tentang
PERKAWINAN
DISUSUN OLEH:
ROMENTAL
SOPYAN SOPHIAN
R.412
FAKULTAS HUKUM B
Page 1 of 21
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan rahmat,
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa merampungkan tugas mata kuliah Hukum Adat
yang berupa makalah dengan judul "Perkawinan Hukum Adat" dengan lancar.
Saya berharap makalah ini bisa memberi sedikit tambahan ilmu bagi para pembaca
tentang perkawinan adat.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, kritik
dan saran sangat saya harapkan dari para pembaca. terima kasih.
Page 2 of 21
A. Latar Belakang
Sudah menjadi kodrat bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu
mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya dalam
suatu pergaulan hidup. Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan
dimulai dari balita, anak-anak, remaja, dewasa, orang tua sampai ia meninggal. Pada
saat dewasa itulah manusia akan mulai berpikir tentang perkawinan.
Perkawinan merupakan suatu saat yang sangat penting dimana hubungan
persaudaraan berubah dan diperluas. Perkawinan juga merupakan rencana untuk
meneruskan keturunan. Secara umum, perkawinan adalah penggabungan antara
seorang pria dan seorang wanita untuk membentuk sebuah rumah tangga.
Dalam pelaksanaan sebuah perkawinan, diperlukan tata cara tertentu yang
mengatur individu-individu yang bersangkutan dalam sebuah upacara perkawinan.
Upacara perkawinan adalah tahapan acara yang dilakukan mulai dari awal
menentukan pasangan sampai kepada pesta pernikahan dan sesudahnya, yang mana
didalamnya mengandung unsur-unsur ritual dan nilai-nilai kemasyarakatan.
Pada dasarnya pelaksanaan perkawinan warga masyarakat Indonesia telah
dominan dipengaruhi oleh hukum adat. Dikarenakan masyarakat Indonesia beraneka
ragam suku bangsanya, sudah pasti beraneka ragam pula hukum adat yang hidup dan
tumbuh di tanah air Indonesia.
B. Tujuan
Seperti kita ketahui bahwa sesungguhnya dalam kehidupan masyarakat di
Indonesia memiliki kondisi kekeluargaan yang berbeda-beda atau sistem kekerabatan
yang berbeda-beda, selain perbedaan suku bangsa juga adanya perbedaan dari segi
agama, dari inilah keadaan perkawinan masyarakat itu tergantung dari masyarakat
tertentu yang ada kaitannya dengan kondisi kekeluargaan serta membawa dampak
pada bentuk perkawinan pada suatu masyarakat tersebut.
Page 3 of 21
C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perkawinan ?
2. Bagaimana Asas Asas dalam Perkawinan Menurut Hukum Adat, Undang
undang Nomor 1 Tahun 1974, dan KUH Perdata ?
3. Apa tujuan perkawinan ?
4. Bagaimana sistemsistem dalam perkawinan hukum adat ?
5. Bagaimana bentuk perkawinan dalam masyarakat adat ?
6. Bagaimana perkawinan menurut masyarakat adat Minang jika dipandang dari
teori Reception in Complexu dan Teori Resepsi ?
Page 4 of 21
1. Pengertian Perkawinan
Saat ini hukum negara yang mengatur mengenai masalah perkawinan adalah
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Di lain pihak hukum adat
yang mengatur mengenai perkawinan dari dulu hingga sekarang tidak berubah, yaitu
hukum adat yang telah ada sejak jaman dahulu hingga sekarang ini yang merupakan
hukum yang tidak tertulis. Namun di sisi lain, masih terdapat juga Hukum Perdata
yang pula memberi warna tentang perkawinan.
Menurut pasal 1 UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yang
dimaksud perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sedangkan di dalam ketentuan pasal-pasal KUHPerdata, tidak memberikan
pengertian perkawinan itu. Tetapi menyatakan bahwa perkawinan adalah suatu
perikatan (verbindtenis). Dalam pasal 26 KUH Perdata memandang soal
perkawinan hanya dalam hubungan-hubungan perdata. Hal ini berarti bahwa undang-
undang hanya mengakui perkawinan perdata sebagai perkawinan yang sah, berarti
perkawinan yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata, sedang syarat-syarat serta peraturan agama tidak
diperhatikan atau dikesampingkan.
Pengertian perkawinan menurut hukum adat sendiri tidak memponyai definisi
pastinya, namun secara sederhana dapat diartikan dengan suatu perkawinan yang
memakai aturan atau sistem hukum adat yang berlaku di suatu tempat atau daerah.
Perkawinan menurut hukum adat tidak semata-mata berarti suatu ikatan antara
seorang pria dengan wanita sebagai suami isteri untuk maksud mendapatkan
keturunan dan membangun serta membina kehidupan rumah tangga, tetapi juga suatu
Page 5 of 21
2. Asas Asas dalam Perkawinan Menurut Hukum Adat, Undang undang Nomor
1 Tahun 1974, dan KUH Perdata
Asas asas perkawinan menurut hukum adat adalah :
a. Perkawinan bertujuan membentuk keluarga rumah tangga dan hubungan
kekerabatan yang rukun dan damai, bahagia dan kekal
b. Perkawinan tidak saja harus sah dilaksanakan menurut hukum agama dan atau
kepercayaan, tetapi juga harus mendapat pengakuan dari para anggota kerabat
c. Perkawinan dapat dilakukan oleh seorang pria dengan beberapa wanita sebagai
isteri yang kedudukannya masing-masing ditentukan menurut hukum adat
setempat.
Page 6 of 21
Page 7 of 21
3. Tujuan Perkawinan
Tujuan perkawinan meurut Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 adalah
membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Kutahanan Yang
Maha Esa. Dari kalimat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa:
Page 8 of 21
b. Sistem Eksogami
Page 9 of 21
Page 10 of 21
Page 11 of 21
Page 12 of 21
Page 13 of 21
Page 14 of 21
d) Babako-babaki
Pihak keluarga dari ayah calon mempelai wanita (disebut bako) ingin
memperlihatkan kasih sayangnya
dengan ikut memikul biaya sesuai
kemampuan. Acara ini biasanya
berlangsung beberapa hari sebelum
acara akad nikah. Mereka datang membawa berbagai macam antaran. Perlengkapan
Page 15 of 21
e) Malam bainai
Bainai berarti melekatkan tumbukan halus daun pacar merah atau daun inai ke kuku-
kuku calon pengantin wanita.
Lazimnya berlangsung malam hari
sebelum akad nikah. Tradisi ini
sebagai ungkapan kasih sayang dan
doa restu dari para sesepuh
keluarga mempelai wanita.
Perlengkapan lain yang digunakan
antara lain air yang berisi
keharuman tujuh macam kembang, daun iani tumbuk, payung kuning, kain jajakan
kuning, kain simpai, dan kursi untuk calon mempelai. Calon mempelai wanita
dengan baju tokah dan bersunting rendah dibawa keluar dari kamar diapit kawan
sebayanya. Acara mandi-mandi secara simbolik dengan memercikkan air harum
tujuh jenis kembang oleh para sesepuh dan kedua orang tua. Selanjutnya, kuku-kuku
calon mempelai wanita diberi inai.
f) Manjapuik marapulai
Page 16 of 21
Page 17 of 21
a) Mamulangkan Tando
Setelah resmi sebagai suami istri,
maka tanda yang diberikan
sebagai ikatan janji sewaktu
lamaran dikembalikan oleh kedua
belah pihak.
Page 18 of 21
Page 19 of 21
1. Kesimpulan
Hukum negara yang mengatur mengenai masalah perkawinan saat
ini adalah Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
namun jiga ada hukum adat yang mengatur mengenai perkawinan yang
dimana dari dulu hingga sekarang tidak berubah yang merupakan hukum
tidak tertulis. Namun di sisi lain, masih terdapat juga Hukum Perdata yang
pula memberi warna tentang perkawinan. Ketiga aturan hukum tersebut
memang berbeda, akan tetapi tetap mempunyai pokok bahasan yang sama
yaitu tentang perkawinan. Perbedaan dalam ketiga atruran hukum tersebut
dapat dilihat dari, pengertian, asas-asas, maupun tujuan dari suatu
perkawinan.
Page 20 of 21
Page 21 of 21