Di Susun Oleh :
INKA DESIANTY (JNR0230123)
1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan secara umum merupakan proses melanjutkan keturunan yang terjadi
secara alami, sebagai suatu proses yang terjadi antara perpaduan sel sperma dan ovum
sehingga terjadi konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari
atau 40 minggu di hitung dari haid pertama haid terakhir (Pratiwi, 2019).
Kehamilan adalah mulai dari ovulasi sampai partus lamanya 280 hari ( 40 minggu)
dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu) (Enggar, 2019).
II. Etiologi
Ketuban pecah dini biasanya menyebabkan persalinan premature alias bayi
Terpaksa dilahirkan sebelum waktunya, air ketuban pecah awal bisa disebabkan
oleh beberapa hal, seperti di sampaikan oleh Geri Morgan (2010) yaitu :
1. Infeksi rahim, leher rahim, atau vagina
2. Pemicu umum ketuban pecah dini adalah
a. Persalinan premature
b. Korioamniotis terjadi dua kali sebanyak KPD
c. Malposisi atau malpresentasi janin
3. Faktr yang mengakibatkan kerusakan serviks
a. Pemakaian alat-alat pada serviks sebelumnya (misalnya aborsi terapeutik,
LEEP, dan sebagainya)
b. Peningkatan paritas yang memungkinkan kerusakan serviks selama
pelahiran sebelumnya
c. Inkompetensi serviks
4. Riwayat KPD sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih
5. Faktor-faktor yang berhubungan dengan berat badan ibu :
a. Kelebihan berat badan sebelum kehamilan
b. Penambah berat badan sebelum kehamilan
6. Merokok selama kelahiran
7. Usia ibu yang lebih tua mungkinn menyebabkan ketuban kurang kuat dari pada
ibu muda
8. Riwayat hubungan seksual baru-baru ini.
IV. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
a. Obati infeksi gonokokus, klamidi, dan vaginosis bacterial
b. Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung untuk
mengurangi atau berhenti.
c. Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil
d. Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trimester akhir bila ada
faktor predisposisi
2. Panduan mengantisipasi : jelaskan pasien yng memiliki riwayat berikut ini saat
prenatal bawa mereka harus segera melapor bila ketuban pecah.
3. Kondisi yang menyebabkan ketuban pecah dapat mengakibatkan propals tali
pusat :
a. Letak kepala vertex
b. Polihidramnion
c. Herpes aktif
d. Riwayat infeksi strepokus beta hemolitiukus sebelumnya.
4. Bila ketuban telah pecah
a. Anjurkan pengkajian secara seksama. Upayakan mengetahui waktu
terjadinya pecah ketuban.
b. Bila robekan ketuban tampak kasar
1) Saat pasien berbarig terlentang, seakan fundus untuk melihat adanya
semburan cairan dari vagina
2) Basahi kapas asupan dengan cairan dan lakukan pulasan pada slide
untuk mengkaji ferning dibawah mikroskop.
3) Sebagian cairan diusapkan kekertas nitrazene. Bila posistif,
pertimbkankan uji diagnostik bila pasien sebelumnya tidak melakukan
hubungan seksual tidak ada perdarahan dan tidak dilakukan
pemeriksaan pervagina menggnkan jeli K-Y.
c. Bila pecah ketuban dan/ atau tanda kemungkinnan infeksi tidak jelas,
lakukan pemeriksaan pekulum steril.
1. Kaji nilai bishop serviks (lihat Nilai Bioskop).
2. Lakukan kultur serviks hanya bila ada tanda infeksi.
3. Dapatkan spesimen cairan lain dengan lidi kapas steril yang dipulaskan
pada slide untuk mengkaji ferning dibawah mikroskop.
4. Bila usia gestasi kurang dari 37 minggu atau pasien terjangkit Herpes
Tipe 2, rujuk ke dokter.
5. Penatalaksanaan konservatif
a. Kebanyakan persalinan dimulai dalam 24-72 jam setelah ketuban pecah .
b. Kemungkinan infeksi berkurang bila tidak ada alat yang dimasukan ke
vagina, kecuali speculum steril, jangan melakukan pemeriksaan vagina.
c. Saat menunggu, tetap pantau pasien dengan ketat.
1) Ukur suhu tubuh empat kali sehari; bila suhu meningkat secara
signifika,dan/ atau mencapai 38 C,berikan macam antibiotik dan
pelahiran harus diselesaikan.
2) Observasi rabas vagina: bau menyengat, purulen atau tampak
kekuningan menunjukan adanya infeksi.
3) Catat bila ada nyeri tekan dan iritabilitas uterus serta laporkan
perubahan apapun.
6. Penatalaksanaan agresif
a. Jel prostaglandin atau misoprostol (meskipun tidak disetujui
penggunaannya) dapat diberikan setelah konsultasi dengan dokter
b. Mungkin dibutuhkan rangkaian induksi pitocin bila serviks tidak berespons
c. Beberapa ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya perslinan. Bila tidak ada
tanda, mulai pemberian pitocin
d. Berikan cairan per IV,pantau janin
e. Peningkatan resiko seksio sesaria bila induksi tidak efektif
f. Bilapengambilankuputusan bergantung pada kelayakan serviks untuk
diindikasi, kaji nilai bishop setelah pemeriksaan spekulum. Bila diputuskan
untuk menunggu persalinan, tidak ada lagi pemeriksaan yang dilakukan, baik
manipulasi dengan tangan maupun spekulum, sampai persalinan dimulai
atau induksi dimulai.
g. Periksa hitung darah lengkap bila ketuban pecah. Ulangi pemeriksaan pada
hari berikutnya sampai pelahiran atau lebih seringbila ada tanda infeksi
h. Lakukan NST setelah ketuban pecah; waspada adanya takikardia janin yang
merupakan salah satu tanda infeksi.
i. Mulai induksi setelah konsultasi dengan dokter bila :
1) Suhu tubuhibu meningkat signifikan
2) Terjadi takikardia janin
3) Lokia tampak keruh
4) Iritabilitas atau nyeri tekan uterus yang signifikan
5) Kultur vagina menunjukan sterkus beta hemolitikus
6) Hitung darah lengkap menunjukan kenaikan sel darah putih.
V. Komplikasi
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia 37 minggu adalah
sindrom disterss pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Resiko
infeksi meningkat pada kejaidan KPD. Semua ibu hamil dengan KPD premature
sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya koriomniostis (radang pada
korion dan amnion). Selain itu kejadian proplas atau keluarnya tali usar dapat
terjadi pada KPD. Resiko kecacatan dan kematian janin pada KPD praterm.
Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal terjadi pada KPD praterm.
Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD praterm ini terjadi pada usia
kehamilan kurang dari 23 minggu.
1. Infeksi intrauterine
2. Tali pusat menumbung
3. Prematuritas
4. Distosia (Subekti,2018)
B. Pengkajian
I. Wawancara
1) Identitas atau biodata klien Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin,
alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal
masuk rumah sakit nomor register, dan diagnosa keperawatan.
2) Nama : Ny.
3) Jenis Kelamin : P
4) Umur :
5) Alamat :
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti
jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b) Riwayat kesehatan sekarang Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan
cairan ketuban yang keluar pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti
tanda-tanda persalinan.
c) Riwayat kesehatan keluarga Adakah penyakit keturunan dalam keluarga
keluarga seperti jantung. DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang
mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien
d) Riwayat psikososial Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara
merawat bayinya, berat badan yang semakin meningkat dan membuat harga diri
rendah.
c) Pola aktifitas
d) Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari
trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi
konstipasi karena penderita takut untuk melakukan buang air besar (BAB).
1. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat
adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
2) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena
adanya proses menerang yang salah
3) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses
persalinan yang mengalami perdarahan, sclera kunuing
4) Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya,
adakah cairan yang keluar dari telinga.
5) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
6) Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola
mamae dan papilla mamae.
7) Genitaliua
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
8) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena rupture
9) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya
uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
10) Muskulis skeletal
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya
luka episiotomy
11) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
III. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan keterangan
terjadi pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas. Selain keterangan
yang disampaikan pasien dapat dilakukan beberapa pemeriksaan yang menetapkan
bahwa cairan yang keluar adalah air ketuban, diantaranya tes ferning dan nitrazine
tes. Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini dapat
dilakukan:
a. Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban di froniks
posterior dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan
bakteriologis.
b. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak
manipulasi daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan-kemungkinan infeksi
asenden dan persalinan prematuritas. (Manuaba, 2013).
Menurut Nugroho (2010), pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini dapat
dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG):
a. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum
uteri.
b. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering
terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion.
1. Palpasi leopold 1 :
Tidak ada pelindungan
TFU 3 jari diatas
dunia luar dengan Rahim
pusat (24cm),
leopold 2 :punggung
kiri teraba datar Mudahnya mikroorganisme
seperti papan masuk secara asedens
(punggung),
punggung kanan : Resiko infeksi
teraba bagian kecil
janin (ekstremitas),
leopold 3 : teraba
bulat,keras,
melinting
(kepala),leopold 4:
bagian terendah
janin belum masuk
panggul.
3. inpeksi : cairan
ketuban
merembes,warna
jernih,tidak
berbau,tanda infeksi
seperti merah.
4. TTV: TD :
153/102 mmHg,S :
36,7 C,N: 88x/menit
RR : 20x/menit,
Tampak keluar
cairan pervaginam
dan tidak berbau
Ds : Infeksi genetal Defisit Pengetahuan
2.
-klien mengatakan (D.0111)
kebingungan Proses biomekanik bakteri
mengenai pecahnya
ketuban Selaput ketuban mudah
-klien mengatakan pecah
hal ini baru
dialaminya ketuban pecah dini
- Klien mengaku
tidak mengetahui klien tidak tau penyebab
penyebab pecahnya KPD
ketuban
Defisit pengetahuan
Do:
- Klien tampak
kebingungan
penyebab
pecahnya
ketuban
Ds : Infeksi genetal Ansietas
3.
- Klien tampak (D.0080)
cemas dalam Proses biomekanik bakteri
persalinan
dan takut Selaput ketuban mudah
anaknya tidak pecah
selamat
ketuban pecah dini
Do :
ketuban terlalu banyak
- Klien tampak
keluar
gelisah cemas
dan sedih
kecemasan ibu terhadap
keselamatan janin dan
dirinya
Ansietas
Kolaborasi 4. TTV: TD
: 153/102
Kolaborasi
mmHg,S :
dengan spesialis
36,7 C,N:
jika ditemukan
88x/menit
tanda dan bahaya
RR :
kehamilan
20x/menit,
Tampak
keluar
cairan
pervaginam
dan tidak
berbau
A:
Masalah
belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
Defisit Edukasi S:
2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahu Kesehatan 1. Agar
(L.12111) -Klien
an (1.12383) penkes
mengataka
(D.0111) Setelah dilakukan 1. Targretkan yang
n kurang
tindakan keperawatan sasaran pada diberikan
mengetahui
selama 1 x 24 Jam kelompok sesuai
tentang
diharapkan yang beresiko dengan
KPD.
pengetahuan tinggi sasaran
meningkat kriteria 2. Indentifikasi yang inig - klien
hasil: faktor internal dituju mengataka
1. Mengetahui dan eksternal 2. Agar tidak n
perencanaan pendidikan
dan kesehatan
implementasi yang
gaya hidup diberikan
atas 5. Agar
modifikasi pasien dan
perilaku keluargany
kesehatan a
6. Tekankan memahami
pentingnya apa yang
pola makan harus
yang sehat dilakukan
Lakukan evaluasi dan sesuai
dari apa yang dengan
sudah kondisi
disampaikan sosial dan
budaya
pasien
6. Agar
menghinda
ri masalah
yang
pernah
terjadi
sebelumny
a
Mengkaji
ulang apakah
hasil sudah
seperti yang
diharapkan
Ansietas 1. Agar S:
3. Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
(D.0080) pasien Klien
(L.09093) (1.09314)
dapat mengataka
Setelah dilakukan Observasi terbuka n sudah
meyakinkan teknik-
teknik yag
bisa
Edukasi digunakan
untuk
1. Anjurkan
menguran
keluarga untuk
gi cemas
tetap bersama
pasien
pasien
2. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
3. Latih teknik
relaksasi
Terapi relaksasi
1. Gambarkan
rasionalisasi
dan manfaat
relaksasi serta
jenis relaksasi
yang tersedia
(misalnya
musik,
meditasi,
bernafas
dengan ritme
dan relaksasi
otot progresif)
2. Dorong pasien
untuk
mengambil
posisi yang
nyaman
3. Gunakan suara
yang lembut
dengan irama
yang lambat
Tunjukkan dan
praktekkan teknik
relaksasi pada
pasien
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian obat
anti ansietas.
DAFTAR PUSTAKA
Asrining, S. H.. S. K. N., dkk. 2003. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta : EGC
Bulecchek. G. 2013. Nursing Intervensions Clasification (NIC). Edisi Keenam.
Elsivers. SingapuraSingapur Kemenkes RI. 2014, 2015, 2016. Buku Saku
PelayananKesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta:
Hidayat, A.A.A. 2010. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan edisi 2.
Jakarta:Salemba
SalembHakimi, 2010 : Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Ida Ayu, C. M. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC
Joseph H. K. 2010. Catatan Kuliah: Ginekologi dan Obstetri (Obsgin). Suha Medika
: Yogyakarta
Manuaba, I.B.G. 2013. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I . Jakarta : Media
Moorhead. S. 2013. Nursing Outcome Clasification (NOC). Edisi Kelima. Elsivers.
Singapura
NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi.Jakarta : EGC
Nugroho. 2010. Ilmu Patologi Kebidanan. Jakarta : EGC.
Saifuddin, Abdul Bari. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T Bina Pustaka.
Saminem. 2010. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Konsep dan Praktik. EGC. Jakarta
Sarwono, Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Cetakan ke-2. Tridasa
Printer : Jakarta