Anda di halaman 1dari 19

BAB II

KERANGKA KONSEP

A. SECTIO CAESAREA

1. Pengertian

Terdapat beberapa pencetus sectio caesarea antara lain :

1) Sectio caesarea Merupakan prosedur bedah untuk pelahiran janin dengan insisi

melalui abdomen dan uterus (Liu, 2007, hal .227).

2) Sectio caesarea Adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui

suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam

keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Sarwono, 2005, hal. 133).

3) Sectio caesarea Adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan

sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu (laparotomi)

dan uterus (hiskotomi) untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih (Dewi Y, 2007,

hal. 1-2). Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa sectio caesarea adalah

suatu tindakan operasi yang bertujuan untuk melahirkan bayi dengan jalan

pembukaan dinding perut

2. Klasifikasi

Sectio Caesarea Ada dua jenis sayatan operasi yang dikenal yaitu :

1) Sayatan melintang

Sayatan pembedahan dilakukan dibagian bawah rahim (SBR). Sayatan

melintang dimulai dari ujung atau pinggir selangkangan (simphysisis) di atas batas

rambut kemaluan sepanjang sekitar 10-14 cm. keuntunganya adalah parut pada

rahim kuat sehingga cukup kecil resiko menderita rupture uteri (robek rahim) di

kemudian hari. Hal ini karna pada masa nifas, segmen bawah rahim tidak banyak

6
mengalami kontraksi sehingga luka operasi dapat sembuh lebih sempurna (Kasdu,

2003, hal. 45).

2) Sayatan memanjang (bedah caesar klasik)

Meliputi sebuah pengirisan memanjang dibagian tengah yang memberikan

suatu ruang yang lebih besar untuk mengeluarkan bayi. Namun, jenis ini kini

jarang dilakukan karena jenis ini labil, rentan terhadap komplikasi (Dewi Y, 2007,

hal .4).

3. Indikasi Sectio Caesarea

Para ahli kandungan atau para penyaji perawatan yang lain menganjurkan

sectio caesareaapabila kelahiran melalui vagina mungkin membawa resiko pada ibu

dan janin. Indikasi untuk sectsio caesareaantara lain meliputi:

1) Indikasi Medis Ada 3 faktor penentu dalam proses persalinan yaitu :

1. Power

Yang memungkinkan dilakukan operasi caesar, misalnya daya mengejan

lemah, ibu berpenyakit jantung atau penyakit menahun lain yang

mempengaruhi tenaga.

2. Passanger

Diantaranya, anak terlalu besar, anak “mahal” dengan kelainan letak lintang,

primi gravida diatas 35 tahun dengan letak sungsang, anak tertekan terlalu

lama pada pintu atas panggul, dan anak menderita fetal distress syndrome

(denyut jantung janin kacau dan melemah).

3. Passage

Kelainan ini merupakan panggul sempit, trauma persalinan serius pada jalan

lahir atau pada anak, adanya infeksi pada jalan lahir yang diduga bisa menular

ke anak, umpamanya herpes kelamin (herpes genitalis), condyloma lota

7
(kondiloma sifilitik yang lebar dan pipih),condyloma acuminata(penyakit

infeksi yang menimbulkan massa mirip kembang kol di kulit luar kelamin

wanita), hepatit is B dan hepatit is C.(Dewi Y, 2007, hal. 11-12)

2) Indikasi berasal dari Ibu

a) Usia

Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun, memiliki

resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi pada wanita dengan usia 40 tahun

ke atas. Pada usia ini, biasanya seseorang memiliki penyakit yang beresiko,

misalnya tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis, dan

preeklamsia. Eklampsia (keracunan kehamilan) dapat menyebabkan ibu

kejang sehingga dokter memutuskan persalinan dengan sectio caesarea.

b) Tulang Panggul

Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak

sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak

melahirkan secara alami. Tulang panggul sangat menentukan mulus tidaknya

proses persalinan.

c) Persalinan Sebelumnya dengan sectio caesarea

Sebenarnya, persalinan melalui bedah caesar tidak mempengaruhi persalinan

selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak. Apabila memang ada

indikasi yang mengharuskan dilakukanya tindakan pembedahan, seperti bayi

terlalu besar, panggul terlalu sempit, atau jalan lahir yang tidak mau membuka,

operasi bisa saja dilakukan.

8
d) Faktor Hambatan Jalan Lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang kaku

sehingga tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan

bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit bernafas.

e) Kelainan Kontraksi Rahim

Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate uterine

action) atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar pada

proses persalinan, menyebabkan kepala bayi tidak terdorong, tidak dapat

melewati jalan lahir dengan lancar.

f) Ketuban Pecah Dini

Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat menyebabkan

bayi harus segera dilahirkan. Kondisi ini membuat air ketuban merembes ke

luar sehingga tinggal sedikit atau habis. Air ketuban(amnion)adalah cairan

yang mengelilingi janin dalam rahim.

g) Rasa Takut Kesakitan

Umumnya, seorang wanita yang melahirkan secara alami akan

mengalami proses rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit di

pinggang dan pangkal paha yang semakinkuat dan “menggigit”. Kondisi

tersebut karena keadaan yang pernah atau baru melahirkan merasa ketakutan,

khawatir, dan cemas menjalaninya. Hal ini bisa karena alasan secara

psikologis tidak tahan melahirkan dengan sakit. Kecemasan yang berlebihan

juga akan mengambat proses persalinan alami yang berlangsung. (Kasdu,

2003, hal. 21-26)

9
3) Indikasi berasal dari Janin

a. Ancaman Gawat Janin (fetal distress)

Detak jantung janin melambat, normalnya detak jantung janin berkisar

120-160. Namun dengan CTG (cardiotography) detak jantung janin melemah,

lakukan segera sectio caesareasegara untuk menyelematkan janin.

b. Bayi Besar (makrosemia) (Cendika, dkk. 2007, hal. 126).Universitas Sumatera

Utara)

c. Letak Sungsang

Letak yang demikian dapat menyebabkan poros janin tidak sesuai

dengan arah jalan lahir. Pada keadaan ini, letak kepala pada posisi yang satu

dan bokong pada posisi yang lain.

a. Faktor Plasenta .

1. Plasenta previa

Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi sebagian atau selruh

jalan lahir.

2. Plasenta lepas (Solution placenta)

Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih cepat dari

dinding rahim sebelum waktunya. Persalinan dengan operasi dilakukan untuk

menolong janin segera lahir sebelum ia mengalami kekurangan oksigen atau

keracunan air ketuban.

3. Plasentaaccreta

Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim. Pada umumnya

dialami ibu yang mengalami persalinan yang berulang kali, ibu berusia

rawan untuk hamil (di atas 35 tahun), dan ibu yang pernah operasi

(operasinya meninggalkan bekas yang menyebabkan menempelnya plasenta.

10
b. Kelainan Tali Pusat

1. Prolapsus tali pusat(tali pusat menumbung)

Keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat. Pada keadaan ini,

tali pusat berada di depan atau di samping atau tali pusat sudah berada di

jalan lahir sebelum bayi.

2. Terlilit tali pusat

Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya. Selama tali pusat

tidak terjepit atau terpelintir maka aliran oksigen dan nutrisi dari plasenta ke

tubuh janin tetap aman.(Kasdu, 2003, hal. 13-18).

4. Prosedur Tindakan Sectio Caesarea

a. Izin Keluarga, Pihak rumah sakit memberikan surat yang harus ditanda tangani

oleh keluarga, yang isinya izin pelaksanaan operasi.

b. Pembiusan, Pembiusan dilkakukan dengan bius epidural atau spinal. Dengan cara

ini ibu akan tetap sadar tetapi ibu tidak dapat melihat proses operasi karena

terhalang tirai.

c. Disterilkan Bagian perut yang akan dibedah, disterilkan sehingga diharapkan tidak

ada bakteri yang masuk selama operasi.

d. Pemasangan Alat, Alat-alat pendukung seperti infus dan kateter dipasangkan.

macam peralatan yang dipasang disesuaikan dengan kondisi ibu.

e. Pembedahan, Setelah semua siap, dokter akan melakukan sayatan demi sayatan

sampai mencapai rahim dan kemudian selaput ketuban dipecahkan. Selanjutnya

dokter akan mengangkat bayi berdasarkan letaknya.

f. Mengambil Plasenta, Setelah bayi lahir, selanjutnya dokter akan mengambil

plasenta.

11
g. Menjahit Langkah terakhir adalah menjahit sayatan selapis demi selapis sehingga

tetutup semua. (Juditha, dkk, 2009, hal. 90-91)

5. Fase Pembedahan

Ada tiga fase dalam tahap pembedahan, yaitu : a) Fase praoperatifdimulai

ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhirketika pasien dikirim ke

meja operasi. b) Fase intraoperatifdimulai ketika pasien masuk atau dipindah

kebagian atau departemen bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang

pemulihan. c) Fase pascaoperatifdimulai dengan masuknya pasien ke ruang

pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau rumah

(Bare,et all, 2002, hal. 426).

12
B. FETAL DISTRESS

1. Pengertian

Fetal Distress (Gawat janin) adalah gangguan pada janin dapat terjadi pada

masa antepartum atau intrapartum. Kegawatan janin antepartum menjadi nyata dalam

bentuk retardasi pertumbuhan intrauterin. Hipoksia janin peningkatan tahanan

vaskular pada pembuluh darah janin. (Nelson, Ilmu Kesehatan Anak)

Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima Oksigen cukup, sehingga

mengalami hipoksia. (Abdul Bari Saifuddin dkk.2002 ). Secara luas istilah gawat

janin telah banyak dipergunakan, tapi didefinisi istilah ini sangat miskin. Istilah ini

biasanya menandakan kekhawatiran obstetric tentang obstetric tentang keadaan janin,

yang kemudian berakhir dengan seksio secarea atau persalinan buatan lainnya.

Keadaan janin biasanya dinilai dengan menghitung denyut jantung janin (DJJ). Dan

memeriksa kemungkinan adanya mekonium didalam cairan amniom. Sering dianggap

DJJ yang abnormal, terutama bila ditemukan mekonium, menandakan hipoksia dan

asidosis. Akan tetapi, hal tersebut sering kali tidak benarkan . Misalnya, takikardi

janin dapat disebabkan bukan hanya oleh hipoksia dan asidosis, tapi juga oleh

hipotemia, sekunder dari infeksi intra uterin.

Keadaan tersebut biasanya tidak berhubungan dengan hipoksia janin atau

asidosis.sebaliknya, bila DJJ normal, adanya mekonium dalam cairan amnion tidak

berkaitan dengan meningkatnya insidensi asidosis janin. Untuk kepentingan klinik

perlu ditetapkan criteria apa yang dimaksud dengan gawat janin. Disebut gawat janin

bila ditemukan bila denyut jantung janin diatas 160 / menit atau dibawah 100 / menit,

denyut jantung tidak teratur , atau keluarnya mekonium yang kental pada awal

persalinan.

13
2. Klasifikasi

Jenis gawat janin yaitu :

a. Gawat janin yang terjadi secara ilmiah

1) Gawat janin iatrogenic

Gawat janin iatrogenik adalah gawat janin yang timbul akibat tindakan medik

atau kelalaian penolong. Resiko dari praktek yang dilakukan telah

mengungkapkan patofisiologi gawat janin iatrogenik akibat dari pengalaman

pemantauan jantung janin.

2) Gawat janin sebelum persalinan :

a. Gawat janin kronik

Dapat timbul setelah periode yang panjang selama periode antenatal bila

status fisiologi dari ibu-janin-plasenta yang ideal dan normal terganggu.

b. Gawat janin akut

Suatu kejadian bencana yang tiba – tiba mempengaruhi oksigenasijanin.

c. Gawat janin selama persalinan

Menunjukkan hipoksia janin tanpa oksigenasi yang adekuat, denyut

jantung janin kehilangan varibilitas dasarnya dan menunjukkan deselerasi

lanjut pada kontraksi uterus. Bila hipoksia menetap, glikolisis anaerob

menghasilkan asam laktat dengan pH janin yang menurun. (Kapita

Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekkologi, 1994 : 211-213)

3. Etiologi

Penyebab dari gawat janin yaitu:

1) Insufisiensi uteroplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam

waktu singkat) :

14
 Aktivitas uterus yang berlebihan, hipertonik uterus, dapat dihubungkan dengan

pemberian oksitosin.

 Hipotensi ibu, anestesi epidural,kompresi vena kava, posisi terlentang.

 Solusio plasenta.

 Plasenta previa dengan pendarahan

2) Insufisiensi uteroplasenter kronik (kurangnya aliran darah uterus plasentadalam

waktu lama) :

- Penyakit hipertensi

- Diabetes mellitus

- Postmaturitas atau imaturitas

3) Kompresi (penekanan) tali pusat

1. Oligihidramnion

2. Prolaps tali pusat

3. Puntiran tali pusat

4) Penurunan kemampuan janin membawa oksigen

1. Anemia berat misalnya isomunisasi , perdarahan fetomaternal

2. Kesejahteraan janin dalm persalinan asfiksia intrapartum dan komplikasi

3. Skor APGAR 0-3 selam > 5 menit

4. Sekuele neorologis neonatal

5. Disfungsi multi organ neonatal

6. PH arteri tali pusat 7,0

15
4. Patofisiologi

Ada beberapa proses atau tahapan terjadinya peristiwa Fetal Distress, antara lain

a. Perubahan pada kehamilan Postterm

Terjadi beberapa perubahan cairan amnion, plasenta dan janin pada kehamilan

postterm. Dengan mengetahui perubahan tersebut sebagai dasar untuk mengelola

persalinan postterm.

b. Perubahan cairan amnion

Terjadi perubahan kualitas dan kuantitas cairan amnion. Jumlah cairan

amnion mencapai puncak pada usia kehamilan 38 minggu sekitar 1000 ml dan

menurun sekitar 800 ml pada 40 minggu. Penurunan jumlah cairan amnion

berlangsung terus menjadi sekitar 480 ml , 250 ml, 160 ml pada usia kehamilan

42 dan 43 minggu.

Penurunan tersebut berhubungan dengan produksi urin janin yang

berkurang. Dilaporkan bahwa aliran darah janin menurun pada kehamilan

postterm dan menyebabkan oligohidramnion.Selain perubahan volume terjadi

pula perubahan komposisi cairan amnion menjadi kental dan keruh. Hal ini

terjadi karena lepasnya vernik kaseosa dan komposisi phosphilipid. Dengan

lepasnya sejumlah lamellar bodies dari paru-paru janin dan perbandingan

Lechitin terhadap Spingomielin menjadi 4 : 1 atau lebih besar. Dengan adanya

pengeluaran mekonium maka cairan amnion menjadi hijau atau kuning.

Evaluasi volume cairan amnion sangat penting. Dilaporkan kematian

perinatal meningkat dengan adanya oligohidramnion yang menyebabkan

kompresi tali pusat. Keadaan ini menyebabkan fetal distress intra partum pada

persalinan postterm.

16
Untuk memperkirakan jumlah cairan amnion dapat di ukur dengan

pemeriksaan ultrasonografi. Metode empat kuadran sangat popular. Dengan

mengukur diameter vertikal dari kantung paling besar pada setiap kuadran. Hasil

penjumlahan 4 kuadran disebut Amniotic Fluid Index ( AFI ). Bila AFI kurang

dari 5 cm indikasi oligrohidramnion. AFI 5 – 10 cm indikasi penurunan volume

cairan amnion. AFI 10 – 15 cm adalah normal. AFI 15 – 20 cm terjadi

peningkatan volume cairan amnion. AFI lebih dari 25 cm indikasi

polihidramnion.

c. Perubahan pada plasenta

Plasenta sebagai perantara untuk suplai makanan dan tempat pertukaran gas

antara maternal dan fetal. Dengan bertambahnya umur kehamilan, maka terjadi

pula perubahan struktur plasenta.

Plasenta pada kehamilan postterm memperlihatkan pengurangan diameter

dan panjang villi chorialis. Perubahan ini secara bersamaan atau di dahului

dengan titik-titik penumpukan kalsium dan membentuk infark putih. Pada

kehamilan atterm terjadi infark 10 % - 25 % sedangkan pada postterm terjadi

60% - 80 %. Timbunan kalsium pada kehamilan postterm meningkat sampai 10

g / 100 g jaringan plasenta kering, sedangkan kehamilan atterm hanya 2 – 3 g /

100 g jaringan plasenta kering.

Secara histology plasenta pada kehamilan postterm meningkatkan infark

plasenta, kalsifikasi, thrombosis intervilosus, deposit fibrin perivillosus,

thrombosis arterial dan endarteritis arterial. Keadaan ini menurunkan fungsi

plasenta sebagai suplai makanan dan pertukaran gas. Hal ini menyebabkan

malnutrisi dan asfiksia.

17
Dengan pemeriksaan ultrasonografi dapat diketahui tingkat kematangan

plasenta. Pada kehamilan postterm terjadi perubahan sebagai berikut :

1. Piring korion : lekukan garis batas piring korion mencapai daerah basal.

2. Jaringan plasenta : berbentuk sirkuler, bebas gema di tengah, berasal dari

satu kotiledon ( ada darah dengan densitas gema tinggi dari proses

kalsifikasi, mungkin memberikan bayangan akustik ) .

3. Lapisan basal : daerah basal dengan gema kuat dan memberikan gambaran

bayangan akustik. Keadaan plasenta ini di kategorikan tingkat 3.

4. Perubahan pada janin

Sekitar 45 % janin yang tidak di lahirkan setelah hari perkiraan lahir,

terus berlanjut tumbuh dalam uterus. Ini terjadi bila plasenta belum

mengalami insufisiensi. Dengan penambahan berat badan setiap minggu

dapat terjadi berat lebih dari 4000 g. keadaan ini sering disebut janin besar.

Pada umur kehamilan 38 – 40 minggu insiden janin besar sekitar 10 % dan

43 minggu sekitar 43 %. Dengan keadaan janin tersebut meningkatkan resiko

persalinan traumatik.

Janin postmatur mengalami penurunan jumlah lemak subkutaneus,

kulit menjadi keriput dan vernik kaseosa hilang. Hal ini menyebabkan kulit

janin berhubungan langsung dengan cairan amnion. Perubahan lain yaitu :

rambut panjang, kuku panjang, warna kulit kehijauan atau kekuningan

karena terpapar mekonium.

18
5. Komplikasi

1. Pada Kehamilan

Gawat janin dapat menyebabkan berakhirnya kehamilan karena pada gawat

janin, maka harus segera dikeluarkan.

2. Pada persalinan

Gawat janin pada persalinan dapat menyebabkan :

a) Persalinan menjadi cepat karena pada gawat janin harus segera

dikeluarkan

b) Persalinan dengan tindakan, seperti ekstraksi cunam, ekstraksi forseps,

vakum ekstraksi, ataupun bahkan dapat diakhiri dengan tindakan sectio

saesarea (SC)

6. Diagnosa

Diagnosis gawat janin saat persalinan didasarkan pada denyut jantung janin

yang abnormal. Diagnosis lebih pasti jika disertai air ketuban hijau dan kental/

sedikit. Gawat janin dapat terjadi dalam persalinan karena partus lama, Infuse

oksitosin, perdarahan, infeksi, insufisiensi plasenta, ibu diabetes, kehamilan pre dan

posterm atau prolapsus tali pusat. Hal ini harus segera dideteksi dan perlu

penanganan segera.

7. Penatalaksanaan

a. Penanganan umum:

1. Pasien dibaringkan miring ke kiri, agar sirkulasi janin dan pembawaan

oksigen dari obu ke janin lebih lancer.

2. Berikan oksigen sebagai antisipasi terjadinya hipoksia janin.

19
3. Hentikan infuse oksitosin jika sedang diberikan infuse oksitosin, karena

dapat mengakibatkan peningkatan kontraksi uterus yang berlanjut dan

meningkat dengan resiko hipoksis janin.

4. Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam, obat-obatan) mulailah

penanganan yang sesuai.

5. Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan denyut jantung janin tetap abnormal

sepanjang paling sedikit 3 kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam untuk

mencari penyebab gawat janin:

1. Bebaskan setiap kompresi tali pusat

2. Perbaiki aliran darah uteroplasenter

Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau kelahiran

segera merupakan indikasi.

Rencana kelahiran (pervaginam atau perabdominam) didasarkan pada

fakjtor-faktor etiologi, kondisi janin, riwayat obstetric pasien dan jalannya

persalinan.

b. Penatalaksanaan Khusus

1. Posisikan ibu dalam keadaan miring sebagai usaha untuk membebaskan

kompresi aortokaval dan memperbaiki aliran darah balik, curah jantung dan

aliran darah uteroplasenter. Perubahan dalam posisi juga dapat membebaskan

kompresi tali pusat.

2. Oksigen diberikan melalui masker muka 6 liter permenit sebagai usaha untuk

meningkatkan pergantian oksigen fetomaternal.

3. Oksigen dihentikan, karena kontraksi uterus akan mengganggu curahan

darah ke ruang intervilli.

20
4. Hipotensi dikoreksi dengan infus intravena dekstrose 5 % berbanding larutan

laktat. Transfusi darah dapat di indikasikan pada syok hemoragik.

5. Pemeriksaan pervaginam menyingkirkan prolaps tali pusat dan menentukan

perjalanan persalinan.

6. Pengisapan mekonium dari jalan napas bayi baru lahir mengurangi risiko

aspirasi mekoneum. Segera setelah kepala bayi lahir, hidung dan mulut

dibersihkan dari mekoneum dengan kateter pengisap. Segera setelah

kelahiran, pita suara harus dilihat dengan laringoskopi langsung sebagai

usaha untuk menyingkirkan mekoneum dengan pipa endotrakeal.

a. Prinsip Umum :

1. Bebaskan setiap kompresi tali pusat

2. Perbaiki aliran darah uteroplasenter

3. Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau kelahiran

segera merupakan indikasi. Rencana kelahiran (pervaginam atau

perabdominam) didasarkan pada faktor-faktor etiologi, kondisi janin,

riwayat obstetric pasien dan jalannya persalinan.

b. Penatalaksanaan Khusus:

1. Posisikan ibu dalam keadaan miring sebagai usaha untuk

membebaskan kompresi aortokaval dan memperbaiki aliran darah

balik, curah jantung dan aliran darah uteroplasenter. Perubahan dalam

posisi juga dapat membebaskan kompresi tali pusat.

2. Oksigen diberikan melalui masker muka 6 liter permenit sebagai

usaha untuk meningkatkan pergantian oksigen fetomaternal.

3. Oksigen dihentikan, karena kontraksi uterus akan mengganggu

curahan darah ke ruang intervilli.

21
4. Hipotensi dikoreksi dengan infus intravena dekstrose 5 % dalam

larutan laktat. Transfusi darah dapat di indikasikan pada syok

hemoragik.

5. Pemeriksaan pervaginam menyingkirkan prolaps tali pusat dan

menentukan perjalanan persalinan.

6. Pengisapan mekonium dari jalan napas bayi baru lahir mengurangi

risiko aspirasi mekoneum. Segera setelah kepala bayi lahir, hidung

dan mulut dibersihkan dari mekoneum dengan kateter pengisap.

Segera setelah kelahiran, pita suara harus dilihat dengan laringoskopi

langsung sebagai usaha untuk menyingkirkan mekoneum dengan pipa

endotrakeal. (Abdul Bari Saifuddin dkk.2002 )

c. Pengelolaan Antepartum

Dalam pengelolan antepartum diperhatikan tentang umur kehamilan.

Menentukan umur kehamilan dapat dengan menghitung dari tanggal

menstruasi terakhir, atau dari hasil pemeriksaan ultrasonografi pada

kehamilan 12-20 minggu. Pemeriksaan ultrasonografi pada kehamilan

postterm tidak akurat untuk menentukan umur kehamilan. Tetapi untuk

menentukan volume cairan amnion (AFI), ukuran janin, malformasi janin

dan tingkat kematangan plasenta.

Untuk menilai kesejahteraan janin dimulai dari umur kehamilan 40

minggu dengan pemeriksaan Non Stess Test (NST). Pemeriksaan ini

untuk menditeksi terjadinya insufisiensi plasenta tetapi tidak adekuat

untuk mendiagnosis oligohidramnion, atau memprediksi trauma janin.

Secara teori pemeriksaan profil biofisik janin lebih baik. Selain NST

juga menilai volume cairan amnion, gerakan nafas janin, tonus janin dan

22
gerakan janin. Pemeriksaan lain yaituOxytocin Challenge Test (OCT)

menilai kesejahteraan janin dengan serangkaian kejadian asidosis,

hipoksia janin dan deselerasi lambat.

Penilaian inidikerjakan pada umur kehamilan 40 dan 41 minggu.

Setelah umur kehamilan 41 minggu pemeriksaan dikerjakan 2 kali

seminggu. Pemeriksaan tersebut juga untuk menentukan. Penulis lain

melaporkan bahwa kematian janin secara bermakna meningkat mulai

umur kehamilan 41 minggu. Oleh karena itu pemeriksaan kesejahteraan

janin dimulai dari umur kehamilan 41 minggu.

Pemeriksaan amniosintesis dapat dikerjakan untuk menentukan adanya

mekonium di dalam cairan amnion. Bila kental maka indikasi janin

segera dilahirkan dan memerlukan amnioinfusion untuk mengencerkan

mekonium.

Dilaporkan 92% wanita hamil 42 minggu mempunyai serviks tidak

matang dengan Bishop score kurang dari 7. Ditemukan 40% dari 3047

wanita dengan kehamilan 41 minggu mempunyai serviks tidak dilatasi.

Sebanyak 800 wanita hamil postterm diinduksi dan dievaluasi di Rumah

Sakit Parkland. Pada wanita dengan serviks tidak dilatasi, dua kali

meningkatkan seksio cesarea karena distosia.

d. Pengelolaan Intrapartum

Persalinan pada kehamilan postterm mempunyai risiko terjadi bahaya

pada janin. Sebelum menentukan jenis pengelolaan harus dipastikan

adakah disporposi kepala panggul, profil biofisik janin baik. Induksi

kehamilan 42 minggu menjadi satu putusan bila serviks belum matang

denganmonitoring janin secara serial. Pilihan persalinan tergantung dari

23
tanda adanya fetal compromise. Bila tidak ada kelainan kehamilan 41

minggu atau lebih dilakukan dua pengelolaan. Pengelolaan tersebut

adalah induksi persalinan dan monitoring janin. Dilakukan pemeriksaan

pola denyut jantung janin.

Selama persalinan dapat terjadi fetal distress yang disebabkan

kompresi tali pusat oleh karena oligohidramnion. Fetal distress dimonitor

dengan memeriksa pola denyut jantung janin. Bila ditemukan variabel

deselerasi, satu atau lebih deselerasi yang panjang maka seksio cesarea

segera dilakukan karena janin dalam bahaya.

Bila cairan amnion kental dan terdapat mekonium maka kemungkinan

terjadi aspirasi sangat besar. Aspirasi mekonium dapat menyebabkan

disfungsi paru berat dan kematian janin. Keadaan ini dapat dikurangi

tetapi tidak dapat menghilangkan dengan penghisapan yang efektif pada

faring setelah kepala lahir dan sebelum dada lahir. Jika didapatkan

mekonium, trakea harus diaspirasi segera mungkin setelah lahir.

Selanjutnya janin memerlukan ventilasi.

24

Anda mungkin juga menyukai

  • Laporan Kasus Ila
    Laporan Kasus Ila
    Dokumen17 halaman
    Laporan Kasus Ila
    Bella Lucia Sanifal
    Belum ada peringkat
  • Attachment
    Attachment
    Dokumen9 halaman
    Attachment
    Bella Lucia Sanifal
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 Ica Fix Banget
    Bab 3 Ica Fix Banget
    Dokumen2 halaman
    Bab 3 Ica Fix Banget
    Bella Lucia Sanifal
    Belum ada peringkat
  • Bab 4 ICA FIX BANGET
    Bab 4 ICA FIX BANGET
    Dokumen9 halaman
    Bab 4 ICA FIX BANGET
    Bella Lucia Sanifal
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Diabetes Gestasional
    Jurnal Diabetes Gestasional
    Dokumen5 halaman
    Jurnal Diabetes Gestasional
    mikhatiar
    100% (1)
  • Kirim
    Kirim
    Dokumen19 halaman
    Kirim
    Bella Lucia Sanifal
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Ica Fix Banget
    Bab 1 Ica Fix Banget
    Dokumen26 halaman
    Bab 1 Ica Fix Banget
    Bella Lucia Sanifal
    Belum ada peringkat
  • Sap Benar
    Sap Benar
    Dokumen7 halaman
    Sap Benar
    Bella Lucia Sanifal
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Ica Fix Banget
    Bab 1 Ica Fix Banget
    Dokumen26 halaman
    Bab 1 Ica Fix Banget
    Bella Lucia Sanifal
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Ica Fix Banget
    Bab 1 Ica Fix Banget
    Dokumen26 halaman
    Bab 1 Ica Fix Banget
    Bella Lucia Sanifal
    Belum ada peringkat
  • Kelengkapan Proposal Fix!!
    Kelengkapan Proposal Fix!!
    Dokumen11 halaman
    Kelengkapan Proposal Fix!!
    Bella Lucia Sanifal
    Belum ada peringkat
  • Kelengkapan Proposal Fix!!
    Kelengkapan Proposal Fix!!
    Dokumen10 halaman
    Kelengkapan Proposal Fix!!
    Bella Lucia Sanifal
    Belum ada peringkat
  • Kelengkapan Proposal Fix!!
    Kelengkapan Proposal Fix!!
    Dokumen11 halaman
    Kelengkapan Proposal Fix!!
    Bella Lucia Sanifal
    Belum ada peringkat
  • Askep Kecil
    Askep Kecil
    Dokumen2 halaman
    Askep Kecil
    Bella Lucia Sanifal
    Belum ada peringkat
  • Analisa Data Gna
    Analisa Data Gna
    Dokumen3 halaman
    Analisa Data Gna
    Bella Lucia Sanifal
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 ICA FIX BANGET
    Bab 1 ICA FIX BANGET
    Dokumen7 halaman
    Bab 1 ICA FIX BANGET
    Bella Lucia Sanifal
    Belum ada peringkat
  • Sap DM Nofeb Fix
    Sap DM Nofeb Fix
    Dokumen22 halaman
    Sap DM Nofeb Fix
    Bella Lucia Sanifal
    Belum ada peringkat
  • Sap DM Nofeb Fix
    Sap DM Nofeb Fix
    Dokumen22 halaman
    Sap DM Nofeb Fix
    Bella Lucia Sanifal
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Diare
    Laporan Pendahuluan Diare
    Dokumen19 halaman
    Laporan Pendahuluan Diare
    Bella Lucia Sanifal
    Belum ada peringkat
  • Seminar Novi
    Seminar Novi
    Dokumen12 halaman
    Seminar Novi
    Bella Lucia Sanifal
    Belum ada peringkat
  • Sap DM Nofeb Fix
    Sap DM Nofeb Fix
    Dokumen23 halaman
    Sap DM Nofeb Fix
    Bella Lucia Sanifal
    Belum ada peringkat
  • Bab III Gna Lengkap
    Bab III Gna Lengkap
    Dokumen18 halaman
    Bab III Gna Lengkap
    Bella Lucia Sanifal
    Belum ada peringkat
  • Sap DM Nofeb Fix
    Sap DM Nofeb Fix
    Dokumen23 halaman
    Sap DM Nofeb Fix
    Bella Lucia Sanifal
    Belum ada peringkat
  • Seminar Novi
    Seminar Novi
    Dokumen12 halaman
    Seminar Novi
    Bella Lucia Sanifal
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen33 halaman
    Bab I
    Bella Lucia Sanifal
    Belum ada peringkat
  • Soal 1
    Soal 1
    Dokumen6 halaman
    Soal 1
    Bella Lucia Sanifal
    Belum ada peringkat
  • Revisi Bab 1 Yg Mau Diprint Fix
    Revisi Bab 1 Yg Mau Diprint Fix
    Dokumen9 halaman
    Revisi Bab 1 Yg Mau Diprint Fix
    Bella Lucia Sanifal
    Belum ada peringkat
  • Bab III
    Bab III
    Dokumen22 halaman
    Bab III
    Bella Lucia Sanifal
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen25 halaman
    Bab Ii
    Bella Lucia Sanifal
    Belum ada peringkat