Anda di halaman 1dari 8

Distosia adalah gangguan persalinan, yang menyebabkan ibu sulit melahirkan.

Jika seorang
ibu mengalami distosia, waktu persalinannya akan panjang dan bahkan, ada yang tidak
mengalami kemajuan sama sekali.
Kondisi ini tak hanya berdampak pada janin melainkan ibu juga. 
 tiga penyebab utama distosia
1. Power (Tenaga)
Power adalah tenaga ibu mendorong bayi keluar. Jika tenaga ibu kuat, maka persalinan
lancar. Sebaliknya, jika tenaga ibu tidak ada, maka akan sulit melahirkan.
2. Passage (Jalan Lahir)
Passage adalah kondisi jalan lahir yang terdiri dari mulut rahim dan juga ukuran panggul ibu.
Apabila kondisi panggul ibu tidak baik, dan pembukaan tidak lengkap maka bisa mengalami
distosia.
3. Passenger (Bayi)
Passenger adalah bayi. Dalam persalinan, ukuran bayi sangat penting untuk diperhatikan.
Ukuran bayi yang besar (di atas 4 kg) bisa menyebabkan ibu mengalami distosia saat
keluarnya kepala dan macet saat melahirkan bahu. Batas atas berat bayi saat dilahirkan adalah
3,5 kg atau 3.500 gram.
 Kondisi lain yang berhubungan dengan 3P:
– Malposisi dan Malpresentasi
Persalinan normal terjadi ketika bagian kepala janin terletak di bagian bawah panggul.
Kelainan posisi atau malposisi dapat menyebabkan distosia contohnya karena janin letak
lintang yang dapat terjadi pada bayi besar, terlilit tali pusat, dan kelainan panggul.
Kelainan bagian terbawah janin atau malpresentasi terjadi pada bayi sungsang. Bayi sungsang
atau bagian terbawah janin adalah bokong dapat menyebabkan persalinan tiga kali lebih sulit
dari persalinan dengan posisi bayi normal. Bayi sungsang dapat terjadi pada keadaan posisi
plasenta berada di bawah (dekat jalan lahir), bayi berukuran besar, dan adanya tumor atau
kista.
– Diabetes Gestasional
Ibu yang mengalami diabetes gestasional bisa memiliki bayi yang berukuran besar atau
makrosomi. Bayi makrosomi biasanya memiliki bobot di atas 4 kg. Kalau makrosomi maka
dianjurkan operasi karena bisa mengalami distosia bahu.
– Usia terlalu muda dan tua
Usia terlalu muda bisa menjadi penyebab persalinan menjadi sulit. Apabila usia ibu belum
terlalu matang, belum siap juga bisa menyebabkan distosia.
Begitu juga saat usia Bunda semakin tua, maka kemungkinan semakin lemas tenaganya, dan
otot dasar panggulnya kendur, dibandingkan ibu yang melahirkan di usia muda (matang).
Tindakan yang dilakukan biasanya disesuaikan dengan penyebab, dan ditinjau lagi 3P
tadi. Berikut penjelasan lengkapnya:
 Ukuran bayi besar
Apabila ukuran bayi besar maka tindakan yang akan dilakukan adalah caesar. Operasi caesar
adalah jalan satu-satunya agar bayi dan ibu selamat apabila mengalami distosia.
 CPD
Cephalopelvic disproportion (CPD) merupakan komplikasi kehamilan dimana terdapat
ketidaksesuaian ukuran antara panggul ibu dengan kepala janin. Tindakan yang bisa
dilakukan menggunakan vakum.
 Tenaga ibu kurang
Jika tenaga ibu kurang, maka diberikan obat penambah kontraksi yakni oksitosin. Dengan
begitu akan ada rangsangan tenaga untuk mendorong bayi bisa keluar dari jalan lahir.
Kelainan di panggul
Apabila kondisi panggul tidak imbang, ada kelainan di panggul ibu. Kemudian jalan lahir
juga sempit, maka tindakannya juga harus melalui operasi caesar.
 Bayi sungsang
Bayi sungsang dalam kandungan dan bayi itu adalah anak pertama maka disarankan untuk
operasi caesar. Ini karena bayi sungsang biasanya yang lahir dahulu adalah bagian bokongnya
kemudian kepala. Apabila kepala bayi masih berada di dalam jalan lahir lebih dari 5 menit,
dikhawatirkan bayi bisa meninggal.
Jika bayi sungsang ditemui di trimester kedua, maka bayi masih bisa diupayakan untuk dapat
diputar. Namun, ada risiko bayinya mati di dalam kandungan dan sekarang metode itu sudah
ditinggalkan. Ibu hamil biasanya diminta senam hamil dengan gerakan nungging.
Dampak distosia untuk Bunda dan bayi
 Bahu bayi patah
Ukuran bayi yang terlalu besar bisa menyebabkan distosia bahu. Kondisi ini biasanya kepala
bayi lahir tapi bahu tidak lahir. Untuk bisa mengeluarkan bayi, maka bahu bayi akan
dipatahkan. Untuk itu, sebisa mungkin hal ini dicegah.
Kematian bayi
Distosia juga bisa menyebabkan bayi mati dalam kandungan. Apabila kondisi bayi, terutama
bagian kepala sudah keluar, dalam durasi 5-10 menit tidak segera dikeluarkan maka bayi bisa
mati.
 Dinding rahim robek
Dinding rahim robek atau ruptur uteri, bisa menjadi salah satu komplikasi dari distosia.
Dinding rahim yang robek terjadi karena adanya tindakan dalam usaha pervaginal untuk
melahirkan janin pada uterus yang segmen bawahnya telah teregang karena adanya distosia.
Jika dibiarkan, maka ibu akan mengalami perdarahan hebat. Darah akan masuk ke dalam
perut, ini bisa menyebabkan bayi meninggal dalam kandungan, dan bisa menyebabkan
kematian pada ibu. Namun, kemajuan dalam bidang kebidanan, dinding rahim robek bisa
dicegah.
 Fistula
Distosia bisa sebabkan ibu mengalami fistula. Kondisi ketika kencing keluar terus karena
kandung kemihnya bolong. Ini diakibatkan tekanan akibat bayi besar, ibu yang terlalu banyak
mengejan selama persalinan.
 Pencegahan distosia
beberapa hal berikut ini:

1.Makanan ibu hamil


Makanan yang harus dibatasi biasanya adalah karbohidrat. Kebanyakan ibu hamil suka
nyamil yang tinggi karbohidrat. Untuk mencegah kenaikan berat badan bayi yang besar, jika
ibu hamil ingin camilan maka yang diperbolehkan hanya buah.
Jika ibu hamil ingin minum susu, pilih susu kehamilan yang rendah gula. Intinya, pilih
makanan yang tidak terlalu tinggi karbohidrat untuk mencegah bayi berukuran besar. Seperti
misalnya mengatur asupan nasi, roti dan tepung-tepungan, serta snack dari kentang.
Kemudian di trimester tiga, gizi ibu hamil juga diperiksa kembali. Ibu hamil harus memiliki
gizi yang baik, TKTP (tinggi kalori tinggi protein) karena salah satu gizi yaitu protein, bisa
membantu ibu memiliki kekuatan untuk mendorong bayi lahir.

2. Istirahat cukup sebelum persalinan

Kekuatan ibu saat mengejan bisa dipengaruhi oleh kondisi fisik ibu sebelum melahirkan.
Misalnya, ibu kelelahan karena tidak istirahat yang cukup.
Itu pentingnya, mempersiapkan fisik jelang melahirkan. Bisa didukung dengan olahraga
maupun dengan istirahat yang cukup.

3. Rutin kontrol kehamilan


Kontrol hamil itu penting, dari trimester pertama, kedua, dan ketiga. Selama kontrol
kehamilan, ibu hamil akan diukur berat badannya, tinggi fundus uterinya, dan berat bayinya.
Sebagai panduan, berat bayi normal di 28 minggu sekitar 1.000 gram. Sementara, berat bayi
normal di usia 36 minggu itu antara 2.500 gram hingga 3.000 gram (2,5 kg-3 kg). Berat bayi
di usia 38 minggu itu antara 3.200 gram hingga 3.500 gram.
Berat bayi mulai dipantau jika usia kehamilan mencapai 34 minggu. Tiga hal tadi diukur
apakah sesuai dengan usia kehamilan atau tidak. Apabila tidak rajin kontrol, dan bayi dalam
kondisi besar, maka kemungkinan akan operasi caesar.

4. Kontrol diabetes
Ibu hamil yang mengalami diabetes dan tidak dikontrol, maka bisa menyebabkan bayi
berukuran besar. Untuk itu, jika ibu hamil mengalami diabetes atau memiliki riwayat diabetes
maka harus dikontrol agar berat badan bayi normal.

5. Senam kehamilan
Menjelang persalinan, ibu hamil sudah bisa melakukan senam kehamilan di usia 34
minggu. Boleh melakukan senam atau yoga yang bisa melancarkan kehamilan dan bisa
membalikkan posisi bayi yang sungsang.

6. Pijat perineum
Pijat perineum juga bisa menjadi salah satu pencegahan distosia. Di usia 36 minggu, ibu
hamil sudah boleh melakukan pijat perineum. Ibu hamil bisa melakukan pijat perineum tiga
kali dalam sehari dengan durasi 5 menit.

7. Periksa ke dokter mata


Ibu hamil yang memiliki minus tinggi, minus di atas 5 maka lebih baik diperiksakan
dahulu ke dokter spesialis mata. Karena, risikonya jika mengejan retinanya bisa lepas
(abrasio retina). Jadi periksakan dahulu ke dokter dari usia 36 minggu untuk menghindari
risiko kebutaan.
Dengan demikian, apabila ibu sudah mengalami distosia di kehamilan sebelumnya maka
disarankan untuk rutin kontrol kehamilan. Dengan rutin kehamilan, risiko distosia bisa
berkurang atau tidak terjadi lagi.

A. KESEIMBANGAN PAP

A.    Pengertian PAP


Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang berbentuk lonjong dan berbatasan dengan
promontorium, korpus vertebra sakral I, linea inominata (terminalis), ramus superior os pubis, dan
pinggir atas simfisis. Jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium, disebut juga diameter antero-
posterior (konjugata vera), adalah 11 cm. Hasil ini diperoleh dengan cara memasukkan jari tengah dan
telunjuk ke dalam vagina untuk meraba promontorium; jarak bagian bawah simfisis sampai ke
promontorium yang disebut konjugata diagonalis adalah 13 cm. Konjugata vera merupakan jarak
antara pinggir atas simfisis ke promontorium dengan ukuran lebih 11 cm, diperoleh dari pengurangan
konjugata diagonalis oleh 1,5 cm.
Selain kedua konjugata ini, dikenal pula konjugata obstetrika, yang memiliki jarak 11,5 cm, yaitu
jarak dari bagian dalam tengah simfisis ke promontorium. Sebenarnya konjugata ini paling penting,
walaupun perbedaannya dengan konjugata vera sedikit sekali. Jarak terjauh garis melintang pada pintu
atas panggul disebut diameter transversa (13,5-14 cm). Jika ditarik garis dari artikulasio sakro-iliaka
ke titik persekutuan antara diameter transversa dan konjugata vera dan diteruskan ke linea inominata
disebut diameter obliqua (oblik) (12-12,5 cm). Pinggir bawah simfisis berbentuk lengkung ke bawah
dan berupa sudut (arkus pubis). Normalnya, besarnya sudut ini 90° atau lebih sedikit. Jika kurang
sekali dari 90., kepala janin akan lebih sulit dilahirkan, karena memerlukan tempat lebih banyak ke
dorsal.

B.    Jenis Klasik PAP


Dalam obstetrik, dikenal empat jenis klasik panggul yang mempunyai ciri-ciri PAP sebagai berikut.

1.    Jenis ginekoid


Panggul paling baik untuk wanita, bentuk PAP hampir bulat. Panjang diameter antero-posterior kira-
kira sama dengan diameter transversa. Jenis ini ditemukan pada 45% wanita.
2.    Jenis android
Bentuk PAP hampir segitiga. Umumnya, pria mempunyai jenis seperti ini. Panjang diameter antero-
posterior hampir sama dengan diameter transversa, namun jenis ini jauh lebih mendekati sakrum.
Dengan demikian, bagian belakangnya pendek dan gepeng, sedangkan bagian depannya menyempit
ke muka. Jenis ini ditemukan 15% pada wanita.
3.    Jenis antropoid
Bentuk PAP agak lonjong, seperti telur. Panjang diameter anteroposterior lebih panjang dibandingkan
diameter transversa. Jenis ini ditemukan 35% pada wanita.
4.    Jenis platipeloid
Sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka belakang. Ukuran
melintang jauh lebih besar 5% dibandingkan ukuran muka belakang. Jenis ini ditemukan pada wanita.

C.    Klasifikasi
Pembagian panggul sempit
1.    kesempitan pintu atas panggul (pelvic outlet)
a.    pembagian tingkatan panggul sempit
tingkat I : CV = 9 - 10 cm = borderline
tingkat II : CV = 8 – 9 cm = relatif
tingkat III : CV = 6 – 8 cm = ekstrim
tingkat IV : CV = 6 cm = mutlak (absolut)
b.    pembagian menurut tindakan
CV = 8 – 10 cm = partus percobaan
CV = 6 – 8 cm = SC primer
CV = 6 cm = SC mutlak (absolut)
Inlet dianggap sempit bila CV <10>
2.    Kesempitan mid pelvis
Terjadi bila diameter interspinorum 9 cm. Kesempitan midpelvis hanya dapat dipastikan dengan
rontgen pelvinometri. Dengan pelvimetri klinik, hanya dapat dipikirkan kesempitan midpelvis kalau
•    spina menonjol à mid pelvis arrest
•    side walls konvergen
•    ada kesempitan outlet
mid pelvic contraction dapat memberi kesulitan sewaktu partus sesudah kepala melewati pintu atas
panggul. Adanya kesempitan ini sebetulnya merupakan kontraindikasi untuk forceps karena daun
forceps akan menambah sempitnya ruangan.
3.    Kesempitan outlet
adalah bila diameter tranversal dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm. Kesempitan outlet,
meskipun tidak menghalangi lahirnya janin, namun dapat menyebabkan perineal ruptur yang hebat,
karena arkus pubis sempit sehingga kepala janin terpaksa melalui ruangan belakang.

D.    Komplikasi
1.    Saat Persalinan
Komplikasi panggul sempit pada persalinan tergantung pada kesempitan panggul.
a.    persalinan akan berlangsung lama
b.    sering dijumpai ketuban pecah dini
c.    karena kepala tidak mau turun dan ketuban sudah pecah sering tali pusat menumbung.
d.    Maulage kepala berlangsung lama
e.    Sering terjadi insertia uterus sekunder
f.    Pada panggul sempit menyeluruh bahkan didapati insersia uteri primer
g.    Partus yang lama akan menyebabkan peregangan SBR dan bila berlarut-larut akan menyebabkan
ruptur uteri.
h.    Dapat terjadi simfisiolisis, infeksi intra partal
i.    Partus lama mengakibatkan penekanan yang lama pada jaringan lunak menyebabkan edema dan
hematoma jalan lahir yang kelak akan menjadi nekrotik dan terjadilah fistula.
2.    pada anak
a.    infeksi intra partal
b.    kematian janin intra partal
c.    prolaps funikuli
d.    perdarahan intrakranial
e.    caput succedaneum dan cepalohematoma yang besar
f.    robekan pada tentorium serebri dan perdarahan otak karena moulage yang hebat dan lama
g.    fraktur pada tulang kepala oleh tekanan yang hebat dari his dan oleh karena alat-alat yang
dipakai.

E.    Prognosis
1.    Bahaya pada ibu ialah :
•    partus berlangsung lama
•    terjadi ruptur uteri
•    terjadi fistula karena anak terlalu lama menekan pada jalan lahir, terjadi edema, nekrosis yang
kemudian mengakibatkan vesiko vaginal, vesiko-cervical, atau recto-vaginal fistel
•    infeksi intra partum
•    simfisiolisis
2.    bahaya bagi anak ialah
•    persalinan lama akan menyebabkan KJIP dan memberikan angka kematian janin yang tinggi.
•    Pada panggul sempit sering terjadi ketuban pecah dini dan kemudian infeksi intrapartum
•    Terjadi prolaps funikuli
•    Dengan moulage memang terjadi pengecilan ukuran kepala. Pengecilan sampai 0,5 cm tidak
merusak otak, pengecilan melebihi 0,5 cm akan berakibat buruk terhadap anak atau kematian.

F.    Penanganan
Sebenarnya panggul hanya merupaka salah satu faktor yang menentukan apakah anak dapat lahir
spontan atau tidak, disamping banyak faktor lain yang memegang peranan dalam prognosa persalinan.
Bila konjugata vera 11 cm, dapat dipastikan partus biasa, dan bila ada kesulitan persalinan, pasti tidak
disebabkan oleh faktor panggul. Untuk CV kurang dari 8,5 cm dan anak cukup bulan tidak mungkin
melewati panggul tersebut.
a.    CV 8,5 - 10 cm dilakukan partus percobaan yang kemungkinan berakhir dengan partus spontan
atau dengan ekstraksi vakum, atau ditolong dengan secio caesaria sekunder atas indikasi obstetric
lainnya.
b.    CV = 6 -8,5 cm dilakukan SC primer
c.    CV = 6 cm dilakukan SC primer mutlak.
Disamping hal-hal tersebut diatas juga tergantung pada :
•    His atau tenaga yang mendorong anak.
•    Besarnya janin, presentasi dan posisi janin
•    Bentuk panggul
•    Umur ibu dan anak berharga
•    Penyakit ibu

B. KESEMPITAN BIDANG TENGAH PELVIS

Kejadian ini lebih sering terjadi dibandingkan kesempitan Pintu Atas Panggul.
Kejadian ini sering menyebabkan kejadian “deep tranverse arrest” ( LETAK MALANG MELINTANG
RENDAH ) pada perjalanan persalinan dengan posisio occipitalis posterior ( sebuah gangguan putar
paksi dalam akibat kesempitan Bidang Tengah Panggul ).
Bidang obstetrik Bidang Tengah Panggul terbentang dari tepi bawah simfisis pubis melalui spina
ischiadica dan mencapai sacrum didekat pertemuan antara vertebra sacralis 4 – 5.
Garis penghubung kedua spina ischiadica membagi Bidang Tengah Panggul menjadi bagian anterior
dan bagian posterior. Batas anterior bagian anterior Bidang Tengah Panggul adalah tepi bawah
Simfisis Pubis dan batas lateralnya adalah rami ischiopubic. Batas dorsal bagian posterior Bidang
Tengah Panggul adalah sacrum dan batas lateralnya adalah ligamentum sacrospinosum.
Ukuran rata-rata Bidang Tengah Panggul :
 Diameter tranversal (interspinous) = 10.5 cm

 Diameter AP (tepi bawah SP sampai pertemuan S4 – S5) 11.5 cm

 Diameter Sagitalis Posterior - DSP ( titik pertengahan diameter interspinous dengan


pertemuan S4 – S5) 5 cm

Kesempitan BTP tidak dapat dinyatakan secara tegas seperti halnya kesempitan PAP.
Chen dan Huang ( 1982) : BTP diperkirakan mengalami kesempitan bila jumlah dari Diameter
Interspinous + DSP ( normal 10.5cm + 5cm = 15.5 cm) kurang dari 13.5 cm. Dengan demikian maka
BTP diduga mengalami penyempitan bila diameter interspinous <>
Dugaan klinik adanya kesempitan BTP adalah bila pada pemeriksaan panggul teraba adanya
penonjolan spina ischiadica yang menyolok.
C. KESEMPITAN PINTU BAWAH PANGGUL
PBP berbentuk dua buah segitiga yang memiliki satu sisi bersama ( berupa diameter
intertuberous) dan tidak terletak pada bidang yang sama.
Apex segitiga anterior permukaan posterior arcus pubis.
Apex segitiga posterior ujung vertebra sacralis terakhir ( bukan ujung coccyx).
Terjadi kesempitan pada Pintu Bawah Panggul bila diameter intertuberosa <>.
Berkurangnya nilai diameter intertuberosa menyebabkan sempitnya segitiga anterior sehingga
pada kala II, kepala terdorong lebih kearah posterior dengan konskuensi pada persalinan
terjadi robekan perineum yang luas.
Distosia akibat kesempitan Pintu Bawah Panggul saja jarang terjadi mengingat bahwa
kesempitan PBP hampir selalu disertai dengan kesempitan Bidang Tengah Panggul.

https://fk.ui.ac.id/infosehat/penyebab-persalinan-macet-atau-distosia-kondisi-yang-buat-sulit-
melahirkan

http://cerminanhatial-insan.blogspot.com/2012/05/keseimbangan-pap.html

http://wwwdianhusadavera.blogspot.com/p/halaman-5.html

Anda mungkin juga menyukai