Anda di halaman 1dari 17

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi Pelatihan


Pelatihan merupakan proses belajar dengan menggunakan teknik dan metode
tertentu secara konsepsional. Latihan dimaksudkan untuk meningkatkan
ketrampilan dan kemampuan kerja seseorang atau kelompok untuk mencapai
suatu organisasi yang memiliki efisiensi, efektivitas dan produktivitas dalam
bekerja. (Lodjo, 2013).
Pelatihan diperlukan untuk membantu seseorang menambah kecakapan dan
pengetahuan yang berhubungan erat dengan pekerjaannya. Terdapat tiga syarat
yang harus dipenuhi agar suatu kegiatan dapat disebut latihan;
a. Latihan harus membantu seseorang menambah kemampuannya.
b. Latihan harus menimbulkan perubahan dalam kebiasaan, dalam informasi,
dan pengetahuan yang ia terapkan dalam pekerjaannya sehari-hari.
c. Latihan harus berhubungan dengan pekerjaan tertentu yang sedang
dilaksanakan ataupun pekerjaan yang akan diberikan pada masa yang akan
datang.
1.2 Jenis pelatihan
Program pelatihan dan pengembangan kelompok dirancang untuk
meningkatkan prestasi kerja, mengurangi absensi dan perputaran, serta
memperbaiki kepuasan kerja. Terdapat dua kategori pokok program pelatihan dan
pengembangan:
a) Metode Praktis (On The Job Training)
Metode on the job adalah pelatihan yang menggunakan situasi dalam
pekerjaan. Karyawan diberi pelatihan tentang pekerjaan baru dengan supervisi
langsung seorang pelatih yang berpengalaman (biasanya karyawan lain).
Dalam on the job training dibagi dalam beberapa metode, yaitu :
1. Job Instruction Training (Latihan Instruktur Pekerjaan)
Memberikan beberapa petunjuk pekerjaan secara langsung pada pekerjaan
dan terutama digunakan untuk melatih para karyawan mengenai tahapan

1
pelaksanaan pekerjaan saat ini. Dalam metode ini semua tahapan yang
perlu dilakukan dalam pekerjaan dituliskan sesuai dengan urutannya.
2. Job Rotation (Rotasi Pekerjaan)
Dalam rotasi jabatan, karyawan diberikan kesempatan untuk mendapatkan
pengetahuan di bagian organisasi yang berbeda dan juga praktek berbagai
macam ketrampilan dengan cara berpindah pekerjaan
3. Apprenticeships
Merupakan proses belajar dari seseorang atau beberapa orang yang lebih
berpengalaman. Metode ini digunakan untuk mengembangkan keahlian
perorangan, sehingga para karyawan yang bersangkutan dapat
mempelajari segala aspek dari pekerjaannya.
4. Coaching
Pelaksanaan pelatihan dimana atasan mengajarkan keahlian dan
ketrampilan kerja kepada bawahannya. Dalam metode ini diperlukan
pengawas yang berperan sebagai petunjuk untuk memberitahukan kepada
peserta mengenai tugas atau pekerjaan rutin yang akan dilaksanakan dan
cara mengerjakannya.

b) Teknik-Teknik Presentasi Informasi dan Metode-Metode Simulasi (Off


The Job Training)
Metode off the job adalah pelatihan yang menggunakan situasi di luar
pekerjaan. Metode ini digunakan apabila banyak pekerja harus dilatih dengan
cepat untuk penguasaan pekerjaan atau pelatihan tidak dapat dilakukan karena
harga yang mahal.
1. Lecture
Merupakan metode pelatihan dengan memberikan kuliah atau ceramah
dalam rangka penyampaian informasi-informasi yang dibutuhkan oleh
karyawan. Metode ini mengeluarkanbiaya yang tidak tinggi, namun
kelemahannya adalah peserta kurang partisipasi dan kurang memberi
respon.
2. Video Presentation
Presentasi yang dilakukan melalui media televisi, film, slides, dan
sejenisnya serupa dengan bentuk lecture.

2
3. Vestibule Training
Pelatihan yang dilakukan dalam suatu ruangan khusus yang terpisah dari
tempat kerja biasa dan disediakan jenis peralatan yang serupa dengan yang
akan digunakan pada pekerjaan sebenarnya. Latihan ini berguna sebagai
pendahuluan dari latihan kerja.
4. Role Playing
Merupakan suatu permainan peran yang dilakukan oleh peserta untuk
memainkan berbagai peran orang tertentu dan diminta untuk menanggapi
para peserta lain yang berbeda perannya. Teknik ini dapat mengubah sikap
peserta, seperti lebih toleransi terhadap perbedaan individual dan juga
dapat mengembangkan ketrampilan intrapersonal.
5. Case Study
Merupakan metode pelatihan dimana para peserta pelatihan dihadapakan
pada beberapa kasus tertulis dan diharuskan memecahkan masalah
tersebut.
6. Simulation
Simulasi merupakan suatu situasi atau kejadian yang ditampilkan semirip
mungkin dengan situasi yang sebenarnya, tetapi hanya merupakan tiruan
saja dan para pelatihan harus memberikan respon seperti dalam kejadian
yang sebenarnya. Jadi simulasi merupakan suatu teknik untuk menirukan
konsep sebenarnya dari pekerjaan yang akan dijumpai.
7. Self Study
Merupakan teknik yang menggunakan modul-modul tertulis dan kaset atau
video tape rekaman dan para peserta hanya mempelajarinya sendiri.
Teknik ini tepat digunakan apabila jumlah karyawan yang mengikuti
pelatihan dalam jumlah yang besar, pada karyawan tersebar di berbagai
lokasi yang berbeda-beda dan sulit mengumpulkan para karyawan
sekaligus untuk bersama-sama mengikuti program
pelatihan tertentu.
8. Programmed Learning
Dalam metode ini, diberikan beberapa pertanyaan dan para peserta
pelatihan harus memberikan jawaban yang benar. Metode ini dapat juga

3
melalui komputer yang sudah mempunyai program tersendiri agar para
peserta dapat mempelajari dan memperinci langkah-langkah dengan
umpan balik langsung pada penyelesaian setiap langkah. Masing-masing
peserta pelatihan dapat menetapkan kecepatan belajarnya.
9. Laboratory Training
Teknik ini adalah merupakan suatu bentuk latihan kelompok yang
terutama digunakan untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan antar
pribadi. Latihan ini bersifat sensivitas, dimana peserta menjadi lebih
sensitif terhadap perasaan orang lain dan lingkungan. Laboratory Training
ini berguna untuk mengembangkan berbagai perilaku bagi tanggung jawab
pekerjaan di waktu yang akan datang.
1.3 Proses pelatiham
Terdapat empat tahap pada proses pelatihan yaitu; penilaian, perancangan,
penyampaian, dan evaluasi. Penggunaan dari proses tersebut akan mengurangi
terjadinya berbagai usaha pelatihan yang tidak terencana, tidak terkoordinasi, dan
tidak beraturan (Mathis, 2006).

PENILAIAN: PERANCANGAN:
- menganalisis - menguji peserta pelatihan
kebutuhan pelatihan sebelumnya
- mengidentifikasi - memilih metode pelatihan
tujuan dan kriteria - merencanakan isi
pelatihan pelatihan

EVALUASI: PENYAMPAIAN:
- mengukur hasil - menjadwalkan pelatihan
pelatihan - melaksanakan pelatihan
- membandingkan hasil - memantau pelatihan
pada tujuan/kriteria

Gambar 1. Proses Pelatihan

4
Berikut penjelasan dari gambar di atas:

1. Proses pelatihan yang pertama adalah penilaian yang terdiri dari

analisis kebutuhan pelatihan serta identifikasi tujuan dan kriteria

pelatihan. Penilaian dilakukan di awal sebelum melakukan pelatihan

untuk mencari atau mengidentifikasi kemampuan apa yang diperlukan

karyawan dalam rangka menunjang kebutuhan organisai. Setelah

mengidentifikasi pelatihan apa saja yang diperlukan karyawan,

selanjutnya adalah menetukan tujuan dari setiap pelatihan yang akan

dilakukan.

2. Setelah melakukan penilaian, proses pelatihan yang kedua adalah

perancangan yang terdiri dari pemilihan metode pelatihan dan isi

pelatihan. Pada tahap ini menentukan metode dan isi pelatihan seperti

apa yang akan diadakan dan disesuaikan dengan analisis penilaian

kebutuhan.

3. Selanjutnya proses yang ketiga adalah penyampaian yang terdiri dari

jadwal, pelaksanaan dan pemantauan pelatihan. Tahap ini merupakan

rangkaian kegiatan pelaksanaan program pelatihan yang sesuai dengan

hasil perancangan dan ada pemantauan terhadap jalannya pelatihan.

4. Proses pelatihan yang terakhir adalah evaluasi yaitu mengukur hasil

pelatihan dan membandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Apakah pelatihan berjalan dengan sukses dan sesuai tujuan yang ingin

dicapai atau tidak.

5
1.4 Tujuan pelatihan
1. Untuk meningkatkan keterampilan para karyawan sesuai dengan
perubahan teknologi.
2. Untuk meningkatkan produktivitas kerja organisasi.
3. Untuk mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru agar menjadi
kompeten.
4. Untuk membantu masalah operasional.
5. Memberi wawasan kepada para karyawan untuk lebih mengenal
organisasinya.
6. Meningkatkan kemampuan peserta latihan mengerjakan tugasnya yang
sekarang.
7. Kemampuan menumbuhkan sikap empati dan melihat sesuatu dari
“kacamata” orang lain.
8. Meningkatkan kemampuan menginterpretasikan data dan daya nalar para
karyawan.
9. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan para karyawan dalam
menganalisis suatu permasalahan serta pengambilan keputusan.

1.5 Definisi Laboratory Training

Model Laboratory training system adalah sebuah metode yang bertujuan


untuk meningkatkan kesadaran, perubahan, perilaku, dan kebiasaan baru untuk
menjadi seorang manajer profesional. Untuk menjadi seorang manajer yang
profesional, seseorang harus memiliki beberapa persyaratan khusus. Menurut G.R
Terry dalam Hasibuan (2003) dalam Rahmawati (2005), mengemukakan bahwa
seseorang harus memiliki personal motivation, stabilitas emosi, keterampilan
komunikasi, keterampilan sosial, dan keterampilan manajerial.

Melalui metode ini, seseorang dapat meningkatkan kesadaran tentang


perasaan mereka dan perasaan orang lain (intrapersonal), kemampuan
berkomunikasi dengan orang lain (interpersonal), perbedaan pokok dalam
kebutuhan kelompok (Group Dinamic), tujuan dan cara pendekatan (Self
Direction) untuk memecahkan suatu masalah. Implementasi dari laboratory

6
training system diharapkan dapat meningkatkan kemampuan manajerial
(conseptual skill, social skill, stabilitas emosi, dan personal motivation) serta
kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris mahasiswa.

Implementasi dari metode pembelajaran laboratory training system terbagi


menjadi beberapa fase pokok. (Bruce Joice dan Marsha Weil :1986 dalam
Rahamawati:2005).

1. Group building yaitu pembentukan kelompok belajar yang tugas


pertamanya adalah pengenalan diri sendiri dan anggota kelompok
lainnya sebagai langkah awal program training yang kolaboratif.
2. Teory Session yaitu mempersiapkan teori pendukung yang akan dipakai
oleh kelompok belajar sebagai pedoman dalam menyelesaikan masalah-
masalah kelompok. Dalam fase ini ditetapkan tujuan pembelajaran
bersama, aturan main dalam pembelajaran, tugas individu dan tugas
kelompok.
3. Focused exercises yaitu menyelesaikan tugas-tugas individu maupun
dalam bentuk kelompok. Setiap mahasiswa diperkenankan berpindah
pindah tempat duduk untuk berdiskusi, negosiasi dan berkonsultasi
dengan dosen pembimbing.
4. Experimentation with a common real life problem yaitu mahasiswa
berkelompok mencari masalah yang terjadi di lapangan berkaitan dengan
mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia dan mencari pemecahan
masalah dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya.

1.6 Strategi Pembelajaran Laboratory Training

Menurut Dryden dalam Made Wena , mengatakan bahwa strategi


pembelajaran bentuk kelompok laboratory training (pelatihan laboratorium) ini
akan dapat merangsang siswa menjadi aktif untuk terlibat dalam proses
pembelajaran. Hal tersebut sangat dimungkinkan karena metode atau strategi
pembelajaran ini menekankan siswa pada percobaan-percobaan secara langsung.
Selain itu siswa diajak untuk memahami teori dengan cara melakukan/merasakan
langsung dan secara pribadi. Dengan mengalami secara langsung maka siswa

7
diajarkan untuk dapat berpikir secara lebih kritis. Sehingga pemahaman siswa
terhadap pelajaran akan semakin kompleks, yaitu mereka mendapatkan ilmu
pengetahuan, mereka mendapatkan rasa senang, dan mereka juga dapat
menerapkannya secara langsung di lapangan.

Adapun langkah-langkah pembelajaran strategi laboratory training ini,


adalah:

a) Pembentukan kelompok

1.Mengatur pembentukan kelompok siswa

2. Pembagian lembar kerja pada masing-masing kelompok siswa

b) Penyampaian teori

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran

2. Menyampaikan materi

3. Membimbing diskusi dan tanya jawab antarsiswa, dan memberikan


balikan

c) Pemberian tugas

1. Membimbing kelompok siswa menyelesaikan tugas

2. Memberi balikan/masukan terhadap pekerjaan siswa

d) Praktik

1. Memberi tugas yang sesuai dengan kenyataan

2. Membimbing kelompok siswa menyelesaikan tugas

3. Memberi balikan/masukan terhadap pekerjaan siswa.

Menurut Joice and Weil, Strategi pembelajaran pelatihan laboratorium


memiliki dua prinsip utama, yaitu sebagai berikut:

8
1. Kerja Kelompok, mengacu pada prinsip ini, kegiatan belajar harus
dilakukan dalam bentuk kelompok-kelompok. Melalui kelompok-
kelompok belajar, siswa diharapakan dapat saling bertukarpikiran
antaranggota kelompok. Dalam hal ini siswa dapat diharapkan dapat
belajar dari temannya dan juga dapat mengajari temannya. Menurut Joice
dan Weil kerja kelompok merupakan inti dari stategi ini. Demikian pula
menurut Dryden & Vos, bahwa pembelajaran bentuk kelompok akan
dapat merangsang siswa menjadi aktif untuk terlibat dalam proses
pembelajaran.
2. Menekankan pengembangan empat area kepribadian, yaitu Intrapersonal,
interpersonal, dinamisasi kelompok dan pengarahan diri. Kemampuan
belajar secara interpersonal dan intrapersonal terfokus pada tumbuhnya
hubungan yang antarsiswa, seperti kemampuan mengatasi konflik,
kemampuan kepemimpinan, kemampuan komunikasi, kemampuan
memberi umpan balik, kemampuan saling memberi dan menerima.
Dengan demikian, kegiatan belajar tersebut akan mengembangkan
keanggotaan dan fungsi kelompok secara lebih efektif (dinamisasi
kelompok). Pada akhirnya dengan tumbuhnya dinamisasi kelompok
dalam belajar, kemampuan pengarahan diri siswa akan semakin
meningkat. Pengarahan diri terkait dengan kemampuan siswa untuk
mampu secara mandiri mengatur kegiatan belajarnya, mampu belajar
dengan menggunakan kemampuan maksimalnya, mampu
mengembangkan kemampuan untuk mendiaknosis suatu masalah yang
muncul. Menurut Gardner, tanpa adanya kemampuan pengarahan diri
siswa, pembelajaran tidak akan bisa bermakna dan tingkat
keberhasilannya rendah. Oleh kerena itu, setiap kegiatan pembelajaran
harus mampu menumbuhkan dan memupuk kemampuan pengaran diri
siswa.
Dengan diterapkannya strategi pembelajaran pelatihan laboratorium,
kemampuan interpersonal, intrapersonal, dinamisasi kelompok, dan pengarahan
diri siswa akan dapat dikembangkan serta dimaksimalkan. Dimana pada
pembelajaran konvensional yang selama ini dilakukan keempat kemampuan

9
tersebut kurang mendapat perhatian, akibatnya tingkat keberhasilan pembelajaran
menjadi rendah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran pelatihan


laboratorium memiliki dua prinsip utama, yaitu kegiatan belajar harus dilakukan
dalam bentuk kelompok-kelompok. Melalui kelompok-kelompok belajar, siswa
diharapkan dapat saling bertukarpikiran antaranggota kelompok. Kemampuan
belajar secara interpersonal dan intrapersonal terfokus pada tumbuhnya hubungan
yang antarsiswa, seperti kemampuan mengatasi konflik, kemampuan
kepemimpinan, kemampuan komunikasi, kemampuan member umpan balik,
kemampuan saling memberi dan menerima.

10
BAB II

GAMES PENGEMBANGAN KELOMPOK

2.1 Nama Permainan :

PERSIK MENYALA (Pelatihan ringan dan asyik mengenai penyakit menular)

2.2 Alat dan bahan:

1. 1 bungkus sedotan warna warni


2. 3 buah selotip kecil
3. 3 buah gunting
4. 15 buah kertas puzzle (1 puzzle 5 kertas)
5. 3 buah spidol
6. 6 lembar kertas HVS
7. 1 buah mangkuk/kotak/box
8. 6 Papan dada

2.3 Aturan dalam permainan :

1. Dinamika Kelompok (Pos 1)


Tujuan : Melatih ketelitian dan pemahaman peserta pelatihan terhadap
kata-kata yang disampaikan
Tempat : Indoor
Waktu : ± 5 menit
Jumlah : 1 kelompok 7 orang, jadi 3 kelompok 21 orang
Alat dan Bahan
1. Mangkuk/kotak/box
2. Sedotan
3. Kertas bertuliskan petunjuk
Aturan Permainan
1. Peserta pelatihan dibagi menjadi 3 kelompok dengan 1 kelompok
berisikan 7 orang.
2. Peserta menghadap ke arah Pos 2.

11
3. Peserta menunggu aba-aba dari instruktur untuk mengatur barisan. Barisan
lurus dan aba-aba mengisyaratkan untuk baris urut mulai dari bulan lahir
Januari hingga Desember.
4. 1 orang dari 7 peserta tersebut yang terletak paling ujung menghadap ke
arah sebaliknya dan mengambil salah satu petunjuk yang sudah disediakan
oleh panitia. Petunjuk digulung dan dimasukkan ke dalam sedotan yang
sudah dipotong kecil. Petunjuk berisikan kata-kata yang mengarah ke
permainan di pos 2.
5. Kata-kata disampaikan melalui komuni-kata dari 1 orang yang memegang
petunjuk tersebut ke 6 orang lain yang ada di depannya secara berurutan
dengan cara membisikkan kata-kata tersebut.
6. Jika kata-kata sudah difahami dan dimengerti maknanya oleh orang
terakhir dalam barisan ini, maka orang terakhir menyampaikan kata-kata
tersebut ke peserta-peserta di pos 2

2. Menyusun Sedotan Menyerupai sebuah bentuk (Pos 2)


Tujuan : Melatih ketelitian antar individu, kerjasama antar individu dalam
kelompok,
dan kekompakan
Tempat : Indoor
Waktu : ± 15 menit
Jumlah : 1 kelompok 5 orang, jadi 3 kelompok 15 orang
Alat dan Bahan
1. Sedotan
2. Sebuah lidi per kelompok
3. Kertas berisikan petunjuk gambar
4. Isolasi kecil bening per kelompok
5. Sebuah Gunting per kelompok
Aturan Permainan
1. Peserta mendapatkan petunjuk bentuk yang akan dibuat dari pos 1
2. Didalam sedotan-sedotan tersebut terdapat 5 kertas yang merupakan
sebuah petunjuk untuk digunakan di pos 3. Peserta mengambil kertas-

12
kertas terbut menggunakan sebuah lidi yang sudah disiapkan oleh
instruktur permainan
3. Setelah kelima kertas petunjuk tersebut ditemukan, kertas-kertas tersebut
tidak boleh diserahkan ke pos 3 sebelum bentuk yang disusun
menggunakan sedotan selesai
4. Peserta diharapkan untuk menyusun sedotan menyerupai sebuah bentuk
sesuai petunjuk dengan bantuan isolasi kecil bening dan sebuah gunting
5. Setelah sedotan sudah selesai disusun, instruktur mengkonfirmasi apakah
bentuk yang dibuat benar atau salah, jika benar maka pentunjuk dapat
diserahkan ke pos 3

3. Menyusun dan Memperagakan (Pos 3)


Tujuan : Mengasah kreativitas peserta
Tempat : Indoor
Waktu : ± 10 menit
Jumlah : 1 kelompok 5 orang, jadi 3 kelompok 15 orang
Alat dan Bahan
1. 5 kertas berisikan gambar mengenai siklus penyakit dari pos 2
2. 3 kertas HVS
Aturan Permainan
1. Peserta menerima 5 kertas gambar dari pos 2
2. Peserta menyusun gambar-gambar tersebut dengan benar dan ditempel di
atas kertas HVS
3. Peserta memastikan susunan gambar dengan urutan yang benar
4. Peserta memperagakan susunan gambar terebut dihadapan peserta dalam
pos 4
5. Gerakan yang diperagakan bebas menurut pemikiran peserta namun tidak
boleh diucapkan atau tidak boleh dibicarakan

4. Menebak Gerakan (Pos 4)


Tujuan : Mengasah kepekaan peserta
Tempat : Indoor

13
Waktu : ± 10 menit
Jumlah : 1 kelompok 6 orang, jadi 3 kelompok 18 orang
Alat dan Bahan
1. Kertas HVS
2. Spidol
Aturan Permainan
1. Peserta dalam pos 3 dan 4 saling berhadap-hadapan
2. Peserta menebak gerakan yang diperagakan oleh peserta di pos 3
3. Setelah menebak kata-kata dengan benar, peserta menuliskan kata-kata
tersebut dalam HVS
4. Instruktur permainan mengkonfirmasi apakah kata-kata yang disusun
merupakan jawaban yang benar atau tidak

2.4 Rincian Dana

Harga
No. Kebutuhan Jumlah Unit Jumlah Harga
Satuan

1. Snack 3 @5.000 Rp 15.000,00

2. Sedotan 2 @4.000 Rp 8.000,00

3. Isolasi plastik 3 @1.000 Rp 3.000,00

TOTAL Rp 26.000,00

14
BAB III

RELEVANSI GAMES DENGAN TEORI

1. Relevansi games yang berada pada pos ketiga mengenai menyusun gambar
dan memperagakan kegiatan yang terdapat pada gambar dengan teori
adalah games ini menggunakan jenis pelatihan yang ke enam, yaitu case
study dimana peserta pelatihan dihadapkan oleh suatu masalah yaitu
menyusun gambar menjadi suatu siklus riwayat penyakit yang benar dan
memikirkan bagaimana cara untuk memperagakan kepada teman yang
berada di pos selanjutnya. Apabila kelompok saling bekerjasama dan
mengatur strategi yang tepat, maka masalah akan lebih cepat terselesaikan
2. Games ke empat merupakan aplikasi jenis pelatihan Off The Job Training
yang ke sembilan yaitu Laboratory Training, dimana anggota kelompok
di pos 4 diminta untuk menjalankan tanggung jawabnya yaitu menebak
penyakit apa yang dimaksud oleh anggota kelompok di pos 3. Namun
bukan sekedar menjalankan tanggung jawab dan asal menebak, anggota
kelompok pada pos ini diminta untuk sensitif atau memahami setiap
gerakan yang diberikan oleh anggota kelompok di pos 3 agar terjadi
kesamaan persepsi antar kelompok
3. Kemudian sesuai dengan tujuan dari pelatihan, keempat jenis games yang
dilaksanakan dalam kelompok memiliki tujuan tertentu yaitu supaya
peserta dapat menyelesaikan suatu permasalahan lebih mudah, menghargai
pendapat orang lain, meningkatkan daya nalar peserta karena ketika suatu
individu berbicara dengan orang lain, maka individu tersebut akan
mendapatkan banyak sekali ilmu yang nantinya dapat digunakan kembali
jika dibutuhkan.

15
BAB IV

KESIMPULAN

Laboratory training system adalah sebuah metode yang bertujuan untuk


meningkatkan kesadaran, perubahan, perilaku, dan kebiasaan baru untuk menjadi
seorang manajer profesional. Strategi pembelajaran bentuk kelompok laboratory
training (pelatihan laboratorium) ini akan dapat merangsang siswa menjadi aktif
untuk terlibat dalam proses pembelajaran. Hal tersebut sangat dimungkinkan
karena metode atau strategi pembelajaran ini menekankan siswa pada percobaan-
percobaan secara langsung. Selain itu siswa diajak untuk memahami teori dengan
cara melakukan/merasakan langsung dan secara pribadi. Dengan mengalami
secara langsung maka siswa diajarkan untuk dapat berpikir secara lebih kritis.
Strategi pembelajaran pelatihan laboratorium memiliki dua prinsip utama, yaitu
kegiatan belajar harus dilakukan dalam bentuk kelompok-kelompok. Melalui
kelompok-kelompok belajar, siswa diharapkan dapat saling bertukarpikiran
antaranggota kelompok. Kemampuan belajar secara interpersonal dan
intrapersonal terfokus pada tumbuhnya hubungan yang antarsiswa, seperti
kemampuan mengatasi konflik, kemampuan kepemimpinan, kemampuan
komunikasi, kemampuan member umpan balik, kemampuan saling memberi dan
menerima.

16
DAFTAR PUSTAKA

Lodjo, Fernando Stefanus. 2013..Pengaruh Pelatihan, Pemberdayaan dan Efikasi


Diri terhadap Kepuasan Kerja. Jurnal EMBA Volume 1 nomor 3 Tahun 2013.
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=108856&val=1025&title=PENGARUH%20PELATIHAN,
%20PEMBERDAYAAN%20DAN%20EFIKASI%20DIRI%20TERHADAP
%20KEPUASAN%20KERJA. [online] Dikutip tanggal 5 November 2015.
Sriyono, dan Farida Lestari. 2013. Pengaruh Teamwork, Kepuasan Kerja, dan
Loyalitas terhadap Produktivitas pada Perusahaan Jasa.
Http://Ekonomi.Umsida.Ac.Id/Tinymcpuk/Gambar/File/Ekonomi/Proceeding/1
2%20-%20paper%20sriyono.Pdf. [online] Dikutip tanggal 5 November 2015.
Masnida. 2013. Penerapan Strategi Pembelajaran Laboratory Training untuk
Meningkatan Aktivitas Belajar Siswa. http://repository.uin-
suska.ac.id/6643/1/2013_2013479PGMI.pdf. [online] Dikutip tanggal 22
November 2015.
Rahmawati, Putu Indah. 2005. Implementasi Model Laboratory Training System
pada Perkuliahan Manajemen Sumber Daya Manusia (pada Mahasiswa
Semester 3 Manajemen Perhotelan IKIP Negeri Singaraja). Jurnal Pendidikan
dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja No 1 Tahun XXXVIII Januari 2005.
http://pasca.undiksha.ac.id/images/img_item/539.doc. [online] Dikutip tanggal
22 November 2015.

17

Anda mungkin juga menyukai