjadi benturan dalam
kehidupan yang berkembang dan dinamis, namun kita tidak dapat membiarkan konflik itu
timbul dan berkembang tanpa terkendali. Kita usahakan penyelesaiannya dengan
memperhatikan aspirasi dan kepentingans semua pihak, tanpa ada yang merasa menang atau
merasa kalah, dan tidak ada yang merasa dimenangkan dan dikalahkan.

Pelanggaran-pelanggaran Hak Warga Negara di Indonesia selama ini, dan sulitnya


melakukan penyelesaian disebabkan karena kurangnya peraturan perundang-undangan yang
memberikan jaminan dan petunjuk dalam penyelesaiannya. Semenjak reformasi telah ada
peraturan perundang-undangan yang memberikan jaminan dan petunjuk dalam penyelesaian
masalah yang sehubungan dengan HAM ataupun Hak Warga Negara diantaranya adalah
Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, UU No. 26 tahun 2000
tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia; dan UU No. 9 tahun 1998 tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.
Pembentukan lembaga yang mengurus Hak Warga Negara dan pelanggarannya juga
merupakan upaya yang memberikan perlindungan terhadap hak asasi manusia. Lembagalembaga tersebut diantaranya KOMNAS HAM, pusat-pusat/Lembaga Kajian HAM yang
terbentuk di berbagai daerah, LSM dan sebagainya. Lembaga-lembaga ini di samping
berupaya mensosialisasikan peraturan-peraturan tentang HAM juga menerima pengaduanpengaduan pelanggaran HAM dan Hak Warga Negara dan meneruskan kepada lembaga yang
berwenang untuk memprosesnya. Upaya yang dilakukan selama ini terkendala oleh beberapa
faktor diantaranya kurangnya perangkat hukum, kurangnya bukti-bukti yang lengkap dan
keterbatasan penegak hukum. Oleh karenanya bila telah terjadi pelanggaran hak asasi
manusia ataupun hak warga negara maka secepatnyalah hal ini dilaporkan kepada yang
berwenang.
Upaya yang sangat menentukan perlindungan terhadap pelanggaran HAM dan Hak
Warga Negara adalah melalui peradilan. Peradilan yang kuat akan memberikan perlindungan
yang baik terhadap Hak Warga Negara dan berdampak positif terhadap tindakan-tindakan
yang menjurus kepada pelanggaran Hak Warga Negara. Untuk mendukung itu sekarang
sudah ada undang-undang tentang pengadilan hak asasi manusia yaitu Undang-Undang No.
26 tahun 2000. Undang-undang itu menetapkan disetiap daerah kabupaten atau kotamadya
ada pengadilan HAM yang mengurusi Hak Warga Negara. Pelaksanaan peradilan HAM juga
perlu dukungan penyidik yang berusaha untuk mencari bukti-bukti yang kuat tentang
pelanggaran Hak warga Negara tersebut. Bantuan kita bersama dalam memberikan data
(bukti) adalah langkah baik untuk tegaknya HAM di negara Indonesia khususnya Hak Warga
Negara.
Lembaga-lembaga pendidikan juga berperan dalam memberikan perlindungan
terhadap HAM. Lembaga-lembaga pendidikan terutama lembaga pendidikan formal

memberikan pengetahuan dan kesadaran kepada pelajar, siswa atau mahasiswa tentang hak
asasi manusia, prosedur yang harus ditempuh bila mengetahui adanya pelanggaran terhadap
hak asasi manusia. Kepedulian terhadap hak asasi sudah berarti menekan peluang terjadinya
pelanggaran hak asasi manusia.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima
atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun juga yang
pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya. Hak dan kewajiban mempunyai

hubungan yang sangat erat. Kewajiban dibagi atas dua macam, yaitu kewajiban sempurna
yang selalu berkaitan dengan hak orang lain dan kewajiban tidak sempurna yang tidak terkait
dengan hak orang lain. Setiap orang berhak mendapatkan hak setelah memenuhi kewajiban.
Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi bisa terjadi
pertentangan jika hak dan kewajiban tidak seimbang.
Sedangkan warga negara sendiri mengandung arti peserta, anggota atau warga dari
suatu organisasi. Warga negara juga diartikan sebagai orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara (Pasal
26 ayat 1 UUD1945).
Syarat-syarat menjadi warga negara Indonesia tercantum dalam UU No. 12 Th. 2006
Pasal 9 yang berbunyi:
a. Telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin;
b. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara
Republik Indonesia paling singkat 5 (lima ) tahun berturut-turut atau paling singkat 10
(sepuluh) tahun tidak berturut-turut;
c. Sehat jasmani dan rohani;
d. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
e. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih;
f. Jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi
berkewarganegaraan ganda;
g. Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan
h. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.

3.2 Saran

Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima
atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun juga yang
pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya. Sedangkan kewajiban adalah sesuatu
yang harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab.
Setiap warga negara memilik hak dan kewajibannya masing-masing dan harus
dilakukan dengan sebaik-baiknya, dan kita harus bisa membedakan mana yang hak dan
kewajiban kita sebagai warga negara yang baik. Jangan sampai kita menyalahgunakan hak
kita karena banyak sekali orang yang bisa seenaknya melakukan sesuatu yang hal yang bisa
merugikan orang lain. Begitu pula dengan orang yang selalu berusaha menghindar dari
kewajibannya sebagai warga negara, tidak membayar pajak bisa di jadikan contoh salah satu
perilaku yang bisa merugikan khususnya bagi pemerintah. Semua yaitu dimaksudkan agar
warga Negara bias mendapatkan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya .Pemerintah
dan para pejabat tinggi juga tidak bias dipisahkan dari fungsinya untuk meminpin
warganegara. Tujuannya agar ada keseimbangan antara hak dan kewajiban. Agar tidak akan
ada terjadi kesenjangan sosial yang berkepanjangan.

DAFTAR PUSTAKA
www.wordpress.com/2009/02/warga-negara-dan-kewarganegaraan.pdf
pengertian
warga negara .pdf
Nurulhidayatunnisa.blogspot.com/2011/06/pelanggaran-hak-warga-negara-dan.html
http://jakarta45.wordpress.com/2013/10/11/kewargaan-hak-dan-kewajibanwarganegara-indonesia/
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_kewarganegaraan_2006.htm
http://anwarabdi.wordpress.com/2013/05/04/warga-negara-dan-negara/
http://www.slideshare.net/RayvickyAsmarayandhi/hak-dan-kewajiban-warga-negara23582651

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA


INDONESIA

Dosen Pengampu :
Drs. Berlie A. Labih
NIP. 19530421 1980011 1 002

Kelompok 2 :
Nadilla De Putri
FAA 114 008
Ika Nathalia
FAA 114 007
Swansea Tridua
FAA 114 011
Satriyandi Mahmud
FAA 114 012
Luh Ade Gina Andriyani
FAA 114 009
Muizzadin Hasani
FAA 114 010

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2014/2015

Anda mungkin juga menyukai