Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN INDIKASI KETUBAN PECAH DINI (KPD)


DI RUANG IGD MATERNAL RS CIREMAI KOTA CIREBON

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Maternitas


Program Profesi Ners STIKES Kuningan

Di Susun Oleh :
INKA DESIANTY (JNR0230123)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2023 - 2024
LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP KEHAMILAN

A. Konsep Dasar Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan secara umum merupakan proses melanjutkan keturunan yang terjadi
secara alami, sebagai suatu proses yang terjadi antara perpaduan sel sperma dan ovum
sehingga terjadi konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari
atau 40 minggu di hitung dari haid pertama haid terakhir (Pratiwi, 2019).
Kehamilan adalah mulai dari ovulasi sampai partus lamanya 280 hari ( 40 minggu)
dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu) (Enggar, 2019).

2. Tanda- Tanda Kehamilan


1. Tanda kehamilan tidak pasti (persumtif)
a. Terlambat datang bulan
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel
degraaf dan ovulasi. Kehamilan menyebabkan endometrium tidak dilepaskan
sehingga tidak terjadi haid (Fajrin, 2017).
Akan tetapi, sebetulnya terdapat faktor lain yang mempengaruhi keterlambatan
datang bulan, seperti mengonsumsi obat-obatan, stres atau tertekan, penyakit
kronis yang diderita, dan sebagainya (Pratiwi, 2019).
b. Mual dan muntah
Pengaruh esterogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam lambung
yang berlebihan sehingga terjadi mual dan muntah terutama pada pagi hari yang
disebut dengan morning sicknees. Mual muntah dapat terjadi karena emosi
yang tidak stabil, sehingga dengan adanya mual muntah belum tentu terjadinya
kehamilan.
c. Payudara tegang
Pengaruh esterogen, progesteron dan somatomammotropin menimbulkan
deposit lemak, air dan garam pada payudara. Payudara membesar dan tegang
dapat terjadi oleh wanita yang mengonsumsi pil KB.
d. Perubahan warna kulit
Perubahan warna kulit pada ibu hamil disebut cloasma gravidarum yaitu
warna kehitaman pada dahi dan tulang pipi.pada daerah aerola dan puting
payudara menjadi lebih hitam. Perubahanperubahan ini disebabkan stimulasi
MSH (Melanocyte Stimulating Hormone).
e. Sering kencing
Frekuensi kencing bertambah disebabkan karena desakan uterus yang
membesar menyebabkan kandung kemih terasa penuh. Tetapi gejala sering
kencing dapat terjadi pada seorang yang mengalami gangguan pada penyakit
saluran kencing tidak dapat diindikasikan sebagai tanda pasti kehamilan.
f. Mengidam
Ibu hamil biasanya sering menginginkan makanan atau minuman tertentu.
Tetapi banyak orang yang tidak hamil menginginkan makanan tertentu (Fajrin,
2017).
g. Pingsan
Pingsan adalah kondisi ketika terjadi gangguan sirkulasi ke kepala sehingga
timbul iskemia susunan saraf pusat. Kondisi ini akan berangsur-angsur
menghilang setelah usia kehamilan melewati masa 16 minggu (Fajrin, 2017).
h. Konstipasi
Hormon progesteron berpengaruh terhadap gerakan peristaltik usus
sehingga tidak jarangseorang perempuan yang hamil mengalami kesulitan
untuk buang air besar (Pratiwi,2019).
2. Tanda kemungkinan hamil (dugaan hamil).
a. Tanda piscachek
Ketidaksimetrisan uterus dan kontur yang tidak teratur dan kasar pada
daerah kornu. Uterus membesar ke salah satu jurusan sehingga menonjol ke
jurusan pembesaran tersebut, tetapi keadaan ini dapat terjadi pada wanita
dengan tumor uterus.
b. Tanda hegar
Berupa pelunakan pada daerah itsmus uteri, sehingga daerah tersebut pada
penekanan mempunyai kesan lebih tipis dan uterus mudah di fleksikan dapat
diketahui melalui pemeriksaan bimanual. Tetapi gejala ini dapat terjadi pada
wanita yang mengalami gangguan uterus (Pratiwi, 2019).
c. Tanda chadwick
Warna kebiruan atau keunguan pada vulva dan mukosa vagina termasuk
introitus vagina, tetapi gejala ini dapat terjadi pada wanita dengan gangguan
vaskularisasi.
d. Kontraksi braxton hicks
Braxton hicks adalah kontraksi tidak teratur yang tidak menimbulkan nyeri.
e. Ballotement positif
Gerakan janin yang belum engaged disebut ballotement. Tetapi adanya
tumor bertingkai dapat teraba adanya lentingan (Fajrin, 2017).
f. Tanda goodel
Tanda ini diketahui melalui pemeriksaan bimanual. Bagian serviks tampak
lebih lunak. Seorang perempuan yang menggunakan kontrasepsi oral dapat
terkena dampak tersebut.
g. Terjadi pembesaran abdomen
Setelah minggu ke-16 terjadi pembesaran abdomen. Hal ini karena uterus
keluar dari rongga pelvis.
3. Tanda pasti kehamilan
a. Denyut jantung janin (DJJ)
Denyut jantung janin dapat didengar pada minggu ke-17 hingga ke-18
dengan piranti stetoskop laenec (Pratiwi, 2019).
b. Teraba bagian-bagian janin oleh pemeriksa
Outline janin dapat dideteksi dengan jelas setelah minggu ke-22, sedangkan
setelah minggu ke-24 gerakan janin dapat dirasakan secara jelas (Pratiwi,
2019).
c. Terlihat kerangka janin dengan USG pada usia kehamilan > 6 minggu, rontgen
pada usia kehamilan > 16 minggu (Fajrin, 2017).

3. Perubahan Fisiologis pada Ibu Hamil


1. Sistem reproduksi
Pada minggu-minggu pertama kehamilan uterus masih seperti bentuk
aslinya. Seiring dengan perkembangan kehamilannya, daerah fundus dan korpus
akan membulat pada usia kehamilan 12 minggu menyerupai telur angsa.
Vagina dan vulva mengalami perubahan yang disebabkan oleh hormon
esterogen dan progesteron, sehingga mengalami peningkatan pembuluh darah
sehingga tampak semakin merah dan kebiru-biruan yang disebut tanda chadwick.
2. Payudara
Perubahan payudara ini bisa dilihat dari puting yang mulai gelap dan
menjadi sensitif serta areola yang membesar, sebab acinus zat yang memproduksi
ASI terletak di ujung saluran akan tumbuh dan berkembang selama kehamilan
untuk mempersiapkan makanan bayi.
3. Sistem perkemihan
Pada bulan pertama kehamilan kandung kemih tertekan sehingga timbul
sering berkemih. Kedaan ini hilang dengan tuanya kehamilan apabila uterus
gravidus keluar dari rongga panggul. Pada kehamilan normal fungsi ginjal cukup
banyak berubah, laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal meningkat pada
kehamilan.
4. Sistem pencernaan
Wanita hamil juga dapat mengalami perut kembung karena adanya tekanan
uterus membesar dalam rongga perut yang mendesak organorgan dalam perut
khususnya saluran pencernaan, usus besar, kerah atas dan lateral. Konstipasi tetap
berlanjut hingga menjelang akhir kehamilan karena pengaruh hormon progesteron
yang meningkat.
5. Sistem musculoskeletal
Gangguan nyeri punggung yang cukup berat selama dan segera setelah
kehamilan. Otot dindin perut meregang dan kehilangan sedikit tonus otot.
Umbilicus menjadi lebih datar atau menonjol.
6. Sistem integumen
Akibat peningkatan hormon esterogen dan progesteron, kadar MSH
(Melanophore Stimulating Hormone) meningkat. Terjadi perubahan deposit
pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh MSH dan pengaruh kelenjar
suprarenalis. Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi
kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan
paha. Perubahan ini dikenal dengan nama strie gravidarum. Pada perempuan kulit
di garis pertengahan perutnya akan berubah menjadi hitam kecoklatan (linea nigra)
dan pada areola (Fajrin, 2017).
7. Berat badan
Tabel 2.1 Penambahan Berat Badan Ibu Hamil Setiap Trimester
Trimester Penambahan BB Jangka waktu

I 1-2 kg Selama trimester


II 0,35-0,4 kg Perminggu
III 5,5 kg Selama trimester
atau 0,4-0,5 kg Perminggu
Sumber : Asuhan Kehamilan Jilid I 2017, Fajrin
Secara keseluruhan kisaran normal penambahan berat badan yang dialami ibu
hamil sejak awal kehamilan sampai akhir kehamilan berkisar 11-13 kg (Fajrin,
2017).
4. Perubahan dan Adaptasi Psikologis dalam Masa Kehamilan.
1. Trimester I
Perasaan yang sering dialami ibu:
a. Kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan.
b. Terbuka atau diam.
c. Perasaan ambivalent terhadap kehamilan.
d. Ada perasaaan cemas karena akan punya tanggung jawab sebagai ibu.
e. Menerima atau menolak perubahan fisik.
f. Akan selalu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya sedang
hamil. g. Kekhawatiran terhadap kesehatan bayinya.
2. Trimester II
a. Ibu merasa sehat dan rasa tidak nyaman mulai berkurang.
b. Dapat menerima dan mulai terbiasa dengan kehamilaan.
3. Trimester III
a. Ibu merasa khawatir kalau bayinya lahir tidak sesuai dengan perkiraan kelahiran.
b. Ibu merasa takut kalau bayi akan dilahirkannya tidak normal.
c. Ibu bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau benda yang
dianggap membahayakan bayinya.
d. Mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu
melahirkan.
e. Rasa tidak nyaman timbul kembali dan memerlukan ketenangan.
f. Menyibukkan diri dalam persiapan menghadapi persalinan (Enggar, 2019).
5. Jenis Ketidaknyamanan Pada Ibu Hamil dan Cara Mengatasi
1. Sering kencing (Nocturia)
Terjadi pada trimester I dan III, disebabkan oleh uterus yang membesar dan
mendesak kandung kemih sehingga mengakibatkan Nocturia. Cara mengatasi
dengan mengurangi minum pada malam hari dan memperbanyak minum pada siang
hari.
2. Mual dan muntah
Terjadi pada trimester I yang disebabkan oleh kelebihan asam klorida, peristaltik
lambat yang mengakibatkan meningkatnya esterogen dan progesteron. Cara
mengatasi dengan menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering, menghindari
makanan berlemak dan menghindari bau yang menyebabkan mual (Fajrin, 2017).
3. Pusing
Terjadi pada trimester I, II dan III disebabkan oleh perubahan sistem kardiovaskuler
akibat kontraksi otot dan keletihan. Cara mengatasi bangun tidur secara perlahan
dan menghindari berdiri terlalu lama dalam lingkungan yang padat dan sesak.
4. Nyeri punggung atas dan bawah
Terjadi pada trimester II dan III disebabkan oleh kadar hormon yang meningkat
yang menyebabkan kartilago di dalam sendi menjadi lembek. Cara mengatasi
dengan menghindari aktivitas yang menyebabkan keletihan dan menghindari
penggunaan hak sepatu yang tinggi.
5. Kram pada kaki
Terjadi pada trimester II dan III disebabkan oleh pembesara uterus memberikan
tekanan pada pembuluh darah sehingga sirkulasi darah menjadi lambat pada saat
kehamilan. Cara mengatasi dengan mengonsumsi makanan yang tinggi kalsium dan
magnesium serta melakukan senam hamil.
6. Sesak nafas
Terjadi pada trimester III disebabkan oleh penekanan uterus pada diafragma. Cara
mengatasi dengan menghindari minuman bersoda dan berkafein serta
menyesuaikan pekerjaan dengan keadaan fisik selama kehamilan (Fajrin, 2017).
7. Nyeri Perut Bagian Bawah
Nyeri perut bagian bawah biasa di keluhan 10%- 30% ibuhamil pada akhir trimester
1 atau ketika memasuki trimester II.Keluhan ini biasa terasa lebih pada ibu multi
gravida di sebabkan karena tertariknya ligamentum, sehingga menimbulkan nyeri
seperti keram ringan atau terasa seperti tusuknya yang akan lebih terasa akibat
gerakan tiba- tiba, di bagian perut bawah.
Nyeri perut bagian bawah disebabkan oleh semakin besarnya uterus sehingga
keluarnya dari rongga panggul menuju rongga abdomen. Keadaan ini berakibat
pada tertariknya ligamen-ligamen uterus seiring dengan pembesaran yang terjadi
yang menimbulkan rasa ketidaknyamanan di bagian perut bawah. Asuhan yang
dapat dilakukan bidan terkait nyeri fisiologis pada bagian bawah perut pada masa
kehamilan, yaitu :
a. Menganjurkan ibu untuk menghindari berdiri secara tiba-tibadari posisi
jongkok.
b. Mengajarkan ibu posisi tubuh yang baik, sehingga memperingan gejala nyeri
yang mungkin timbul (Nisa, 2018).

6. Kunjungan Masa Kehamilan


1. Trimester I : Satu kali kunjungan (UK 0-13 minggu)
2. Trimester II : Satu kali kunjungan (UK 14-27 minggu)
3. Trimester III : Dua kali kunjungan (1 kali pada UK 28-36 minggu dan 1 kali pada
UK > 36 minggu sampai lahir) (Fajrin, 2017).
Menurut kementerian kesehatan RI tahun 2020 periksa kehamilan minimal 6 kali
selama kehamilan terdiri dari : 1. 2 kali pada trimester I (kehamilan hingga 2 minggu).
2. 1 kali pada trimester II (kehamilan di atas 12 minggu sampai 24 minggu). 3. 3 kali
pada trimester III {kehamilan di atas 24 minggu sampai 40 minggu).

7. Tanda Bahaya Kehamilan


1. Perdarahan pervaginam
Terdapat pengeluaran darah berwarna merah, banyak, disertai nyeri atau
tanpa disertai nyeri. Apabila terjadi dalam usia kehamilan muda (trimester awal)
merupakan indikasi terjadi abortus. Tetapi apabila terjadi pada usia kehaamilan
trimester III merupakan indikasi terjadinya masalah seperti plasenta previa dan
solusio plasenta.
2. Bengkak pada bagian tangan, kaki, wajah dan sakit kepala disertai kejang.
Apabila ibu hamil mengalami bengkak pada bagian tangan, kaki, wajah
dan sakit kepala yang menetap, tidak hilang dengan beristirahat bahkan disertai
kejang merupakan faktor yang mengindikasikan terjadinya gejala terjadinya
preklamsia.
3. Air ketuban pecah sebelum waktunya
Apabila air ketuban keluar pada saat sebelum masuk tahapan persalinan
menunjukkan terjadinya KPD (Ketuban Pecah Dini) (Fajrin, 2017).
4. Gerakan janin lemah, berkurang dibandingkan sebelumnya atau tidak terasa
Apabila merasakan gerakan janin lemah, berkurang dibandingkan
sebelumnya menunjukkan indikasi keadaan janin tidak normal, bahkan apabila
gerak janin tidak terasa kemungkinan bayi mati dalam kandungan.
5. Muntah terus menerus dan tidak mau makan
Muntah terus menerus dan disertai tidak adanya nafsu makan sama sekali
merupakan tanda bahaya bagi ibu hamil yang disebut hyperemesis gravidarum.
6. Demam tinggi
Demam tinggi >38 derajat celcius merupakan gejala adanya infeksi dalam
kehamilan (Fajrin, 2017).
LAPORAN PENDAHULUAN KETUBAN PECAH DINI (KPD)

A. Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini (KPD)


I. Definisi Penyakit
Ketuban pecah dini (KPD) atau disebut dengan premature repture of the
membrane (PROM) atau sering di sebut sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum
waktunya melahirkan (Lazuarti, 2020).
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/rupturnya selaput amnion
sebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya sealput amnion
sebelum usia kehamilannya mencapai 37 minggu tanpa kontraksi (Mitayani,2010)

II. Etiologi
Ketuban pecah dini biasanya menyebabkan persalinan premature alias bayi
Terpaksa dilahirkan sebelum waktunya, air ketuban pecah awal bisa disebabkan
oleh beberapa hal, seperti di sampaikan oleh Geri Morgan (2010) yaitu :
1. Infeksi rahim, leher rahim, atau vagina
2. Pemicu umum ketuban pecah dini adalah
a. Persalinan premature
b. Korioamniotis terjadi dua kali sebanyak KPD
c. Malposisi atau malpresentasi janin
3. Faktr yang mengakibatkan kerusakan serviks
a. Pemakaian alat-alat pada serviks sebelumnya (misalnya aborsi terapeutik,
LEEP, dan sebagainya)
b. Peningkatan paritas yang memungkinkan kerusakan serviks selama
pelahiran sebelumnya
c. Inkompetensi serviks
4. Riwayat KPD sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih
5. Faktor-faktor yang berhubungan dengan berat badan ibu :
a. Kelebihan berat badan sebelum kehamilan
b. Penambah berat badan sebelum kehamilan
6. Merokok selama kelahiran
7. Usia ibu yang lebih tua mungkinn menyebabkan ketuban kurang kuat dari pada
ibu muda
8. Riwayat hubungan seksual baru-baru ini.

III. Manifestasi Klinis


Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina,
aroma air ketuban berbau, berwarna pucat, cairan ini tidak akan berhenti atau
kering karena uterus diproduksi sampai kelahiran mendatang. Tetapi nilai duduk
atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya mengganjal atau
menyumbat kebocoran untuk sementara. Sementara itu demam, bercak vagina
yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-
tanda infeksi yang terjadi (Lazuarti,2020).

IV. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
a. Obati infeksi gonokokus, klamidi, dan vaginosis bacterial
b. Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung untuk
mengurangi atau berhenti.
c. Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil
d. Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trimester akhir bila ada
faktor predisposisi
2. Panduan mengantisipasi : jelaskan pasien yng memiliki riwayat berikut ini saat
prenatal bawa mereka harus segera melapor bila ketuban pecah.
3. Kondisi yang menyebabkan ketuban pecah dapat mengakibatkan propals tali
pusat :
a. Letak kepala vertex
b. Polihidramnion
c. Herpes aktif
d. Riwayat infeksi strepokus beta hemolitiukus sebelumnya.
4. Bila ketuban telah pecah
a. Anjurkan pengkajian secara seksama. Upayakan mengetahui waktu
terjadinya pecah ketuban.
b. Bila robekan ketuban tampak kasar
1) Saat pasien berbarig terlentang, seakan fundus untuk melihat adanya
semburan cairan dari vagina
2) Basahi kapas asupan dengan cairan dan lakukan pulasan pada slide
untuk mengkaji ferning dibawah mikroskop.
3) Sebagian cairan diusapkan kekertas nitrazene. Bila posistif,
pertimbkankan uji diagnostik bila pasien sebelumnya tidak melakukan
hubungan seksual tidak ada perdarahan dan tidak dilakukan
pemeriksaan pervagina menggnkan jeli K-Y.
c. Bila pecah ketuban dan/ atau tanda kemungkinnan infeksi tidak jelas,
lakukan pemeriksaan pekulum steril.
1. Kaji nilai bishop serviks (lihat Nilai Bioskop).
2. Lakukan kultur serviks hanya bila ada tanda infeksi.
3. Dapatkan spesimen cairan lain dengan lidi kapas steril yang dipulaskan
pada slide untuk mengkaji ferning dibawah mikroskop.
4. Bila usia gestasi kurang dari 37 minggu atau pasien terjangkit Herpes
Tipe 2, rujuk ke dokter.
5. Penatalaksanaan konservatif
a. Kebanyakan persalinan dimulai dalam 24-72 jam setelah ketuban pecah .
b. Kemungkinan infeksi berkurang bila tidak ada alat yang dimasukan ke
vagina, kecuali speculum steril, jangan melakukan pemeriksaan vagina.
c. Saat menunggu, tetap pantau pasien dengan ketat.
1) Ukur suhu tubuh empat kali sehari; bila suhu meningkat secara
signifika,dan/ atau mencapai 38 C,berikan macam antibiotik dan
pelahiran harus diselesaikan.
2) Observasi rabas vagina: bau menyengat, purulen atau tampak
kekuningan menunjukan adanya infeksi.
3) Catat bila ada nyeri tekan dan iritabilitas uterus serta laporkan
perubahan apapun.
6. Penatalaksanaan agresif
a. Jel prostaglandin atau misoprostol (meskipun tidak disetujui
penggunaannya) dapat diberikan setelah konsultasi dengan dokter
b. Mungkin dibutuhkan rangkaian induksi pitocin bila serviks tidak berespons
c. Beberapa ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya perslinan. Bila tidak ada
tanda, mulai pemberian pitocin
d. Berikan cairan per IV,pantau janin
e. Peningkatan resiko seksio sesaria bila induksi tidak efektif
f. Bilapengambilankuputusan bergantung pada kelayakan serviks untuk
diindikasi, kaji nilai bishop setelah pemeriksaan spekulum. Bila diputuskan
untuk menunggu persalinan, tidak ada lagi pemeriksaan yang dilakukan, baik
manipulasi dengan tangan maupun spekulum, sampai persalinan dimulai
atau induksi dimulai.
g. Periksa hitung darah lengkap bila ketuban pecah. Ulangi pemeriksaan pada
hari berikutnya sampai pelahiran atau lebih seringbila ada tanda infeksi
h. Lakukan NST setelah ketuban pecah; waspada adanya takikardia janin yang
merupakan salah satu tanda infeksi.
i. Mulai induksi setelah konsultasi dengan dokter bila :
1) Suhu tubuhibu meningkat signifikan
2) Terjadi takikardia janin
3) Lokia tampak keruh
4) Iritabilitas atau nyeri tekan uterus yang signifikan
5) Kultur vagina menunjukan sterkus beta hemolitikus
6) Hitung darah lengkap menunjukan kenaikan sel darah putih.

7. Penatalaksanaan persalinan lebih dari 24 jam setelah ketuban pecah


a. Persalinan spontans
1) Ukur suhu tubuh pasien setiap 2 jam, berikan antibiotik bila ada demam
2) Anjurkan pemantauan janin internal
3) Beritahu dokter spesialis obstetri dan specialis anak atau praktisi perawat
nenonatus
4) Lakukan kultur sesuai panduan
b. Indikasi persalinan
1) Lakukan secara rutin setelah konsultasi dengan dokter
2) Ukur suhu tubuh setiap 2 jam
3) Antibiotik : pemberian antibiotik memiliki beragam panduan, banyak yang
memberikan 1-2 g ampisilin per IV atau 1-2 g mefoxin per IV setiap 6 jm
sebagai profilakis. Beberapa panduan lainnya menyatakan untuk mengukur
suhu tubuh ibu dan DJJ untuk menentukan kapan antibiotik mungkin
diperlukan (Subekti,2018).

V. Komplikasi
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia 37 minggu adalah
sindrom disterss pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Resiko
infeksi meningkat pada kejaidan KPD. Semua ibu hamil dengan KPD premature
sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya koriomniostis (radang pada
korion dan amnion). Selain itu kejadian proplas atau keluarnya tali usar dapat
terjadi pada KPD. Resiko kecacatan dan kematian janin pada KPD praterm.
Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal terjadi pada KPD praterm.
Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD praterm ini terjadi pada usia
kehamilan kurang dari 23 minggu.
1. Infeksi intrauterine
2. Tali pusat menumbung
3. Prematuritas
4. Distosia (Subekti,2018)

VI. Diagnosa Banding


Diagnosa banding KPD yaitu urinary incontinece dan sekret vagina yang berlebih
(Subekti,2018).

B. Pengkajian
I. Wawancara
1) Identitas atau biodata klien Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin,
alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal
masuk rumah sakit nomor register, dan diagnosa keperawatan.
2) Nama : Ny.
3) Jenis Kelamin : P
4) Umur :
5) Alamat :

2) Riwayat Kesehatan

a) Riwayat kesehatan dahulu Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti
jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b) Riwayat kesehatan sekarang Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan
cairan ketuban yang keluar pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti
tanda-tanda persalinan.
c) Riwayat kesehatan keluarga Adakah penyakit keturunan dalam keluarga
keluarga seperti jantung. DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang
mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien
d) Riwayat psikososial Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara
merawat bayinya, berat badan yang semakin meningkat dan membuat harga diri
rendah.

3) Pola Pola Fungsi Kesehatan

a) Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat


Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini,
dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mmjaga
kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya.

b) Pola nutrisi dan metabolisme


Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena
dari keinginan untuk menyusui bayinya.

c) Pola aktifitas

Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti


biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan. tenaga banyak,
cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena
mengalami kelemahan dan nyeri.

d) Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari
trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi
konstipasi karena penderita takut untuk melakukan buang air besar (BAB).

e) Pola istirahat dan tidur


Pada klien intra partum terjadi perubahan pada pola istirahat dan
tidur karena adanya kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri sebelum
persalinan.

f) Pola hubungan dan peran


Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain.
g) Pola penagulangan stres
Biasanya klien sering merasa cemas dengan kehadiran anak

h) Pola sensori dan kognitif


Pola sensori klien merasakan nyeri pada perut akibat kontraksi
uterus pada pola kognitif klien intrapartum G1 biasanya akan
mengalami kesulitan dalam hal melahirkan, karena belum pernah
melahirkan sebelumnya

i) Pola persepsi dan konsep diri


Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-
lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan
konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri

j) Pola reproduksi dan sosial


Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual
atau atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses
persalinan dan nifas.

k) Pola tata nilai dan kepercayaan


Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan
klien akan terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres total
setelah partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh keluarganya

II. Pemeriksaan Fisik


Kesadaran : Compos metis GCS : 15
TD : mmHg
Nadi : x/menit
RR : 20x/menit
Suhu :
SpO2 : 99%

1. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat
adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
2) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena
adanya proses menerang yang salah
3) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses
persalinan yang mengalami perdarahan, sclera kunuing
4) Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya,
adakah cairan yang keluar dari telinga.
5) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
6) Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola
mamae dan papilla mamae.
7) Genitaliua
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
8) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena rupture
9) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya
uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
10) Muskulis skeletal
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya
luka episiotomy
11) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
III. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan keterangan
terjadi pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas. Selain keterangan
yang disampaikan pasien dapat dilakukan beberapa pemeriksaan yang menetapkan
bahwa cairan yang keluar adalah air ketuban, diantaranya tes ferning dan nitrazine
tes. Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini dapat
dilakukan:
a. Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban di froniks
posterior dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan
bakteriologis.
b. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak
manipulasi daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan-kemungkinan infeksi
asenden dan persalinan prematuritas. (Manuaba, 2013).
Menurut Nugroho (2010), pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini dapat
dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG):
a. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum
uteri.
b. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering
terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion.

IV. Analisa Data


No. DATA ETIOLOGI MASALAH
Ds: Infeksi genetal Resiko Infeksi
1.
- Klien (D.0142)
mengatakan Proses biomekanik bakteri
mengelurkan
cairan dari Selaput ketuban mudah
jalan lahir pecah

Do: Ketuban pecah dini

1. Palpasi leopold 1 :
Tidak ada pelindungan
TFU 3 jari diatas
dunia luar dengan Rahim
pusat (24cm),
leopold 2 :punggung
kiri teraba datar Mudahnya mikroorganisme
seperti papan masuk secara asedens
(punggung),
punggung kanan : Resiko infeksi
teraba bagian kecil
janin (ekstremitas),
leopold 3 : teraba
bulat,keras,
melinting
(kepala),leopold 4:
bagian terendah
janin belum masuk
panggul.

2. Auskultasi djj (+)


frekuensi 133x/menit

3. inpeksi : cairan
ketuban
merembes,warna
jernih,tidak
berbau,tanda infeksi
seperti merah.

4. TTV: TD :
153/102 mmHg,S :
36,7 C,N: 88x/menit
RR : 20x/menit,

Tampak keluar
cairan pervaginam
dan tidak berbau
Ds : Infeksi genetal Defisit Pengetahuan
2.
-klien mengatakan (D.0111)
kebingungan Proses biomekanik bakteri
mengenai pecahnya
ketuban Selaput ketuban mudah
-klien mengatakan pecah
hal ini baru
dialaminya ketuban pecah dini
- Klien mengaku
tidak mengetahui klien tidak tau penyebab
penyebab pecahnya KPD
ketuban
Defisit pengetahuan
Do:
- Klien tampak
kebingungan
penyebab
pecahnya
ketuban
Ds : Infeksi genetal Ansietas
3.
- Klien tampak (D.0080)
cemas dalam Proses biomekanik bakteri
persalinan
dan takut Selaput ketuban mudah
anaknya tidak pecah
selamat
ketuban pecah dini
Do :
ketuban terlalu banyak
- Klien tampak
keluar
gelisah cemas
dan sedih
kecemasan ibu terhadap
keselamatan janin dan
dirinya

Ansietas

C. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Resiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini. (D.0142)
2. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi. (D.0111)
3. Ansietas berhubungan dengan persalinan premature dan neonates berpotensi lahir
premature. (D.0080)

D. Rencana Asuhan Keperawatan


NO. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Evaluasi
Keperawa
tan
Resiko S:
1. Tingkat (L.14137) Perawatan
infeksi 1. Mengetah Klien
Infeksi Kehamilan
(D.0142) ui apabila mengataka
Risiko Tinggi
Setelah dilakukan terjadi n air
(1.14560)
tindakan keperawatan infeksi ketuban
selama 1 x 24 Jam Observasi 2. Mencegah masih

diharapkan risiko pasien keluar


1. Identifikasi terkena O:
infeksi klien tidak
faktor risiko infeksi
terjadi dengan kriteria
kehamilan 1. Palpasi
hasil: yang
leopold 1 :
disebabka
TFU 3 jari
n oleh
diatas pusat
virus yang (24cm),
(1). Klien 2. Identifikasi
dibawa leopold 2
bebas dari riwayat obstetrik
oleh :punggung
tanda dan (plasenta previa,
pengunjun kiri teraba
gejala infeksi. ketuban pecah
g datar
(2). dini, dll)
3. Menghind seperti
Mendeskripsik
3. Monitor status ari papan
an proses
fisik dan terjadinya (punggung)
penularan
psikososial infeksi , punggung
penyakit, facto
selama Memantu kanan :
mempengaruh
kehamilan. perubahan teraba
yang penularan
TTV yang bagian
serta Terapeutik terjadi kecil janin
penatalaksanaa
(ekstremita
nnya. 1.Diskusikan
s), leopold
(3).Menunjukkan ketidaknyamanan
3 : teraba
kanampuan untuk selama hamil,
bulat,keras,
mencegah timbulnya
2.Diskusikan melinting
infeksi.
persiapan (kepala),leo
persalinan pold 4:
bagian
Edukasi
terendah
1.Anjurkan janin belum
melakukan masuk
perawatan diri panggul.
untuk
2.
meningkatkan
Auskultasi
kesehatan
djj (+)
2. Anjurkan ibu frekuensi
untuk beraktivitas 133x/menit
dan beristirahat
3. inpeksi :
yang cukup
cairan
3.Ajarkan ketuban
mengenali tanda merembes,
bahaya warna
(pendarahan, jernih,tidak
perubahan cairan berbau,tand
ketuban, kontraksi a infeksi
sebelum 37 seperti
minggu, dll) merah.

Kolaborasi 4. TTV: TD
: 153/102
Kolaborasi
mmHg,S :
dengan spesialis
36,7 C,N:
jika ditemukan
88x/menit
tanda dan bahaya
RR :
kehamilan
20x/menit,

Tampak
keluar
cairan
pervaginam
dan tidak
berbau

A:
Masalah
belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
Defisit Edukasi S:
2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahu Kesehatan 1. Agar
(L.12111) -Klien
an (1.12383) penkes
mengataka
(D.0111) Setelah dilakukan 1. Targretkan yang
n kurang
tindakan keperawatan sasaran pada diberikan
mengetahui
selama 1 x 24 Jam kelompok sesuai
tentang
diharapkan yang beresiko dengan
KPD.
pengetahuan tinggi sasaran
meningkat kriteria 2. Indentifikasi yang inig - klien
hasil: faktor internal dituju mengataka
1. Mengetahui dan eksternal 2. Agar tidak n

pentingnya yang dapat terjadi sebelumnya


pendidikan menyebabkan kesalahpah belum

kesehatan masalah pada aman, pernah


2. Mengetahui pasien seperti mengalami
strategi untuk 3. Ajarkan kultur KPD.
menyeimbanngkan teknik yang bahasa
menarik yang yang O:
aktivitas dan
istirahat dapat berbeda
Klien
3. Mengetahui dilakukan 3. Menarik
tampak
praktik gizi yang pasien dan minat
kebingunga
sehat keluarga pasien dan
n apa yang
pasien keluargany
sedang
Mengetahui 4. Berikan a unttuk
dialaminya
pola diskusi melakukan
penambahan kelompok dan apa yang A :
berat badan bermain peran diinginkan
yang sehat untuk penyaji
mempengaruh
i keyakinan 4. Untuk
Masalah
pasien meningkat
teratasi
terhadap kan
sebagian
kesehatan keyakinan
5. Libatkan pasien dan P :
pasien dan keluargany
keluarga a Lanjutkan

pasien dalam mengenai Intervensi

perencanaan pendidikan
dan kesehatan
implementasi yang
gaya hidup diberikan
atas 5. Agar
modifikasi pasien dan
perilaku keluargany
kesehatan a
6. Tekankan memahami
pentingnya apa yang
pola makan harus
yang sehat dilakukan
Lakukan evaluasi dan sesuai
dari apa yang dengan
sudah kondisi
disampaikan sosial dan
budaya
pasien
6. Agar
menghinda
ri masalah
yang
pernah
terjadi
sebelumny
a
Mengkaji
ulang apakah
hasil sudah
seperti yang
diharapkan
Ansietas 1. Agar S:
3. Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
(D.0080) pasien Klien
(L.09093) (1.09314)
dapat mengataka
Setelah dilakukan Observasi terbuka n sudah

tindakan dengan paham


tanda-tanda perawat tentang
keperawatan selama
3 x 24Jam 1. dan KPD,
Monitor
diharapkan ansietas ansietas memudahk Klien
klien menurun an perawat mengataka

dengan kriteria hasil 2. Identifikasi saat melakukan n tidak

: tingkat ansietas pengkajian cemas lagi


berubah 2. Untuk kekhawatir
1. Perilaku gelisah dari menguran an
skala 3 (sedang) ke Terapeutik gi tegang berkurang
skala 5 (menurun) pasien O:
1. Ciptakan
2. Perilaku tegang dari Klien
terapeutik untuk
skala 3 (sedang) ke 3. Agar terlihat
menumbuhkan
skala 5 (menurun) pasien lebih
kepercayaan
3. verbalisasi khawtir mengetahu tenang
suasana
akibat kondisi yang i kondisi A :
dihadapi dari skala 3 2. Temani pasien terkini Masalah
(sedang) ke skala 5 untuk mengurangi mengenai teratasi
(menurun) kecemasan
P:
kesehatann Intervensi
3. Pahami situasi
ya di hentikan
yang membuat
4. Agar
ansietas
pasien
4. Dengarkan merasa

dengan penuh tenang


perhatian
5. Gunakan 1. Menginfor
pendekatan yang masikan ke
tenang dan pasien

meyakinkan teknik-
teknik yag
bisa
Edukasi digunakan
untuk
1. Anjurkan
menguran
keluarga untuk
gi cemas
tetap bersama
pasien
pasien

2. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi

3. Latih teknik
relaksasi
Terapi relaksasi
1. Gambarkan
rasionalisasi
dan manfaat
relaksasi serta
jenis relaksasi
yang tersedia
(misalnya
musik,
meditasi,
bernafas
dengan ritme
dan relaksasi
otot progresif)
2. Dorong pasien
untuk
mengambil
posisi yang
nyaman
3. Gunakan suara
yang lembut
dengan irama
yang lambat

Tunjukkan dan
praktekkan teknik
relaksasi pada
pasien

Kolaborasi

Kolaborasi
pemberian obat
anti ansietas.

DAFTAR PUSTAKA
Asrining, S. H.. S. K. N., dkk. 2003. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta : EGC
Bulecchek. G. 2013. Nursing Intervensions Clasification (NIC). Edisi Keenam.
Elsivers. SingapuraSingapur Kemenkes RI. 2014, 2015, 2016. Buku Saku
PelayananKesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta:
Hidayat, A.A.A. 2010. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan edisi 2.
Jakarta:Salemba
SalembHakimi, 2010 : Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Ida Ayu, C. M. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC
Joseph H. K. 2010. Catatan Kuliah: Ginekologi dan Obstetri (Obsgin). Suha Medika
: Yogyakarta
Manuaba, I.B.G. 2013. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I . Jakarta : Media
Moorhead. S. 2013. Nursing Outcome Clasification (NOC). Edisi Kelima. Elsivers.
Singapura
NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi.Jakarta : EGC
Nugroho. 2010. Ilmu Patologi Kebidanan. Jakarta : EGC.
Saifuddin, Abdul Bari. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T Bina Pustaka.
Saminem. 2010. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Konsep dan Praktik. EGC. Jakarta
Sarwono, Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Cetakan ke-2. Tridasa
Printer : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai