Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Pertamatama kami ucapkan Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
dan rahmat-Nya,saya bisa menyelesaikan makalah PKN ini sesuai dengan yang saya harapkan.

Pengganti nilai ulangan harian yang berjudul “Hak dan Kewajiban warga Negara
menurut PANCASILA dan UUD 1945” ini saya susun agar bisa memenuhi tugas perbaikan
nilai ujian yang telah diberikan oleh guru mata pelajaran PPKN saya yaitu bapak JSH. Isi dari
laporan saya ini keseluruhannya menyangkut tentang hak dan kewajiban warga negara. Dari
laporan ini kita bisa mengetahui hal hal yang lebih mendalam tentang hak dan kewajiban warga
Negara menurut Pancasila dan UUD 1945 dan sebagainya.

Saya berterima kasih kepada beberapa orang yang telah ikut berpartisipasi saat kami
mengerjakan tugas pengganti nilai ulangan harian saya ini. Terutama orang tua saya yang telah
memberikan saya izin dan waktu dan kebutuhan materi kepada saya dalam mengerjakan dan
menyelesaikan tugas saya ini.

Saya sangat berharap agar laporan saya ini bisa bermanfat bagi pembaca pembaca bisa
memahami apa yang telah saya cantum kan di dalamya. Kritik dan saran sangat saya tunggu agar
bisa menjadi masukan dan pendorong saya agar lain waktu kami bisa mengerjakannya dengan
lebih baik lagi. Demikianlah kata penghantar yang bisa saya sampaikan

TERIMA KASIH BANYAK

KABAN JAHE,21 September 2019


BAB I
PENDAHULUAN

Indonesia yang merupakan suatu Negara yang demokratis tentunya mempunyai elemen,
seperti masyarakat. Masyarakat disini sangat berperan dalam pembangunan suatu Negara.
Negara mempunyai hak dan kewajiban bagi warga negaranya begitu pula dengan warga
negaranya juga mempunyai hak dan kewajiban terhadap Negaranya. Seperti apakah hak dan
kewajiban tersebut yang seharusnya dipertanggungjawabkan oleh masing-masing elemen
tersebut. Dalam makalah ini akan mencoba membahas tentang hak dan kewajiban yang
dilakukan oleh masing-masing elemen tersebut. Apakan hak dan kewajiban Negara terhadap
warga negaranya? Dan apa pula hak dan kewajiban warga Negara terhadap negaranya?
Negara merupakan alat dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur
hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat, dan yang paling nampak adalah unsur-unsur
dari Negara yang berupa rakyat, wilayah dan pemerintah. Salah satu unsur Negara adalah rakyat,
rakyat yang tinggal di suatu Negara tersebut merupakan penduduk dari Negara yang
bersangkutan. Warga Negara adalah bagian dari penduduk suatu Negaranya. Tetapi seperti kita
ketahui tidak sedikit pula yang bukan merupakan warga Negara bisa tinggal di suatu Negara lain
yang bukan merupakan Negaranya sendiri. suatu Negara pasti mempunyai suatu undang-undang
atau peraturan yang mengatur tentang kewarganegaraan. Peraturan tersebut memuat tentang
siapa saja kah yang bisa dianggap sebagai warga Negara. Di Indonesia merupakan salah satu
Negara yang mempunyai peraturan tentang kewarganegaraan tersebut.
Melihat hal dan kondisi tersebut saya sebagai penulis merasa bahwa sudah sedikit
pemahaman tentang hak dan kewajiban warga Negara sehingga banyak yang melanggar
kewajibannya. Dan saya menulis makalah ini tujuannya adalah untuk supaya pembaca sedkit
mengetahui tentang hak dan kewajiban warga Negara agar lebih sedikitnya masalah masalah
seperti itu di Indonesia.
BAB II
PERMASALAHAN
1. Apakah pengertian hak dan kewajiban itu?
2. Siapakah yang berhak menjadi warga Negara disuatu Negara?
3. Apakah wujud hubungan warga Negara dengan Negara ?
4. Bagaimana pandangan idiologis Indonesia atas hak dan kewajiban warga negara?

BAB III
PEMBAHASAN
1. Pengertian Hak dan Kewajiban

Dalam konteks kata, hak dan kewajiban mengandung 2 kata yaitu hak dan kewajiban.
Dari masing-masing kata tersebut tentunya mempunyai arti tersendiri. Menurut Prof. Dr.
Notonegoro Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima
atau dilakukan melalui oleh pihak tertentu dan tidak dapat dilakukan oleh pihak lain manapun
juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya. Menurut pengertian tersebut,
individu maupun kelompok ataupun elemen lainnya, jika menerima hak hendaknya dilakukan
sesuai dengan aturan yang berlaku dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain. Jadi harus
pihak yang menerimannya lah yang melakukan itu. Dari pengertian yang lain, hak bisa berarti
sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunanya tergantung kepada kita sendiri
contohnya hak mendapatkan pengajaran. Dalam hak mendapatkan pengajaran ini adalah
tergantung dari diri kita sendiri. Kalau memang menganggap bahwa pengajaran itu penting bagi
kita pasti kita akan senantiasa belajar atau sekolah atau mungkin kuliah. Tapi kalau ada yang
menganggap itu tidak penting pasti tidak akan melakukan hal itu.
Kata yang kedua adalah kewajiban. Kewajiban berasal dari kata wajib. Menurut Prof. Dr.
Notonegoro wajib adalah beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau
diberikan melalui oleh pihak tertentu, tidak dapat oleh pihak lain manapun yang pada prinsipnya
dapat dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan. Kewajiban pada intinya adalah sesuatu
yang harus dilakukan. Disini kewajiban berarti suatu keharusan maka apapun itu jika merupakan
kewajiban kita harus melaksaakannya tanpa ada alasan apapun. Dari pengertian yang lain
kewajiban berarti sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab atau
pembatasan atau beban yang timbul karena hubungan dengan sesama atau dengan negara

2. Penentuan Warga Negara Indonesia


Siapa saja yang dapat menjadi warga negara dari suatu negara? Setiap negara berdaulat
untuk berwenang dalam menentukan siapa-siapa saja yang menjadi warga negara. Dalam
menentukan kewarganegaraan seseorang, dikenal dengan adanya asas kewarganegaraan
berdasarkan kelahiran dan asas kewaraganegaraan berdasarkan perkawinan.
Dalam penentuan kewarganegaraan didasarkan kepada sisi kelahiran, dikenal dua asas
yaitu asas ius soli dan ius sanguinis . Ius artinya hukum atau dalil. Soli berasal dari kata solum
yang artinya negari atau tanah. Sanguinis berasal dari kata sanguis yang artinya darah.
a. Asas Ius Soli Asas yang menyatakan bahawa kewarganegaraan seseorang ditentukan dari
tempat dimana orang tersebut dilahirkan.
b. Asas Ius Sanguinis Asas yang mennyatakan bahwa kewarganegaraan sesorang ditentukan
beradasarkan keturunan dari orang tersebut.

Selain dari sisi kelahiran, penentuan kewarganegaraan dapat didasarkan


pada aspek perkawinan yang mencakup atas asas kesatuan hukum dan asas persamaan derajat :

a. Asas persamaan hukum didasarkan pandangan bahwa suami istri adalah suatu ikatan yang
tidak terpecahkan sebagai inti dari masyarakat. Dalam menyelenggarakan kehidupan bersama,
suami istri perlu mencerminkan suatu kesatuan yang bulat termasuk dalam masalah
kewarganegaraan. Berdasarkan asas ini diusahakan status kewarganegaraan suami dan istri
adalah sama dan satu.
b. Asas persamaan derajat berasumsi bahwa suatu perkawinan tidak menyebabkan perubahan
status kewarganegaaraan suami atau istri. Keduanya memiliki hak yang sama untuk menentukan
sendiri kewarganegaraan. Jadi mereka dapat berbeda kewarganegaraan seperti halnya ketika
belum berkeluarga.
Negara memiliki wewenang untuk menentukan warga negara sesuai dengan asas yang
dianut negara tersebut. Dengan adanya kedaulatan ini, pada dasarnya suatu negara tidak terikat
oleh negara lain dalam menentukan kewarganegaraan. Negara lain juga tidak boleh menentukan
siapa saja yang menjadi warga negara dari suatu negara.
Penentuan kewarganegaraan yang berbeda-beda oleh setiap negara dapat menciptakan
problem kewarganegaraan bagi seorang warga. Secara ringkas problem kewarganegaraan adalah
munculnya apatride dan bipatride. Appatride adalah istilah untuk orang-orang yang tidak
memiliki kewarganegaraan. Bipatride adalah istilah untuk orang-orang yang memiliki
kewarganegaraan ganda (rangkap dua). Bahkan dapat muncul multipatride yaitu istilah untuk
orang-orang yang memiliki kewarganegaraan yang banyak (lebih dari 2)
Warga Negara Indonesia.
Negara Indonesia telah menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara. ketentuan tersebut
tercantum dalam pasal 26 UUD 1945 sebagai berikut :

1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang
disahkan undang-undang sebagai warga Negara.
2. Penduduk ialah waraga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
3. Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang.
Beradasarkan hal diatas , kita mengetahui bahwa orang yang dapat menjadi warga negara
Indonesia adalah :
a. Orang-orang bangsa Indonesia asli.
b. Orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang menjadi warga Negara.
Adapun Undang-Undang yang mengatur tentang warga negara adalah Undang-Undang
No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Pewarganegaraan adalah tatacara bagi orang asing untuk memperoleh kewarganegaraan
Republik Indonesia melalui permohonan . Dalam Undang-Undang dinyatakan bahwa
kewarganegaraan Republik Indonesia dapat juga diperoleh melalui pewarganegaraan.
Permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika memenuhi persyaratan sebagai
berikut :

1. Telah berusia 18(delapan belas) tahun atau sudah kawin


2. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara Republik
Indonesia paling singkat 5 (lima)tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak
berturut-turut
3. Sehat jasmani dan rohani
4. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
5. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana
penjara 1 (satu) tahun
6. Jika dengan memperoleh kewarganegaraan Indonesia, tidak menjadi kewarganegaraan ganda
7. Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap
8. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.

Asas-asas yang dipakai dalam Undang-Undang No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia meliputi :
a. Asas Ius Sanguinis, yiatu asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarakan
keturunan bukan negara tempat kelahiran
b. Asas Ius Soli scera terbatas, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan berdasarakan
negara tempat kelahiran, yang diperuntukkan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan
yang diatur dalam undang-undang.
c. Asas kewarganegaraan tunggal, yaitu asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap
orang
d. Asas kewaraganegaraan ganda terbatas, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan ganda
bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini.

3. Hubungan warga Negara dengan Negara


Wujud hubungan anatara warga negara dengan negara adalah pada umumnya adalah
berupa peranan. Peranan pada dasarnya adalah tugas apa yang dilakukan sesuai dengan status
yang dimiliki, dalam hal ini sebagai warga negara. Hak dan kewajiban warga negara Indonesia
tercantum dalam Pasal 27 sampai pasal 34 UUD 1945. Bebarapa hak warga negara Indonesia
antara lain sebagai berikut :

a. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.


b. Hak membela Negara
c. Hak berpendapat
d. Hak kemerdekaan memeluk agama
e. Hak mendapatkan pengajaran
f. Hak utuk mengembangkan dan memajukan kebudayaan nasional Indonesia
g. Hak ekonomi untuk mendapat kan kesejahteraan sosial
h. Hak mendapatkan jaminan keadilan social
Sedangkan kewajiban warga negara Indonesia terhadap negara Indonesia adalah :
a. Kewajiban mentaati hukum dan pemerintahan
b. Kewajiban membela Negara
c. Kewajiban dalam upaya pertahanan Negara
Selain itu ditentukan pula hak dan kewajiban negara terhadap warga negara. Hak dan
kewajiban negara terhadap warga negara pada dasarnya merupakan hak dan kewajiban warga
negara terhadap negara. Beberapa ketentuan tersebut, anatara lain sebagai berikut :
a. Hak negara untuk ditaati hukum dan pemerintah
b. Hak negara untuk dibela
c. Hak negara untuk menguasai bumi, air , dan kekayaan untuk kepentingan rakyat
d. Kewajiban negara untuk menajamin sistem hukum yang adil
e. Kewajiban negara untuk menjamin hak asasi warga Negara
f. Kewajiban negara mengembangkan sistem pendidikan nasional untuk rakyat
g. Kewajiban negara memberi jaminan sosial
h. Kewajiban negara memberi kebebasan beribadah
Secara garis besar, hak dan kewajiban warga negara yang telah tertuang dalam UUD
1945 mencakup berbagai bidang . Bidang –bidang ini antara lain, Bidang politik dan
pemerintahan, sosial, keagamaan, pendidikan, ekonomi, dan pertahanan.

4. Pandangan Ideologis Indonesia antara Hak dan Kewajiban

1. Idiologi Negara RI
Berdasarkan pertanyaan diatas tentu sebuah hak dan kewajiban warga negara tidak lepas
dari idiologi yang dianut oleh sistem kenegaraan. Landasan utama bangsa indonesia adalah
Pancasila. Tentu saja Pancasila sebagai landasan warga negara Indonesia dalam bertingkah laku,
termsuk segala mekanisme pemerintahan pemerintahan.
Pancasila, menurut Soekarno (2006) sebagai penggali dijelaskan bahwa Pancasila telah mampu
mempersatukan bangsa Indonesia. Tidak terlepas pada revolusi melawan imperialisme di bumi
nusantara untuk menyatakan kemerdekaan, Pancasila sebagai filsafat cita-cita dan harapan
segenap bagsa Indonesia. Bahkan pada sila ke tiga disebutkan “ Persatuan Indonesia “. Hal inilah
yang menunjukkan bahwa bangsa Indonesia memiliki semangat bersatu dari beragam suku
bangsa yang berbeda. Perbedaan itu lenyap ketika mereka menyadari arti persamaan sebagai
bangsa Indonesia.
Terlebih semangat persatuan bangsa Indonesia telah dikumandangkangkan pada sumpah
pemuda. Para pemuda bersumpah berbangsa satu, bertanah air satu dan menjunjung bahasa
persatuan.
Bukti-bukti yang telah diuraikan ini menunjukan negara Indonesia didirikan atas pondasi
persatuan. Negara yang terdiri dari beragam identitas mampu disatukan atas nama persatruan.
Dengan demikian bersarkan teori yang dinyatakan Geovanni Gentle (Syahrian:2003) bahwa
negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara nasionalis.

1. Kewajiban Nasionalisme
Menurut Gentle melalui idealisme murni yang terpengaruh dialektika Hegel, pada
dasarnya individu memiliki kehendak atau ego. Pada tataran subjektif individu mengenal
hubungan antara manusia yang satu dan lainnya. Setelah individu mecapai tahapan roh objektif,
maka terciptalah komunitas. Melalui komunitas beragam ego individu melebur menjadi sejarah,
kebudayaan, bangsa atau peradaban. Inilah yang disebut kesadaran mutlak individu.
Didasarkan tujuan kehidupan bersama dibentuklah negara. Beragam kepentingan individu
dengan meninjau pada teori Gentle, tentu melebur menjadi kepentingan bersama. Negara tidak
mungkin memberikan kepuasan atas setiap kepentingn individu dan beragam kehendak yang
saling bersebragan. Maka demi tujuan utama dibentuknya suatu negara harus terdapat otoritas
negara menentukan pilihan atas beragam kehendak.Dan melalui negara kepentingan-kepentingan
individu telah melebur menjadi kepentingan bersama.
Negara ibarat masa depan nasib bersama. Kepentingan individu adalah kepentingan egois
yang menitik beratkan pada kebutuhan pribadi. Tidak mungkin tanpa ototritas yag kuat sebuah
negara mampu mnetukan pilihan yang terbaik bagi masa depan suatu bangsa.
Bila masih terdapat kepentingan-kepentingan egoisme tentu pembelotan dari tujuan dibentuknya
negara. Pada kondisi yang seperti ini harus terdapat persamaan persepsi atas seluruh warga
negara. Warga negara harus rela memberikan loyalitasnya kepada negara diatas kepentingan
pribadi. Karena negara memiliki nilai-nilai kearifan sebagai pelayan, pelindung dan pengayom
bangsanya.

2. Hak Warga
Sebagai warga negara yang baik harus memahami bahwa segala kehendak warga negara
yang melebur dalam lembaga negara adalah kehendak rakyat. Kehendak yang dimulai dari
kehendak individu, berinteraksi dengan konsekuensi identitas mahluk sosial. Maka terbentuklah
nilai komunalitas yang disebut kesadaran objektif, hingga merambah pada kesadaran mutlak.
Artinya hak individu tidak diperbolehkan egois mempengaruhi kepentingan tatanan hidup
bersama atas kepentingan pribadi. Hal ini adalah kenyataan yang tak dapat diingkari.
Termasuk pada kenyataan kebijakan pemerintah adalah hasil representasi kepentingan-
kepentingan yang berjalan melalui tatanan sehingga diambil keputusan terbaik. Bukan saja
terbatas kepentingan individu, akan tetapi hasil dari kepentingan banyak individu yang
terakumulasi hubungan mahluk sosial.(Gentile:1928).

3. Permasalahan Kebebasan
Gagasan yang telah disampaikan oleh Lipman (1922) menjelaskan bahwa opini publik
adalah ini dari pembahasan kebijakan. Hal ini menandakan era keterbukaan. Keberadaan opini
publik berfungsi sebagi beragam pihak untuk ikut serta dalam proses pengambilan keputusan.
Melalui jalur non strukturalis, beragam pihak mampu mempengaruhi pemerintahan. Melalui
ruang publik seseorang maupun kelompok memiliki kekuasaan di luar wewenang untuk ikut
serta mempengaruhi kestabilan negara.
Bentuk-bentuk lain keberadaan pihak diluar wewenang yang mampu mempengaruhi
negara adalah para borjuis. Melalui ruang publik maupun beragam proses kekuasaan, kapitalis
mampu mempegaruhi keberadaan para pejabat untuk berkonspirasi mencari keuntungan. Proses
pemerintahan yang tidak sehat dan dianggap sebagai rahasia umum ini menunjukkan kuatnya
aktor-aktor yang non legitimasi untuk bergentayangan mendominasi sebagai tuan-tuan kelompok
penekan.(Westergard dan Resler, 1976).
Walaupun tidak dapat disangkal bahwa kapitalis atau pasar sebagai faktor signifikan
mempengaruhi kebijakan, akan tetapi perlu terdapat pembatasan yang jelas antara kepentingan
perseorangan sebagai saudagar dan pelaku birokrat.
Permasalahan mendasar pada negara yang memberikan era keterbukaan ini mewariskan
permasalahan mekanisme birokrasi yang tidak lepas dari nilai-nilai kapitalis. Hal yang banyak
terjadi, keberadaan pejabat maupun birokrat tidak lepas dari modal awal untuk memasuki ranah
bagian penyelenggara pemerintahan. Konsekuensi yang terjadi persepsi tugas kepercayaan
negara sebagai harapan masa depan bangsa, menjadi kesempatan berbisnis mencari keuntungan
maksimal. Pada posisi inilah terjadi tumpang tindih antara identitas birokrat dengan pedagang.
Solusi yang diberikan pada kasus ini adalah profesionalisme status. Tidak dibenarkan adanya
kekuasaan yang tidak diimbangi wewenang. Seperti hal yang telah disampaikan oleh negarawan
Jerman Adolf Hitler (2008) dalam bukunya Mein Kamf; seseorang yang terkuatlah yang pantas
menjadi pemimpin. Ini menafsirkan bahwa keberadaan aktor-aktor yang memiliki kekuasan
menjadikan permasalahan baru. Aktor-aktor tersebut mampu menjadikan kondisi negara tidak
sehat. Idealisme para birokrat tercemari oleh proses yang legal maupun ilegal.
Wabah kapitalis terjadi melalui beragam aktifitas kebebasan beragam pihak melalui
ruang publik. Maka tindakan-tindakan aktor-aktor tersebut menjadikan provokasi yang berlanjut
kepada distabilitas dan intgrasi. Hal lain yang terjadi dari kebebasan tersebut adalah beragam
kelompok kepentingan yang terakumulasi dalam beragam kalangan; baik kapitalis NGO, CSO
dan birokratis terjadi persaingan dalam rangka kepentingan pribadi atau kelompok.
Akibat dari sistem yang terjaga ini menjadikan rakyat sebagai korban kapitalis. Tujuan negara
sebagai lembaga yang menaungi rakyat menjadi ajang persaingan kepentingan. Tentu berakibat
pada lepasnya kewajiban sebagai warga negara yang baik, yang memberikan pengabdiannya
kepada negara.

BAB IV
KESIMPULAN
1. Pengertian Hak dan Kewajiban.
*Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau
dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat dilakukan oleh pihak lain manapun juga
yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya.
* Kewajib adalah beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan
melulu oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain manapun yang pada prinsipnya dapat
dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan.

2. Seseorang yang berhak menjadi warga Negara.


*Seseorang berhak menjadi warga negara Indonesia didasarkan adanya asas-asas pribumi asli
dan tanah kelahiran. Sedangkangkan ketetapan hukumnya mengacu pada 26 UUD 1945.

3. Hubungan warga Negara dengan Negara


Hubungan institusi pemerintahan yang mengatasnamakan negara dengan warga negara
memiliki timbal balik. Baik negara maupun warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk
saling memberikan konstribusi.

4. Pandangan ideologis
Negara sebagai wadah bagi bangsanya dalam menuju kehidupan yang di amanatkan
melalui Undang-undang. Dalam rangka penyeimbangan antara kedudukan antara warga
negara dengan negara maka dibuatlah hak dan kewajiban.

BAB V
PENUTUP

Demikianlah maklah yang bisa saya sampaikan sebagai penulis,dimana dalam makalah
saya ini saya sampaikan tentang seluruhnya yang berhubungan dengan masalah atau hal hal yng
berkaitan dengan hak dan kewajiban warga Negara menurut ideology Indonesia. Dimana
terdapat dalam Pancasila dan UUD 1945.

Maka di akhri makalah saya ini saya sangat berterima kasih karena pembaca telah
menyempatkan diri membaca dan memahami isi dari makalah saya tersebut. Saya berharap
makalah saya ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan menambah pengetahuan pembaca sehingga
pembaca bisa menyampaikan informasi tentang hak dan kewajiban warga Negara ini pada orag
lain.

Saya sebagai penulis awam dan pemula masih mempunyai banyak kekurangan sehingga
saya sangat mengharapkan saran dari pembaca agar dalam penyusunan makalh selanjutnya bisa
saya lakukan dengan lebih baik lagi. Demikianlah makalah yang bisa saya susun semoga
bermanfaat. Kritik dan saran sangat saya harapkan dari pembaca. Sebelum dan sesudahnya saya
ucapkan banyak terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai