Anda di halaman 1dari 3

1.

Instrumen Hukum Keperdataan

Penggunaan instrumen hukum perdata merupakan konsekuensi dari paham negara

kesejahteraan, yang menuntut pemerintah untuk mengupayakan kesejahteraan masyarakat.

Dalam memenuhi tuntutan tersebut, organ pemerintah tidak cukup jika hanya

menggunakan instrumen hukum publik, tetapi juga menggunakan instrumen keperdataan

terutama guna mencapai efektivitas dan efisiensi pelayanan terhadap masyarakat.

Pemerintah dalam melakukan kegiatannya sehari-hari tampil dengan dua

kedudukan, yaitu sebagai wakil dari badan hukum (pelaku hukum keperdataan) dan wakil

dari jabatan pemerintahan (pelaku hukum publik). Sebagai pelaku hukum keperdataan

yang melakukan berbagai perbuatan hukum keperdataan seperti mengikatkan perjanjian

jual beli, sewa menyewa, pemborongan dan sebagainya yang dijelmakan dalam kualitas

badan hukum. Dalam posisi ini kedudukan pemerintah tidak ada bedanya dengan

seseorang atau badan hukum perdata pada umumnya, yaitu diatur dan tunduk pada

ketentuan-ketentuan hukum keperdataan. Penggunaan instrumen hukum keperdataan ini

adalah untuk mengusahakan kesejahteraan (bestuurszorg), dimana pemerintah terlibat

dengan kegiatan kemasyarakatan dalam berbagai dimensi sejalan dengan tuntutan

perkembangan kemasyarakatan. Namun demikian, penggunaan instrumen hukum

keperdataan oleh pemerintah ini perlu dibatasi, yaitu:

a) Pemerintah tidak dapat melakukan hubungan keperdataan yang berhubungan

dengan hukum kekeluargaan;

b) Pemerintah tidak boleh membeli tanah untuk dijadikan hak milik;


c) Pemerintah tidak diperkenankan melakukan perbuatan hukum keperdataan

yang bertentangan dengan kepentingan umum atau dilarang oleh peraturan

perundang-undangan

Hubungan hukum dalam bidang keperdataan bersifat dua pihak atau lebih (meerzijdige),

bersandar pada prinsip otonomi dan kebebasan berkontrak (contractsvrijheid) dalam arti

kemerdekaan atau kemandirian penuh bagi subyek hukum untuk melakukan atau tidak melakukan

perbuatan hukum, serta iktikad baik dalam berbagai persetujuan, yang menunjukkan kesetaraan

antarpihak tanpa salah satunya memiliki kedudukan khusus dan kekuatan memaksa terhadap pihak

lain. Atas dasar ini pemerintah hanya dapat mensejajarkan diri dengan seseorang atau badan

hukum perdata dalam kapasitasnya sebagai wakil dari badan hukum publik, bukan dalam

kapasitasnya selaku wakil jabatan pemerintahan yang memiliki kedudukan istimewa.

Bentuk-bentuk perjanjian yang bisa dijalankan pemerintah dengan pihak lain adalah :

1. Perjanjian perdata biasa; contoh: jual beli, sewa-menyewa dan lain-lain.

Perbuatan keperdataan ini dilakukan karena pemerintah memerlukan berbagai sarana dan

prasarana untuk menjalankan administrasi pemerintahan, seperti: kebutuhan alat tulis menulis

yang harus dibeli, membeli tanah untuk perkantoran, perumahan dinas dan lain sebagainya.

2. Perjanjian perdata dengan syarat-syarat standar, contoh: kontrak adhesie.

Pemerintah dapat pula menggunakan instrumen hukum keperdataan untuk membuat perjanjian

dengan pihak swasta dalam rangka melakukan tugas-tugas tertentu, misalnya tugas-tugas atau

pekerjaan yang tidak sepenuhnya dapat diselenggarakan sendiri oleh pemerintah. Bentuk dari

perjanjian ini dapat berupa kontrak adhesie, yaitu suatu perjanjian yang seluruhnya telah disiapkan

secara sepihak hingga pihak lawan berkontraknya tidak ada pilihan lain kecuali menerima atau

menolaknya.
3. Perjanjian mengenai kewenangan publik.

Perjanjian mengenai kewenangan publik adalah perjanjian antara badan atau pejabat tata usaha

negara dengan warga masyarakat dan yang diperjanjikan adalah mengenai cara badan atau pejabat

tata usaha negara tersebut menggunakan wewenang pemerintahannya.

4. Perjanjian mengenai kebijaksanaan pemerintahan.

a. Kewenangan luas yang dimiliki pemerintah atas dasar freies ermessen, yang kemudian

melahirkan kebijaksanaan dimungkinkan pula dijalankan dengan menggunakan

perjanjian.

b. Dengan kata lain, pemerintah dapat menjadikan kewenangan luas atau kebijaksanaan

yang dimilikinya sebagai obyek dalam perjanjian.

c. Perjanjian seperti ini dikenal dengan perjanjian kebijaksanaan (beleidsovereenkomst),

yaitu perbuatan hukum yang menjadikan kebijaksanaan publik sebagai obyek

perjanjian.1

1
E-Learning UPN Jawa Timur, Instrumen Hukum Keperdataan,
http://elearning.upnjatim.ac.id/courses/HKK3004/document/Materi_UAS/Materi_Bu_Erni/bahan_kuliah_HAN__I
nstrumen_Pemerintah.doc diakses pada tanggal 2 Oktober 2019 Pukul 16.53

Anda mungkin juga menyukai