BLOK 4 C
Kelompok :4
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020/2021
STEP 1 : TERMINOLOGI
Meminta ibu untuk menekukkan kedua kaki dan mendekatkan lutut ke arah dada.
4. Kehamilan lebih dari lima kali dan melahirkan lebih dari tiga kali akan beresiko
mengalami perdarahan pervaginam, dikarenakan rahim ibu yang sering hamil akan
mengurangi kelenturan rahim tersebut. Dapat juga menyebabkan pre eklamsia, prolaps
uteri. Ada perdarahan antepartum, keguguran,IUGR,IUFD, antonia uterus, malpresentasi
5. Posisi miring saat bersalin dapat mempermudah turunnya kepala ke dasar panggul,
meringankan ibu saat proses mengejan, tidak melelahkan, mempersingkat proses
persalinan dan memperlancar sirkulasi peredaran darah ibu ke plasenta sehingga suplai
oksigen ke bayi lebihmaksimal.
6. Pada scenario tersebut diduga posisi bayi letak sunsang dikarenakan DJJ terdengar pada
umbilicus kiri. Pada letak normal berada di kiri atau kanan pusat.
7. Rasa nyeri yang dialami disebabakan karena sendi dan otot yang meregang supaya ibu
lebih siap melakukan persalinan. Selain itu hormo relaksin juga membuat ligament
mengendur yang dapat mempermudah kelahiran bayi.
8. Beberapa penyulit kehamilan :
Cephalopelvic disproportion
Ibu hamil yang memiliki kelebihan berat badan atau obesitas cenderung memiliki risiko
mengalami preeklampsia. Perlu Mama ketahui bahwa preeklampsia adalah komplikasi
yang dapat terjadi saat hamil dengan ditandai adanya tekanan darah tinggi dan terdapat
protein dalam urine (proteinuria) akibat kebocoran ginjal.
Diabetes gestasional biasanya akan muncul karena kadar glukosa di dalam tubuh terlalu
tinggi. Selain itu, ibu hamil yang kelebihan berat badan atau obesitas selama kehamilan
dapat meningkatkan risiko terkena diabetes gestasional. Jika tidak ditangani dengan baik,
tak jarang ada yang berlanjut menjadi diabetes tipe 2 di kemudian hari.
(WHO) pada tahun 2012, ada lebih dari 15 juta bayi di dunia terlahir secara prematur
setiap tahun. Bahkan 60 persen dari kasus tersebut terjadi di Africa dan Asia Selatan,
termasuk Indonesia. Perlu disadari bahwa kelahiran prematur yang seharusnya belum
waktunya ini lebih berisiko terjadi pada ibu hamil dengan berat badan berlebih, sehingga
memicu preeklampsia.
Komplikasi lain yang bisa terjadi ketika berat badan selama hamil meningkat drastis
dapat menyebabkan bayi terlahir dengan kelainan bawaan. Padahal setiap orangtua
menginginkan anaknya tetap sehat dan terlahir secara sempurna tanpa kekurangan
apapun.
Bahwa bayi yang lahir dari ibu hamil dengan obesitas dapat berisiko mengalami kelainan
bawaan, mulai dari cacar pada saraf tulang belakang hingga penyakit jantung bawan
Berpotensi bayi lahir dengan berat badan berlebih
Maksomia atau berat badan berlebih bisa terjadi pada bayi baru lahir karena dipicu oleh
kondisi berat badan ibu hamil yang mengarah ke obesitas. Padahal ukuran bayi yang
terlalu besar dapat meningkatkan risiko cedera selama proses persalinan, seperti tubuh
bayi tersangkut atau mengalami perdarahan.
Jika air ketuban terlalu banyak (polihidramnion), bayi masih bisa bergerak leluasa dalam
rahim walaupun ukuran tubuhnya sudah cukup besar. Sebaliknya, jika air ketuban terlalu
sedikit (oligohidramnios), bayi akan kesulitan untuk bergerak atau berputar
3. Plasenta previa
Plasenta previa adalah kondisi plasenta atau ari-ari berada di bagian bawah rahim
sehingga menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Posisi plasenta seperti ini akan
membuat kepala bayi sulit mengarah ke jalan lahir.
Ada banyak hal yang meningkatkan risiko seorang ibu mengalami plasenta previa, di
antaranya adalah jika ia memiliki riwayat operasi pada rahim atau jika ia berumur lebih
dari 35 tahun.
4. Adanya kelainan atau komplikasi
Jika ibu hamil memiliki rahim yang berbentuk tidak normal, seperti uterus berbentuk hati
(bicornuate uterus) atau komplikasi lain, seperti fibroid, risiko bayi sungsang menjadi
lebih tinggi dan sulit untuk lahir secara normal.
14. Malpresentasi adalah kondisi di mana bagian anatomi janin yang masuk terlebih dahulu
ke pelvic inlet adalah bagian lain selain vertex. Pada kondisi normal, presentasi janin
yang ditemukan adalah presentasi vertex. Vertex merupakan bagian kepala janin yang
terletak di antara fontanel anterior dan fontanel posterior. Presentasi lain selain vertex
seperti presentasi bokong (sungsang), transverse, muka, dahi, atau compound disebut
sebagai malpresentasi.
16. Posisi Mc. Robert adalah tehnik pengeluaran bahu pada janin yang tidak bisa dilahirkan
karena bahu anterior janin telah mengalami impaksi terhadap tulang simpisis pubis tetapi
pada proses persalian kala II ibu diposisikan pada posisi ini sebelum janin lahir bertujuan
agar sumbu jalan lahir lebih pendek dan suplai oksigen ke janin lebih maksimal.
STEP 4 : SKEMA
G5P3A1H4 UK 37 minggu
Asuhan kebidanan
Peran
bidan
1. Power (Tenaga)
Power adalah tenaga ibu mendorong bayi keluar. Jika tenaga ibu kuat, maka persalinan
lancar. Sebaliknya, jika tenaga ibu tidak ada, maka akan sulit melahirkan.
3. Passenger (Bayi)
Passenger adalah bayi. Dalam persalinan, ukuran bayi sangat penting untuk diperhatikan.
Ukuran bayi yang besar (di atas 4 kg) bisa menyebabkan ibu mengalami distosia saat
keluarnya kepala dan macet saat melahirkan bahu. Batas atas berat bayi saat dilahirkan
adalah 3,5 kg atau 3.500 gram
Penyebab distosia dari faktor janin biasanya karena malposisi, malpresentasi, atau
disproporsi kepala panggul (cephal pelvic disproportion / CPD). Janin yang relatif lebih
besar daripada pelvis ibu (fetopelvic disproportion) akan menyebabkan distosia, jadi
malposisi dan malpresentasi janin tidak akan menjadi masalah bila besar bayi tidak
terlalu besar.
Malposisi yang paling sering ditemukan adalah posisi oksipitoposterior. Janin biasanya
akan berputar menjadi oksipitoanterior saat sebelum persalinan, namun sekitar 2 – 7%
janin pada kehamilan pertama akan tetap pada posisi oksipitoposterior.
Distosia bahu penyebab utamanya deformitas panggul, kegagalan bahu utnuk melipat
kedalam panggul (misalnya makrosomia), fase aktif dan persalinan kal II yang pendek
pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak
melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul
setelah mengalami pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil melipat masuk ke dalam
panggul. (Sarwono 2010)
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan kepala
berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akan berada
pada sumbu miring (oblique) di bawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu meneran
akan meyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk
mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada pada posisi
anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis
sehingga bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala.
Distosia bahu terjadi akibat perbedaan ukuran antara bahu janin dan saluran masuk
panggul. Pada persalinan normal, setelah rotasi internal, diameter biparietal berada pada
posisi melintang dengan diameter bisakromial dalam sudut miring. Perpanjangan dan
restitusi mengakibatkan oksiput kembali ke bidang anteroposterior. Diperkirakan bahwa
lokasi anteroposterior bahu janin yang persisten di pinggiran panggul terjadi ketika ada
peningkatan resistensi antara kulit janin dan dinding vagina (misalnya, dengan
makrosomia), dengan dada janin yang besar relatif terhadap diameter biparietal, dan saat
truncal. rotasi tidak terjadi (misalnya persalinan cepat) .Ketika ini terjadi, bahu anterior
berdampak di belakang simfisis pubis. Distosia bahu juga dapat terjadi akibat impaksi
bahu janin posterior di tanjung sakral ibu. (gherman, 2008)
Gangguan Kontraksi
Kontraksi yang dibutuhkan untuk dapat melakukan persalinan secara normal adalah
minimal 200 unit Montevideo. Ketika terdapat gangguan kontraksi, maka proses
persalinan akan terhambat. Kondisi yang dapat menyebabka gangnggu hubungan antara
Patofisiologi distosia atau partus macet adalah terjadinya perlambatan proses persalinan,
baik pada kala 1 maupun kala 2. Berdasarkan penyebab, maka dapat diklasifikasikan
menjadi:
Janin yang akan dilahirkan akan melewati bagian bawah rahim, rongga panggul dan
vagina. Ketika ada obstruksi pada jalan lahir yang akan dilewati janin, maka perlambatan
persalinan dapat terjadi. Beberapa kondisi yang dapat menghalangi jalan lahir adalah
adanya cincin bandl ( jaringan otot antara segmen uterus bagian atas dan bawah),
abnormalitas pada rahim atau rongga pelvis non ginekoid (android, platipeloid atau
antropoid). Disproporsi kepala janin dengan rongga pelvis juga dapat menyebabkan
distosia.
Antepartum :
a. Riwayat distosia bahu sebelumnya
b. Usia ibu >35 th
c. Makrosomia
d. Diabetes (melitus atau gestasional)
e. IMT >30kg/m2
f. Disporporsi sefalopelvik relatif
g. Induksi persalinan
h. Kehamilan post partum
Intrapartum
a. Kala 1 persalinan memanjang
b. Kala II persalinan memanjang
c. Augmentasi oksitosin
d. Persalinan pervaginam yang ditolong oleh intrumen (forcep atau vakum)
a. Makrosomia
Faktor risiko
a. Diabetes
b. Obesitas maternal sulit dipisahkan dari diabetes kehamilan ( over
diabetes ) , park dan zell ( 1978) melaporkan bahwa berat badan ibu
sebelum dan awal kehamilan > 90 kg berhubungan dengan bayi besar
c. Keturunan orang tuanya besar-besar).
d. Multiparitas
e. Kehamilan lama ( post matur )
Janin terus tumbuh setelah usia kehamilan 42 minggu
f. Persalinan sebelumnya dengan bayi > 4000gr ( Hauchang, 1980)
b. Hidrosefalus
(Ngoerah, 1991) Swaiman and Wright (1981) mengelompokkan etiologi hidrosefalus
berdasarkan proses kejadiannya sebagai berikut :
a) Kongenital
Agenesis korpus kalosum, stenosis akuaduktus serebri, anensefali dan disgenesis
serebral, genetis.
b) Degeneratif
Histiositosis, inkontinensia pugmenti, dan penyakit Krebbe.
c) Infeksi
Post meningitis, TORCH, kista-kista parasit, lues kongenital.
d) Kelainan metabolisme
Penggunaan isotretionin (Accutane) untuk pengobatan akne vulgaris, antara lain
dapat menyebabkan stenosis akuaduktus, sehingga terjadi hidrosefalus pada anak
yang dilahirkan. Oleh karena itu penggunaan derivat retinol (vit. A) dilarang pada
wanita hamil (Lott et al, 1984).
e) Trauma
Seperti pada perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak dapat
menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, disamping
organisasi darah itu sendiri yang mengakibatkan terjadinya sumbatan yang
mengganggu aliran CSS.
f) Neoplasma
Terjadinya hidrosefalus disini oleh karena obstruksi mekanis yang dapat terjadi di
setiap aliran CSS, antara lain tumor ventrikel III, tumor fossa posterior,
papilloma pleksus koroideus, leukemia, dan limfoma.
g) Gangguan vaskuler
Dilatasi sinus dural, trombosis sinus venosa, malformasi v. Galeni,
malformasi arteriovenosa.
Faktor risiko utama dari distosia bahu meliputi faktor antepartum dan intrapartum.
Faktor antepartum meliputi usia ibu, riwayat distosia bahu sebelumnya, diabetes atau
obesitas pada ibu sebelum hamil, makrosomia, diabetes gestasional dan peningkatan
berat badan berlebih selama hamil.Usia ibu lebih dari 35 tahun, IMT lebih dari 30
kg/m2, dan peningkatan BB lebih dari 20 kg selama hamil merupakan faktor antepartum
yang rutin ditemukan.Faktor intrapartum meliputi disproporsi sefalopelvik relatif,
persalinan macet dan persalinan dengan bantuan alat.1,3,7 Pengukuran antropometrik
fetal dengan USG belum dapat mencegah risiko terjadinya distosia bahu. Namun, diduga
ukuran diameter abdomen (abdominal diameter/AD) - diameter biparietal (biparietal
diameter/BPD) ≥26 mm diduga dapat menjadi faktor penting dalam deteksi distosia
bahu. Meskipun makrosomia merupakan faktor risiko distosia bahu yang telah diketahui,
namun justru mayoritas kasus distosia bahu terjadi pada bayi yang non-makrosomi.
Batas berat lahir yang diprediksi dapat mengalami distosia bahu adalah >3800-4200 g.
Pasien ini memiliki faktor risiko gaya hidup ibu yaitu obesitas. Obesitas maternal dapat
memiliki kaitan dengan makrosomia melalui mekanisme peningkatan resistensi (ibu
bukan diabetes mellitus) yang menyebabkan peningkatan glukosa fetus dan kadar
insulin. Lipase plasenta memetabolisme trigliserida dalam darah ibu, dan mentransfer
asam lemak bebas sebagai nutrisi untuk pertumbuhan janin. Kadar trigliserida yang
meningkat pada ibu obesitas berhubungan dengan pertumbuhan janin berlebihan melalui
peningkatan asam lemakbebas.
B. Malpresentasi
1. Presentasi os parietalis
Presentasi kepala dengan defleksi/ekstensi dan tulang parietal merupakan bagian yang
terendah.
Jenis presentasi os parietalis :
1) Presentasi parietalis anteroir
Tulang parietal anterior merupakan bagian terendah, dinamakan juga sinklitisme anterior
atau obliquitas naegele.
2) Presentasi parietalis posterior
Tulang parietal posterior merupakan bagian terendah, dinamakan juga asinklitisme
posterior atau obliquitas litzmann.
3.Presentasi dahi
Presentasi kepala dengan defleksi/ ekstensi dan dahi merupakan bagian terendah, angka
kejadian sangat rendah (1:4000).
4.Pressentasi muka
Pada presentasi muka, kepala berada dalam posisi hiperekstensi sehingga oksiptal
menempel pada punggung bayi dan dagu (mentum) menjadi bagian terbawah janin. pada
janin aterm, kemajuan biasanya terhalang oleh presentasi muka mentum osterior karena
dahi janin tertekan simfisis ibu. banyak presentasi mentim posterior yang berubah
spontan menjadi presentasi mentum anterior pada tahan akhir persalinan. posisi
ditentukan oleh dagu(mento), jadi ada posisi :
left mento anterior(LMA) : dagu kiri depan
right mento anterior(RMA) : dagu kanan depan
left mento posterior(LMP) : dagu kiri belakang
right mento posterior(RMP) : dagu kanan belakang
Sebuah pendekatan asuhan untuk perempuan dan bayi baru lahirnya, dimana bidan:
• Mengoptimalkan proses normal biologis, psikologis, social, dan budaya dari proses
persalinan dan awal kehidupan bayi
• Bekerja sebagai mitra dengan perempuan –menghormati latar belakang dan situasi serta
pandangan dari setiap perempuan
• Mempromosikan agar perempuan memiliki kapasitas untuk merawat dirinya dan
keluarganya
• Berkolaborasi dengan bidan dan profesi kesehatan lainnya untuk layanan holistic yang
diperlukan oleh perempuan
http://repository.lppm.unila.ac.id/7251/1/kehamilan%20aterm%20dgn%20distosia
%20bahu.pdf
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1502100014/7._BAB_2_.pdf
didien ika setyarini, suprapti. 2016. Praktikum Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan
Maternal Neonatal. Jakarta : Kemenkes RI. h. 58-61
Gherman, R, Gonik, B, Glob. libr. women's med.,
(ISSN: 1756-2228) 2008; DOI 10.3843/GLOWM.10137
https://www.glowm.com/section-view/heading/shoulder-dystocia/item/137#
Salvatore Politi, Laura DʼEmidio, Pietro cignini, Maurizio Giorlandino, and Claudio
Giorlandino.2010. shoulder dystocia: an eviddence-based approach. Journal of Prenatal
Medicine; CIC Edizioni Internazionali.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3279180/