Anda di halaman 1dari 81

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kehamilan

1. Pengertian

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lama

hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung

dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi 3 triwulan pertama

dimulai sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan ke-4 sampai ke-6,

triwulan ketiga dari bulan ke-7 sampai 9 bulan (Ratna, 2015).

Kehamilan yaitu suatu proses fisiologis yang terjadi pada

perempuan akibat adanya pembuahan antara sel kelamin laki-laki dan sel

kelamin perempuan, dengan kata lain kehamilan adalah pembuahan ovum

oleh spermatozoa, sehingga mengalami nidasi pada uterus dan

berkembang sampai kelahiran janin (Arantika dan Fatimah, 2019).

2. Proses Terjadinya Kehamilan

Peristiwa prinsip pada terjadinya kehamilan yaitu

pembuahan/fertilisasi merupakan bertemunya sel telur/ovum wanita

dengan sel benih/spermatozoa pria. Setelah dibuahi sel telur akan

membelah diri menjadi zigot, selanjutnya proses nidasi/implementasi zigot

pada dinding saluran reproduksi (pada kehamilan normal : implementasi

pada lapisan endrometrium pada kavum uteri). Pertumbuhan dan

perkembangan zigot-embrio-janin menjadi bakal individual baru (Sukarni,

2015).

8
9

3. Menentukan Umur Kehamilan

Menentukan umur kehamilan sangat penting untuk memperkirakan

persalinan. Untuk menghitung usia kehamilan, maka dapat dihitung

dengan menanyakan hari pertama dari haid terakhir pada ibu. Perhitungan

HPHT sangat penting dilakukan agar dapat menghitung usia kehamilan

dan juga untuk menghitung taksiran persalinan. Berikut sejumlah cara

menghitung taksiran persalinan, diantaranya :

a. Menggunakan rumus Naegle

Taksiran persalinan dihitung dengan menggunakan rumus yang

disebut aturan Naegele. Untuk menggunakan rumus ini, digunakan

setiap hari pertama haid terakhir ibu yaitu tanggal ditambahkan 7 hari

kemudian bulan dikurangi 3 dan tahun ditambah 1.

b. Gerakan janin (Quickening)

Adanya gerakan janin yang dirasakan oleh ibu primigravida

terjadi pada minggu ke-19 kehamilan atau ke-20, sedangkan ibu

multigravida gerakan janin dirasakan pada minggu ke-16 kehamilan

atau minggu ke-18 kehamilan, sehingga pengukuran dengan cara ini

merupakan alat ukur yang kurang spesifik.

c. Tinggi fundus uteri

Pada usia kehamilan di atas 22 minggu, uterus bertambah besar

sehingga tinggi fundus uteri dapat diukur dengan menggunakan pita

ukur centimeter. Cara untuk mengukur tinggi fundus uteri yaitu dengan

mengukur jarak dari pinggir sympisis pubis sampai ke atas fundus


10

uteri. Tinggi fundus uteri sesuai dengan usia kehamilan, terutama

antara minggu ke-24 sampai minggu ke-36.

d. Ultrasonografi

Alat ini digunakan untuk mendeteksi kantong kehamilan pada

awal kehamilan trimester 1 dan untuk menentukan pengukuran spesifik

janin, minsalnya diameter biparietal pada trimester 3. Pengukuran ini

bertujuan untuk menentukan usia kehamilan (Astuti, dkk, 2017).

4. Tanda-Tanda Kehamilan

Untuk menegakan kehamilan dapat ditetapkan dengan melakukan

penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan, diantaranya :

a. Tanda-tanda tidak pasti hamil

Terlambat haid merupakan tanda-tanda umum seorang

perempuan hamil. Terjadinya nidasi meyebabkan terbentuknya folikel

degraff dan ovulasi tidak terjadi akan tetapi terdapat faktor lain yang

mempengaruhi terlambatnya haid, yaitu mengonsumsi obat-obatan,

setres atau tertekan, penyakit kronis yang diderita, dan sebagainya.

Mual mual dikaitkan erat dengan asam lambung. Pengaruh

hormone estrogen dan progesterone dapat juga menimbulkan asam

lambung yang berlebih sehingga memicu timbulnya rasa mual dan

muntah. Walau demikian perlu dilakukan pemeriksaan lain untuk

memastikan kehamilan, sebab mual dan muntah saja tidak menjamin

kehamilan.
11

Seorang wanita sering mengidam atau menginginkan makanan

atau minuman tertentu dan setiap orang berbeda-beda, sebab

mengidam tidak menjamin wanita tersebut hamil.

Payudara terasa kencang dan membesar diakibatkan hormone

estrogen dan progesterone. Hormone progesterone berpengaruh

terhadap gerakan peristaltik usus sehingga menyebabkan seorang

peempuan sulit buang air besar (konstipasi).

b. Tanda-tanda Kemungkinan Hamil

Terjadinya pembesaran pada abdomen dan biasanya terjadi

setelah 16 minggu, hal ini terjadi karena uterus telah keluar dari

rongga pelvis dan menjadi organ rongga perut. Pada pemeriksaan

dalam di jumpai tanda Hegar, tanda Chadwicks, tanda Piscaseck,

kontraksi Braxton Hicks.

c. Tanda-tanda Pasti Hamil

Terdengar detak jantung janin dengan laenec, biasanya

terdengar pada minggu ke-17 hingga ke-18, dengan melakukan

auskultasi pada janin, bunyi-bunyi lain seperti bising tali pusat, bising

uterus, dan nadi ibu juga dapat didetifikasi. Ketika di palpasi di sekitar

abdomen terdeteksi jelas janin dan terasa gerakan janin. Untuk

memastikan kehamilannya, ibu dapat melakukan pemeriksaan

laboratorium dengan menggambil sampel urine atau darah ibu

(Susanto dan Yuni, 2017).


12

5. Tanda Bahaya Pada Ibu Hamil

Tanda bahya dalam kehamilan merupakan suatu pertanda telah

terjadinya masalah yang serius pada ibu hamil dan janin yang

dikandungnya. Berikut tanda bahaya kehamilan yaitu :

a. Perdarahan Pervaginam

Perdarahan pervaginam yang terjadi pada masa kehamilan

dapat diidentifikasi abortus, kehamilan mola atau kehamilan anggur

dan kehamilan ektopik. Keluarnya darah dari vagina dalam masa

kehamilan patut dicurigai, apalagi jika perdarahan dengan volume

yang banyak dan terasa nyeri.

b. Sakit Kepala yang Hebat dan Menetap

Sakit kepala selama kehamilan adalah umum, dan sering kali

merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit

kepala ini tidak sembuh walaupun sudah cukup beristirahat, hal ini

patut dicurigai sebagai gejala preeklamsia yang jika tidak diatasi akan

menyebabkan kejang dan stroke.

c. Penglihatan Kabur

Tingkat ketajaman penglihatan ibu dapat berkurang saat hamil

dipengaruhi oleh faktor hormonal, gejala penglihatan kabur atau mata

terasa berkunang-kunang, perlu diwaspadai sebagai gangguan

preeklamsia, terutama pada ibu hamil trimester III.


13

d. Bengkak pada Muka Tangan dan Kaki

Bengkak pada muka, tangan, dan kaki merupakan hal yang

biasa dialami pada ibu hamil, biasanya bengkak hilang setelah istiahat

dengan cara letakan kaki di tempat yang lebih tinggi. Gejala bengkak

pada muka, tangan, dan kaki jika tidak hilang setelah diistirahatkan

maka berkaitan dengan penyakit eklamsia, gangguan fungsi ginjal, dan

gagal jantung.

e. Bayi Kurang Bergerak seperti Biasanya.

Gerakan janin dapat dirasakan pada bulan ke-5 atau ke-6 dan

ada pula ibu yang dapat merasakan lebih awal. Biasanya janin

bergerak sedikitnya tiga kali dalam satu jam jika ibu istirahat dan jika

ibu menjaga nutrisinya dengan baik (Arantika dan Fatimah, 2019).

6. Ketidaknyamanan Pada Ibu Hamil Trimester III

Ketidaknyamanan pada ibu hamil trimester III, meliputi keputihan

terjadi karena meningkatnya pelepasan epitel vagina sebagai akibat

peningkatan pembentukan sel-sel pada janin, peningkatan produksi lender

akibat stimulasi hormonal pada leher rahim.

Peningkatan frekuensi buang air kecil disebabkan karena

tertekannya kandung kemih oleh janin. Oleh karena itu ibu hamil bisa

mengatur frekuensi minum dimalam hari, mengurangi teh dan kopi.

Sesak napas (hiperventilasi) yang di sebabkan oleh uterus yang

semakin membesar dan menekan pada diafragma. Cara mencegahnya

yaitu KIE tentang penyebab fisiologis, bantu cara untuk mengatur


14

pernafasan, mendorong postur tubuh yang baik untuk pernafasan

interkostal, dengan latihan nafas melalui senam hamil, posisi berbaring

semifowler, istirahat teratur.

Kram terutama pada kaki yaitu penurunan kalsium dan alkalosis

terjadi akibat perubahan pada sistem pernafasan. Cara mengatasinya

adalah kurangi konsumsi fosfor tinggi supaya terjadi relaksasi pada otot –

otot kaki, beri kompres hangat pada kaki, konsumsi cukup kalsium,

istirahat cukup.

Nyeri pinggang dan punggung bagian bawah Lordosis

dorsolumbar dapat menyebabkan nyeri akibat tarikan pada saraf atau

kompresi akar saraf. Cara mengatasinya yaitu gunakan mekanisme tubuh

yang baik untuk mengangkat barang yang jatuh, misalnya dengan jongkok,

lebarkan kaki dan letakkan satu kaki buka sedikit didepan, hindari sepatu

hak tinggi, hindari pekerjaan dengan beban yang terlalu berat, gunakan

bantal waktu tidur untuk meluruskan punggung, gunakan kasur yang keras

untuk tidur, senam hamil, massase daerah pinggang dan punggung

(Susanto dan Yuni, 2017).

7. Ante Natal Care (ANC)

a. Pengertian

Ante Natal Care merupakan asuhan pada ibu hamil yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan yang meliputi fisik dan mental untuk

mendapatkan ibu dan bayi yang sehat selama kehamilan, masa

persalinan, dan masa nifas. Informasi tertulis tentang perawatan


15

kehamilan yang dicatat pada buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

yang penggunaannya telah dilaksanakan (Astuti,dkk, 2017).

b. Tujuan Ante Natal Care

Tujuan dilakukan ANC adalah memantau kemajuan kehamilan

untuk memastikan kesehatan, serta kesejahteraan ibu dan bayi.

Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal, serta

sosial ibu dan bayi. Mempersiapkan persalinan cukup bulan,

melahirkan dengan selamat ibu dan bayinya dengan trauma seminimal

mungkin. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau

komplikasi yang mungkin tejadi selama masa kehamilan, serta

menangani atau merujuk sesuai kebutuhan. Mempersiapkan ibu agar

masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.

Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran

bayi agar dapat tumbuh dan kembang secara normal (Astuti, dkk,

2017).

c. Kebijakan Program

Standar waktu pelayanan ini dianjurkan untuk menjamin

perlindungan terhadap ibu hamil dan janin berupa deteksi dini faktor

resiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi kehamilan.

Pelayanan kesehatan ibu hamil harus memenuhi frekuensi minimal di

tiap trimester, yaitu:

1) 1 kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu),

2) 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu),


16

3) 2 kali pada trimester ketiga pada saat usia kehamilan 24 minggu

sampai menjelang persalinan (Profil Kesehatan RI, 2018).

d. Pemeriksaan Pada Ibu Hamil

Sebelum melakukan pemeriksaan ibu hamil yaitu :

1) Anamnesis identitas istri dan suami : nama, umur, agama,

pekerjaan, alamat, dan sebagainya.

2) Anamnesis umum tentang keluhan-keluhan, nafsu makan, tidur,

miksi, defekasi, perkawinan, dan sebagainya. Tentang haid, kapan

mendapat haid terakhir. Bila hari pertama haid terakhir diketahui,

maka dapat dijabarkan taksiran tanggal persalinan memakai

rumusan Neagele: hari + 7, bulan – 3, dan tahun + 1.

3) Inspeksi dan pemeriksaan fisik diagnostik : Pemeriksaan seluruh

tubuh secara baik meliputi : tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan,

jantung, paru-paru, dan sebagainya.

4) Perkusi : tidak begitu banyak artinya, kecuali jika ada suatu

indikasi.

5) Palapsi : Pada pemeriksaan menurut Leopold I, II, III pemeriksaan

menghadap kearah muka yang diperiksa. Pada pemeriksaan

menurut Leopold IV pemeriksan menghadap kearah kaki tersebut.

Cara pemeriksaan menurut Leopold dibagi menjadi 4 tahap, yaitu

Leopold I bertujuan untuk mengidentifikasikan bagian janin yang

terdapat di bagian fundus uteri dan menentukan tinggi fundus uteri.

Leopold II bertujuan untuk menentukan batas samping rahim


17

kanan-kiri, menentukan letak punggung janin dan bagian kecil

janin, pada letak lintang tentukan letak kepala janin. Leopold III

bertujuan untuk mengidentifikasi bagian terendah janin yang

terletak di pintu atas panggul dan apakah bagian terendah janin

sudah masuk pintu atas panggul atau belum. Sedangkan Leopold

IV bertujuan untuk mengidentifikasi apakah kepala janin telah

masuk pintu atas panggul atau belum (Astuti,dkk, 2017).

e. Status Gizi Ibu Hamil

Di trimester III, ibu hamil butuh bekal energy yang memadai

selain untuk mengatasi beban yang kian berat, juga sebagai cadangan

energy untuk persalinan kelak. Itulah sebabnya pemenuhan gizi

seimbang tidak boleh dikesampingkan baik secara kualitas ataupun

kuantitas. Perubahan otak janin akan terjadi cepat sekali pada dua

bulan terakhir menjelang persalinan. Karena itu, jangan sampai

kekurangan gizi.

Kebutuhan kalori selama kehamilan adalah sekitar 70.000-

80.000 kilo kalori (kkal), dengan pertambahan berat badan setitar 12,5

kg. Petambahan kalori ini diperlukan terutama pada 20 minggu

pertama. Untuk itu, tambahan kalori yang diperlukan setiap hari adalah

sekitar 285-300 kkal.

Agar kalori terpenuhi, harus makan–makanan yang

mengandung karbohidrat dan lemak. Karbohidrat dapat diperoleh dari

padi-padian dan produk olahannya, kentang, biji-bijian, kacang-


18

kacangan, umbi-umbian. Sementara untuk lemak yaitu susu, telur,

alpukat dan minyak nabati.

Vitamin B6 dibutuhkan untuk menjalankan lebih dari 100

reaksi kimia dalam tubuh yang melibatkan enzim. Makanan hewani

adalah sumber yang kaya akan vitamin ini.

Yodium dibutuhkan sebagai senyawa tiroksin yang berperan

mengotrol setiap metabolisme sel baru yang terbentuk. Bila

kekurangan senyawa ini, akibatnya proses perkembangan janin,

termasuk otaknya terhambat dan terganggu. Janin akan tumbuh kerdil.

Air sangat penting untuk pertumbuhan sel-sel baru, mengatur

suhu tubuh, melarutkan dan mengatur proses metabolisme zat-zat gizi,

serta mempertahankan volume darah yang meningkat selama

kehamilan. Sebaiknya minum 8 gelas air putih perhari, kurangi

minuman bergula seperti sirup dan softdrink (Arantika dan Fatimah,

2019).

f. Pelayanan/Asuhan standar minimal “14 T”

Adapun standar asuhan pelayanan pemeriksaan kehamilan

yaitu :

1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Tinggi badan ibu dikategorikan adanya resiko apabila hasil

pengukuran < 145 cm. Penimbangan berat badan dilakukan setiap

kali kunjungan kenaikan berat badan normal selama kehamilan

adalah antara 8 kg sampai 16 kg (Astuti, 2014).


19

2) Pemeriksaan tekanan darah, dilakukan setiap kali kunjungan untuk

medeteksi adanya tekanan darah tinggi (normal antara 90/60

hingga 140/90 mmHg dan tidak banyak meningkat selama

kehamilan).

3) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas), dilakukan pada saat

kunjungan awal untuk mendeteksi ibu hamil yang KEK (LILA <

23,5 cm).

4) Pemeriksaan Tinggi Fundus Uteri, dilakukan setiap kali kunjungan

untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan usia

kehamilan. Menggunakan rumus Johnson yaitu berat badan janin =

(Tinggi Fundus Uteri –n) x 155 gram, n=13 untuk kepala janin

yang masih floating, n=12 untuk kepala janin yang sudah

memasuki pintu atas panggul.

Tabel 2.1
Besar tinggi fundus uteri sesuai usia kehamilan
Minggu
Perkiraan Tinggi Fundus Uteri
Kehamilan
12 minggu Teraba diatas simfisis pubis
16 minggu Di tengah, antara simfisis pubis dan umbilikus
20 minggu Pada umbilikus
28 minggu 6 cm diatas umbilicus
32 minggu 6 cm di bawah prosesus xipoideus
36 minggu 2 cm di bawah prosesus xipoideus
40 minggu 4 cm di bawah prosesus xipoideus
(Sumber : Astuti,dkk, 2017).
20

5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ),

dilakukan (Leopold I-IV) menentukan presentasi janin dilakukan

pada akhir trimester 2 dan selanjutnya setiap kali kunjungan

Antenatal care dan tentukan letak detak jantung janin, dilakukan

pada akhir trimester 1 dan selanjutnya setiap kali kunjungan. Jika

denyut lambat (<120x/menit) atau cepat (>160x/menit) maka

menunjukan adanya gawat janin.

6) Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus

Toksoid (TT).

Tabel 2.2
Pemberian Imunisasi TT
Interval Lama Perlindungan
Antigen (selang waktu minimal)
TT 1 Pada kunjungan antenatal -
pertama
TT 2 4 Minggu setelah TT 1 3 Tahun

TT 3 6 Bulan setelah TT 2 5 Tahun

TT 4 1 Tahun setelah TT 3 10 Tahun

TT 5 1 Tahun setelah TT 4 25 Tahun/seumur hidup

(Sumber : Astuti,dkk, 2017).

7) Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.

Udah mecegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus

mendapatkan tablet zat besi minimal 90 tablet selama masa

kehamilan dan diberikan sejak kontak pertama.

8) Perawatan payudara dan pijat payudara

9) Pemeriksaan Tes laboratorium (rutin dan khusus) yaitu


21

pemeriksaan golongan darah, Kadar Haemoglobin (Hb) dalam

tubuh pada wanita hamil yang anemia kadar Hb < 11gr%.

Pemeriksaan protein urine, protein urine salah satu indikator

terjadinya preeklamsia pada ibu hamil.

Adapun Hasil pemeriksaan :

Tabel 2.3
Hasil Pemeriksaan Protein Urine

Hasil Pemeriksaan Keterangan

- Tidak ada kekeruhan


+ Ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir
++ Kekeruhan mudah terlihat dengan butir-
butir
+++ Kekeruhan jelas dan berkeping-keping
++++ Sangat keruh, berkeping besar atau
bergumpal
(Sumber : Astuti,dkk, 2017).

Glukosa urine yaitu bertujuan untuk mendeteksi komplikasi

yang terjadi selama kehamilan yaitu diabetes gestasional. Adapun

Hasil pemeriksaan :

Tabel 2.4
Hasil Pemeriksaan Glukosa Urine

Hasil Pemeriksaan Keterangan

- Tetap biru atau sedikit kehijau-Hijauan


+ Hijau kekuning-kuningan dan keruh
++ Kuning keruh
+++ Jingga atau warna lumpur keruh
++++ Merah keruh
(Sumber : Astuti,dkk, 2017).
22

10) Kesegaran Jasmani (Senam ibu hamil)

11) Pemeriksaan Veneral Desease Research Laboratory (VDRL) untuk

mengetahui adanya treponema pallidum/penyakit menular seksual.

12) Pemberian obat malaria diberikan khusus untuk pada ibu hamil

didaerah endemik malaria atau kepada ibu dengan gejala khas malaria

yaitu panas tinggi disertai menggigil.

13) Pemberian kapsul minyak beryodium. Kekurangan yodium

dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan dimana tanah dan air tidak

mengandung yodium.

14) Temu wicara (Astuti,dkk, 2017).

8. Informasi pada Kunjungan ANC dan Kunjungan ulang

Informasi tujuan kujungan ulang kehamilan yaitu mendeteksi

komplikasi-komplikasi, mempersiapkan kelahiran dan kegawatdaruratan,

pemeriksaan fisik yang difokuskan pada pendeteksian komplikasi,

mempersiapkan kelahiran, dan kegawatdaruratan. Jadwal kunjungan ulang

sebaiknya sampai usia 28 minggu kehamilan kunjungan setiap 4 minggu.

Antara 28-36 minggu kehamilan kunjungan setiap 2 minggu. Antara 36

minggu sampai melahirkan kunjungan setiap 1 minggu.

Riwayat kehamilan sekarang yaitu gerakan janin, setiap masalah

atau tanda-tanda bahaya, keluhan-keluhan, bidan tetap membina hubungan

saling pecaya dengan ibu dan keluarga.


23

Pemeriksaan fisik eksremitas bawah (odema), pengukuran tinggi

fundus uteri (setelah 12 minggu dengan palpasi, setelah 22 minggu dengan

pita ukur). Leopold untuk mendeteksi kelainan letak. DJJ setelah 18

minggu. Pemeriksaan tekanan darah secara rutin merupakan cara efektif

untuk mendeteksi preeklamsia. Pemeriksaan protein urine juga untuk

mendeteksi preeklamsia (Elisabeth, 2015).

9. Anemia Pada Kehamilan

a. Pengertian

Anemia merupakan penyakit kekurangan sel darah merah,

apabila sel darah merah berkurang, asupan oksigen dan aliran darah

menuju otak juga berkurang (Sutanto dalam Arantika, 2017). Selain

itu, sel darah merah juga mengandung hemoglobin yang berfungsi

membawa oksigen keseluruh tubuh (Proverawati dalam Arantika,

2017). Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar

hemoglobin <11gr% pada trimester I dan III (Yanti, dkk dalam

Arantika, 2015).

b. Klasifikasi

Berikut tabel klasifikasi anemia :

Tabel 2.5
Klasifikasi Anemia
Pengertian Hasil Hb
Tidak Anemia 11 gram %
Anemia Ringan 9-10 gram %
Anemia Sedang 7-8 gram %
24

Anemia Berat <7 gram %


(Sumber : Arantika dan Fatimah, 2019).

Anemia terbagi menjadi anemia defisiensi besi, anemia

megaloblstik, anemia hipoplastik, anemia hemolitik, dan anemia

lainnya.

1) Anemia defisiensi besi, anemia ini paling banyak dijumpai pada

saat kehamilan. Anemia ini disebabkan akibat kekurangan zat besi.

Tanda dan gejala anemia ini adalah rambut rapuh, kuku tipis dan

mudah patah, lidah bewarna pucat dan pecah-pecah.

2) Anemia megloblastik, anemia ini disebabkan oleh defisiensi asam

folat. Gejala yang tampak adalah mal nutrisi, glositis berat, diare

dan kehilangan nafsu makan.

3) Anemia hipoplastik, ini terjadi dikarenakan sumsum tulang

belakang kurang mampu membuat sel-sel darah baru.

4) Anemia hemolitik disebabkan oleh penghancuran sel darah merah

yang berlangsung lebih cepat dari pada pembuatannya

(Prawirohardjo dalam Arantika dan Fatimah, 2013).

c. Tanda dan Gejala

Gejala ini muncul pada setiap kasus anemia yaitu penurunan

kadar hemoglobin sampai kadar tertentu (Hb <7 gr%). Sindrom

anemia antara lain rasa lemah, lesu, cepat lelah, teliga berdering, mata

berkunag-kunang, kaki terasa dingin, dan sesak nafas. Pada

pemeriksaan, pasien tampak pucat yang terlihat dari konjungtiva,

mukosa mulut, telapak tangan dan jaringan dibawah kuku (Arantika


25

dan Fatimah, 2019).

d. Faktor resiko

Faktor resiko kejadian anemia paling terjadi adalah umur.

Umur ibu hamil berhubungan erat dengan alat-alat reprouksi wanita.

Usia repoduksi yang ideal 20-35 tahun. Ibu hamil yang kurang dari 20

tahun dan lebih dari 35 tahun dapat beresiko mengalami anemia. Hal

ini karna ibu hamil yang kurang dari 20 tahun, secara biologis, emosi

belum stabil sehingga kurang memperhatikan pemenuhan kebutuhan

zat gizi. Disisi lain ibu hamil usia lebih dari 35 tahun, daya tahan tubuh

semakin menurun dan rentan terhadap penyakit (Arantika dan Fatimah,

2019).

e. Dampak Anemia Pada Ibu Dan Janin

Dampak pada ibu hamil adalah perdarahan antepartum,

ketuban pecah dini, perdarahan postpartum, gangguan His (kekuatan

mengejan), rentan terhadap infeksi, berkurang produksi ASI. Dampak

pada janin adalah abortus, persalinan prematur, BBLR, cacat bawaan,

resiko infeksi, kematian intrauterin (Arantika dan Fatimah, 2019).

f. Penatalaksanaan dan Pencegahan

Ibu hamil dengan anemia dapat diberikan suplemen Fe dosis

tinggi 30 mg pada trimester III, sedangkan pada ibu hamil dengan

anemia defisiensi besi dapat diberikan suplemen sulfat 60 mg

sebanyak 1-2 kali dalam sehari. Anemia yang disebabkan oleh

defisiensi asam folat dapat diberikan asam folat 1 mg per hari atau
26

minum vitamin B12 dengan dosis 100-200 mg/hari (Budiarti dalam

Arantika dan Fatimah, 2019).

Pencegahannya dapat dilakukan dengan mengatur pola makan

yaitu dengan menkombinasikan menu makanan serta mengonsumsi

buah dan sayuran yang mengandung vitamin C (seperti tomat, jeruk,

jambu dan lain-lain), mengandung zat besi (sayuran bewarna hijau tua

seperti bayam). Kopi dan teh adalah jenis minuman yang dapat

menghambat penyerapan zat besi sehingga tidak dianjurkan untuk

dikonsumsi (Arantika dan Fatimah, 2019).

10. Asuhan Kebidanan yang Diberikan pada Saat Kehamilan

Asuhan kebidanan adalah upaya preventif program pelayanan

kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal

melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.

Membangun rasa saling percaya anatara klien dan petugas

kesehatan, mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi

yang dikandungnya, memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu

dan kehamilanya, mengidentifikasi dan menata laksanaan kehamilan

resiko tinggi, memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam

menjaga kualitas kehamilan dan merawat bayi, menghindarkan gangguan

kesehatan selama kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu

hamil dan bayi yang dikandungnya (Prawiroharjo, 2014).


27

B. Persalinan

1. Pengertian

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan

janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah

proses pengeluaran janin yang terjadi pada kelahiran cukup bulan (37-42

minggu), lahir secara spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa

komplikasi baik ibu maupun janin (Astri, dkk, 2015).

Beberapa pengertian lain dari persalinan spontan dengan tenaga

ibu, persalinan buatan dengan bantuan, persalinan anjuran bila persalinan

terjadi tidak dengan sendirinya akan tetapi melalui pacuan. Persalinan

dikatakan normal bila tidak ada penyulit (Astri, dkk,2015).

2. Tujuan Asuhan Persalinan

Mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat

kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang

terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip

keamanan dan kualitas pelayanan terjaga pada tingkat yang optimal (Astri,

dkk, 2015).

Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya

mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan

memperlihatkan aspek sayang ibu dan bayi. Melindungi keselamatan ibu

dan bayi baru lahir, mulai dari hamil hingga bayi selamat. Mendeteksi dan

menatalaksanakan komplikasi secara tepat waktu. Memberikan dukungan


28

serta cepat bereaksi terdapat kebutuhan ibu, pasangan dan keluarga selama

persalinan dan kelahiran bayi (Astri, dkk, 2015).

3. Tahapan Persalinan

Persalinan dibagi dalam 4 kala :

a. Kala I

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan

pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).

Persalinan kala I dibagi menjadi dua fase, yaitu fase laten dan fase

aktif. Fase laten dimulai sejak awal kontraksi yang menyababkan

penipisan seviks secara bertahap, pembukan serviks kurang dari 4,

biasanya berlangsung hingga 8 jam. Fase aktif yaitu frekuensi dan

lama kontraksi uterus umumnya meningkat, serviks membuka dari 4-

10 cm, biasanya kecepatan 1 cm atau lebih per jam hingga pembukaan

lengkap (10 cm), terjadi penurunan bagian terbawah janin. Fase aktif

persalinan dibagi 3 subfase yaitu Periode akselerasi berlangsung

selama 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm. Periode dilatasi maksimal

yaitu dari pembukaan 4 cm – 9 cm yang dicapai dalam 2 jam .Periode

deselerasi berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan jadi 10 cm

atau lengkap. Kondisi ibu dan bayi harus dicatat secara seksama, yaitu

denyut jantung janin setiap 30 menit, frekuensi dan lamanya kontraksi

uterus setiap 30 menit, nadi setiap 30 menit, pembukaan serviks setiap

4 jam, tekanan darah dan temperature setiap 4 jam, produksi urine

setiap 2 sampai 4 jam (Astri, dkk, 2015).


29

Kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam, sedangkan

multigravida sekitar 8 jam (Jannah, 2014).

b. Kala II

Kala II pesalinan yaitu dimulai dari pembukaan lengkap (10

cm) sampai bayi lahir. Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih

cepat dan sering, timbul tenaga untuk meneran. Diagnosis kala II dapat

ditegakkan atas dasar hasil pemeriksaan dalam yang menunjukan

pembukaan serviks telah lengkap dan terlihat kepala bayi pada

interoitus vagina atau kepala janin sudah tampak di vulva dengan

diameter 5-6 cm (Astri, dkk, 2015).

Lama kala II pada primigravida dan multigravida berbeda yaitu

pada primigravida berlangsung 1 jam 30 menit sampai 2 jam, dan

multigravida berlangsung 30 menit sampai 1 jam (Walyani, 2015).

c. Kala III

Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya

plasenta, proses tersebut berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

d. Kala IV

Kala IV dimulai dari sejak lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam

setelah proses tersebut. Dua jam setelah persalinan merupakan waktu

yang kritis bagi ibu dan bayi, keduanya baru saja mengalami

perubahan fisik yang luar biasa, karena itu dilakukan pemantauan.

Pemantauan yang harus dilakukan pada kala IV yaitu : Tingkat


30

kesadaran, Pemeriksaan Tanda – tanda vital (Tekanan darah, Nadi),

Kontraksi uterus, kandung kemih, tinggi fundus uteri, dan perdarahan

(Astri, dkk, 2015).

4. Tanda – tanda Persalinan

Tanda-tanda persalinan dimulai bila ibu sudah dalam inpartu (saat

uterus berkontraksi menyebabkan perubahan pada serviks membuka dan

menipis), berakhir dengan plasenta lahir lengkap. Tanda dan gejala

menjelang persalinan yaitu perasaan distensi berkurang (lightening)

perubahan serviks, ketuban pecah, blood show, lonjakan energi, persalinan

palsu, gangguan pada saluran cerna (Astri, dkk, 2015).

5. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan adalah Power

yaitu His (kontraksi otot rahim), kontraksi otot dinding perut, kontraksi

diafragma pelvis atau kekuatan mengejan. Passanger atau faktor janin dan

plasenta yaitu usia janin, presentasi janin, sikap janin, posisi janin, bentuk

dan ukuran kepala, jumlah janin. Passage atau faktor jalan lahir yaitu jalan

lahir lunak dan jalan lahir tulang dimana kepala janin menyesuaikan jalan

lahir (Sukarni, dkk, 2015).

6. Mekanisme Persalinan

Gerakan utama janin selama persalinan dengan presentasi belakang

kepala adalah :

a. Kepala Masuk PAP

Sebagian kepala janin dapat tegak lurus dengan PAP


31

(sinklitismus) bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan pintu

atas panggul. Miring atau membentuk sudut dengan PAP

(asinklitismus) bila arah sumbu kepala janin miring dengan bidang

pintu atas panggul. Asinklitismus anterior menurut Neagele adalah

apabila arah sumbu kepala membuat sudut lancip kedepan dengan

pintu atas panggul, sedangkan asinklitismus posterior adalah

sebaliknya dari asinklitismus anterior. Asinklitismus anterior lebih

menguntungkan dibandingkan asinklitismus posterior karena ruangan

pelvis didaerah posterior lebih luas dibandingkan dengan ruang pelvis

di daerah anterior.

b. Kepala turun ke dalam rongga panggul

Setelah kepala masuk ke dalam PAP, selanjutnya kepala janin

akan turun ke dalam rongga panggul sampai dasar panggul, hal ini

dikarenakan adanya tekanan his dari daerah kearah bokong, tekanan

cairan amnion, tekanan otot perut dan diafragma (mengedan), berat

badan janin dan sumbu kepala janin yang ekstentrik atau tidak simetris,

dengan sumbu lebih mendekati suboksiput, maka tahanan oleh

jaringan dibawahnya terhadap kepala yang akan menurun,

menyebabkan bahwa kepala mengadakan fleksi di dalam rongga

panggul.

c. Fleksi

Pada awal persalinan, kepala bayi refleksi ringan.Seiring

kepala yang maju, biasanya fleksi juga bertambah. Pada pergerakan


32

tersebut, dagu dibawa lebih dekat kearah dada janin sehingga ubun-

ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar. Hal tersebut disebabkan

oleh tahanan dinding serviks, dinding pelvis, dan lantai pelvis. Dengan

adanya fleksi, diameter suboksipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan

diameter suboksipito frontalis (11 cm) sampai didasar panggul, kepala

janin biasanya berada dalam keadaan fleksi maksimal. Beberapa teori

mengungkapkan bahwa fleksi terjadi karena anak di dorong maju,

sedangkan pada saat yang bersamaan, serviks, dinding panggul atau

dasar panggul menahan laju tersebut sehingga terjadi fleksi. (Jannah,

2014).

d. Putaran paksi dalam (rotasi dalam)

Putaran paksi dalam adalah pemutaran ubun-ubun kecil (UUK)

dari bagian depan yang menyebabkan bagian terendah dari bagian

depan janin memutar kearah depan ke bawah simfisis. Pada presentasi

belakang, kepala bagian terendah adalah daerah ubun-ubun kecil dan

bagian tersebut akan memutar kedepan, kearah simfisis.

e. Ekstensi

Setelah kepala melewati vulva, oksiput melewati bawah

symphisis pubis posterior, lahirlah oksiput, dahi, hidung, mulut dan

dagu.

f. Putaran paksi luar (rotasi luar)

Setelah kepala lahir, kepala segera melakukan rotasi yang

disebut putaran paksi luar. Putaran paksi luar ini adalah gerakan
33

kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan

kedudukan kepala dengan punggung anak.

g. Ekspulsi

Setelah bahu lahir, anggota tubuh lain keluar dengan mudah.

Kemudian lahir badan, lengan, pinggul, trokhanter depan dan

belakang, tungkai dan kaki (Jannah, 2014).

7. Asuhan Persalinan Normal

a. Tujuan Asuhan Persalinan Normal

Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan

hidup dan memberikan derajat kesehatan tinggi bagi ibu dan bayinya,

melalui upaya yang terintegrsi dan lengkap tetapi dengan intervensi

yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas

pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (JNPK-KR,

2012).

b. Langkah-langkah 60 APN yaitu:

1) Mendengar dan melihat tada kala dua persalinan yaitu : ibu merasa

ada dorongan kuat dan meneran, ibu merasakan tekanan yang

semakin meningkat pada rektum dan vagina, perineum menonjol,

vulva dan sfinger ani membuka.

2) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial

untuk menolong persalinan dan menatalaksanakan komplikasi

segera pada ibu dan bayi baru lahir. Untuk asuhan bayi baru lahir

atau resusitasi siapkan yaitu : tempat datar, rata, bersih, kering dan
34

hangat, 3 handuk/kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu

bayi), alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60

cm dari tubuh bayi. Untuk ibu siapkan yaitu : menggelar kain di

perut bawah ibu, menyiapkan oksitosin 10 IU, alat suntik steril

sekali pakai di dalam partus set.

3) Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan.

4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci

tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan

tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

5) Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk

periksa dalam.

6) Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang

memakai sarung tangan DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi

kontaminasi pada alat suntik).

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati

dari anterior (depan) ke posterior (belakang) menggunakan kapas

atau kassa yang sudah dibasahi air DTT. Jika introitus vagina,

perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan

seksama dari arah depan ke belakang. buang kapas atau kasa

pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia. Jika

terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan rendam

sarung tangan tersebut dalam larutan klorin 0,5%.


35

8) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.

(Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan sudah lengkap

maka lakukan amniotomi).

9) Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih

memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan

sarung tangan dalam keadaan terbalik, dan rendam dalam klorin

0,5% selama 10 menit). Cuci kedua tangan setelah sarung tangan

dilepaskan.

10) Periksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi uterus

mereda (relaksasi) untuk memastikan DJJ masih dalam batas

normal (120-160 kali/menit). Mengambil tindakan yang sesuai jika

DJJ tidak normal. Mendokumentasikan hasil-hasil periksa dalam,

DJJ, semua temuan pemeriksaan dan asuhan yang diberikan ke

dalam partograf.

11) Beritahu pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janin cukup baik. Kemudian bantu ibu menemukan posisi yang

nyaman dan sesuai dengan keinginannya. Tunggu hingga timbul

kontraksi atau rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi

dan kenyamanan ibu dan janin. (ikuti pedoman penatalaksanaan

fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada. Jelaskan

pada anggota keluarga tentang peran mereka untuk mendukung dan

memberi semangat pada ibu dan meneran secara benar.


36

12) Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada

rasa ingin meneran atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu, ibu

diposisikan setengah duduk atau posisi lain yang di inginkan dan

pastikan ibu merasa nyaman.

13) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin

meneran atau timbul kontraksi yang kuat. Bimbing ibu agar dapat

meneran secara benar dan efektif. Dukung dan beri semangat pada

saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak

sesuai. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya

(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama).

Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi. Anjurkan

keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu. Berikan

cukup asupan cairan per oral (minum), menilai DJJ setiap kontraksi

uterus selesai. Segera rujuk bayi belum atau tidak akan segera lahir

setelah pembukaan lengkap dan di pimpin meneran ≥ 120 menit (2

jam) pada primigravida atau ≥ 60 menit (1 jam) pada multigravida.

14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi

yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran

dalam selang waktu 60 menit.

15) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut bawah

ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6

cm.
37

16) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong

ibu.

17) Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan

dan bahan.

18) Pakai sarung tangan DTT/Steril pada kedua tangan.

19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka

vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi

dengan kain bersihdan kering, tangan yang lain menahan belakang

kepala untuk mempertahankan posisi defleksi dan membantu

lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran secara efektif atau bernapas

cepat dan dangkai.

20) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang

sesuai jika hal itu terjadi) segera lanjutkan proses kelahiran bayi.

Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan lewat

bagian atas kepala bayi. Jika tali pusat melilit leher secara kuat,

klem tali pusat di dua tempat dan potong tali pusat di antara dua

klem tersebut.

21) Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung

secara spontan.

22) Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara

biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan

lembut gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu


38

depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan kearah

atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk menopang

kepala dan bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan

memegang lengan dan siku sebelah atas.

24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut

ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki

(masukkan telunjuk diantara kedua kaki dan pegang kedua kaki

dengan melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari-jari lainnya

pada sisi yang lain agar bertemu dengan jari telunjuk.

25) Lakukan penilaian (selintas)

a) Apakah bayi cukup bulan ?

b) Apakah bayi menangis kuat dan/bernapas tanpa kesulitan ?

c) Apakah bayi bergerak dengan aktif?

Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK” lanjut ke langkah

resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia. Bila jawaban

adalah “YA” lanjut ke lagkah 26.

26) Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh

lainnya (kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti

handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Pastikan bayi

dalam posisi dan kondisi aman diperut bagian bawah ibu.

27) Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang

lahir (hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gameli).


39

28) Beritahu ibu bahwa ia akan di suntik oksitosin agar uterus

berkontraksi baik.

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit

(intramuskuler) di 1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum

menyuntikkan oksitosin).

30) Setelah 2 menit sejak bayi (cukup bulan) lahir, pegang tali pusat

dengan satu tangan pada sekitar 5 cm dari pusar bayi, kemudian

jari telunjuk dan jari tengah tangan lain menjepit tali pusat dan

geser hingga 3 cm proksimal dari pusar bayi, klem tali pusat pada

titik tersebut kemudian tahan klem ini pada posisinya, gunakan jari

telunjuk dan tengah tangan lain untuk mendorong isi tali pusat ke

arah ibu (sekitar 5 cm) dan klem tali pusat pada sekitar 2 cm distal

dari klem pertama.

31) Pemotongan dan pengikatan tali pusat. Dengan satu tangan, pegang

tali pusat yang telah di jepit (lindungi perut bayi) dan lakukan

pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut. Ikat tali pusat

dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian lingkarkan lagi

benang tersebut dan ikat tali pusat dengan simpul kunci pada sisi

lainnya. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang

disediakan.

32) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu bayi.

Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel di dada ibunya.


40

Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi

lebih rendah dari putting susu atau aerola mamae ibu. Selimuti ibu

bayi dengan kain kering dan hangat, pasang topi di kepala bayi.

Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling

sedikit 1 jam. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi

menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu untuk pertama

kali akan berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu

dari satu payudara. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam

walaupun bayi sudah berhasil menyusu.

33) Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

34) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (di atas

simfisis), untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang

klem untuk menegangkan tali pusat.

35) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah

sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang-atas

(dorso kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversion uteri).

Jika plasenta tidak lahir 30-40 detik, hentikan penegangan tali

pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi

kembali prosedur diatas.

36) Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus kearah

dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat kearah distal

maka lanjutkan dorongan kearah kranial hingga plasenta dapat

dilahirkan. Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan


41

(jangan ditarik secara kuat terutama jika uterus tidak berkontraksi)

sesuai dengan sumbu jalan lahir (kearah atas bawah-sejajar lantai-

atas). Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta. Jika

plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat maka

ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM, lakukan kateterisasi

(gunakan teknik aseptic) jika kandung kemih penuh, minta

keluarga untuk menyiapkan rujukan, ulangi tekanan dorso-kranial

dan penegangan tali pusat 15 menit berikutnya, jika plasenta tidak

lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir atau terjadi perdarahan maka

segera lakukan tindakan plasenta manual.

37) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan

kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban

terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah

yang disediakan. (Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan

DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian

gunakan jari-jari tangan atau klem ovum DTT/steril untuk

mengeluarkan selaput yang tertinggal).

38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase

uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase

dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus

berkontraksi (fundus teraba keras). (lakukan tindakan yang

diperlukan seperti kompresi bimanual internal, kompresi aorta


42

abdominalis, tampon kateter jika uterus tidak berkontraksi dalam

15 detik setelah rangsangan taktil/masase).

39) Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta telah

dilahirkan lengkap. Masukkan plasenta ke dalam kantong plastic

atau tempat khusus.

40) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi yang luas dan

menimbulkan perdarahan. (bila ada robekan yang menimbulkan

perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan).

41) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

42) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam

larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh,

lepaskan secara terbalik dan rendam sarung tangan dalam larutan

klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci tangan dengan sabun dan air

bersih mengalir, keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang

bersih dan kering.

43) Pastikan kandung kemih kosong.

44) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai

kontraksi.

45) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

46) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.

47) Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan
43

baik (40-60 kali/menit). Jika bayi sulit bernapas, merintih, atau

retraksi, diresusitasi dan segera merujuk ke rumah sakit. Jika bayi

napas terlalu cepat atau sesak napas, segera rujuk ke RS rujukan.

Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan kembali

kontak kulit ibu bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam selimut.

48) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah

didekontaminasi.

49) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang

sesuai.

50) Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan

menggunakan air DTT, bersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah

di ranjang atau disekitar ibu berbaring. Bantu ibu memakai pakaian

yang bersih dan kering.

51) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.

Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan

yang diinginkannya.

52) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.

53) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%

balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin

0,5% selama 10 menit.

54) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian

keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan


44

kering.

55) Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan pemeriksaan

fisik bayi.

56) Dalam satu jam pertama, beri salep/tetes mata profilaksis infeksi,

vitamin K 1 mg IM di paha kiri bawah lateral, pemeriksaan fisik

bayi baru lahir, pernapasan bayi (normal 40-60 kali/menit) dan

temperature tubuh (normal 36,5°C - 37°C) setiap 15 menit.

57) Setelah satu jam pemberian vitamin K berikan suntikan imunisasi

hepatitis B di paha kanan bawah lateral. Letakkan bayi di dalam

jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat disusukan.

58) Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam di

dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

59) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian

keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan

kering.

60) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang) periksa tanda

vital dan asuhan kala IV persalinan (JNPK-KR, 2012).

8. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Segera setelah dilahirkan, bayi diletakan di dada atau perut atas ibu

selama paling sedikit 1 jam untuk memberi kesempatan pada bayi untuk

mencari dan menemukan puting ibunya. Manfaat IMD bagi bayi adalah

membantu stabilisasi pernapasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebih

baik di bandingkan dengan incubator, menjaga kolonisasi, kuman yang


45

aman untuk bayi dan mencegah infeksi nosokomial. Kadar bilirubin juga

lebih cepat normal karena pengeluaran mekonium lebih cepat sehingga

dapat menurunkan insiden ikterus bayi baru lahir. Kontak kulit dengan

kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga didapat pola tidur yang

lebih baik. Bagi ibu IMD dapat mengoptimalkan pengeluaran hormon

oksitosin, prolaktin, dan secara psikologis dapat menguatkan ikatan batin

antara ibu dan bayi (Prawirohardjo, 2014).

9. Laserasi Perineum

a. Laserasi perineum dapat di bagi menjadi empat katagori :

1) Derajat Satu. Laserasi yang mengenai mukosa vagina dan kulit

perineum.

2) Derajat Kedua. Laserasi yang mengenai mukosa vagina, kulit dan

otot perineum.

3) Derajat Ketiga. Laserasi yang mengenai, mukosa vagina, kulit, otot

perineum, dan otot spinter ani.

4) Derajat Keempat. Laserasi yang mengenai mukosa vagina, kulit,

otot perineum, dan otot spinter ani yang meluas sampai dinding

depan rectum.

b. Tujuan

Tujuan menjahit laserasi adalah untuk menyatukan kembali

jaringan tubuh (mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang

tidak perlu. Pada pemeriksaan perineum adakah perahan aktif dan

nilai derajat laserasi perineum. Selain perlukaan perineum terkadang


46

juga mengalami perlukaan pada vulva, sekeliling klitoris dan uretra

(JNPK-KR, 2012).

c. Penjahitan Laserasi Perineum

Anastesi yang diperlukan adalah anastesi local dengan lidokain

1%, hindarkan jangan sampai larutan lidokain masuk ke dalam

pembuluh darah. Lakukan penjahitan dengan tehnik jelujur mudah di

pelajari kurang menimbulkan nyeri pada setelah penjahitan, dan

jumlah benang yang di perlukan sedikit. Langkah-langkah penjahitan :

1) Prinsip PI jangan di abaikan

2) Telusuri luka dengan jari tangan

3) Pastikan batas luka

4) Lakukan jahitan 1 cm di atas ujung luka di dalam vagina

5) Tutup mukosa vagina dengan jelujur kearah bawah hingga

mencapai hymen

6) Teruskan jarum menembus mukosa vagina di belakang hymen

hingga ujung jarum mencapi luka area perineum

7) Periksa tepi di antara jarum pada area perineum dan batas luka

8) Pastikan bahwa setiap jahitan pada tiap sisi memiliki ukuran yang

sama dan otot bagian dalam sudah tertutup. Setelah mencapai luka

lakukan penjahitan untuk menutupi jaringan sub kutikuler (JNPK-

KR, 2012).
47

10. Partograf

a. Definisi

Partograf adalah alat bantu yang digunakan pada fase aktif

persalinan yang berupa catatan grafik kemajuan persalinan untuk

memantau keadaan ibu dan janin. Partograf dianggap sebagai system

peringatan awal yang membantu pengambilan keputusan lebih awal

kapan seorang ibu harus dirujuk.

b. Penggunaan dan manfaat

Partograf harus digunakan untuk mencatat hasil observasi dan

kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui

pemeriksaan dalam. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan

dengan normal. Mencatat kemajuan persalinn. Mencatat kondisi ibu

dan janin. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan.

Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini

mengidentifikasi adanya penyulit. Membuat keputusan klinik yang

sesuai dan tepat waktu.

c. Pencatatan pada partograf

Untuk menggunakan partograf dengan benar, petugas harus

mencatat kondisi ibu dan janin yaitu Informasi tentang ibu: lengkapi

bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan

persalinan. Kemajuan persalinan atau pembukaan dinilai saat

melakukan pemeriksaan vagina yang ditandai dengan tanda (X).


48

Penurunan kepala janin ditandai dengan tanda (O). Kontraksi uterus

setiap 30 menit, dinilai lamanya berapa detik. Catat lamanya kontraksi

menggunakan lambangnya yaitu :

1) Kurang dari 20 detik : titik-titik

2) Antara 20 sampai 40 detik : diarsir

3) Lebih dari 40 detik : diblok.

Denyut jantung janin nilai dan catat setiap 30 menit (lebih

sering apabila ada tanda-tanda gawat janin). Warna dan adanya air

ketuban catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur

DJJ, dengan lambang-lambang sebagai berikut yaitu:

Tabel 2.6
Lambang ketuban dalam partograf

Lambang Keterangan
U Ketuban utuh (belum pecah)
J Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
mekonium
D Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K Ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir
lagi (kering).
(Sumber : Astri,dkk, 2015).
49

Kemudian Perubahan bentuk kepala janin (molding atau

molase) yaitu :

Tabel 2.7
Molase dalam partograf

Lambang Keterangan
0 Jika tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan
mudah dapat dipalpasi.
1 Jika tulang-tulang kepala janin hanya saling
bersentuhan
2 Jika tulang-tulang kepala janin saling tumpang
tindihtetapimasih dapat dipisahkan
3 Jika tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih
dan tidak dapat dipisahkan
(Sumber : Astri,dkk, 2015).

Waktu pencatatan kondisi ibu dan bayi pada fase aktif adalah

detak jantug janin, frekuensi dan lamanya kontraksi, nadi setiap 30

menit. Pembukaan serviks, penurunan kepala, ketuban, molase,

tekanan darah yaitu setiap 4 jam. Suhu setiap 2 jam. Urin, aseton,

protein setiap 2-4 jam dicatat setiap kali berkemih (Astri,dkk, 2015).

11. Ketuban Pecah Dini (KPD)

a. Pengertian

Definisi ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban

sebelum waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan

<4 cm (fase laten). Hal ini terjadi pada akhir kehamilan maupun

sebelum waktunya melahirkan. KPD preterem adalah KPD sebelum

usai kehamilan 37 minggu. KPD memanjang adalah KPD yang terjadi


50

lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan (Taufan, 2017).

KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan

kehamilan kurang bulan, dan mempunyai kontribusi yang besar pada

angka kematian perinatal dan bayi yang kurang bulan (Taufan, 2017).

b. Penyebab

Penyebabnya masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan

secara pasti kemungkinan berikut ini adalah faktor predisposisinya :

1) Infeksi : infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban

maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban

bisa menyebabkan terjadinya KPD.

2) Serviks yang inkompetensia, kanalis serviks yang selalu terbuka

oleh karena kelainan pada serviks akibat persalinan atau curettage.

3) Tekanan pada intra uterine semakin tinggi akibat trauma,

hidramnion atau gemeli.

4) Trauma yang didapat minsalnya hubungan seksual, pemeriksaan

dalam maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena

disertai infeksi.

5) Kelainan letak, minsalnya sungsang sehingga bagian terendah

menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekan

pada memberan bagian bawah (Taufan, 2017).

c. Tanda dan gejala

1) Adanya keluar cairan ketuban merembes melalui vagina.

2) Aroma air ketuban berbau amis, dan tidak seperti bau amnioak
51

mungkin cairan tesebut masih merembes atau menetes, dengan ciri

pucat dan bergaris merah.

3) Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus di produksi

sampai kelahiran. Tetapi jika anda duduk atau berdiri, kepala janin

yang sudah terletak dibawah biasanya menganjal atau menyumbat

kebocoran untuk sementara.

4) Demam, bercak vagina banyak, nyeri perut, denyut jntung janin

bertambah cepat merupaka tanda-tanda infksi terjadi (Taufan,

2017).

d. Diagnose

Menegakan diagnose KPD secara tepat sangat penting.

Menegakan diagnose KPD dengan cara :

1) Anamnesa

Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan

cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir, keluarnya

cairan yang berbau khas dan perlu juga diperhatikan, warna cairan

tersebut, his belum teratur atau belum ada dan pengeluaran lendir

darah.

2) Inspeksi

Pengamatan dengan mata biasa, akan tampak keluarnya

cairan dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban

masih banyak, pemeriksaan ini akan terlihat jelas.


52

3) Pemeriksaan dengan speculum

Pemeriksaan dengan speculum pada KPD akan tampak

keluar cairan dari ostium uteri eksternum kalau belum juga tampak

keluar, fundus uteri ditekan, penderita diminta batuk, mengejan,

atau bagian terendah digoyangkan akan tampak keluar cairan.

4) Pemeriksaan dalam

Pada pemeriksaan dalam didapati cairan dan selaput

ketuban sudah tidak ada lagi. Pada kehamilan kurang bulan yang

belum dalam persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam,

karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan

mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang

normal. Pada pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan kalau

KPD yang sudah dalam persalinan atau yang dilakukan induksi

persalinan dan dibatasi sedikit mungkin (Taufan, 2017).

e. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan laboratorium

Cairan yang telah keluar dari vagina perlu diperiksa warna,

konsistensi, bau dan pHnya. Melakukan test lakmus (test nitrazin),

jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan

adanya air ketuban, pH air ketuban 7-7,5, darah dan infeki vagina

dapat dihasilkan test yang positif palsu.


53

2) Pemeriksaan USG

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan

ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan

ketuban yang sedikit, namun sering tejadi kesalahan pada penderita

oligohidramnion (Taufan, 2017).

f. Komplikasi KPD

1) Komplikasi yang sering terjadi pada usia kehamilan sebelum 37

minggu adalah Sindrom distress perafasan (respiratory distress

syndrome), yang terjadi 10-40% bayi baru lahir.

2) Resiko infeksi meningkat pada kejadian KPD.

3) Semua ibu hamil dengan KPD premature sebaiknya dievaluasi

untuk memungkinkan terjadinya korioamniotis (radang pada

selaput amnion dan korion).

4) Terjadinya prolaps tali pusat.

5) Resiko kecacatan dan kematian pada janin meningkat pada KPD

preterm (Taufan, 2017).

g. Penatalaksanaan KPD

1) Berikan antibioika (bila ketuban pecah >6 jam berupa Ampisillin 4

x 500 mg atau Gentamycin 1 x 80 mg).

2) Umur kehamilan <32-34 minggu dirawat selama air ketuban masih

keluar atau sampai air keluar tidak keluar lagi.

3) Bila usai kehamilan 32-34 minggu, masih keluar air ketuban, maka
54

usia 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan (hal

sangat tergantug pada kemampuan perawatan bayi prematur).

4) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi

intrauterine).

5) Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid untuk mengacu

kematangan paru-paru janin.

6) Kehamilan >35 minggu induksi oksitosin, bila gagal dilakukan

seksio sesaria. Cara induksi yaitu 1 ampul oksitosin dalam

Dektrose 5 % dimulai dari 4 tetes permenit, tiap seperempat jam

dinaikan 4 tetes sampai maksimum 40 tetes permenit.

7) Pada keadaan CPD, letak lintang dilakukan seksio sesaria.

8) Bila ada tanda-tanda infeksi beri anibiotika dosis tinggi dan

persalinan di akhiri (Taufan, 2015).

12. Asuhan Kebidanan Selama Persalinan

Asuhan kebidanan selama persalinan adalah:

a. Kala I yaitu menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu

seperti suami, memberikan sentuhan kepada ibu, anjurkan keluarga

pasien atau teman dekat untuk memberikan dukungan emosional,

membantu mengatur posisi klien, memberikan cairan dan nutrisi,

menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAB/BAK, menjaga agar

lingkungan tetap bersih, menganjurkan ibu untuk rileksasi saat tidak

ada kontraksi, menganjurkan ibu istirahat jika tidak ada his, pastikan

kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang dipelukan dalam


55

persalinan dalam keadaan siap, memantau kemajuan persalinan dengan

partograf.

b. Kala II yaitu memastikan pembukaan lengkap dan janin dalam

keadaan baik, memberikan dukungan terus menerus kepada ibu seperti

selalu mendampingi ibu agar merasa nyaman, memberikan cairan dan

minum, membantu mengatur posisi ibu, menganjurkan ibu untuk

mengosongkan kandung kemihnya. Anjurkan rileksasi saat tidak ada

his, memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat. Membimbing

ibu untuk meneran saat ada his.

c. Kala III yaitu jepit, gunting dan ikat tali pusat sedini mungkin,

memastikan janin tunggal, kemudian memberikan oksitosin 10 UI,

melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT) untuk melahirkan

plasenta, melakukan masase fundus uteri untuk merangsang kontraksi,

periksa kedua sisi plasenta pastikan lengkap dan utuh.

d. Kala IV yaitu melakukan pemeriksaan serviks, vagina, dan perineum

terdapat robekan atau tidak, mempersiapkan penjahitan perineum,

menganjurkan ibu untuk banyak minum, membersihkan dan

merapihkan ibu, melakukan pemantauan kala IV (Widia, 2015).

D. Nifas

1. Pengertian

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum


56

hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu, merupakan

waktu yang di perlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keaadaan

normal (Eni, dkk, 2015).

Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada

batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu yang relative pendek darah

sudah keluar, sedangkan batas maksimumnya adalah 40 hari (Eni, dkk,

2015).

Jadi masa nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai

alat-alat reproduksi pulih kembali seperti sebelum hamil dan secara

normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Eni, dkk,

2015).

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan asuhan masa nifas yaitu membantu ibu dan pasangannya

selama masa transisi awal mengasuh anak. Menjaga kesehatan ibu dan

bayi baik fisik maupun psikologis. Melaksanakan skrining yang

komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi

komplikasi pada ibu dan bayinya. Memberikan pendidikan kesehatan

tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui,

pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.

Memberikan pelayanan keluarga berencana (Eni, dkk, 2015).

3. Periode Masa Nifas

Periode Masa Nifas dibagi dalam 3 periode:

a. Puerperium Dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan


57

berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih

dan boleh bekerja setelah 40 hari.

b. Puerperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat

genetalia yang lama 6-8 hari.

c. Remote Puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama selama hamil atau waktu persalinan mempunyai

komplikasi (Eni, dkk, 2015).

4. Fisiologi Masa Nifas

a. Uterus

Setelah bayi lahir uterus selama persalinan mengalami

kontraksi dan retraksi akan menjadi keras sehingga dapat menutup

pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta.

Uterus secara berangsur-angsur kembali seperti sebelum hamil.

Tabel 2.8
Proses Involusi Uteri
Involusi TFU Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1.000 gram
Plasenta Lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram
I Minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram
2 Minggu Tidak teraba 350 gram
6 Minggu Normal 50 gram
(Sumber : Elisabeth dan Endang, 2015)

b. Perubahan Ligamen

Ligamen – ligamen dan diafragma pelvis, serta fasia yang

meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir,

berangsur-angsur menciut kembali seperti semula.


58

c. Perubahan pada Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengangga seperti

corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat

mengandakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehigga

seolah-olah pada berbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk

cincin. Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh

darah, konsistensi lunak, segera setelah janin dilahirkan.

d. Lochea

Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan dalam desidua

yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Campuran antara

darah dengan desidua tersebut dinamakan lochea, yang biasanya

berwarna merah muda atau putih pucat.

Berikut ini adalah beberapa jenis lochea yang terdapat pada

wanita masa nifas meliputi : Lochea rubra (cruenta) yaitu berwarna

merah karena berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel –

sel desidua verniks caseosa, lanugo, dan mekonium keluar pada 1-3

hari post partum. Lochea sanguilenta yaitu berwarna merah kuning

bersih keluar pada hari ke 3 – 7 post partum. Lochea serosa yaitu

berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14. Lochea

alba yaitu berwarna putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan

sel – sel desidua dimulai dari setelah 2 minggu post partum.


59

e. Perubahan pada Vagina dan Perineum

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang

sangat besar selama proses melahirkan bayi. Setelah 3 minggu vulva

dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam

vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia

menjadi lebih menonjol.

Sedangkan perineum menjadi kendur karena sebelumnya

teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada hari

kelima postpartum, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian

besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum

melahirkan (Elisabeth dan Endang, 2015).

5. Program dan Kebijakan

Pelayanan kesehatan ibu nifas harus dilakukan minimal tiga kali

sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu 6 jam sampai dengan 3 hari pasca

persalinan, hari ke-4 sampai dengan hari ke-28, dan pada hari ke-29

sampai dengan hari ke-42 pasca pesalinan. Jenis pelayanan kesehatan ibu

nifas yang diberikan terdiri dari :

a. Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, suhu),

b. Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri),

c. Pemeriksaan lochea dan cairan pervaginam lain,

d. Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI ekslusif,

e. Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi kesehatan ibu nifas dan


60

bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana pasca persalinan,

f. Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan (Profil Kesehatan RI,

2018).

6. Tanda-tanda Bahaya Masa Nifas

Adapun tanda - tanda bahaya pada masa nifas adalah demam

38,5° c, Perdarahan pervaginam yang abnormal, cairan yang keluar yang

bau busuk dari vagina, nyeri perut yang hebat, sakit kepala yang parah,

pembengkakan di wajah, jari-jari atau tangan, payudara membengkak,

putting susu membengkak, merasa sedih atau tidak mampu mengasuh

bayinya, depresi pada masa nifas (Elisabeth dan Endang, 2015).

7. Senam Nifas

Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu – ibu setelah

melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih kembali. Senam nifas

bertujuan untuk mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya

komplikasi, serta memulihkan dan mengencangkan keadaan dinding perut

yang sudah tidak indah lagi (Elisabeth dan Endang, 2015).

8. Asuhan Masa Nifas

Asuhan masa nifas yaitu mengajarkan ibu cara membersihkan

daerah kelamin yaitu membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu

dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus

dengan menggunakan sabun dan air. Menganjurkan ibu untuk sering ganti

pembalut minimal dua kali sehari, menganjurkan ibu untuk mencuci

tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah
61

kelaminnya dan menganjurkan ibu untuk menghindari menyentuh daerah

luka jika ada luka laserasi. Menganjurkan ibu untuk banyak istirahat yang

cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. Ibu menyusui harus

mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, minum sedikitnya 3 liter air

setiap hari, mengkonsumsi pil zat besi untuk menambah zat gizi

setidaknya selam 40 hari pasca bersalin dan minum kapsul vitamin A

(200.000 unit) untuk memberikan vitamin A kepada bayi melalui ASI.

Kemudian menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama puting

susu. Menggunakan BH yang menyokong payudara. Apabila puting susu

lecet, oleskan colostrum atau ASI setiap kali menyusui. Menyusui tetap

dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak lecet.

Hubungan Perkawinan / Rumah Tangga secara fisik aman untuk

memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu tidak

merasa nyeri, banyak budaya menunda hubungan suami istri sampai masa

waktu tertentu setelah 40 hari atau 6 minggu pasca persalinan. Keluarga

Berencana idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2

tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menemukan

sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang

keluarganya. Namun, petugas kesehatan dapat membantu merencanakan

keluarganya dangan mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah

kehamilan yang tidak diinginkan dengan menggunakan metode KB

(Elisabeth dan Endang, 2015).


62

D. Keluarga Berencana

1. Pengertian

Keluarga berencana adalah upaya untuk mewujudkan keluarga

yang berkualitas, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan dalam

mewujudkan hak-hak reproduksi serta penyelenggaraan pelayanan,

pengaturan dan dukungan yang diperlukan untuk membentuk keluarga

dengan usia perkawinan yang ideal, mengatur jumlah, jarak, dan usia ideal

melahirkan anak, mengatur kehamilan dan membina ketahanan dan

kesejahteraan anak (BKKBN, 2015).

2. Tujuan

1) Mengatur kehamilan yang diinginkan,

2) Menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi dan

anak,

3) Meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling,

dan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi,

4) Meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktek keluarga

berencana,

5) Mempromosikan penyusunan bayi sebagai upaya untuk menjarangkan

jarak kehamilan (UU No.52 tahun 2009 tentang KB).


63

3. Jenis-Jenis

a. Kondom

Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dapat

terbuat dari berbagai bahan diantaranya karet, pastik, atau bahan

alami, yang dipasang pada penis pada saat berhubungan seksual.

Kondom merupakan alat kontrasepsi yang dapat mencegah penyakit

menular seksual,.dapat digunakan dengan alat kontrasepsi lainnya,

kondom efektif bila pemakainnya benar, kondom tidak

mempengaruhi ASI, murah dapat dibeli secara umum, tidak perlu

resep dokter, tidak mempengaruhi sistemik, dan dapat mencegah IMS.

Keterbatasannya yaitu agak mengganggu hubungan seksual,

harus selalu tersedia pada setiap kali hubungan seksual, dapat

menimbulkan alergi, malu membeli di tempat umum dan pembuangan

kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal limbah.

b. Pil Kombinasi

Kontrasepsi ini mengandung progestin dan estrogen, cara kerja

metode ini adalah menekan ovulasi, mecegah implantasi,

mengentalkan lendir serviks, efektifitasnya sangat tinggi jika diminum

secra teratur.

Manfaat metode ini resiko terhadap kesehatan sangat kecil,

tidak mengganggu hubungan seksual, siklus haid menjadi lebih teratur,

haid tidak nyeri, dapat digunakan dalam jangka panjang, mudah


64

diberhentikan, kesuburan segera kembali, dapat mencegah kehamilan

ektopik, kanker ovarium, kista ovarium dan kanker endometrium.

Keterbatasan pada metode ini adalah mahal karena digunakan

setiap hari mual pada bulan-bulan pertama, pusing, nyeri payudara,

berat badan naik, dapat mengganggu produksi ASI, tidak dianjurkan

untuk perokok, dan tidak dapat melindungi dari penyakit menular

seksual (Brian, dkk, 2014).

c. Mini Pil

Kontrasepsi ini menggandung progestin dengan kemasan 28

dan 35 pil. Cara kerjanya mengentalkan lender serviks, endromettrium

mengalami transformasi lebih awal sehigga implantasi terganggu.

Evektivitasnya sangat efektif jika diminum teratur 1 hari 1 tablet

jangan sampai lupa, jika lupa minum 2 tablet sekali minum.

Keuntungan kontrasepsi minipil adalah tidak mengganggu pada

saat hubungan seksual, tidak mempengaruhi ASI, kesuburan cepat

kembali, nyaman dan mudah digunakan, dapat dihentikan setiap saat,

mengurangi nyeri haid, mengurangi jumlah darah haid, mencegah

kanker endometrium, dapat digunakan pasca keguguran, dapat

digunakan sebagai kontrasepsi darurat.

Keterbatasan menggunakan minipil adalah hampir 30-60%

mengalami ganguan haid (perdarahan sela, spoting, amenorea),

meningkatkan berat badan, harus digunakan pada waktu yang sama,

payudara menjadi tegang, pusing, mual dan berjerawat, tidak


65

melindungi dari penyakit menular seksual (Brian, dkk, 2014).

d. Suntik 1 Bulan

Jenis suntikan kombinasi 25 mg Depo Medroksiprogesteron

asetat dan Estradiol Spinoat yang diberikan secara injeksi IM

(intramuscular), sebulan sekali. Cara kerja kontasepsi ini adalah

menekan ovulasi, membuat lender serviks menjadi lebih kental

sehingga presentasi sperma terganggu, perubahan pada endrometrium

sehingga implantasi terganggu, menghambat transportasi gamet oleh

tuba.

Efektivitasnya sangat efektif. Keuntungan yang didapatkan

resiko terhadap kesehatan kecil, tidak berpengaruh pada hubungan

suami istri, tidak diperlukan pemeriksaan dalam, jangka panjang,

mengurangi nyeri saat haid, mencegah kehamilan ektopik.

Kerugiannya adalah terjadi perubahan pola haid menjadi tidak

teratur, perdarahan bercak, atau perdarahan sampai 10 hari. Mual, sakit

kepala, nyeri payudara ringan, harus kembali setiap 1 bulan atau 30

hari, penambahan berat badan, tidak menjamin perlindungan pada

penyakit seks menular (Brian, dkk, 2014).

e. Suntik 3 Bulan

Jenis suntikan hanya mengandung progestin diberikan setiap 3

bulan sekali cara disuntik intramuscular (di daerah bokong).

Efektivisanya sangat efektif asal penyuntikannya dilakukan secara

teratur sesuai jadwal yang ditentukan.


66

Keuntungan dari kontrasepsi ini pencegahan kehamilan jangka

panjang, tidak berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak memiliki

pengaruh terhadap pengeluaran ASI, dapat mencegah kanker

endometrium dan kehamilan ektopik.

Kekurangan dalam kontrasepsi ini adalah siklus haid menjadi

tidak teratur, perdarahan yang banyak dan sedikit, perdarahan bercak

atau tidak teratur, atau tidak haid sama sekali, harus kembali setiap 3

bulan sekali, penambahan berat badan, tidak melindungi dari penyakit

menular seksual (Brian, dkk, 2014).

f. Implant (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)

Metode implant adalah kontrasepsi hormonal yang efektif,

dipasangkan dilengan tangan dibawah kulit, tidak permanen, dapat

mencegah kehamilan tiga sampai lima tahun. Cara kerja kontrasepsi

ini adalah mengentalkan lendir serviks, mencegah ovulasi,

mempengaruhi endometrium. Efektivitasnya sangat efektif.

Keuntungannya cepat kembali pada masa subur, mencegah terjadinya

kehamilan ektopik, digunakan dalam waktu yang panjang 3-4 tahun,

tidak mengganggu produksi ASI, tidak perlu dilakukan pemeriksaan

dalam, tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.

Efek samping pada kontrasepsi ini adalah perubahan pola haid,

perdarahan yang lama beberapa bulan pertama pemakaian, bercak

darah, tidak mengalami bercak darah atau tidak haid, perubahan pada
67

berat badan, mual, payudara tegang, sakit kepala, tidak melindungi

dari penyakit menular seksual, tidak dianjurkan untuk ibu yang

memiliki hipetensi dan diabetes (Brian, dkk, 2014).

g. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (Progestin)

Jenis AKDR ini menggandung progestin, cara kerja alat

kontrasepsi ini adalah endometrium mengalami transformasi yang

ireguler, sehingga mengganggu implantasi. Mencegah terjadinya

pembuahan, mengurangi sperma yang mencapai tuba fallopi,

menginaktifkan sperma. Efektivitasnya sangat efektif.

Keuntungan setelah menggunakan kontrasepsi ini adalah

efektif dengan proteksi jangka panjang, tidak mengganggu hubungan

suami istri, tidak mempengaruhi asi, kesuburan segera kembali setelah

alat di cabut, memiliki efek samping yang kecil, mengurangi nyeri

haid, merupakan kontrasepsi pilihan untuk wanita yang menoupouse.

Kekurangan perubahan pada siklus haid, diperlukan

pemeriksaan dalam, tidak dapat diberhentikan setiap saat, keram pada

perut, pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi amenorea, terjadi

kehamilan ektopik, harganya cukup mahal, dapat memicu miom

uterus, tidak melindungi dari penyakit menular seksual, tidak

dianjurkan untuk penderita jantung, riwayat stroke dan penyakit

hepatitis (Brian, dkk, 2014).


68

h. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Non Hormonal

Jenis AKDR CuT-308A bentuk kecil, kerangka dari plastic

fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat

dari tembaga. Cara kerja kontrasepsi ini adalah menghambat

kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopi, mempengaruhi

fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri, memungkinkan untuk

mencegah implantasi telur dalam uterus.

Keuntungan pada kontrasepsi ini adalah sangat efektif dan

dapat digunakan dalam jangka panjang, dapat segera efektif setelah

pemasangan, tidak mempengaruhi hubungan seksual, tidak

mempengaruhi produksi ASI, tidak ada efek samping secara hormonal,

dapat segera dipasang saat setelah abortus atau setelah melahirkan,

membantu mencegah kehamilan ektopik, dapat digunakan oleh ibu

yang perokok, mempunyai tekanan darah tinggi, penderita penyakit

jantung, penderita diabetes, pernah mengalami stroke, penderita

varises, penderita penyakit empedu dan epilepsi.

Efek samping yang didapatkan adalah perubahan siklus haid

umumnya pada bulan-bulan pertama pemakaian, haid menjadi lebih

banyak atau sedikit, merasa sakit perut selama 3-5 hari setelah

pemasangan, tidak dapat mencegah penyakit menular seksual, tidak

dianjurkan untuk wanita yang memiiki penyakit radang panggul dan

IMS.
69

Waktu dan pemasangan setiap kali klien haid memastikan tidak

hamil, pada hari pertama sampai ketujuh siklus haid, metelah abortus,

setelah 48 jam pasca persalinan (Brian, dkk, 2014).

i. Tubektomi

Tubektomi adalah metode kontrasepsi untuk perempuan yang

tidak ingin mempunyai anak lagi. Perlu prosedur bedah untuk

melakukan tubektomi sehingga dilakukan pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan tambahan lainnya untuk memastikan apakah klien sesuai

untuk menggunakan metode ini. Tubektomi termasuk metode efektif

dan tidak menimbulkan efek samping jangka panjang. Efektivitas pada

kontrasepsi ini adalah mengambat oklusi tuba tetapi secara

keseluruhan, efektivitas tubektomi cukup tinggi dibanding kontrasepsi

lainnya. Mekanisme kerja tubektomi adalah mengikat atau memotong

atau memakaikan cincin pada tuba fallopi sehingga sperma tidak dapat

bertemu dengan ovum.

Kontrasepsi ini bersifat permanen, tidak mengganggu produksi

ASI, tidak menimbulkan pinggang nyeri, tidak menyebabkan

ketidakseimbangan hormone, tidak menyebabkan perubahan siklus

haid dan mengurangi resiko kehamilan ektopik.

Kerugian pada pemakaian kontrasepsi ini adalah menyesal

dikemudian hari, rasa sakit atau tidak nyaman setelah beberapa hari

tindakan, dilakukan oleh dokter yang terlatih, harganya mahal, tidak


70

melindungi dari penyakit menular seksual (Brian, dkk, 2014).

j. Vasektomi

Vasektomi adalah metode kontrasepsi untuk laki-laki yang

tidak ingin mempunyai anak lagi. Pada metode ini sperma tidak

mencapai vesikula seminalis sehingga pada saat ejakulasi dikeluarkan

bersamaan cairan semen. Kontrasepsi ini bersifat permanen.

Keterbatasan menggunakan metode ini adalah menyesal dikemudian

hari,ada nyeri dan merasa tidak nyaman setelah pembedahan, perlu

tenaga kesehatan yang terlatih, tidak melindungi pasien dari penyakit

menular seksual (Brian, dkk, 2014).

E. Bayi Baru Lahir

1. Pengertian

Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru mengalami

proses kelahiran, berusia 0 – 28 hari. Bayi baru lahir memerlukan

penyesuaian fisiologis berupa maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari

kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstrauterine) dan toleransi bagi bayi

baru lahir untuk dapat hidup dengan baik (Marmi, 2015).

Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500-4000 gram,

cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan

congenital/cacat bawaan yang berat (Soleh dalam Marmi, 2015).

Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan

pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Aspek-aspek


71

penting dari asuhan segera bayi baru lahir : klem dan potong tali pusat,

menjaga bayi agar tetap hangat, kontak dini dengan ibu, menjaga

pernafasan bayi, merawat mata (Sudarti dan Endang, 2017).

2. Tujuan Asuhan Bayi Baru Lahir

Tujuan utama perawatan bayi baru lahir yaitu membersihkan jalan

nafas, memotong dan merawat tali pusat, mempertahankan suhu tubuh

bayi, mendeteksi adanya kelainan-kelainan dan pencegahan infeksi

(Marmi, 2015).

3. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir

a. Berat badan 2500-4000 gram

b. Panjang badan 48-52 cm

c. Lingkar dada 30-38 cm

d. Lingkar kepala 30-36 cm

e. Frekuensi jantung 120-160 kali/menit

f. Kulit kemerahan, ada lanugo, rambut kepala biasanya telah sempurna

g. Kuku agak panjang dan lemas

h. Genetalia : jika perempuan labia mayora sudah menurupi labia minora,

jika laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada

i. Reflek hisap dan menelan sudah baik

j. Eliminasi baik, mekonium akan keluar 24 jam pertama (Marmi,

2015).

4. Penilaian Awal Bayi Baru Lahir

a. Apakah bayi cukup bulan?


72

b. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?

c. Apakah bayi bernafas adekuat atau menangis?

d. Apakah tonus otot bayi baik? (JNPK-KR 2012).

5. Penanganan Bayi Baru Lahir

Menjaga kehangatan jika tidak segera diakukan bayi dapat

mengalami hipotermia, mengeringkan bayi dari air ketuban,

membersihkan jalan nafas bayi jika diperlukan. Memotong dan mengikat

tali pusat sekitar 2 menit pasca bayi lahir, jepit klem talipusat 3 cm dari

pangkal perut bayi kemudian jepit 2 cm setelah jepitan yag pertama,

potong diantara kedua klem kemudian diikat dengan benang steril dan

membungkus tali pusat dengan kasa.

Melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) melakukan kotak kulit

antara ibu dan bayi selama paling sedikit satu jam. Memberikan suntikan

vitamin K1 1mg secara intramuscular dipaha kiri bayi untuk mencegah

perdarahan BBL akibat defisiensi. Melakukan pemberian salep mata utuk

mencegah infeksi pada mata (JNPK-KR 2012).

6. Mekanisme Kehilangan Panas

Mekanisme kehilangan panas yaitu Evaporasi adalah panas hilang

melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan dan kelembapan

udara. Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas yang terjadi

karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh

bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
73

Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung

antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Konveksi adalah

kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih

dingin. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi

ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih

rendah dari suhu tubuh bayi (Marmi, 2015).

7. Cara Mencegah Kehilangan Panas

Cara mencegah kehilangan panas yaitu dengan segera

mengeringkan tubuh bayi dari cairan amnion, menyelimuti bayi,

menempatkan bayi ditempat yang hangat dan jangan menggunakan

stetoskop yang dingin untuk memeriksa bayi.

Menstimulasi taktil pada saat mengeringkan tubuh bayi lakukan

rangsangan pada bayi atau stimulasi pada telapak kaki bayi. Suhu yng

hangat sangat membantu menstabilkan upaya bayi dalam bernafas.

Letakan bayi di atas tubuh ibu yang tidak ditutupi kain kemudian tutup

keduanya dengan selimut. Jika ruangan ber AC, sorotkan lampu

penghangat kepada bayi. Menganjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui

bayinya. Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh

dan mencegah kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya

segera setelah lahir. Tidak perlu menghisap lendir yang ada di saluran

nafas padahal bayi sudah bisa menangis. Memandikan bayi dalam

beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermi yang


74

sangat membahayakan kesehatan bayi baru lahir. Bayi sebaiknya

dimandikan enam jam setelah lahir.

Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. Idealnya bayi baru

lahir di tempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya untuk

menjaga agar bayi tetap hangat (Naomy, 2016).

8. Tanda Bahaya Pada Bayi baru Lahir

Pernapasan sulit atau lebih dari 60 kali permenit dan kurang dari

40 kali permenit, suhu tubuh terlalu panas (>38°C) atau terlalu dingin

(<36°C). Warna kulit kuning terutama pada 24 jam pertama, warna biru

atau pucat. Hisapan lemah, rewel sering muntah dan mengantuk

berlebihan. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan berbau busuk atau

berdarah. Tidak berkemih dalam 24 jam, terdapat lendir atau darah pada

tinja, suara tangisan tidak biasa, kejang, tidak bisa tenang dan menangis

terus menerus (Naomy, 2016).

9. Peningkatan Berat Badan Bayi Baru Lahir

Ketika sudah lahir bayi harus menyesuaikan dan mempertahankan

suhu tubuhnya sendiri. Semua usaha penyesuaian diri bayi terhadap

lingkungan ini akan menyebabkan berat badannya mengalami penurunan

walaupun ia sudah memberikan ASI dalam jumlah yang cukup. Pada bayi

yang lahir cukup bulan, penurunan berat badan normal akan terjadi pada 3-

5 hari awal kehidupan, dan dapat turun hingga 10% dari berat badan lahir.

Penurunan berat badan tersebut masih dalam batas normal (JNPK-KR,

2012).
75

10. ASI Eksklusif

a. Pengertian

ASI adalah makanan yang terbaik dan sempurna untuk bayi

karena mengandung semua zat gizi sesuai kebutuhan dan

perkembangan bayi (Astri, dkk, 2016).

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah

persalinan tanpa diberikan makanan lain, walaupun hanya air putih,

sampai bayi berumur 6 bulan. ASI eksklusif hanya memberikan ASI

saja tanpa tambahan pemberian cairan seperti air putih, madu, susu

formula dan sebagiannya atau makanan lainnya seperti bubur, biscuit,

tim dan sebagainya (Astri, dkk, 2016).

b. Manfaat Pemberian ASI

Mengandung zat yang sesuai dengan komposisi yang

dibutuhkan bayi sesuai dengan perubahan dan kebutuhan bayi disetiap

tahap perkembangannya. Bayi jarang menderita penyakit karena dalam

ASI mengandung zat protektif. Mengandung antibodi yang cukup baik,

tidak menimbulkan alergi pada bayi, mengurangi kejadian karies

dentis pada bayi.

Mencegah perdarahan persalinan, memercepat pengecilan

uterus, mengurangi anemia karena menunda siklus haid dan

bekurangnya darah yang keluar pasca persalinan, dapat digunakan


76

untuk KB sementara. ASI sangat praktis dan ekonomis karena dapat

diberikan dimana dan kapan saja. Tidak perlu dibeli dan membutuhkan

biaya (Astri, dkk, 2016).

c. Petunjuk pemberian ASI

1) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayi tanpa dijadwal

2) Bila bayi sudah melepaskan isapannya dari payudara satu berikan

payudara lainnya

3) Menganjurkan ibu untuk tidak memaksa bila bayi tidak mau

menyusu, tidak memberikan minuman lain, dot atau kempeng

4) Memberitahu ibu tanda bayi siap menyusu yaitu mulut terbuka

lebar, gerakan mencari putting susu, melihat kesekeliling dan

bergerak.

5) Posisi saat menyusui yaitu topang seluruh tubuh bayi, jangan hanya

leher dan kepala. Kepala dan tubuh bayi lurus sehingga menghadap

payudara ibu. Menyentukan putting ke bibir bayi, masukan putting

sampai areola. Dagu bayi menyentuh payudara ibu. Bayi

menghisap dengan pelan dan kadang berhenti (Astri, dkk, 2016).

d. Tanda bayi cukup ASI

1) Dengan cara menimbang BB bayi sebelum mendapatkan ASI dan

sesudah minum ASI dengan pakaian yang sama, dan selisih berat

penimbangan dapat diketahui banyakanya ASI yang masuk dengan

konven kasar 1gram BB – 1 ml ASI.


77

2) Secara subyektif dapat dilihat dari pengamatan dan perasaan ibu

yaitu bayi merasa puas, tidur pulas setelah mendapatkan ASI dan

ibu merasakan ada perubahan tegangan pada saat menyusui

bayinya ibu merasa ASI mengalir deras.

3) Sesudah menyusui tidak memberikan reaksi apabila dirangsang

(disentuh pipiya, bayi tidak akan mencari arah sentuhan).

4) Bayi tumbuh dengan baik.

5) Bayi tidak dehidrasi (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

11. Imunisasi

Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak

dengan memasukan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti

untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Imunisasi biasanya lebih

focus diberikan kepada anak-anak karena system kekebalan tubuh mereka

belum sebaik orang dewasa sehingga rentan terhadap penyakit berbahaya.

Imunisasi tidak cukup dilakukan sekali tetapi dilakukan secara bertahap

tertentu (Naomy, 2016).

Imunisasi dasar lengkap pada bayi (0-11 bulan) terdiri dari 1 dosis

Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB-Hib, 4 dosis polio tetes dan 1

dosis campak/MR (Profil Kesehatan RI, 2018).


78

Berikut tabel jadwal imunisasi :

Tabel 2.9
Jadwal Imunisasi
Umur (Bulan) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12+**
Vaksin Tanggal Pemberian Imunisasi
HB 0 (0-7 hari)
BCG
*Polio
*DPT-HB-Hib 1
*Polio 2
*DPT-HB-Hib 2
*Polio 3
*DPT-HB-Hib 3
*Polio 4
*IPV
Campak
(Sumber : Kemenkes RI, 2017)

Keterangan :

: Waktu yang masih diperbolehkan untuk imunisasi


: Waktu yang tidak diperbolehkan imuisasi
: Waktu pemberian imunisasi bagi anak diatas 1 tahun yang belum lengkap
: Jadwal yang tepat dalam pemberian imuisasi

a. BCG (Bacillus Calmette Guerin)

BCG (Bacillus Calmette Guerin) merupakan vaksin beku

kering yang mengandung Mycrobacterium bovis hidup yang

dilemahkan. Indikasi untuk pemberian kekebalan aktif terhadap

tuberkulosis. Dosis pemberian sebanyak 0,05 ml, diberikan sebanyak 1


79

kali. Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas

(insertio musculus deltoideus), dengan menggunakan ADS 0,05 ml.

Efek samping dari imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)

yaitu 2–6 minggu setelah imunisasi daerah bekas suntikan timbul bisul

kecil (papula) yang semakin membesar dan dapat terjadi ulserasi

dalam waktu 2–4 bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan

menimbulkan jaringan parut dengan diameter 2–10 mm.

Penanganan efek samping dari imunisasi, apabila ulkus

mengeluarkan cairan perlu dikompres dengan cairan antiseptik.

Apabila cairan bertambah banyak atau koreng semakin membesar

anjurkan orang tua membawa bayi ke tenaga kesehatan (Kemenkes RI,

2015).

b. Pentabio/pentavalen (Difteri, Tetanus, Pertusis, Hepatitis B, dan

Infeksi Haemophilus Influenzae Tipe B)

Pentabio adalah vaksin DTP-HB-Hib digunakan untuk

pencegahan terhadap difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), hepatitis B,

dan infeksi Haemophilus influenzae tipe b secara simultan. Vaksin

harus disuntikkan secara intramuskular pada anterolateral paha atas.

Untuk dosis imunisasi ini adalah 0,5 ml.

Kontra indikasi imunisasi Pentabio adalah kejang atau gejala

kelainan otak pada bayi baru lahir atau kelainan saraf serius. Efek

samping dari imunisasi ini adalah reaksi lokal sementara, seperti

bengkak, nyeri, dan kemerahan pada lokasi suntikan, disertai demam


80

dapat timbul dalam sejumlah besar kasus. Kadang-kadang reaksi berat,

seperti demam tinggi, irritabilitas (rewel), dan menangis dengan nada

tinggi dapat terjadi dalam 24 jam setelah pemberian.

Penanganan efek samping yaitu Orangtua dianjurkan untuk

memberikan minum lebih banyak (ASI atau sari buah). Jika demam,

kenakan pakaian yang tipis. Bekas suntikan yang nyeri dapat

dikompres air dingin. Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB

setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam). Jika reaksi memberat

dan menetap bawa bayi ke dokter (Kemenkes RI, 2015).

c. Vaksin Hepatitis B

Deskripsi Vaksin Hepatitis B adalah vaksin virus recombinan

yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-infecious, berasal dari

HBsAg. Cara pemberian vaksin Hepatitis B dengan Dosis 0,5 ml atau

1 (buah) HB PID, secara intramuskuler, sebaiknya pada anterolateral

paha. Kontra indikasi vaksin Hepatitis B adalah penderita infeksi berat

yang disertai kejang.

Efek samping dari imunisasi ini adalah reaksi lokal seperti rasa

sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan.

Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.

Penanganan Efek samping yaitu oang tua dianjurkan untuk

memberikan minum lebih banyak (ASI). Jika demam, kenakan pakaian

yang tipis. Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
81

d. Vaksin Polio Oral (Oral Polio Vaccine [OPV]) /IVP

Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari suspensi virus

poliomyelitis tipe 1, 2, dan 3 (strain Sabin) yang sudah dilemahkan,

indikasi ntuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomielitis. Cara

pemberian dan dosis: yaitu secara oral (melalui mulut), 1 dosis (dua

tetes) sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis

minimal 4 minggu. Kontra indikasi Vaksin Polio Oral adalah pada

individu yang menderita immune deficiency tidak ada efek berbahaya

yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit.

Efek Samping yang dihasilkan adalah sangat jarang terjadi

reaksi sesudah imunisasi polio oral. Setelah mendapat vaksin polio oral

bayi boleh makan minum seperti biasa. Apabila muntah dalam 30

menit segera diberi dosis ulang (Kemenkes RI, 2015).

e. Campak

Imunisasi campak berisi virus hidup yang dilemahkan. Indikasi

imunisasi campak untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit

campak. Cara pemberian dan dosis pada imunisasi campak yaitu

sebanyak 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas atau

anterolateral paha, pada usia 9–11 bulan.

Kontra indikasi imunisasi campak adalah individu yang

mengidap penyakit immune deficiency atau individu yang diduga

menderita gangguan respon imun karena leukemia, limfoma. Efek


82

samping yaitu dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama

3 hari yang dapat terjadi 8–12 hari setelah vaksinasi.

Penanganan efek samping dari imunisasi campak adalah

orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau

sari buah). Jika demam kenakan pakaian yang tipis. Bekas suntikan

yang nyeri dapat dikompres air dingin. Jika demam berikan

paracetamol 15 mg/kg BB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali dalam 24

jam). Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat. Jika

reaksi tersebut berat dan menetap bawa bayi ke dokter (Kemenkes RI,

2015).

12. Asuhan Pada Bayi Baru Lahir

Asuhan pada bayi lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi

baru lahir selama satu jam pertama setelah kelahiran. Melakukan

pemberian ASI awal yaitu Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Melakukan

pencegahan infeksi pada bayi baru lahir yaitu disebabkan oleh paparan

organism pada saat proses persalinan yaitu melakukan perawatan tali

pusat dibugkus dengan kasa steril menganjurkan tali pusat tetap bersih

tidak membubuhkan ramuan atau abu dapur pada tali pusat karna

dapat menyebabkan infeksi, tetanus dan kematian. Melakukan

pencegahan infeksi pada mata yaitu dengan diberikannya salep mata

atau obat tetes mata.


83

Memberikan imunisasi hepatitis B 0,5 ml secara intramuscular

pada paha kanan anterolateral kira-kira 1-2 jam setelah penyuntikan

vitamin K1. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara

mengeringkan tubuh bayi dari air ketuban atau aliran udara melalui

jendela yan terbuka akan menyebabkan terjadinya penguapan.

Menjaga kehangatan bayi harus segera di keringkan dan dibungkus

dengan kain kering. Menunda memandikan bayi kurang lebih 6 jam.

menganjukan untuk menyusui bayi tanpa dijadwal dan berikan ASI

saja (Naomy, 2016).

Waktu pelepasan tali pusat pada bayi yang mendapatkan

perawatan tali pusat dengan menggunakan kasa kering steril adalah 7

hari, hal ini lebih cepat jika disbanding dengan perawatan

menggunakan kassa alcohol. Perawatan tali pusat yang baik dan benar

akan menimbulkan dampak positif yaitu tali pusat akan puput pada

hari ke 5-7 tanpa komplikasi (Martini, 2012).

13. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir

Pemeriksaan bayi baru lahir yaitu untuk mengkaji adaptasi bayi

baru lahir dari kehidupan luar uterus yaitu pemeriksaan umum, tanda-

tanda vital bayi yaitu suhu, denyut nadi normal berkisar 120-140 kali

permanit, pernafasan bayi teratur kedalaman, kecepatan dan iramanya

30-60 kali permenit. Pemeriksaan fisik secara sistematis (head to toe)

dimulai dari kepala yang bertujuan untuk memastikan ukuran dan

penampilannya normal. Periksa trauma kelahiran yaitu : caput


84

saksedenum, cepalhematoma, fraktur tulang tengkorak atau perdarahan

subaponeurotik dan kelainan congenital. Dibagian mata yang diperiksa

adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna.

Periksa adanya katarak, periksa adanya perdarahan pada conjungtiva,

adaya sekret pada mata.

Pemeriksaan telinga pastikan jumlah, bentuk dan posisinya

pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang. Perhatikan letak

daun telinga (telinga letaknya rendah terdapat pada bayi yang

mengalami sindrom tertentu). Bibir bayi baru lahir harus kemerahan,

lidah rata dan simetris pastikan tidak ada sumbing dan langit-langit

harus menutup, refek hisap harus bagus dan respon terhadap

rangsangan. Pastikan bayi bernafas dengan hidung. Ukuran leher

normalnya pendek dan banyak lipatan tebal. Periksa kesimetrisan,

pergerakan harus baik, lakukan perabaan untuk memastikan

pergerakan aktif dan pembengkakan. Periksa adanya pembesaran

kelenjar tiroid dan vena jugularis.

Pada dada pastikan kontur dan kesimerisan dada adalah bulat

dan simetris, periksa kesimetrisan gerakan dada pada saat bernafas,

pernafasan yang normal dinding dada dan abdomen begerak secara

bersamaan. Pada bahu, lengan dan tangan gerkan normal, kedua lengan

harus bebas gerak jika kurang kemungkinan adanya fraktur. Periksa

jumlah jari, perhatikan adanya polidaktili atau sindaktili.


85

Pada perut perhatikan bentuk, penonjolan sekitar tali pusat

pada saat menangis, perdarahan tali pusat, perut harus tampak bulat

dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat bernafas.

Kaji adanya pembengkakan, pastikan perut tidak cekung, cembung dan

cembung. Anogenital pada wanita labia mayoa dapat ditemukan

adanya verniks dan smegma pada lekukan. Labia mayora normalnya

menutupi labia minora dan klitoris, klitoris normalnya menonjol. Pada

bayi laki-laki rugae normalnya tampak pada skrotum dan kedua testis

turun kedalam skrotum. Meatus urinarius normalnya diujung glands

penis. Eksremitas atas normalnya fleksi dengan baik dengan gerakan

yang simetris, reflek menggenggam normalnya ada, eksremitas bagian

bawah normalnya pendek, bengkok dang fleksi dengan baik. Pada

punggung periksa spina denan cara menelungkupkan bayi, cari tanda-

tanda abnormlis seperti spina bifida, pembengkakan atau cekungan,

lesung atau bercak yang berrambut. Verniks (tidak perlu dibersihkan

karena untuk menjaga kehangatan tubuh bayi), warna, pembengkakan

atau bercak-bercak hitam, tanda lahir dan perhatikan lanugo. Reflek

berkedip, batuk, bersin dan muntah ada pada waktu lahir dan tetap

tidak berubah sampai dewasa. Beberapa reflek normalnya ada waktu

lahir, yang menunjukan imaturitas neurologid, reflek-reflek tersebut

akan hilang pada tahun pertama. Tidak adanya reflek-reflek ini

menandakan adanya masalah neurologis yang serius (Elisabeth dan

Endang, 2016).
86

F. Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Langkah I Pengumpulan data dasar

Pada langkah pertama ini mengumpulkan semua informasi yang

akurat dari semua yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk

memperoleh data dapat dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan

fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital,

pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.

Langkah ini merupakan langkah awal yang akan menentukan

langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang

dihadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam

tahap selanjutnya, sehingga pendekatan ini harus yang komprehensif

meliputi data subjektif, objektif, dan hasil pemeriksaan sehingga dapat

menggambarkan kodisi/masalah klien yang sebenarnya.

2. Langkah II Interpretasi data

Data dasar yang telahdikumpulkan diinterpretasikan sehingga

dapat merumuskan diagnose atau masalah spesifik. Rumusan diagnose dan

masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat diidenifikasikan

seperti diagnose tetapi tetap membutuhkan penanganan masalah sering

berkaitan dengan hasil pengkajian.

3. Langkah III Mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnose

potensial berdasarkan rangkaian masalah diagnose yang sudah


87

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan

dilakukan pencegahan sambil mengawasi pasien, bidan bersiap-siap bila

masalah potensial benar-benar terjadi.

4. Langkah IV Penanganan segera dan kolaborasi

Mengantisipasi perlunya tindakan segera oleh bidan dan dokter

untuk konsultasi atau di tangani bersama dengan anggota tim kesehatan

lainnya.

5. Langkah V Merencanakan asuhan yang menyeluruh.

Rencana asuhan yang akan dilakukan secara menyeluruh adalah

berdasarkan hasil identifikasi masalah dan diagnosis serta kebutuhan

pasien.

6. Langkah VI Melaksanakan asuhan

Mengarahkan atau melaksanakan asuhan secra efektif dan aman.

7. Langkah VII Evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan (Elisabeth,

2015).

Selain langkah varney metode pendokumentasian yang dilakukan

dalam asuhan kebidanan adalah metode SOAP, yang meupakan catatan

kemajuan atau perkembangan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan

singkat. SOAP meupakan singkatan dari :

S : Subyektif, menggambarkan pendokumentasian hasil

pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai langkah 1 dalam

varnery. S (Subyektif) ini merupakan informasi yang diperoleh langsung


88

dari klien. Informasi tersebut dicatat sebagai kutippan langsung atau

ringkasan yang behubungan dengan diagnose.

O : Objektif, menggambarkan pendokumentasian hasil

pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnose lain yang

dirumuskan dalam data focus untuk mendukung assessment sebagai

langkah 1 varney. Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan dirasakan

oleh bidan pada waktu pemeiksaan termasuk juga hasil pemeriksaan

laboratorium, USG, dan lain-lain.

A : Assessment, menggambarkan pendokumentsian hasil analisa

dan interpretasi data subyektif dan objektif dalam suatu identifikasi yang

pertama diagnose atau masalah (diagnosa adalah rumusan dari hasil

pengkajian mengenai kondisi klien : hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru

lahir. Berdasarkan hasil analisa data yang didapat. Masalah yaitu segala

sesuatu yang menyimpang sehingga kebutuhan klien terganggu,

kemungkinan mengganggu kehamilan atau kesehatan tetapi tidak termasuk

dalam diagnose), yang kedua antisipasi diagnose atau masalah potensial.

Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau

kolaborasi atau rujukan sebagai langkah 2, 3, dan 4 varney.

P : Planing, menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan,

tindakan dan evaluasi berdasarkan assessment sebagai langkah 5, 6 dan 7

varney (Marmi, 2015).

Anda mungkin juga menyukai