Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 4 C

SKENARIO 1 : Si Bayi Gembul

Tutor : Erda Mutiara Halida, SST., M. Keb

Kelompok :4

Ketua : Lulisa Desrama Tasya (1910331010)

Sekretaris Meja : Viorika Marsafa Putri (1910333011)

Sekretaris Papan : Nur Avivah (1910331001)

Anggota : Etri Wanesti (1910333002)

Nadia Riski Anisa (1910333013)

Etri Wanesti (1910333002)

Nur Avivah (1910331001)

Rike Mahdayanti (1910332004)

Dita Dwi Amanda (1910332007)

Nixy Claudia A (1910332003)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2020/2021
STEP 1 : TERMINOLOGI

1. Manuver Mc. Robert


Posisi setengah duduk dengan hiperfleksi maksimal pada panggul dengan melibatkan
fleksi maksimal kaki ibu sampai menyentuh abdomen
2. Knee Chest
Sebuah sikap tubuh atau gerakan yang biasanya digunakan sebagai terapi apabila adanya
kelainan posisi, presentasi, atau letak pada bayi dalam kandungan.
3. Pervaginam spontan
Suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang sudah cukup bulan,
melalui jalan lahir (pervaginam), dengan kekuatan ibu sendiri atau tanpa bantuan
STEP 2 : Identifikasi Masalah

1. Mengapa dilakukan persalinan dengan manver mc robert


2. Bagaimana cara melakukan persalinan dengan manuver mc robert
3. Mengapa pada ANC bidan menganjurkan knee chest
4. Apa risiko hamil lebih dari 5x dan melahirkan
5. Mengapa bidan menganjurkan klien untuk miring kiri selama proses persiapan rujukan
6. Kenapa DJJ terdengar di atas umbilikus kanan ibu
7. Mengapa ibu mnegalami nyeri ari sampai pinggang
8. Apa penyulit dalam persalinan
9. Apa penyebab distosia
10. Apa faktor penyebab malpresentasi
11. Apa bahaya pada ibu dengan pertambahan BB drastis
12. Penyebab persentasi bokong
13. Apa penyulitan persalinan pervaginam
14. Apa malpresentasi, malposisi pada janin
15. Bagaimana menentukan TBJ
16. Apa tujuan persalian manuver mc robert
STEP 3 : HIPOTESA

1. Manuver ini dilakukan dengan meletakkan kaki dan punggung melakukan fleksi


sehingga paha menempel pada abdomen ibu. Ini digunakan dalam kasus distosia bahu
selama persalinan.
2. Posisi setengah duduk dengan hiperfleksi maksimal pada panggul dengan melibatkan
fleksi maksimal kaki ibu sampai menyentuh abdomen.
Cara melakukan teknik manuver Mc. Robert, yaitu dengan melepaskan kaki dari
penyangga dan melakukan fleksi sehingga paha menempel di abdomen ibu, meskipun
ukuran panggul tidak bias berubah, posisi ini bias membantu dada yang berhimpit.

 Memberikan tekanan pada perut ibu.

 Meminta ibu untuk menekukkan kedua kaki dan mendekatkan lutut ke arah dada.

 Membantu memutar bahu bayi secara manual.

 Melakukan episiotomi untuk memberikan ruang pada bahu

3. Knee chest untuk membantu posisi janin yang letak sungsang


Posisi knee chest berhubungan dengan perubahan posisi kepala janin. Knee chest
merupakan sebuah terapi berupa gerakan sujud

4. Kehamilan lebih dari lima kali dan melahirkan lebih dari tiga kali akan beresiko
mengalami perdarahan pervaginam, dikarenakan rahim ibu yang sering hamil akan
mengurangi kelenturan rahim tersebut. Dapat juga menyebabkan pre eklamsia, prolaps
uteri. Ada perdarahan antepartum, keguguran,IUGR,IUFD, antonia uterus, malpresentasi
5. Posisi miring saat bersalin dapat mempermudah turunnya kepala ke dasar panggul,
meringankan ibu saat proses mengejan, tidak melelahkan, mempersingkat proses
persalinan dan memperlancar sirkulasi peredaran darah ibu ke plasenta sehingga suplai
oksigen ke bayi lebihmaksimal.
6. Pada scenario tersebut diduga posisi bayi letak sunsang dikarenakan DJJ terdengar pada
umbilicus kiri. Pada letak normal berada di kiri atau kanan pusat.
7. Rasa nyeri yang dialami disebabakan karena sendi dan otot yang meregang supaya ibu
lebih siap melakukan persalinan. Selain itu hormo relaksin juga membuat ligament
mengendur yang dapat mempermudah kelahiran bayi.
8. Beberapa penyulit kehamilan :

 Komplikasi persalinan distosia

 Cephalopelvic disproportion

 Prolaps tali pusat

 Komplikasi persalinan janin terlilit tali pusar

 Emboli air ketuban

 Komplikasi persalinan asfiksia perinatal

 Gawat janin (fetal distress)

9. Penyebab distosia adalah dengan melihat hubungan 3P yakni Power (tenaga), Passage


(jalan lahir) dan Passengger (bayi). Power adalah tenaga ibu mendorong bayi keluar. Jika
tenaga ibu kuat, maka persalinan lancar. Sebaliknya, jika tenaga ibu tidak ada, maka akan
sulit melahirkan
10. Presentasi Bokong terjadi disebabkan oleh Paritas,Faktor Ibu,Faktor Janin,Lilitan Tali
Pusat, Kelainan Uterus, Kunjungan ANC yang kurang. Faktor Ibu meliputi Plasenta
Previa dan panggul sempit sedangkan Faktor Janin meliputi Hidrosefalus atau
anensefalus, Gemelli, Hidramnion atau Oligohidramnion dan Prematuritas.Oleh karena
itu Presentasi Bokong memerlukan intervensi dan tindakan yang tepat untuk
meminimalkan terjadinya kematian bayi yaitu dengan cara melaksanakan kunjungan
ANC pada masa kehamilan.
11. Beberapa akibat BB berlebih :

 Preeklampsia ditandai dengan perubahan fisik selama hamil

Ibu hamil yang memiliki kelebihan berat badan atau obesitas cenderung memiliki risiko
mengalami preeklampsia. Perlu Mama ketahui bahwa preeklampsia adalah komplikasi
yang dapat terjadi saat hamil dengan ditandai adanya tekanan darah tinggi dan terdapat
protein dalam urine  (proteinuria) akibat kebocoran ginjal.

 Diabetes gestasional menyebabkan gangguan kesehatan

Diabetes gestasional biasanya akan muncul karena kadar glukosa di dalam tubuh terlalu
tinggi. Selain itu, ibu hamil yang kelebihan berat badan atau obesitas selama kehamilan
dapat meningkatkan risiko terkena diabetes gestasional. Jika tidak ditangani dengan baik,
tak jarang ada yang berlanjut menjadi diabetes tipe 2 di kemudian hari. 

 Mengalami kelahiran prematur akibat kelebihan berat badan

(WHO) pada tahun 2012, ada lebih dari 15 juta bayi di dunia terlahir secara prematur
setiap tahun. Bahkan 60 persen dari kasus tersebut terjadi di Africa dan Asia Selatan,
termasuk Indonesia. Perlu disadari bahwa kelahiran prematur yang seharusnya belum
waktunya ini lebih berisiko terjadi pada ibu hamil dengan berat badan berlebih, sehingga
memicu preeklampsia. 

 Bayi terlahir dengan kelainan bawaan

Komplikasi lain yang bisa terjadi ketika berat badan selama hamil meningkat drastis
dapat menyebabkan bayi terlahir dengan kelainan bawaan. Padahal setiap orangtua
menginginkan anaknya tetap sehat dan terlahir secara sempurna tanpa kekurangan
apapun. 
Bahwa bayi yang lahir dari ibu hamil dengan obesitas dapat berisiko mengalami kelainan
bawaan, mulai dari cacar pada saraf tulang belakang hingga penyakit jantung bawan
 Berpotensi bayi lahir dengan berat badan berlebih

Maksomia atau berat badan berlebih bisa terjadi pada bayi baru lahir karena dipicu oleh
kondisi berat badan ibu hamil yang mengarah ke obesitas. Padahal ukuran bayi yang
terlalu besar dapat meningkatkan risiko cedera selama proses persalinan, seperti tubuh
bayi tersangkut atau mengalami perdarahan.

12. Penyebab Letal Sunsang :

1. Volume air ketuban

Jika air ketuban terlalu banyak (polihidramnion), bayi masih bisa bergerak leluasa dalam
rahim walaupun ukuran tubuhnya sudah cukup besar. Sebaliknya, jika air ketuban terlalu
sedikit (oligohidramnios), bayi akan kesulitan untuk bergerak atau berputar

2. Kehamilan bayi kembar

Meski memiliki bayi kembar menjadi impian banyak orang, mengandung bayi kembar


akan meninggikan risiko sungsang. Hal ini disebabkan ruangan rahim menjadi lebih
sempit karena kehadiran dua (atau lebih) bayi sekaligus. Jika ruangan rahim sempit,
otomatis bayi lebih sulit untuk bergerak.

3. Plasenta previa

Plasenta previa adalah kondisi plasenta atau ari-ari berada di bagian bawah rahim
sehingga menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Posisi plasenta seperti ini akan
membuat kepala bayi sulit mengarah ke jalan lahir.

Ada banyak hal yang meningkatkan risiko seorang ibu mengalami plasenta previa, di
antaranya adalah jika ia memiliki riwayat operasi pada rahim atau jika ia berumur lebih
dari 35 tahun.
4. Adanya kelainan atau komplikasi

Jika ibu hamil memiliki rahim yang berbentuk tidak normal, seperti uterus berbentuk hati
(bicornuate uterus) atau komplikasi lain, seperti fibroid, risiko bayi sungsang menjadi
lebih tinggi dan sulit untuk lahir secara normal.

13. Beberapa penyebab :

 Passage: jalan lahir.


 Passanger: hasil konsepsi (janin dan plasenta)
 Power: kekuatan ibu (his dan tenaga mengejan)
 Psyche: psikologis ibu (kecemasan dan kesiapan menghadapi persalinan)
 Position: posisi ibu saat bersalin.
 Penolong

14. Malpresentasi adalah kondisi di mana bagian anatomi janin yang masuk terlebih dahulu
ke pelvic inlet adalah bagian lain selain vertex. Pada kondisi normal, presentasi janin
yang ditemukan adalah presentasi vertex. Vertex merupakan bagian kepala janin yang
terletak di antara fontanel anterior dan fontanel posterior. Presentasi lain selain vertex
seperti presentasi bokong (sungsang), transverse, muka, dahi, atau compound disebut
sebagai malpresentasi. 

Penyebab malpresentasi janin adalah faktor-faktor yang meningkatkan atau menurunkan


pergerakan janin, serta faktor-faktor yang mempengaruhi polaritas vertikal rongga uterus.
Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari sisi maternal seperti adanya plasenta
previa atau fibroid, dan bisa juga berasal dari janin seperti adanya hidrosefalus atau
anensefalus

15. Ada 2 rumus menetukan TBJ


 1. Mc. Donald
Hasil perhitungan dalam rumus MC Donald ini memang membantu untuk
memastikan perkiraan usia kehamilan. Namun, perhitungan ini belum selalu tepat
sesuai dengan usia prediksi kehamilan. Perlu disadari kalau USG harus tetap
harus dilakukan. 
TBJ (taksiran berat janin dalam gram) = (TFU-12) x 155 gram
 1. Rumus Johnson
TBJ (taksiran berat janin dalam gram) = (TFU (dalam cm) - n) x 155
n = 11 jika kepala bayi belum masuk pintu atas panggul 
n = 12 jika kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul
n diisi dengan angka-angka konstanta yang sudah ditentukan dalam pembuatan
rumus Johnson.

16. Posisi Mc. Robert adalah tehnik pengeluaran bahu pada janin yang tidak bisa dilahirkan
karena bahu anterior janin telah mengalami impaksi terhadap tulang simpisis pubis tetapi
pada proses persalian kala II ibu diposisikan pada posisi ini sebelum janin lahir bertujuan
agar sumbu jalan lahir lebih pendek dan suplai oksigen ke janin lebih maksimal.
STEP 4 : SKEMA

Ny. Rina 28 tahun

G5P3A1H4 UK 37 minggu

Praktek mandiri bidan

Asuhan kebidanan

Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan


obstetri fisik penunjang

TBJ besar malpresentasi Knee chest

Peran
bidan

komplikasi Distosia Tindakan


Mc robert
bahu awal

Rujukan Tindakan lanjutan


STEP 5 : LEARNING OBJECTIVE

Mahasiswa mampu menejelaskan :


1. Definisi distosia bahu ( jenis jenis distosia bahu)
2. Etiologi distosia bahu
3. Patofisiologis distosia bahu
4. Faktor risiko distosia bahu
5. Jenis jenis malpresentasi dan malposisi janin
6. Asuhan kebidanan pada distosia bahu ( penangana awal, tatalaksana dan rujukan )
7. Standar women center care dari persalinan, nifas dan komplikasi
STEP 6 : Belajar Mandiri

1. Defenisi Distosia Faktor janin


 Distosia adalah gangguan persalinan, yang menyebabkan ibu sulit melahirkan. Jika seorang ibu
mengalami distosia, waktu persalinannya akan panjang dan bahkan, ada yang tidak mengalami
kemajuan sama sekali.
 Distosia bahu merupakan kondisi kegawatdaruratan obstetri pada persalinan pervaginam
dimana bahu janin gagal lahir secara spontan setelah lahirnya kepala.
 Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas sacral
promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau bahu tersebut bisa
lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sacrum (tulang ekor). Lebih
mudahnya distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak
dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan.
 Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala
janin di lahirkan. Salah satu kriteria diagnosa distosia bahu adalah bila dalam persalinan
pervaginam untuk melahirkan bahu harus dilakukan maneuver khusus seperti traksi
curam bawah dan episiotomi. (Taufan Nugroho.2012:132)
 Distosia bahu adalahsuatu keadaan diperlukannya tambahan maneuver obsterik oleh
karena dengan tarikan biasa kearah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk
melahirkan bayi (sarwono 2009)
 Distosia bahu adalah suatu keadaan dimana setelah kepala dilahirkan, bahu anterior tidak
dapat lewat di bawah simfisis pubis. Kondisi ini merupakan kegawatdaruratan obstetri
karena bayi dapat meninggal jika tidak segera dilahirkan.Distosia bahu adalah
tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan.
Lahirnya kepala umumnya diikuti dengan lahirnya bahu dalam waktu sekitar 24 detik,
namun jika lebih dari 60 detik tidak terjadi persalinan bahu maka disebut sebagai distosia
bahu (Manuaba, 2007).
 Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan manuver obstetricoleh
karena tarikan biasa kearah belakang pada kepala bayi tidak berhasil unuk melahirkan
bayi. Pada mekanisme persalinan normal, ketika kepala dilahirkan, maka bahu memasuki
panggul dalam posisi oblik. Bahu posterior memasuki panggul lebih dahulu sebelum
bahu anterior. Ketika kepala melakukan paksi luar,bahu posterior berada di cekungan
tulang sacrum atau di sekitar spina iskhiadika, dan memberikan ruang yang cukup bagi
bahu anterior untuk memasuki panggul melalui belakang tulang pubis atau berotasi dari
foramen obturator. Apabila bahu berada dalam posisi antero-posterior ketika hendak
memasuki pintu atas panggul, maka bahu posterior dapat tertahan promotorium dan bahu
anterior tertahan tulang pubis. Dalam keadaan demikian kepala yang sudah dilahirkan
akan tidak dapat melakukan putar paksi luar dan tertahan akibat adanya tarikan yang
terjadi antara bahu posterior dengan kepala yang disebut dengan istilah Turtle
Sign(Sarwono, 2009).
 Distosia bahu merupakan kondisi kegawatdaruratan obstetri pada persalinan pervaginam
dimana bahu janin gagal lahir secara spontan setelah lahirnya kepala.
 Distosia bahu didefinisikan sebagai persalinan presentasi kepala pervaginam yang
membutuhkan manuver obstetrik tambahan untuk melahirkan fetus setelah kepala lahir
dan traksi gagal. Diagnosis objektif dari waktu persalinan kepala-tubuh yang memanjang
dapat ditegakkan apabila lebih dari 60 detik, namun waktu ini juga tidak rutin digunakan.
Distosia bahu terjadi ketika baik bahu fetus anterior atau posterior (jarang), mengalami
impaksi pada simfisis pubis atau promontorium sakral ibu.
1. Klasifikasi Distosia
a) Distosia karena kelainan presentasi
Malpresentasi adalah semua presentasi janin selain vertex sementara malposisi
adalah posisi kepala janin relative terhadap pelvis dengan oksiput sebagai titik referens,
masalah janin yang dalam keadaan malpresentasi dan malposisi kemungkinan
menyebabkan partus lama.
Kelainan letak, persentasi atau posisi
1. Posisi oksipitalis posterior persisten
Yaitu persalinan persentasi belakang kepala
2. Presentasi puncak kepala
Bila defleksinya ringan sehingga UUB merupakan bagian terendah
3. Presentasi Muka
Dimana kepala dalam kedudukan defleksi maksimal sehingga oksiput tertekan
pada punggung.
4. Presentasi Dahi
Kedudukan kepala berada antara fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga
dahi merupakan bagian terendah
5. Letak sungsang
Janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong di bagian
bawah kavum uteri
6. Letak lintang
Sumbu memanjang janin menyilang, sumbu memanjang ibu tegak lurus atau
mendekati 90 derajat
7. Presentasi Ganda
Keadaan dimana disamping kepala janin di dalam rongga panggul dijumpai
tangan, lengan atau kaki, atau keadaan di samping bokong janin dijumpai tangan
b) Distosia Kelainan Tenaga dan / His
1. Inersia uteri atau Hypotonic uterine countraction.
Kontraksi uterus lebih lemah, singkat dan jarang daripada normal.Keadaan umum
biasanya baik, dan rasa nyeri tidak seberapa.
2. His terlampau kuat atau Hypertonic uterine contraction (tetania uteri)
His yang terlalu kuat dan sering menyebabkan persalinan berlangsung singkat
tanpa relaksasi rahim. Hal ini dapat membahayakan bagi ibu karena terjadinya
perlukaan luas pada jalan lahir (dapat menyebabkan ruptura uteri) sedangkan bayi
bisa mengalami perdarahan dalam tengkorak karena mendapat tekanan kuat
dalam waktu singkat.
3. Aksi uterus inkoordinasi atau uncoordinate hypertonic uterine contraction.
Sifat his yang tidak berubah dimana tidak ada koordinasi dan sinkronisasi antara
kontraksi dan bagian-bagiannya.Jadi kontraksi tidak efisien dalam mengadakan
pembukaan, apalagi dalam pengeluaran janin.
c) Distosia karena alat kandungan dan jalan lahir
Meliputi alat kelamin luardan dalam,adapun yang bisa mempengaruhi kemajuan
persalinan dapat dijabarkan sebagi berikut :
a. Pada vulva
1. Edema ditemukan pada persalinan lama yang disebabkan pasien dibiarkan
mengedan terus,jarang mempengaruhi kelangsungan persalinan.
2. Stenosis pada vulva yang diakibatkan oleh radang dapat sembuh dan
meninggalkan jaringan perut sehingga mengalami kesulitan pada kala
pengeluaran sehingga diperlukan episiotomy yang cukup luas.
3. Tumor dalam bentuk neoplasma.
b. Pada vagina
1. Septum vagina yang tidak lengkap menyebabkan kadang-kadang menahan
turunnya kepala janin sehingga harus dipotong dahulu.
2. Stenosis vagina yang tetap kaku menyebabkan halangan untuk lahirnya janin
perlu dipertimbangkan seksio sesaria
3. Tumor vagina menyebabkan rintangan persalinan pervaginam,beresiko
kelancaran persalinan pervaginam.
c. Pada uterus
1. Posisi anterversio uteri (posisi uterus ke depan)pada kala 1 pembukaan kurang
lancar sehingga tenaga his salah arah,ajurkan ibu untuk tidur pada posisi
terlentang.
2. Kelainan uterus seperti uterus sub septus dan uterus arkuatus yang menyebabkan
terjadinya letak lintang dan tidak bisa dikoreksi.biasanya jalannya partus kurang
lancar dan his kurang lancar yang menyebabkan fungsi uterus kurang baik.
d. Kelainan pada ovarium
1. Kista ovarium,jika tempatnya di daerah fundus maka persalinan dapat
berlangsung normal
2. Jika kedudukan kista di pelvis minor,maka dapat menganggu persalinan dan
persalinan diakhiri dengan seksio saesaria.
d) Distosia karena kelainan janin
Klasifikasi :
o Distosia kepala : hydrosefalus (kepala besar,hygromonas koli / tumor leher)
Hydrosefalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinalis
dalam pentrikel otak,sehingga kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-
sutura dan ubun-ubun.cairan yang tertimbun dalam pentrikel biasanya antara 500-
1500 ml,akan tetapi kadang-kadang dapat mencapai 5 liter.hydrosefalus seringkali
disertai kelainan bawaan lain seperti misalnya spinabifida.
o Distosia bahu : bahu janin lebar seperti anak kingkong
o Distosia perut : hydro post fetalis,asites,akardiakus
o Distosia bokong : meningokel,spina bifida dan tumor pada bokong janin
o Kembar siam (double monster)
Terjadi pada janin kembar ,melekat dengan penyatuan janin secara lateral.pada
banyak kasus biasanya terjadi persalinan premature.apabila terjadi kemacetan
dapat dilakukan tindakan vaginal dengan merusak janin atau melakukan section
saesaria.
o Pertumbuhan janin yang berlebihan (janin besar )
o Dikenal dengan makrosomia,atau giant baby adalah bayi dengan berat badan
diatas 4 kilogram.
e) Distosia karena kelainan panggul

2. Etiologi Distosia Faktor Janin


Tiga penyebab utama distosia
Jika tidak ada progres, maka kemungkinan ibu hamil mengalami distosia. Penyebab
distosia adalah dengan melihat hubungan 3P yakni Power (tenaga), Passage (jalan lahir)
dan Passengger (bayi).

1. Power (Tenaga)
Power adalah tenaga ibu mendorong bayi keluar. Jika tenaga ibu kuat, maka persalinan
lancar. Sebaliknya, jika tenaga ibu tidak ada, maka akan sulit melahirkan.

2. Passage (Jalan Lahir)


Passage adalah kondisi jalan lahir yang terdiri dari mulut rahim dan juga ukuran panggul
ibu. Apabila kondisi panggul ibu tidak baik, dan pembukaan tidak lengkap maka bisa
mengalami distosia.

3. Passenger (Bayi)
Passenger adalah bayi. Dalam persalinan, ukuran bayi sangat penting untuk diperhatikan.
Ukuran bayi yang besar (di atas 4 kg) bisa menyebabkan ibu mengalami distosia saat
keluarnya kepala dan macet saat melahirkan bahu. Batas atas berat bayi saat dilahirkan
adalah 3,5 kg atau 3.500 gram

Penyebab distosia dari faktor janin biasanya karena malposisi, malpresentasi, atau
disproporsi kepala panggul (cephal pelvic disproportion / CPD). Janin yang relatif lebih
besar daripada pelvis ibu (fetopelvic disproportion) akan menyebabkan distosia, jadi
malposisi dan malpresentasi janin tidak akan menjadi masalah bila besar bayi tidak
terlalu besar.

Malposisi yang paling sering ditemukan adalah posisi oksipitoposterior. Janin biasanya
akan berputar menjadi oksipitoanterior saat sebelum persalinan, namun sekitar 2 – 7%
janin pada kehamilan pertama akan tetap pada posisi oksipitoposterior.

Distosia bahu penyebab utamanya deformitas panggul, kegagalan bahu utnuk melipat
kedalam panggul (misalnya makrosomia), fase aktif dan persalinan kal II yang pendek
pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak
melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul
setelah mengalami pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil melipat masuk ke dalam
panggul. (Sarwono 2010)

1. Distosia karena kekuatan-kekuatan yang mendorong anak keluar karena kuat.


a. Karena kelainan his :
Inersia Uteri Hipotonik,  adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak
adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Di
sini kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita
dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang
misalnya akibat hidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia,
grandemultipara atau primipara, serta pada penderita dengan keadaan emosi
kurang baik. Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase laten atau fase aktif,
maupun pada kala pengeluaran. Inersia uteri hipotonik terbagi dua, yaitu :

 Inersia uteri primer


Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat
(kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan ), sehingga sering
sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu atau
belum.

 Inersia uteri sekunder


Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada
keadaan selanjutnya terdapat gangguan / kelainan.

b. Karena kekuatan mengejan kurang kuat, misalnya karena cicatrix  baru pada


dinding perut, hernia, diastase musculus rectus abdominis atau karena sesak
nafas.
2. Distosia karena kelainan letak atau kelainan anak, misalnya letak lintang, letak
dahi, hydrochepalus atau monstrum.
3. Distosia karena kelainan jalan lahir : panggul sempit, tumor-tumor yang
mempersempit jalan lahir.
Penyebab lain dari distosia bahu adalah fase aktif memanjang, yaitu :

a. Malposisi (presentasi selain belakang kepala).


b. Makrosomia (bayi besar) atau disproporsi kepala-panggul (CPD).
c. Intensitas kontraksi yang tidak adekuat.
d. Serviks yang menetap.
e. Kelainan fisik ibu, missal nya pinggang pendek.
f. Kombinasi penyebab atau penyebab yang tidak diketahui.
3. Patofisologis Distosia Bahu

Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan kepala
berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akan berada
pada sumbu miring (oblique) di bawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu meneran
akan meyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk
mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada pada posisi
anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis
sehingga bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala.
Distosia bahu terjadi akibat perbedaan ukuran antara bahu janin dan saluran masuk
panggul. Pada persalinan normal, setelah rotasi internal, diameter biparietal berada pada
posisi melintang dengan diameter bisakromial dalam sudut miring. Perpanjangan dan
restitusi mengakibatkan oksiput kembali ke bidang anteroposterior. Diperkirakan bahwa
lokasi anteroposterior bahu janin yang persisten di pinggiran panggul terjadi ketika ada
peningkatan resistensi antara kulit janin dan dinding vagina (misalnya, dengan
makrosomia), dengan dada janin yang besar relatif terhadap diameter biparietal, dan saat
truncal. rotasi tidak terjadi (misalnya persalinan cepat) .Ketika ini terjadi, bahu anterior
berdampak di belakang simfisis pubis. Distosia bahu juga dapat terjadi akibat impaksi
bahu janin posterior di tanjung sakral ibu. (gherman, 2008)

Patofisiologi distosia atau partus macet adalah terjadinya perlambatan/arrest proses


persalinan, baik pada kala 1 maupun kala 2. Berdasarkan penyebabnya maka dapat
diklasifikasikan menjadi gangguan kontraksi, abnormalitas pada janin, atau adanya
gangguan pada jalan lahir. [1,2]

Gangguan Kontraksi
Kontraksi yang dibutuhkan untuk dapat melakukan persalinan secara normal adalah
minimal 200 unit Montevideo. Ketika terdapat gangguan kontraksi, maka proses

persalinan akan terhambat. Kondisi yang dapat menyebabka gangnggu hubungan antara

segmen uterus juga dapat menyebabkan kontraksi yang tidak adekuat.

Patofisiologi distosia atau partus macet adalah terjadinya perlambatan proses persalinan,
baik pada kala 1 maupun kala 2. Berdasarkan penyebab, maka dapat diklasifikasikan
menjadi:

a.) Gangguan kontraksi


Ketika terdapat gangguan kontraksi, maka proses persalinan akan terhambat. Kondisi
yang dapat menyebabkan gangguan kontraksi adalah penggunaan anestesi atau analgesik
karena dapat menurunkan kontraktilitas rahim dan usaha ibu untuk mengejan, adanaya
jaringan parut, fibroid atau hal lain yang mengganggu hubungan antara segmen uterus,
juga dapat menyebabkan kontraksi yang tidak adekuat.

b.) Abnormalitas pada janin

Abnormalitas pada janin yang dapat menyebabkan perlambatan persalinan seperti


makrosomia, malposisi dan malpresentasi. Kondisi makrosomia dapat meningkatkan
faktor resiko distosia bahu.

c. ) Gangguan jalan lahir

Janin yang akan dilahirkan akan melewati bagian bawah rahim, rongga panggul dan
vagina. Ketika ada obstruksi pada jalan lahir yang akan dilewati janin, maka perlambatan
persalinan dapat terjadi. Beberapa kondisi yang dapat menghalangi jalan lahir adalah
adanya cincin bandl ( jaringan otot antara segmen uterus bagian atas dan bawah),
abnormalitas pada rahim atau rongga pelvis non ginekoid (android, platipeloid atau
antropoid). Disproporsi kepala janin dengan rongga pelvis juga dapat menyebabkan
distosia.

4. Faktor Risiko Distosia


A. Distosia Bahu
Faktor risiko utama dari distosia bahu meliputi faktor antepartum dan intrapartum.

Antepartum :
a. Riwayat distosia bahu sebelumnya
b. Usia ibu >35 th
c. Makrosomia
d. Diabetes (melitus atau gestasional)
e. IMT >30kg/m2
f. Disporporsi sefalopelvik relatif
g. Induksi persalinan
h. Kehamilan post partum
Intrapartum
a. Kala 1 persalinan memanjang
b. Kala II persalinan memanjang
c. Augmentasi oksitosin
d. Persalinan pervaginam yang ditolong oleh intrumen (forcep atau vakum)

B. Distosia Karena Kelainan Pada Janin

a. Makrosomia
Faktor risiko
a. Diabetes
b. Obesitas maternal sulit dipisahkan dari diabetes kehamilan ( over

diabetes ) , park dan zell ( 1978) melaporkan bahwa berat badan ibu
sebelum dan awal kehamilan > 90 kg berhubungan dengan bayi besar
c. Keturunan orang tuanya besar-besar).
d. Multiparitas
e. Kehamilan lama ( post matur )
Janin terus tumbuh setelah usia kehamilan 42 minggu
f. Persalinan sebelumnya dengan bayi > 4000gr ( Hauchang, 1980)
b. Hidrosefalus
(Ngoerah, 1991) Swaiman and Wright (1981) mengelompokkan etiologi hidrosefalus
berdasarkan proses kejadiannya sebagai berikut :
a) Kongenital
Agenesis korpus kalosum, stenosis akuaduktus serebri, anensefali dan disgenesis
serebral, genetis.
b) Degeneratif
Histiositosis, inkontinensia pugmenti, dan penyakit Krebbe.
c) Infeksi
Post meningitis, TORCH, kista-kista parasit, lues kongenital.
d) Kelainan metabolisme
Penggunaan isotretionin (Accutane) untuk pengobatan akne vulgaris, antara lain
dapat menyebabkan stenosis akuaduktus, sehingga terjadi hidrosefalus pada anak
yang dilahirkan. Oleh karena itu penggunaan derivat retinol (vit. A) dilarang pada
wanita hamil (Lott et al, 1984).
e) Trauma
Seperti pada perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak dapat
menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, disamping
organisasi darah itu sendiri yang mengakibatkan terjadinya sumbatan yang
mengganggu aliran CSS.
f) Neoplasma
Terjadinya hidrosefalus disini oleh karena obstruksi mekanis yang dapat terjadi di
setiap aliran CSS, antara lain tumor ventrikel III, tumor fossa posterior,
papilloma pleksus koroideus, leukemia, dan limfoma.
g) Gangguan vaskuler
Dilatasi sinus dural, trombosis sinus venosa, malformasi v. Galeni,
malformasi arteriovenosa.

Menurut sumarah,dkk (2011:117) Predisposisi distosia bahu adalah sebagai berikut :


1) Ibu mengalami diabetes mellitus, kemungkinan terjadi macrosomia pada janin.
Makrosomia adalah berat badan janin lebih besar dari 4000 gram.
2) Adanya janin gemuk pada riwayat persalinan terdahulu.
3)Riwayat kesehatan keluarga ibu kandung adalah riwayat diabetes mellitus.
4) Ibu mengalami obesitas sehingga ruang gerak janin ketika melewati jalan lahir lebih
sempit karena ada jaringan berlebih pada jaln lahir disbanding ibu yang tidak mengalami
obesitas.
5) Riwayat janin tumbuh terus dan bertambah besar setelah kelahiran.
6) Hasil USG mengindikasikan adanya macrosomia/janin besar. Dengan ditemukannya
diameter biakromial pada bahu lebih besar dari pada diameter kepala.
7) Adanya kesulitan pada riwayat persalinan yang terdahulu.
8) Terjadinya Chapalo pelvic disproportion (CPD) yaitu adanya
ketidaksesuaian antara kepala dan panggul.
9) Fase aktif yang lebih panjang dari keadaan normal. Fase aktif
yang memanjang menandakan CPD.
10)Penurunan kepala sangat lambat atau sama sekali tidak terjadi
penurunan kepala.
11)Mekanisme persalinan tidak terjadi rotasi dalam (putar paksi dalam) sehingga
memerlukan tindakan forsep atau vakum. Hal ini menunjukkan adanya CPD dan
mengindikasikan pertimbangan dilaksanakan seksiosesaria.

Faktor risiko utama dari distosia bahu meliputi faktor antepartum dan intrapartum.
Faktor antepartum meliputi usia ibu, riwayat distosia bahu sebelumnya, diabetes atau
obesitas pada ibu sebelum hamil, makrosomia, diabetes gestasional dan peningkatan
berat badan berlebih selama hamil.Usia ibu lebih dari 35 tahun, IMT lebih dari 30
kg/m2, dan peningkatan BB lebih dari 20 kg selama hamil merupakan faktor antepartum
yang rutin ditemukan.Faktor intrapartum meliputi disproporsi sefalopelvik relatif,
persalinan macet dan persalinan dengan bantuan alat.1,3,7 Pengukuran antropometrik
fetal dengan USG belum dapat mencegah risiko terjadinya distosia bahu. Namun, diduga
ukuran diameter abdomen (abdominal diameter/AD) - diameter biparietal (biparietal
diameter/BPD) ≥26 mm diduga dapat menjadi faktor penting dalam deteksi distosia
bahu. Meskipun makrosomia merupakan faktor risiko distosia bahu yang telah diketahui,
namun justru mayoritas kasus distosia bahu terjadi pada bayi yang non-makrosomi.
Batas berat lahir yang diprediksi dapat mengalami distosia bahu adalah >3800-4200 g.
Pasien ini memiliki faktor risiko gaya hidup ibu yaitu obesitas. Obesitas maternal dapat
memiliki kaitan dengan makrosomia melalui mekanisme peningkatan resistensi (ibu
bukan diabetes mellitus) yang menyebabkan peningkatan glukosa fetus dan kadar
insulin. Lipase plasenta memetabolisme trigliserida dalam darah ibu, dan mentransfer
asam lemak bebas sebagai nutrisi untuk pertumbuhan janin. Kadar trigliserida yang
meningkat pada ibu obesitas berhubungan dengan pertumbuhan janin berlebihan melalui
peningkatan asam lemakbebas.

5. Jenis jenis malpresentasi dan malposisi janin


A. Malposisi
1.posisi oksipitslis transveralis persisten
presentasi belakang kepala dengan ubun-ubun kecil menetap di samping. biqsanya posisi
oksipitalus transversalis peraisten hanya bersifat sementara bila tidak adanya kelainan
panggul, his dan janin. maka akan terjadi putar paksi daam, sebingga ubun-ubun kecil ke
depan dan memungkinkan kelahiran pervaginam. persalinan akan berjalan lambat
terutama pada akhir kala 1 dan selama kala 2. pembukaan serviks mungkin tidak lengkap
karena kepala tidak begitu baik dalam rongga panggul dan tidak menekan ostium uteri
internum secara merata.

2.posisi oksipitalis posterior persisten


presentasi belakang kepala dengan ubun- ubun kecil menetap di segmen belakang.
biasanya oksipitalis posterior hanya bersifat sementara bila tidak ada kelainan panggul,
his, dan janin, dan hanya 8% yang menetap. seperti pada posisi oksipitalis transversalis
persalinan akan berjalan lambat terutama pada akhir kala 1 dan selama kala 2.
pembukaan serviks mungkin tidak lengkap karena kepala tidak begitu baik dalam rongga
panggul dan tidak menekan ostium uteri internum secara merata.

B. Malpresentasi
1. Presentasi os parietalis
Presentasi kepala dengan defleksi/ekstensi dan tulang parietal merupakan bagian yang
terendah.
Jenis presentasi os parietalis :
1) Presentasi parietalis anteroir
Tulang parietal anterior merupakan bagian terendah, dinamakan juga sinklitisme anterior
atau obliquitas naegele.
2) Presentasi parietalis posterior
Tulang parietal posterior merupakan bagian terendah, dinamakan juga asinklitisme
posterior atau obliquitas litzmann.

2.Presentasi puncak kepala


Presentasi kepala dengan defleksi/ ekstensi minimal dengan ubun- ubun besar merupakan
bagian terendah

3.Presentasi dahi
Presentasi kepala dengan defleksi/ ekstensi dan dahi merupakan bagian terendah, angka
kejadian sangat rendah (1:4000).

4.Pressentasi muka
Pada presentasi muka, kepala berada dalam posisi hiperekstensi sehingga oksiptal
menempel pada punggung bayi dan dagu (mentum) menjadi bagian terbawah janin. pada
janin aterm, kemajuan biasanya terhalang oleh presentasi muka mentum osterior karena
dahi janin tertekan simfisis ibu. banyak presentasi mentim posterior yang berubah
spontan menjadi presentasi mentum anterior pada tahan akhir persalinan. posisi
ditentukan oleh dagu(mento), jadi ada posisi :
 left mento anterior(LMA) : dagu kiri depan
 right mento anterior(RMA) : dagu kanan depan
 left mento posterior(LMP) : dagu kiri belakang
 right mento posterior(RMP) : dagu kanan belakang

5. Presentasi bokong (letak sungsang)


Letak memanjang dengan bagian terbawah bokong dengan atau tanpa kaki dan kejadian
3%. letak sunsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang/ membujur
dengan kelala di fundus uteri dan bokong di bagian bawah cavum uteri.beberapa jenis
letaj sunsang :
1) presentasi bokkng kaki sempurna ( complete breech) : 5-10%
fetus berada dalam posisi duduk dalam jalan lahir tetapi bokojg masih merupakan
presenting part. seluruh anggota gerak janin fleksi sempurna ( tungkai dan lutut fleksi)
2) presentasi bokong murni (frank breech) :50-70%
pada presentasi bokong akubat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas
sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin.

6.presentasi bahu (letak lintang)


Letak lintang dalam kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam
uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong pada sisi yang lain. pada
umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin ,sedangkan bahu
berada pada pintu atas panggul. punggung janin dapat berada di depan (dorsoanterior), di
belakang (dorsoposterior) atau di bawah(dorsoinferior)

6. Asuhan Kebidanan Pada Kasus Distosia

Penatalaksanaan distosia bahu


Menurut Varney, dalam sumarah (2011:119), penatalaksanaan Distosia bahu adalah
sebagai berikut:
1. Bersikap rileks. Hal ini akan menkondisikan penolong untuk berkonsentrasi dalam
menangani situasi darurat secara efektif.
2. MemanggilDokter,bilabidanmasihterusmenolongsampaibayi lahir sebelum dokter
datang, maka dokter akan menangani perdarahan yang mungkin terjadi atau untuk
tindakan resusitasi.
3. Siapkan peralatan tindakan resusitasi.
4. Menyiapkan peralatan dan obat-obatan untuk penanganan perdarahan.
5. Beritahu ibu prosedur yang akan dilakukan.
6. Atur posisi ibu McRobert.
7. Cekposisibahuibudimintatidakmengejan.Putarbahumenjadi diameter oblik dari pelvis
atau antero posterior bila melintang. Kelima jari satu tangan satunya pada punggung
janin sebelah kiri. Perlu tindakan secara hati-hati karena tindakan ini dapat
menyebabkan kerusakan pleksus saraf brakhialis.
8. Meminta pendamping persalinan untuk menekan daerah supra public untuk menekan
kepala kea rah bawah dan luar. Hati-hati dalam melaksanakan tarikan ke bwah karena
dapat menimbulkan kerusakan pleksus saraf brakhialis. Cara menekan daerah supra
public dengan cara kedua tangan saling menumpuk di letakkan di atas simfisis.
Selanjutnya ditekan ke arahbawah perut.
9. Bila persalinan belum menunjukkan kemajuan, kosongkan kandung kemih karena dapat
mengganggu turunnya bahu, melakukan episiotomi, melakukan pemeriksaan dalam
untuk mencari kemungkinan adanya penyebab lain distosia bahu. Tangan diusahakan
memeriksa kemungkinan tali pusat pendek, bertambah besarnya janin pada daerah
thorak dan abdomen oleh karena tumor, dan lingkaran bandl yang mengindikasikan
akan terjadi rupture uteri.
10. Mencoba kembali melahirkan bahu, bila distosia bahu ringan janin dapat dilahirkan
11. Lakukan tindakan perasat seperti menggunakan alat untuk membuka botol (corkscrew)
dengan cara seperti menggunakan prinsip skrup wood. Lakukan pemutaran dari bahu
belakang menjadi bahu depan searah jarum jam, kemudian diputar kembali dengan
posisi bahu belakang menjadi bahu depan berlawanan arah dengan jarum jam putar 180
derajat, lakukan gerakan pemutaran paling sedikit 4 kali, kemudian melahirkan bahu
dengan menekan kepala kea rah belakang disertai dengan penekanan daerah
suprapubik.
12. Bila belum berhasil, ulangi melakukan pemutaran bahu janin seperti langkah 11
13. Bila tetap belum berhasil, maka langkah selanjutnya mematahkan clavikula anterior
kemudian melahirkan bahu anterior, bahu porterior dan badan janin.
14. Melakukan maneuver zevenelli, yaitu suatu tindakan untuk memasukkan kepala
kembali ke dalam jalan lahir dengan cara menekan dinding posterior vagina,
selanjutnya kepala janin di tahan dan dimasukkan, kemudian dilakukan SC.

Royal College of Obstetricians and Gynaecologists pada tahun 2012 mengeluarkan


pedoman manajemen distosia bahu. Terdapat beberapa lini dari maneuver yang dapat
digunakan. Manuver lini pertama atau manipulasi eksternal umumnya digunakan sebagai
pengelolaan awal dari distosia bahu. Manuver McRoberts dan penekanan suprapubik
termasuk dalam metode lini pertama. Jika tidak berhasil, maka dapat digunakan manuver
lini kedua atau manipulasi internal seperti manuver Rubin, manuver Woods corkscrew
dan melahirkan lengan posterior.
Manuver McRoberts dilakukan dengan cara memfleksikan dan abduksi tungkai,
memposisikan paha ibu pada abdomen. Manuver ini akan memperlebar sudut
lumbosakral, merotasi pelvis maternal ke kepala ibu dan menambah diameter anterior-
posterior relatif pada pelvis. Manuver ini merupakan intervensi yang efektif, dengan
tingkat keberhasilan 90%.Selain itu, maneuver McRoberts memiliki tingkat kejadian
komplikasi yang rendah dan merupakan maneuver yang paling minimal invasif.
Apabila dengan maneuver McRoberts dan traksi aksial yang rutin dilakukan pada
persalinan normal juga tidak membantu, maka dapat diberikan tambahan penekanan
suprapubik. Penekanan dilakukan dengan cara menekan simfisis pubis ibu ke arah bawah
dan lateral untuk mengurangi diameter bisakromial fetus serta merotasi bahu anterior
bayi ke diameter oblik pelvis yang lebih luas.
Manuver internal atau posisi “all-four” dapat digunakan jika menuver McRoberts
dan penekanan suprapubik gagal. Manuver rotasi internal awalnya diperkenalkan oleh
Woods dan Rubin. Rotasi dilakukan dengan mendorong bagian anterior atau posterior
dari bahu posterior sebanyak 180 derajat dari posisi semula. Manuver ini berguna untuk
merotasi bahu ke diameter oblik yang lebih luas. Apabila dengan mendorong bagian
posterior bahu posterior saja tidak dapat membantu, maka dapat juga dilakukan
pendorongan bagian posterior dari bahu anterior secara bersamaan.
Manuver Jacquemier atau melahirkan lengan posterior juga dapat mengurangi diameter
bahu fetus. Pergelangan tangan fetus ditarik dan lengan posterior secara perlahan
dikeluarkan dalam sebuah garis lurus. Persalinan lengan posterior ini berkaitan dengan
fraktur humerus dengan isidensi 2 hingga 12,7%.
Teknik “all-four” atau Manuver Gaskindiperkenalkan oleh Ina May Gaskin tahun
1976. Manuver ini digunakan untuk mengatasi distosia bahu dengan menempatkan ibu
dalam posisi merangkak. Manuver ini memiliki tingkat keberhasilan sebanyak 83%.
Metode lini ketiga untuk kasus distosia bahu adalah maneuver Zavanelli. Pada manuver
ini, kepala bayi didorong masuk kembali dan persalinan dilakukan melalui seksio sesarea.
Manuver ini dilakukan pada kasus distosia bahu bilateral yang jarang, dimana terjadi
impaksi kedua bahu pada inlet pelvis. Metode lainnya adalah simfisiotomi namun teknik
ini berkaitan dengan morbiditas ibu yang tinggi dan klinis neonatal yang buruk. Karena
kedua hal tersebut, sebaiknya teknik ini tidak digunakan pada tenaga medis yang tidak
terlatih.

7. Standar women center care dari persalinan, nifas dan komplikasi

Sebuah pendekatan asuhan untuk perempuan dan bayi baru lahirnya, dimana bidan:
• Mengoptimalkan proses normal biologis, psikologis, social, dan budaya dari proses
persalinan dan awal kehidupan bayi
• Bekerja sebagai mitra dengan perempuan –menghormati latar belakang dan situasi serta
pandangan dari setiap perempuan
• Mempromosikan agar perempuan memiliki kapasitas untuk merawat dirinya dan
keluarganya
• Berkolaborasi dengan bidan dan profesi kesehatan lainnya untuk layanan holistic yang
diperlukan oleh perempuan

Midwives, defender of woman’s rights Bidan, pembela hak perempuan

• Bidan menghormati dan melindungi hak perempuan, setiap hari


• Bidan perlu lingkungan kerja yang aman dan mendukung
• Perempuan dan Remaja Perempuan punya hak untuk bebas dari bahaya, kekerasan &
abuse, diskrimnasi
• Perempuan dan remaja perempuan memiliki hak untuk mengakses layanan kesehatan
seksual dan Reproduksi

Hak Perempuan – ICM 2017


• Hak untuk dapatkan layanan persalinan dari bidan yang terampil dan kompeten
• Hak Bayi untuk memiliki Ibu yang sehat dan teredukasi baik
• Hak untuk dihormati sebagai manusia
• Hak atas keselamatan tubuhnya
• Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi
• Hak untuk mendapatkan informasi kesehatan terkini
• Hak untuk berpartisipasi aktif dalam pembuatan keputusan atas layanan kesehatan yang
diterima
dan menawarkan informed consent
• Hak untuk kerahasiaan
• Hak untuk memilih tempat dimana dia akan bersali

Hak Bidan – ICM 2017


 Hak untuk mendapatkan Pendidikan kebidanan yang dapat memampukan dirinya
untuk membangun dan mempertahankan kompetensi sebagai bidan
 Hak untuk praktek sesuai dengan tanggungjawab yang sudah disepakati oleh
ICM/organisasi profesi bidan
 Hak untuk diakui, dihargai dan didukung sebagai professional kesehatan
 Hak untuk akses organisasi profesi bidan yang kuat yang dapat berkontribusi
 pada kebijakan dan asuhan kebidanan dan maternitas ditingkat nasional

Definisi Asuhan yang Berpusat Pada Perempuan (Women Centered Care)


• Suatu filosofi dasar dan pendekatan praktis yang secara sadar dipilih dalam pengelolaan
asuhan pada perempuan usia Reproduksi
• Hubungan yang kolaboratif antara perempuan dan bidan
• Dibangun melalui interaksi yang baik dan saling terbuka
• Mengakui keahlian dan saling menghormati kekuatan/kelebihan masing-masing
• Memiliki fokus yang seimbang antara ‘pengalaman perempuan’ dan juga
kesehatan/kesejahteraan dari ibu dan bayinya
DAFTAR PUSTAKA
 Ai Yeyeh, (2010), Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta : TIM
 Hanifa Wiknjosastro. 2008. Ilmu Kandungan. Edisi 2. EGC : Jakarta
 Lisnawati, Lilis. 2018. Asuha Kebidanan Terkini Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatus. Jakarta : CV TIM

 http://repository.lppm.unila.ac.id/7251/1/kehamilan%20aterm%20dgn%20distosia
%20bahu.pdf
 http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1502100014/7._BAB_2_.pdf
 didien ika setyarini, suprapti. 2016. Praktikum Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan
Maternal Neonatal. Jakarta : Kemenkes RI. h. 58-61
 Gherman, R, Gonik, B, Glob. libr. women's med.,
 (ISSN: 1756-2228) 2008; DOI 10.3843/GLOWM.10137
 https://www.glowm.com/section-view/heading/shoulder-dystocia/item/137#
 Salvatore Politi, Laura DʼEmidio, Pietro cignini, Maurizio Giorlandino, and Claudio
Giorlandino.2010. shoulder dystocia: an eviddence-based approach. Journal of Prenatal
Medicine; CIC Edizioni Internazionali.
 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3279180/

Anda mungkin juga menyukai