BLOK 3.C
MINGGU 1
Dosen Pembimbing :
Aldina Ayunda Insani, S.keb., Bd., M.Keb
Oleh : Kelompok 2 B
BAB 1
PENDAHULUAN
Masa nifas merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka kematian
ibu (AKI) angka kematian bayi (AKB) di Indonesia. Banyak Negara menanggulangi
kematian ibu dan bayi dengan upaya upaya pertolongan di fokuskan pada priode intrapartum.
Upaya ini telah terbukti menyelamatkan lebih dari separuh ibu bersalin dan bayi baru lahir
disertai dengan penyulit proses persalinan atau komplikasi yang mengancam keselamatan
jiwa. Namun tidak semua intervensi yang sesuai bagi suatu negara dengan serta merta
menjalankan dan memberi dampak menguntungkan bila deterapkan di negara lain (Saleha,
2009).
Masa nifas merupakan sebuah fase setelah ibu melahirkan dengan rentang waktu kira-
kira selama 6 minggu. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta keluar sampai alat-
alat kandungan kembali normal seperti sebelum hamil. Selama masa pemulihan tersebut
berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupun psikologis.
Perubahan tersebut sebenarnya sebagian besar bersifat fisiologis (Purwanti, 2012).
Penyebab kematian pada ibu postpartum adalah pada masa pendarahan capaian indikator
penanganan komplikasi kebidanan sebesar 79,13%. Gambaran capaian antar provinsi
menunjukkan Jawa Tengah memiliki persentase tertinggi, diikuti oleh Kalimantan Selatan
dan Jawa Timur. Sedangkan cakupan terendah terdapat di Provinsi Papua sebesar 12,75%,
diikuti oleh Papua Barat sebesar 18,33% dan Sumatera Utara sebesar 30,86%. Pada gambaran
capaian antar provinsi ini dapat diketahui adanya disparitas yang cukup tinggi antara provinsi
dengan capaian tertinggi dan provinsi dengan capaian terendah (Dinkes, 2015)
Lima penyebab kematian ibu terbesar yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan
(HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. Kematian ibu di Indonesia masih didominasi
oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK),
dan infeksi. Namun proporsinya telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi cenderung
mengalami penurunan sedangkan HDK proporsinya semakin meningkat. Lebih dari 25%
kematian ibu di Indonesia pada tahun 2013 disebabkan oleh HDK. sehingga sangat tepat para
tenaga kesehatan
memberikan perhatian yang tinggi pada masa nifas ini. Adanya permasalahan pada ibu akan
berimbas juga kepada kesejahteraan bayi yang dilahirkan karena ibu yang sakit tentu saja
tidak dapat merawat dan menyusui bayinya dengan baik (Purwati, 2012).
Selain adanya pendarahan dampak dari pada Postpartum adalah adanya Postpartum
Blues. Menurut Siti dan Ade, (2013). Postpartum Blues merupakan perwujudan fenomena
psikologis yang dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya atau
ketidakmampuan seorang ibu untuk menghadapi suatu keadaan baru dimana kehadiran
anggota baru dalam pola asuhan bayi dan keluarga. Contonya bayi dan keluarga. Kirakira
80% dari semua pengalaman ibu-ibu postpartum selama waktu setelah persalinan, biasanya
terjadi 3-5 hari postpartum, ketika mereka menangis tanpa tahu alasanya. Keadaan tersebut
berlangsung bisa setiap jam atau kadang-kadang setiap hari. Dapat diatasi dengan cinta
support dan hiburan.
Faktor penyebab timbulnya Postpartum Blues adalah factor hormonal,
ketidaknyamanan fisik, faktor umur dan paritas, pengalaman dalam proses kehamilan serta
persalinan, latar belakang psikososial wanita, dukungan dari lingkunganya (suami, keluarga
dan teman), stress dalam keluarga, stress yang dialami oleh diri sendiri, kelelahan pasca
melahirkan, perubahan peran yang dialami ibu (Suherni dkk 2009).
Angka kejadian Postpartum Blues di Asia cukup tinggi dan bervariasi antara 26-85%,
sedangkan di Indonesia angka kejadian Baby Blues atau Postpartum Blues antara 50-70%
dari wanita pasca persalinan (Wijayati dkk, 2013). Penelitian yang dilakukan Wijayati dkk,
(2013).
Keluarga juga berfungsi sebagai system pendukung bagi anggotanya dan anggota keluarga
memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan
dengan bantuan jika diperlukan (Setiadi, 2012).
Masa postpartum merupakan masa ketika terjadi berbagai perubahan pada wanita
setelah bersalin, baik perubahan fisiologis, psikologis, maupun sosio kultural dan spiritual.
Perubahan fisik dan emosional yang kompleks memerlukan adaptasi untuk menyesuaikan diri
dengan pola hidup setelah proses persalinan dan peran baru wanita menjadi ibu. Hal ini juga
merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga ke
tingkat gangguan jiwa yang berat. Menurut Townsend (2005), gangguan jiwa merupakan
respon maladaptif terhadap stressor dari dalam atau luar lingkungan, yag berhubungan
dengan perasaan dan perilaku yang tidak sejalan dengan budaya/kebiasaan/norma setempat
dan mempengaruhi interaksi sosial individu.
Maternal depressive symptoms merupakan kondisi kelainan psikiatri yang terjadi
pada ibu hamil sampai dengan postpartum. Kondisi ini dibagi menjadi postpartum blues,
postpartum depression dan postpartum psychosis. Perbedaan mendasar ketiga kondisi ini
adalah lama gejala yang dialami oleh ibu postpartum sampai gejala tersebut menghilang.
Gejala yang dialami beragam dan sulit membedakan tahap apa yang sedang terjadi pada ibu.
Belum jelas apakah kelainan tersebut merupakan kelainan yang terpisah antara satu dengan
lainnya, sehingga lebih mudah dipahami seandainya ketiganya dianggap sebagai suatu
kejadian yang berkesinambungan sebagai maternal depressive symptoms (Pearlstein et al.,
2009)
Ibu yang mengalami depressive symptoms cenderung mengabaikan kondisi yang
dialami dan memilih untuk tidak mencari bantuan petugas kesehatan profesional walaupun
sering berkontak dengan pelayanan kesehatan (Pearlstein et al., 2009).
Bahkan lebih dari setengah perempuan tersebut juga tidak meminta bantuan pada teman atau
keluarga. Perempuan cenderung menutupi perasaan (Tezel & Gozum, 2006). Lebih dari 50%
perempuan yang mengalami depresi postpartum tidak tahu bagaimana dan kemana mencari
bantuan untuk mengatasi kondisi yang dialami.
Perempuan yang mengalami depresi mengerti bahwa ada sesuatu yang salah dalam diri
mereka, mayoritas adalah ibu primipara dan ibu yang melahirkan yang anak terakhirnya
berusia di atas 5 tahun sehingga ibu sudah lupa dengan pengalaman sebelumnya, begitu juga
dengan ibu yang melahirkan bayi laki-laki setelah sebelumnya melahirkan bayi perempuan
(Bussel et al., 2009 ; Pillitteri, 2010).
Secara epidemiologis, depresi postpartum dapat terjadi pada semua golongan umur
persalinan dan di berbagai daerah di dunia maupun di Indonesia. Berdasarkan laporan World
Health Organization (WHO) diperkirakan wanita melahirkan yang mengalami depresi
postpartum ringan berkisar 10 per 1000 kelahiran hidup dan depresi postpartum sedang atau
berat berkisar 30 sampai 200 per 1000 kelahiran hidup.
Beberapa penelitian juga mengemukakan bahwa depresi postpartum bervariasi di setiap
daerah penelitian. Hasil penelitian O’Hara dan Swain (1996) menemukan kejadian depresi
postpartum di Belanda sekitar 2%-10%, di Amerika Serikat 8%-26%, di Kanada 50%-70%
dan sekitar 13% wanita primipara mengalami depresi postpartum pada periode tahun pertama
pasca melahirkan. Chen (2000), melaporkan kejadian depresi postpartum ringan sampai berat
di Taiwan sebesar 40%, di berbagai negara dilaporkan bahwa terdapat 50-80 % ibu yang baru
pertama kali melahirkan mengalami depresi postpartum.
Hasil penelitian Alfiben (2000) di RSUP Cipto Mangunkusumo mencatat 33% ibu setelah
melahirkan mengalami depresi postpartum. Hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Serang
mencatat 30% ibu setelah melahirkan mengalami depresi postpartum.
Penelitian terkait kejadian depresi pada ibu postpartum dilakukan Nugroho (2008) di
Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta diperoleh hasil bahwa angka kejadian depresi postpartum
ringan hingga sedang adalah 37,6%.
Faktor penyebab maternal depressive symptoms terdiri dari faktor biologis, karakteristik dan
latar belakang ibu. Kadar hormon estrogen (estradiol dan estriol), progesteron, prolaktin,
kortisol yang meningkat dan menurun terlalu cepat atau terlalu lambat merupakan faktor
biologis yang menyebabkan timbulnya depresi postpartum (Thompson & Fox, 2010).
Semakin besar penurunan kadar estrogen dan progesteron setelah persalinan makin besar
kecenderungan seorang wanita mengalami depresi dalam waktu 10 hari pertama setelah
melahirkan. Hormon estrogen dan progesteron memiliki efek supresi aktifitas enzim
monoamine oxidase yaitu suatu enzim yang bekerja menginaktifasi baik nor adrenalin
maupun serotonin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi. Estradiol dan
estriol merupakan bentuk aktif dari estrogen yang dibentuk oleh plasenta. Estradiol berfungsi
menguatkan fungsi neurotransmitter melalui peningkatan sintesis dan mengurangi pemecahan
serotonin sehingga secara teoritis penurunan kadar estradiol akibat persalinan berperan dalam
menyebabkan depresi pasca persalinan. Faktor penyebab biologis sulit dan jarang diukur
dalam kaitannya dengan maternal depressive symptoms (Thompson &Fox, 2010).
Faktor lain yang mempengaruhi maternal depresive symptoms dijelaskan dalam beberapa
penelitian diantaranya variabel interpersonal (gangguan syaraf, pengalaman hidup yang
buruk), variabel sosial (ketidakpuasan perkawinan, kurang dukungan sosial, status ekonomi)
dan variabel klinis terkait kehamilan (resiko pada kehamilan saat ini, masalah pada
kehamilan sebelumnya) (Bussel et al., 2009). Studi literatur yang dilakukan Beck (2002)
mendapatkan bahwa etiologi dari depresi postpartum tidak konsisten dan meragukan.
Beberapa kelompok telah melakukan penelitian tentang beberapa variabel demografis
yang berhubungan dengan kejadian depresi pasca persalinan yaitu: usia, status pernikahan,
paritas, tingkat pendidikan, dan status sosial ekonomi. Beberapa penelitian menyatakan
hubungan antara faktor demografis tersebut dengan depresi pasca persalinan sangat lemah,
namun suatu review penelitian faktor demografi sebagai risiko terjadinya depresi pasca
persalinan di asia menunjukkan hubungan yang kuat.
Faktor ekonomi, tradisi lokal, jenis kelamin bayi menjadi faktor risiko utama. (Bloch dkk,
2005; Cohen dan Nonacs, 2005; Elvira 2006; Klainin dan Arthur, 2009; Muhdi, 2009; O'Hara
dkk, 1991 cit Gondo, 2010).
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian Depresi Postpartum.
2. Mengetahui Etiologi dan Faktor Risiko Depresi Postpartum.
3. Mengetahui Diagnosis dan Tatalaksana pada Depresi Postpartum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam text book kebidanan yang ditulisnya pada tahun 1981, proses manajemen
kebidanan diselesaikan dalam lima langkah. Namun setelah menggunakan Varney tahun
1997 melihat ada beberapa hal penting yang harus disempurnakan sehingga ditambah dua
langkah lagi untuk menyempurnakan teori lima langkah tersebut. Proses manajemen
kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan dan setiap langkah disempurnakan
secara periodik, proses dimulai dari pengumpulan data dan berakhir dengan evaluasi.
Ketujuh kerangka tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang dapat diaplikasikan
dalam situasi apapun. Adapun langkah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Riwayat kesehatan
2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya
4. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi Pada langkah
ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi klien.
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan
kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data dasar yang telah
dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga ditemukan
masalah atau diagnosis yang spesifik, diagnosis kebidanan yang ditegakkan oleh bidan
dalam lingkup praktek kebidanan yang memenuhi standar nomenklatur (tata nama)
diagnosis kebidanan. Standar nomenklatur tersebut adalah :
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi, langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati
klien, bidan diharapkan bersiap – siap bila diagnosis / masalah potensial ini benar-benar
terjadi.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk penanganan
segera dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi
klien.
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh yang telah ditentukan oleh
langkah – langkah sebelumnya.Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap
diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi apa saja yang sudah teridentifikasidari kondisi klien,
tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap klien tersebut seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan konseling, merujuk klien bila
ada masalah sosial ekonomi kultural atau masalah psikologi, setiap rencana asuhan harus
disetujui olehkedua belah pihak (bidan dan klien) agar dapat dilaksanakan dengan efektif.
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh dari langkah kelima harus
dilaksanakan secara efesien dan aman, pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnyaoleh
bidan atau sebahagian dilakukan oleh bidan dan sebahagian lagi dilakukan oleh pasien.
Langkah 7. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
sebagaimana telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis, rencana tersebut dapat
dianggap efektif bila benar – benar efektif dalam pelaksanaannya.
Dokumentasi adalah catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, dan tim
kesehatan tentang hasil pemeriksaan, prosedur tindakan pengobatan pada pasien,
pendidikan pasien dan respon pasien terhadap semua asuhan yang telah diberikan
(Muslihatun, 2009).Dokumentasi kebidanan adalah bukti pencatatan dan pelaporan
berdasarkan komunikasi tertulis yang akurat dan lengkap yang dimiliki oleh bidan
dalam melakukan asuhan kebidanan dan berguna untuk kepentingan klien, tim
kesehatan, serta kalangan bidan sendiri (Hidayat, 2009).
2. Tujuan Dokumentasi
Adapun tujuan dari dokumentasi kebidanan adalah sebagai sarana komunikasi,sarana
tanggung jawab dan tanggung gugat, informasi statistik, sarana pendidikan, sumber
data penelitian, jaminan kualitas pelayanan kesehatan, sumber data,perencanaan
asuhan kebidanan berkelanjutan.
3. Manfaat Dokumentasi
2. Ditinjau dari aspek hukum, dokumentasi bermanfaat sebagai alat pembuktian yang
sah. Isi sebuah berkas menyangkut adanya jaminan kepastian hukum atas dasar
keadilan dalam rangka menegakkan hukum dan menyediakan bahan bukti selama
proses pengadilan berlangsung.
3. Ditinjau dari aspek pendidikan, suatu berkas catatan bermanfaat untuk mendukung
kegiatan pembelajaran. Isi dari berkas dokumentasi menyangkut data / informasi
tentang kronologis perkembangan pelayanan yang telah diberikan kepada pasien.
6. Ditinjau dari aspek manajemen, catatan yang lengkap dan disimpan dengan baik
menunjukkan adanya manajemen data yang baik juga
c. Paraf atau tanda tangan (dari penolong persalinan) pada semua catatan.
Dokumentasi yang efektif tergantung pada kegiatan pencatatan oleh individu, peran,
perilaku dan kemampuan individu serta hasil dari sebuah pendokumentasian juga
mempengaruhi keefektifan sebuah dokumentasi, asuhan kebidanan merupakan suatu
kegiatan yang saling berangkaian, setiap hari bidan mengenal, menganalisis, merespon
dan mencatatsecara bervariasi kebutuhan pasien, catatan pasien dapat dipengaruhi oleh
pendidikan dan pengalaman praktik bidan serta pengetahuan dan kemampuan bidan
dalam mendokumentasikan asuhan kebidanan (Muslihatun, 2009).
Menurut Carpenito (1991), ada tiga prinsip yang harus diperhatikan dalam sebuah
dokumentasi yaitu, keakuratan data, keringkasan dan kemudahan untuk dibaca.
Ditinjau dari segi tehnik pencatatan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
kegiatan pendokumentasian antara lain :
h. Hindari dokumentasi yang bersifat baku, karena setiap pasien adalah unik
dan mempunyai permasalahan yang berbeda .
i. Hindari penggunaan istilah yang tidak jelas dan pergunakan singkatan yang
sudah biasa dipakai dan dapat diterima .
j. Apabila terjadi kesalahan dalam penulisan maka tulisan yang salah tersebut
jangan dihapus, pada tulisan yang salah, coret satu kali kemudian tulis kata
“salah” diatasnya, serta bubuhkan paraf, selanjutnya tuliskan informasi yang
benar, validitasi data akan berkurang apabila dilakukan penghapusan
informasi
k. Setiap kegiatan dokumentasi cantumkan waktu, tanggal dan jam serta tanda
tangan dan nama terang.
I. Deskripsi Jurnal
A. Komponen Deskripsi Jurnal
1. Pendahuluan
2. Metode penelitian
3. Hasil dan pembahasan
4. Kesimpulan dan saran
2. Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Variabel independen yang
akan diteliti adalah dukungan suami, dan dipengaruhi variabel usia ibu, riwayat
komplikasi, pendapatan suami, dukungan suami, pekerjaan dan problematika
marital. Sedangkan variabel dependen adalah Depresi Postpartum. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin pada bulan Januari sampai dengan
Desember 2018 yang ada di Kabupaten Bogor.
5. Daftar pustaka
Pada jurnal, daftar pustaka yang dipaparkan sangat lengkap dan jelas, jadi
jurnal ini bisa meyakinkan bagi pembacanya
2) Penerapan Cognitif Behavior Therapi (Cbt) Pada Ibu Nifas Sebagai Upaya
Pencegahan Depresi Post Partum Di Kabupaten Klaten
I. Deskripsi Jurnal
A. Komponen Deskripsi Jurnal
1. Pendahuluan
2. Metode penelitian
3. Hasil dan pembahasan
4. Kesimpulan dan saran
4. Kesimpulan penelitian
Hasil uji unpaired t-test diperoleh nilai significancy 0.014, hal ini berarti “ ada
perbedaan mean skor DPP yang bermakna antara kelompok intervensi dan kelompok
kontrol ”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penerapan CBT
terhadap depresi postpartum. Hasil Uji regresi linier di dapatkan persamaan
linieritasnya adalah penerapan CBT = 4,516 + 0,223 KF. Hal ini berarti bahwa
penerapan CBT pada ibu nifas dapat menurunkan skor depresi sebesar 4,516
dibandingkan dengan asuhan nifas tanpa pemberian konseling berbasis CBT.
A. DATA SUBJEKTIF
Tanggal : 30 November 2020
Pukul : 14.00 WIB
Identitas
Nama : Yeni Susanti Nama suami : Jatmiko
Umur : 21 tahun Umur : 30 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Suku : Minang Suku : Minang
Alamat : Padang Alamat : Padang
Keluhan utama : Ibu postpartum 2 minggu yang lalu mengeluh sangat merasa
sedih,tidak ingin melihat apalagi mendekati bayinya,karena lahir bayi perempuan,ibu tidak
nafsu makan,merasa lelah yang berlebihan dan tidak bias tidur.
Riwayat persalinan
Anak lahir tanggal : 16 November 2020 Pukul: 12:30 WIB
Jenis kelamin : Perempuan
Jenis persalinan : Spontan
Pola Kehidupan
a. Eliminasi :
Sebelum melahirkan :
Ibu mengatakan BAB1 kali sehari
Ibu mengatakan BAK 6-8 kali perhari/sesuai jumlah banyak dan warna jernih
Setelah melahirkan :
Ibu mengatakan BAB 2 kali sehari
Ibu mengatakan BAK 3-4 kali sehari,jumlah banyak dan warna jernih
b. Nutrisi :
Sebelum melahirkan :
Ibu makan 3 kali sehari,dengan porsi 1 piring nasi, ½ mangkuk sayur,lauk-
pauk,tempe,tahu,kadang ayam/ikan. Ibu sering minum susu,nafsu makan
ada,minum 6-8 gelas/hari.
Setelah melahirkan :
Ibu makan 2 kali sehari,dengan porsi ½ piring nasi, ¼ mangkuk sayur,lauk-
pauk,tempe,tahu,kadang ikan/ayam. Ibu sering minum susu,nafsu makan
ada,minum 6-8 gelas/hari.
c. Istirahat
Sebelum melahirkan : Ibu mengatakan tidur 7-8 jam/hari
Setelah melahirkan : Ibu mengatakan sulit tidur,tidur 4-5 jam/hari
d. Aktifitas
Sebelum melahirkan : ibu bekerja dengan beraktivitas seperti biasa dengan sendiri
Setelah melahirkan : ibu mengatakan masih perlu bantuan untuk beraktivitas
e. Personal hygiene
Sebelum melahirkan : mandi 2 kali sehari,ganti pakaian 2 kali sehari,cuci rambut 3
kali seminggu.
Setelah melahirkan : mandi 1 kali sehari,ganti pakaian 2 kali sehari,cuci rambut 1
kali seminggu.
Keadaan psikologi : Ibu sedih tidak mau melihat atau merawat bayinya karena bayi
lahir perempuan ibu cemas takut bila suami dan keluarga tidak
menyukai bayinya
B. DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : ibu tampak kusut dan lemah
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital
TD : 100/70 mmHg Nadi : 90 x/menit
Suhu : 36oC RR : 24 x/menit
Pemeriksaan Fisik
Rambut : hitam, pendek dan agak lepek
Wajah : tidak ada oedema dan cloasma gravidarum
Mata :konjungtiva agak pucat, skelera tidak ikterik, tidak ada pembengkakan
Hidung : simetris, bersih, tidak ada peradangan, tidak ada polip, fungsi
penciuman normal
Mulut : kurang bersih, terdapat stomatitis, tidak ada caries, pengecapan baik
Telinga : simetris kanan/kiri, keadaan bersih, pendengaran normal
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugolaris
Dada : simetris kanan dan kiri, gerakan dada saat inspirasi dan ekspirasi
seirama, tidak terdengar ronchi, tidak terdengar wheezing, suara nafas
baik, jantung tidak ada mur-mur.
Payudara : simetris kanan/kiri, puting menonjol, tidak ada benjolan, keadaan
kurang bersih, terjadi pembengkakan
Abdomen : TFU tidak teraba, tidak ada nyeri tekan, terdapat strie albican
Genetalia : genetalia kurang bersih, tidak ada luka heating, lochea alba, tidak ada
oedema dan hemoroid.
Ekstremitas Atas : simetris kanan dan kiri, tidak ada cacat, bebas digerakkan, lengkap,
kurang bersih, kuku pada jari tangan panjangpanjang dan kotor
Ekstremitas Bawah : simetris kanan-kiri, tidak ada cacat, bebas di gerakan, lengkap kurang
bersih, kuku pada jari kaki panjang dan kotor tidak ada varices dan
oedema.
C. ANALISA
1. Diagnosa : Ibu P3A0 post partum 2 minggu dengan depresi post partum Dasar :
Ibu P3A0 post partum tanggal 16 November 2020 pukul 15:45 WIB Ibu
mengatakan sulit tidur, tidak nafsu makan, perasaan tidak berdaya, tidak senang
melihat bayinya, tidak mau mendekati bayinya, tidak ada perhatian terhadap
penampilannya dengan keadaan ibu yang kotor dan lemah.
2. Masalah :
a. Gangguan pemenuhan nutrisi
Dasar :
P3A0 post partum tanggal 16 November 2020 pukul 15:45 WIB
Ibu tidak nafsu makan
Ibu makan 2 kali sehari dengan porsi ½ piring nasi, ¼ mangkuk sayur dan lauk
pauk
b. Gangguan pola istirahat
Dasar :
P3A0 post partum tanggal 16 November 2020 pukul 15:45 WIB
Ibu mengatakan sulit tidur, tidur 4-5 jam/hari
Ibu tidak pernah tidur siang
c. Gangguan personal hygiene Dasar :
Ibu tidak perhatian terhadap dirinya dengan keadaan tubuh yang kotor
Ibu tidak mandi 1x seminggu
Ibu cuci rambut 1 x seminggu
Ibu tidak mau merawat diri
3. Kebutuhan
a. Informasi perawatan bayi sehari-hari
b. Pemenuhan nutrisi ibu nifas
c. Penyuluhan personal hygiene
d. Penanganan depresi post partum
4. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial
a. Potensial terjadi depresi berat Dasar :
Ibu sulit tidur
Ibu merasa sedih
Ibu tidak mau melihat apalagi mendekati bayinya
Ibu tidak ada perhatian terhadap penampilah dirinya
b. Potensial mastitis dan abses Dasar :
Keadaan payudara yang kotor
Air susu yang tidak disusukan pada anaknya
5. Kebutuhan Terhadap Intervensi Dan Kolaborasi Segera
Kolaborasi dengan dokter atau psikiater untuk mendapat terapi
D. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 16 November 2020, Pukul : 15:45 WIB
1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu saat ini bahwa ibu menderita,
depresi post partum yaitu depresi setelah melahirkan yang dipengaruhi oleh keadaan
hormonal, dukungan sosial, emotional relation ship (teman dekat) komunikasi dan
kedekatan, setruktur keluarga, antropologi, perkawinan, demografi, psikososial dan
lingkungan. Ibu mengerti tentang kondisinya saat ini
2. Menjelaskan pada ibu bahwa ibu mengalami depresi karena tidak menghendaki
lahirnya anak perempuan, oleh karena itu beri penjelasan pada ibu bahwa anak
perempuan maupun laki-laki sama saja, karena sama-sama titipan Tuhan. Ibu
mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
3. Membantu ibu memenuhi kebutuhan nutrisi dan personal hygiene dengan cara
menganjurkan ibu untuk makan 3 x sehari dengan menu yang sehat dan bergizi, ibu
bisa makan nasi dengan lauk, seperti tempe, tahu, telor, ikan, atau daging. Ibu
anjurkan banyak makan buah untuk memulihkan keadaan. Ibu bersedia melakukan
anjuran yang diberikan oleh bidan.
4. Mengajarkan ibu tentang perawatan bayi yang benar, mandi lap, dan mandi rendam.
Mengajarkan ibu cara perawatan tali pusat dengan kasa steril, kasa tidak boleh basah
dengan alkohol atau betadin. Alkohol atau betadin hanya dioles dengan cotenbooth.
Ibu mengerti penjelasan yang diberikan.
5. Menganjurkan keluarga dan teman-teman terdekat untuk memberi dukungan untuk
membantu ibu menjalin interaksi dengan anaknya dengan cara menggendong bayinya,
menyusuinya. Ibu mengerti penjelasan yang diberikan.
6. Menjelaskan pada ibu bahwa ada beberapa yang dapat memperberat depresi post
partum antara lain :
Ketidak seimbangan hormon yang semakin meningkat
Lingkungan dan keluarga yang tidak mendukung
7. Semangat ibu untuk sembuh sendiri Dan Mengajarkan cara penanganan depresi post
partum yaitu :
Batasi pengunjung jika kehadiran mereka mengganggu istirahat
Untuk sementara ini hindari konsumsi coklat atau gula berlebihan karena dapat
memicu depresi
Perbanyak mendengar musik favorit agar merasa rileks, disarankan musik-musik
yang menenangkan
Lakukan olahraga atau latihan-latihan ringan
Sesekali berpergianlah agar tidak bosan
Dukungan dari suami dan anggota keluarga lainnya sangat berpengaruh bagi
keadaan psikis ibu
BAB IV
4.1 KESIMPULAN
Depresi postpartum merupakan gangguan mood yang terjadi setelah
melahirkan. Gangguan ini merefleksikan disregulasi psikologikal yang merupakan
tanda dari gejala-gejala depresi mayor (Kusuma, 2017). Depresi postpartum biasanya
dialami oleh ibu setelah 4 minggu melahirkan. Tanda-tanda yang menyertainya adalah
perasaan sedih, menurunnya suasana hati, kehilangan minat dan kegiatan sehari-hari,
peningkatan atau penurunan berat badan secara signifikan, merasa tidak berguna atau
bersalah, kelelahan, penurunan konsentrasi bahkan ide bunuh diri.
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan terdapat lebih darii 50% ibu
yang mengalami depresi postpartum. Banyak factor yang menyebabkannya antara lain
usia ibu, Riwayat komplikasi, pekerjaan ibu, pendapatan suami, dukungan suami serta
problematika material dengan kejadian depresi postpartum pada ibu bersalin. Diantara
factor-faktor yang telah kami sebutkan di atas factor paling dominan yang
menyebabkan depresi postpartum adalah dukungan suami. Kurangnya dukungan yang
didapatkan ibu dari suaminya setelah persalinan menjadi pemicu paling utama
terjadinya derpesi postpartum.
4.2 SARAN
Petugas kesehatan terutama bidan dan perawat yang bekerja di bagian KIA
hendaknya melakukan skrining pada ibu post partum untuk mengetahui ibu memiliki
kecenderungan mengalami depresi post partum atau tidak. Untuk mempersiapkan
fisik dan mental ibu menjelang persalinan terutama pada ibu primigravida diharapkan
memberikan pendidikan kesehatan dan konseling yang telah dilakukan oleh konselor
terlatih sehingga ibu dapat membangun mekanisme koping yang positif. Bagi peneliti
lain yang ingin melanjutkan penelitian ini diharapkan melakukan homogenitas sampel
serta memberikan perlakuan konseling kepada sampel minimal dua kali, yaitu pada
saat ibu hamil dan pada masa post partum.
DAFTAR PUSTAKA
Murwati, Suroso.(2017). Penerapan Cognitif Behavior Therapi (Cbt) Pada Ibu Nifas Sebagai
Upaya Pencegahan Depresi Post Partum Di Kabupaten Klaten. Jurnal Kebidanan Dan
Kesehatan Tradisional, Volume 2, No 2.
Setiawati , Dwi Natalia, Dewi Purnamawati, Nunung Cipta Dainy, Andriyani, dan Rusdi
Effendi.(2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Depresi Postpartum Di
Kabupaten Bogor Tahun 2019. Muhammadiyah Public Health Journal, Volume 1, No 1.
Afiyanti., Yati. (2002). Negotiating Motherhood : The Difficulties and Chalenges of Rural
First-time Mother in Parung , West Java. Makara Kesehatan, vol 6 No 2.
Alfiben , Wiknjosastro, G.H., & Elvira, S.D. (2000). Efektifitas peningkatan dukungan suami
dalam menurunkan terjadinya depresi postpartum. Majalah Obstetric Gynecology Indonesia
(MOGI), 24 (4), 208-214.
Anonim, .(2008). Depresi setelah melahirkan, bagaimana cara mencegah dan mengatasinya.
Atmajaya Medical Education on Reproductive and Addictive. Retrieved from
http://www.tanyadokteranda.com/artik el/2008/07/depresi-setelah-melahirkanbagaimana-
cara-mencegah-danmengatasinya. diunduh tanggal 23 Maret 2010
Lowdermilk, D.L., Perry, S.E., & Bobak, I.M. (2000). Maternity women’s health care. 7th ed.
St. Louis: Mosby.Inc Lynn.,Christine.,E., & Pierre., Cathy., M. (2007).
The Taboo of Motherhood: Postpartum Depression. International Journal for Human Caring,
vol 11, No.2, 22-31