Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

KEERAWATAN MATERNITAS
“ANTE NATAL CARE”

DISUSUN OLEH :

SUPRIYANTO
2022207209239

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

TAHUN 2022/2023
A. PENGERTIAN ANTENATAL CARE
Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang berawal dari terjadinya  pertemuan
dan persenyawaan antara sperma dan ovum sehingga akan terbentuk zigot yang pada
akhirnya membentuk janin. Kehamilan terjadi pada saat pertemuan ovum dan sperma
hingga masa di mana janin siap lahir, dalam perhitungan medis ± 40 minggu (Masriroh,
2013).

Antenatal care merupakan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa


keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap
penyimpangan yang ditemukan (Depkes RI, 2003).

B. TANDA-TANDA KEHAMILAN
Menurut Manuaba (2010), tanda-tanda kehamilan dibagia menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Tanda tidak pasti
a. Amenore (tidak haid)
Pada umumnya wanita yang sedang hamil tidak mengalami haid, dengan
diketahuinya tanggal hari pertama haid terakhir supaya dapat ditaksir umur
kehamilan dan taksiran tanggal persalinan akan menjadi lebih mudah, dengan
memakai rumus Neagle rumus ini terutama berlaku untuk wanita dengan siklus 28
hari sehingga ovulasi terjadi pada hari ke 14. Caranya yaitu tanggal hari pertama
mestruasi terakhir ditambah 7 dan bulan dikurangi 3.
b. Mual dan muntah
Terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan pertama. Sering
terjadinya pada pagi hari disebut morning sickness.
c. Mengidam (ingi makan khusus)
Biasnaya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, akan tetapi menghilang
dengan makin tuanya kehamilan
d. Pingsan
Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat. Biasanya hilang
sesudah kehamilan 16 minggu.
e. Anoreksia (tidak ada selera makan)
Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, Tetapi setelah itu nafsu
makan timbul lagi.
f. Mamae menjadi tegang dan membesar
Hal ini disebabkan pengaruh hormone estrogen dan progesteron yang merangsang
duktus dan alveoli payudara.

g. Miksi sering
Sering buang air kecil disebabkan karena kandung kemih tertekan oleh uterus yang
mulai membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir
kehamilan, gelaja ini kembali karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin.
h. Konstipasi atau obstipasi
Ini terjadi karena tonus usus menurun yang disebabkan oleh pengaruh hormon
steroid yang dapat menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
i. Pigmentasi (perubahan warna kulit)
Pada areola mamae, genital, cloasma, linea alba yang berwarna lebih tegas, melebar
dan bertambah gelap terdapat pada perut bagian bawah.
j. Epulis
Suatu hipertrofi papilla ginggiva (egusi berdarah). Sering terjadi pada triwulan
pertama.
k. Varises (pemekaran vena-vena)
Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron terjadi penampakan
pembuluh darah vena. Penambahan pembuluh darah ini terjadi disekitar genetalia
eksterna, kaki dan betis dan payudara.

2. Tanda kemungkinan hamil


a. Perut membesar
Setelah kehamilan 14 minggu, rahim dapat diraba dari luar dan mulai pembesaran
perut.
b. Uterus membesar
Terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan konsistensi dari rahim. Pada
pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan bentuknya makin lama
makin bundar.
c. Tanda hegar
Konsitensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak, terutama daerah hismus.
Pada minggu-minggu pertama hismus uteri mengalami hipertrofi seperti korpus
uteri. Hipertrofiismus pada triwulan pertama mengakibatkan ismus menjadi panjang
dan lebih lunak
d. Tanda Chadwick
Perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan pada vulva, vagina, dan serviks.
Perubahan warna ini disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen
e. Tanda piscaseck
Uterus mengalami pembesaran, kadang-kadang pembesaran tidak rata tetapi di
daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Hal ini menyebabkan uterus
membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran.

f. Tanda Braxton-Hicks
Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda khas untuk uterus dalam masa
hamil. Pada keadaan uterus yang membesar tetapi tidak ada kehamilan misalnya
pada mioma uteri, tanda Braxton-hicks tidak ditemukan.
g. Teraba ballotemen
Merupakan fenomena bandul atau pantulan balik. Ini adalah tanda adanya janin di
dalam uterus.
h. Reaksi kehamilan positif
Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya hormon chorionigonadotropin
pada kehamilan muda adalah air kencing pertama pada pagi hari. Dengan tes ini
dapat membantu menemukan diagnosa kehamilan sedini mungkin.

3. Tanda pasti hamil


Menurut (Hanifa Wiknjosastro, 2009) tanda pasti kehamilan diantarnya:
a. Teraba bagian-bagian janin dan dapat di kenal bagian-bagian janin
b. Terdengar dan dapat dicatat bunyi jantung janin
c. Dapat dirasakan gerakan janin
d. Dengan alat USG dapat diketahui kantung janin, panjang janin, dan dapat
diperkirakan tuanya kehamilan serta dapat menilai pertumbuhan janin.

Status obstetric atau status kehamilan seorang ibu dapat dituliskan dengan GPA, yaitu:
1. G menunjukkan berapa banyak ibu pernah mengalami hamil
2. P menunjukkan berapa kali ibu pernah melahirkan baik per vaginam maupun per
abdominal (operasi), baik premature, matur, ataupun post-matur/serotinus
3. A menunjukkan bahwa berapa kali ibu mengalami abortus (keguguran)/curettage
(kuret)
(Atin Karjatin, 2016)
Mengertahui usia kehamilan dapat dilakukan dengan menentukan tanggal menstruasi
terakhir sebelum hamil, metode ini dikenal dengan nama rumus Naegele, cara ini
dianggap terbaik bagi wanita yang memiliki siklus haid teratur 28 hari. Mula-mula dengan
mennetukan tanggal hari pertama haid terakhir (HPHT) kemudian tambahkan 40 minggu
dari tanggal tersebut untuk menentukan perkiraan hari persalinan. (dr. Kevin Adrian,
2019). Simulasi perhitungan sebagai berikut:
1. Tentukan HPHT
2. Tambahkan satu tahun
3. Tambahkan 7 hari
4. Mundurkan 3 bulan

C. ADAPTASI FISIOLOGI DAN PSIKOLOGIS IBU HAMIL


1. Adaptasi fisiologis pada ibu hamil
a. Sistem reproduksi payudara
Kehamilan akan menyebabkan peningkatan jumlah estrogen dan progesteron,
mulanya diproduksi oleh korpus luteum dan kemudian plasenta, meningkatnya
aliran darahke payudara, prolaktin meningkat, yang diproduksi oleh pituitary
anterior. Tanda klinis dan gejala yang dapat muncul pada payudara antara lain
ketegangan, perasaan penuh, dan peningkatan berat payudara sampai 400 gram.
Selain itu ibu juga dapatmerasakan pembesaran payudara, puting susu, areola, dan
folikel Montgomery (kelenjar kecil yang mengelilingi puting susu). Ibu akan
memiliki striae, karena penegangan kulitpayudara untuk mengakomodasi
pembesaran jaringan payudara. Pada permukaan payudara akan tampak vena karena
meningkatnya aliran darah. Memproduksi kolostrum, sekresi cairan yang berwarna
kuning yang kaya akan antibodi, yang mulai diproduksi pada akhir minggu 16
kehamilan (Chapman & Durham, 2010).
Gambar 1.1. Anatomi payudara dan tinggi fundus dalam rahim (pada 12-36 minggu)
b. Sistem reproduksi uterus
Uterus dibagi menjadi 3 bagian yaitu fundus (bagian atas), isthmus (bagian bawah),
serviks (bagian paling bawah), sering disebut sebagai leher rahim. Peningkatan
jumlah estrogen dan progesteron, sehingga menyebabkan pembesaran uterus untuk
mengakomodasi perkembangan janin dan plasenta. Keadaan pH vagina berubah
menjadi asam, dan terjadi hipertropi (pembesaran) pada dinding uterus (Chapman &
Durham, 2010). Pertumbuhan uterus, dapat dipalpasi di atas simpisis pubis pada
kehamilan 12—14 minggu. Setelah 4 bulan kehamilan, kontraksi uterus dirasakan
pada dinding abdomen (Braxton Hicks sign) dengan ciri: kontraksi/mulas
ireguler/tidak teratur, kontraksi tidak terasa sakit yang terjadi berselang seling
selama kehamilan. Ujung servix lembut (goodell sign), tanda ini terjadi karena
peningkatan vaskularisasi, hiperplasi, hipertropi. Gerakan pasif fetus yang tidak
terikat (ballotement). Gerakan bayi (quickening) biasanya sulit dibedakan dari
peristaltik.
c. Vagina dan vulva
Pada vagina dan vulva terjadi peningkatan vaskularisasi menghasilkan warna
ungukebiru—biruan pada mukosa vagina dan cervix (chadwick sign). Leukorrhea
adalah lendiputih kental, cairan yang kental dan banyak ini terjadi karena respon
rangsangan serviks olehprogesteron & estrogen. Kondisi pH sekresi vagina berkisar
3,5—6 selama kehamilan. pHvagina yang asam dapat menghambat pertumbuhan
bakteri namun candida albicans dapatumbuh pada pH asam ini. Hal ini yang
menyebabkan ibu hamil berisiko terjadi kandidiasis.
d. Sistem kardiovaskuler
Hemodelusi (volume darah meningkat 40—50%, volume plasma meningkat,
hemoglobin menurun) atau anemia fisiologis kehamilan. Peningkatan volume darah
mengakibatkan peningkatan curah jantung sehingga jantung memompa dengan kuat
dan terjadi sedikit dilatasi. Progesteron menimbulkan relaksasi otot polos dan
dilatasi pembuluh darah yang akan mengimbangi peningkatan kekuatan jantung
sehingga tekanan darah mendekati normal dan mudah terjadi hipotensi supinasio
karena vena cava inferior tertekan oleh isi uterus. Tekanan pada vena iliaka dan
vena cava inferior oleh uterus menyebabkan peningkatan tekanan vena dan
mengurangi aliran darah ke kaki terutama pada posisi lateral sehingga menyebabkan
edema, varises vena dan vulva, hemoroid.

Gambar 1.2. perubahan letak jantung dan paru-paru selama kehamilan dan kondisi
kompresi vena cava
e. Sistem respirasi
Peningkatan konsumsi oksigen 15—20 %, gejala dan tanda klinis yang timbul
berupa peningkatan tidal volume 30—40 %, dan dispnea.
f. Sistem perkemihan
Peningkatan level progesteron menyebabkan relaksasi otot polos. Gejala dan tanda
klinis yang timbul berupa dilatasi renal pelvis dan ureter sehingga meningkatkan
risiko infeksi saluran kemih (ISK), penurunan tonus bladder disertai peningkatan
kapasitas bladder sehingga frekuensi berkemih meningkat dan terjadi inkontinensia.
Edema sering terjadi karena penurunan aliran renal (aliran darah ke ginjal) pada
trimester ketiga. Perubahan pada saluran perkemihan tejadi karena faktor hormonal
dan mekanis. Progesteron memiliki efek relaksan pada serabut otot polos, terjadi
dilatasi, pemanjangan dan penekukan ureter; penumpukan urin (terjadi pada ureter
bawah), penurunan tonus kandung kemih sehingga pengosongan kandung kemih
tidak tuntas. Frekuensi berkemih meningkat akibat pembesaran kehamilan terutama
pada akhir kehamilan. Penurunan tonus otot dasar panggul dan penurunan tekanan
akibat penambahan berat isi uterus sehingga mengakibatkan stres inkontinensia
akibat desakan yang ditimbulkan peningkatan tekanan intrabdomen yang mendadak
g. Sistem gastrointestinal/ pencernaan
Peningkatan Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dan perubahan metabolisme
karbohidrat dapat menyebabkan mual muntah pada trimester I. Peningkatan
progesterone menyebabkan penurunan tonus otot dan memperlambat proses digestif
sehingga menyebabkan konstipasi dan pengosongan lambung menjadi lambat.
Perubahan mengecap dan membaui sehingga menyebabkan mual.
h. Sistem musculoskeletal
Peningkatan estrogen menyebabkan peningkatan elastisitas dan relaksasi ligament
sehingga menimbulkan gejala nyeri sendi. Sedangkan peregangan otot abdomen
karena pembesaran uterus menyebabkan diastasis recti.

Gambar 1.3. Diastasis Recti (Diastasis absent vs Diastasis Present)


Gambar 1.4. Kondisi perut ibu hamil dengan striae (a) dan linea nigra (b)

i. Sistem integument
Peningkatan estrogen dan progesterone merangsang peningkatan penyimpanan
melanin sehingga menyebabkan linea nigra, cloasma gravidarum, warna areola,
putting susu, vulva menjadi lebih gelap. Striae gravidarum/ stretch marks terjadi
akibat kulit perut, payudara, pantat teregang sehingga serabut kolagen mengalami
rupture.

Gambar 1.5. Payudara tidak hamil (a), awal kehamilan (b), dan akhir Kehamilan (c).
j. Sistem endokrin
Peningkatan prolaktin dan oksitosin memfasilitasi laktasi, menstimulasi kontraksi
uterus.
2. Adaptasi psikologis pada ibu hamil
Saat kehamilan, ibu akan merasakan berbagai perubahan yang terkait dengan dirinya
termasuk perubahan psikologis. Kehamilan akan memberi waktu pada seorang
perempuan untuk mempersiapkan persalinan, melengkapi tugas kehamilan kemudian
akan berperan menjadi seorang ibu. Perubahan psikososial yang sering terjadi pada
kehamilan antara lain pada trimester I, menerima kehamilan; trimester II menerima
bayi, dan trimester III menyiapkan kelahiran bayi sebagai akhir dari kehamilan
(Pilliteri, 2003).

Ibu hamil akan menunjukkan respon yang ambivalen, yaitu respon terhadap
kehamilannya dirasakan ada 2 yakni senang dan sedih (Pilliteri, 2003). Perasaan ibu
hamil yang senang dan sedih sering dapat merusak hubungan suami istri karena ibu
biasanya mengalami emosi yang labil. Hal ini disebabkan karena masa menjadi orang
tua dianggap sebagai suatu transisi peran dan didasarkan pada tahapan tugas
perkembangan. Selain ibu, ayah pun memerlukan persiapan sosial untuk menjadi orang
tua walaupun perannya lebih sedikit dibandingkan dengan ibu, dan hanya ada sedikit
hal yang dapat disiapkan dalam menghadapi kehamilan istrinya, kecuali bila pasangan
suami istri mengikuti kelas Pendidikan melahirkan yang dapat mereka hadiri bersama
dengan pasangannya. Ibu hamil diperbolehkan melakukan hubungan seksual dengan
pasangannya (Pilliteri, 2003).

Namun prinsip terpenting adalah tidak menekan perut ibu hamil/janin dalam
kandungan. Hal yang harus Anda waspadai adalah peran Anda dalam memberikan
pendidikan kesehatan tentang hubungan seksual selama kehamilan. Terutama jika ibu
hamil memiliki riwayat abortus spontan, persalinan prematur, ketuban pecah dini, maka
hubungan seksual tidak boleh dilakukan pada awal kehamilan atau sebelum akhir
trimester 3.

D. KEBUTUHAN IBU HAMIL TRIMESTER I-III


Kebutuhan untuk ibu hamil dari trimester 1-3 yaitu:
1. Kebutuhan oksigen
Pada kehamilan terjadi perubahan pada sistem respirasi untuk dapat memenuhi
kebutuhan O2, di samping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang
membesar. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang
meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam. Hal ini akan berhubungan dengan
meningkatnya aktifitas paru-paru oleh karena selain untuk mencukupi kebutuhan O2
ibu, juga harus mencukupi kebutuhan O2 janin. Ibu hamil kadang—kadang merasakan
sakit kepala, pusing ketika berada di keramaian misalnya di pasar, hal ini disebabkan
karena kekurangan O2.

2. Kebutuhan nutrisi
Untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi selama masa hamil, banyak diperlukan
zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dari pada sebelu hamil. Pada ibu hamil akan
mengalami BB bertambah, penambahan BB bisa diukur dari IMT (Indeks Masa Tubuh)
/ BMI (Body Mass Index) sebelum hamil. IMT dihitung dengan cara BB sebelum hamil
dalam kg dibagi (TB dlm m) 2. Kebutuhan makanan sehari-hari ibu tidak hamil, ibu
hamil dan ibu menyusui diantaranya yaitu :
Nutrien Tak Hamil Kondisi Ibu Hamil
Hamil Menyusui
Kalori 2.000 2300 3000
Protein 55 g 65 g 80 g
Kalsium (Ca) 0,5 g 1g 1g
Zat besi (Fe) 12 g 17 g 17 g
Vitamin A 5000 IU 6000 IU 7000 IU
Vitamin D 400 IU 600 IU 800 IU
Tiamin 0,8 mg 1 mg 1,2 mg
Riboflavin 1,2 mg 1,3 mg 1,5 mg
Niasin 13 mg 15 mg 18 mg

Vitamin C 60 mg 90 m 90 mg

Kenaikan BB yang berlebihan atau BB turun setelah kehamilan triwulan kedua harus
menjadi perhatian, besar kemungkinan ada hal yang tidak wajar sehingga sangat
penting untuk segera memeriksakan ke dokter.

3. Personal hygiene
Kebersihan badan mengurangi kemungkinan infeksi, karena badan yang kotor banyak
mengandung kuman. Pada ibu hamil karena bertambahnya aktifitas metabolisme tubuh
maka ibu hamil cenderung menghasilkan keringat yang berlebih, sehingga perlu
menjaga kebersihan badan secara ekstra disamping itu menjaga kebersihan badan juga
dapat untuk mendapatkan rasa nyaman bagi tubuh. Personal hygiene diantaranya yaitu
mandi, perawatan vulva dan vagina, perawatan gigi, perawatan kuku, dan perawatan
rambut.

4. Pakaian
Pakaian yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah pakaian yang longgar, nyaman
dipakai, tanpa sabuk atau pita yang menekan bagian perut atau pergelangan tangan
karena akan mengganggu sirkulasi darah.Stocking tungkai yang sering dikenakan
sebagian wanita tidak dianjurkan karena dapat menghambat sirkulasi darah. Pakaian
dalam atas (BH) dianjurkan yang longgar dan mempunyai kemampuan untuk
menyangga payudara yang makin berkembang. Dalam memilih BH supaya yang
mempunyai tali bahu yang lebar sehingga tidak menimbulkan rasa sakit pada
bahu.Sebaiknya memilih BH yang bahannya dari katun karena selain mudah dicuci
juga jarang menimbulkan iritasi.

Celana dalam sebaiknya terbuat dari katun yang mudah menyerap airsehingga untuk
mencegah kelembaban yang dapat menyebabkan gatal dan iritasi apalagi ibu hamil
biasanya sering BAK karena ada penekanan kandung kemih oleh pembesaran
uterus.Korset dapat membantu menahan perut bawah yang melorot dan mengurangi
nyeri punggung. Pemakaian korset tidak boleh menimbulkan tekanan pada perut yang
membesar dan dianjurkan korset yang dapat menahan perut secara lembut. Korset yang
tidak didesain untuk kehamilan dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan tekanan pada
uterus, korset seperti ini tidak dianjurkan untuk ibu hamil.
5. Eliminasi (BAB dan BAK)
a. Buang Air Besar(BAB)
Pada ibu hamil sering terjadi obstipasi. Obstipasi ini kemungkinan terjadi
disebabkan oleh:
1) Kurang gerak badan
2) Hamil muda sering terjadi muntah dan kurang makan
3) Peristaltik usus kurang karena pengaruh hormon
4) Tekanan pada rektum oleh kepala
Dengan terjadinya obstipasi pada ibu hamil maka panggul terisi dengan rectum
yang penuh feses selain membesarnya rahim, maka dapat menimbulkan bendungan
di dalam panggul yang memudahkan timbulnya haemorrhoid. Hal tersebut dapat
dikurangi dengan minum banyak air putih, gerak badan cukup, makan-makanan
yang berserat seperti sayuran dan buah-buahan.

b. Buang Air Kecil (BAK)


Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan, bahkan cukup lancar dan
malahan justru lebih sering BAK karena ada penekanan kandung kemih oleh
pembesaran uterus. Dengan kehamilan terjadi perubahan hormonal, sehingga daerah
kelamin menjadi lebih basah. Situasi ini menyebabkan jamur (trikomonas) tumbuh
subur sehingga ibu hamil mengeluh gatal dan keputihan. Rasa gatal sangat
mengganggu, sehingga sering digaruk dan menyebabkan saat berkemih sering sisa
(residu) yang memudahkan terjadinya infeksi.
6. Seksual
Hamil bukan merupakan halangan untuk melakukan hubungan seksual.Hubungan
seksual yang disarankan pada ibu hamil adalah :
a. Posisi diatur untuk menyesuaikan dengan pembesaran perut . Posisi perempuan
diatas dianjurkan karena perempuan dapat mengatur kedalaman penetrasi penis dan
juga dapat melindungi perut dan payudara. Posisi miring dapat mengurangi energi
dan tekanan perut yang membesar terutama pada kehamilan trimester III.
b. Pada trimester III hubungan seksual supaya dilakukan dengan hati — hati karena
dapat menimbulkan kontraksi uterus sehingga kemungkinan dapat terjadi partus
prematur, fetal bradicardia pada janin sehingga dapat menyebabkan fetal distress
tetapi tidak berarti dilarang.
c. Hindari hubungan seksual yang menyebabkan kerusakan janin
d. Hindari kunikulus (stimulasi oral genetalia wanita) karena apabila meniupkan udara
ke vagina dapat menyebabkan emboli udara yang dapat menyebabkan kematian.
e. Pada pasangan beresiko, hubungan seksual dengan memakai kondom supaya
dilanjutkan untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.

Hubungan seksual disarankan tidak dilakukan pada ibu hamil bila:

a. Terdapat tanda infeksi dengan pengeluaran cairan disertai rasa nyeri atau panas.
b. Terjadi perdarahan saat hubungan seksual.
c. Terdapat pengeluaran cairan (air) yang mendadak.
d. Terdapat perlukaan di sekitar alat kelamin bagian luar.
e. Serviks telah membuka
f. Plasenta letak rendah
g. Wanita yang sering mengalami keguguran, persalinan preterm, mengalami kematian
dalam kandungan atau sekitar 2 minggu menjelang persalinan.

E. KOMPLIKASI DALAM KEHAMILAN


1. Hiperemesis gravidarium
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan yang terjadi pada ibu
hamil. Hiperemesis gravidarum muntah selama kehamilan yang begitu parah
menyebabkan dehidrasi, elektrolit dan ketidakseimbangan asam—basa, dan ketosis
akibat kelaparan. Hal ini mungkin disebabkan karena terjadi kenaikan chorionic
gonadotropin dan/atau tingkat estrogen. Selain itu penyebabnya bisa dikarenakan
alasan psikologis, akibat respon ambivalen terhadap kehamilan (Chapman & Durham,
2010). Hasil pengkajian yang dapat ditemukan oleh Anda antara lain (Chapman &
Durham, 2010):
a. Muntah yang mungkin berkepanjangan, sering, dan parah.
b. Kehilangan berat badan, urin mengandung aseton, dan ketosis.
c. Tanda dan gejala dehidrasi diantaranya: membran mukosa kering.
d. Turgor kulit buruk.
e. Malaise/kelemahan.
f. Tekanan darah rendah.

Tindakan keperawatan yang dapat Anda lakukan ke ibu hamil dengan hyperemesis
gravidarum (Chapman & Durham, 2010) adalah :

a. Kaji faktor yang berkontribusi terhadap mual dan muntah.


b. Kurangi atau hilangkan faktor—faktor yang berkontribusi terhadap mual dan
muntah seperti menghilangkan bau.
c. Berikan dukungan emosional.
d. Berikan tindakan kenyamanan seperti kebersihan mulut yang baik.
e. Berikan cairan melalui intra vena, elektrolit, dan antiemetik sesuai resep/order
dokter.
f. Periksa berat badan setiap hari.
g. Pantau intake dan output dan berat jenis urin untuk memantau hidrasi.
h. Pantau mual dan muntah.
2. Preeklamsi
Preeklamsi merupakan salah satu gangguan hipertensi dalam kehamilan. Preeklamsia
adalah penyakit kehamilan yang berkisar dari hipertensi ringan sampai berat dan
disertai dengan mendasari sistemik patologi yang dapat memiliki dampak ibu dan janin
yang parah (Chapman & Durham, 2010).
Hasil pengkajian yang dapat Anda temukan (Chapman & Durham, 2010) antara lain:
a. Penilaian yang akurat sangat penting sehingga pengenalan awal memburuknya
penyakit akan memungkinkan untuk intervensi tepat waktu yang dapat
meningkatkan kesehatan maternal dan neonatal

b. Peningkatan tekanan darah: Hipertensi dengan tekanan sistolik 140 mm Hg atau


tekanan yang lebih besar dan diastolik 90 mm Hg atau lebih.
c. Proteinuria 1 + atau lebih.
d. Nilai laboratorium mungkin menunjukkan peningkatan pada tes fungsi hati,
berkurangnya fungsi ginjal, dan perubahan koagulopati.

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan antara lain (Chapman & Durham, 2010)
adalah:
a. Ukur tekanan darah.
b. Berikan obat antihipertensi sesuai resep.
c. Berikan magnesium sulfat sesuai resep.
d. Kaji adanya perubahan sistem syaraf serebral meliputi sakit kepala, perubahan
penglihatan, refleks tendon dalam.
e. Periksa urin untuk melihat adanya proteinuria.
f. Pertahankan bedrest pada posisi lateral recumbent.

Eklampsia adalah terjadinya aktivitas kejang ketika preeklamsia (Gilbert, 2007 dalam
Chapman & Durham, 2010). Tanda—tanda peringatan terjadinya kejang eklampsia
meliputi:

a. Sakit kepala persisten parah.


b. Nyeri epigastrium.
c. Mual dan muntah.
d. Hyperreflexia dengan clonus.
e. Gelisah.
3. Plasenta previa
Placenta previa terjadi bila plasenta menempel di segmen bawah rahim, dekat atau di
atas leher rahim internal, bukan fundus rahim. Pendarahan terjadi karena pemisahan
plasenta dari segmen bawah rahim dan ketidakmampuan rahim berkontraksi (Chapman
& Durham, 2010). Karena plasenta berada di jalan lahir, maka petugas kesehatan tidak
dibolehkan melakukan pemeriksaan dalam (vaginal touché). Hal ini dikarenakan jika
pemeriksaan dalam tetap dilakukan, maka akan menyebabkan risiko perdarahan.

Hasil pengkajian yang dapat ditemukan oleh Anda antara lain (Chapman & Durham,
2010) adalah:

a. Presentasi klasik dari plasenta previa adalah rahim mengalami pendarahan.


b. Perdarahan biasanya terjadi menjelang akhir trimester kedua atau pada trimester
ketiga kehamilan dan episode perdarahan awal mungkin sedikit.
c. Episode pertama perdarahan jarang mengancam kehidupan atau penyebab syok
hipovolemik.
d. Pemeriksaan vagina merupakan kontraindikasi.
Tindakan keperawatan yang dapat Anda lakukan antara lain (Chapman & Durham,
2010) adalah:

a. Jelaskan intervensi, pengobatan dan prosedur rencana tindakan.


b. Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang keadaan/status ibu dan janin.
c. Evaluasi karakter, warna, dan jumlah perdarahan vagina.
4. Abortus/aborsi
Aborsi adalah penghentian kehamilan spontan atau elektif. Aborsi disebut sebagai
induksi, elektif, terapeutik, dan spontan (Chapman & Durham, 2010). Aborsi adalah
penghentian medis atau bedah kehamilan sebelum viabilitas janin (kemampuan janin
untuk hidup di luar kandungan). Aborsi elektif adalah pemutusan kehamilan sebelum
viabilitas janin atas permintaan wanita tetapi tidak untuk alasan kesehatan gangguan
ibu atau penyakit janin. Aborsi terapeutik adalah terminasi kehamilan untuk indikasi
medis ibu yang serius atau anomali janin yang serius. Penjelasan dalam topik ini hanya
akan memfokuskan pada aborsi spontan karena dikaitkan dengan perdarahan.

Aborsi spontan adalah aborsi yang terjadi tanpa medis atau alat mekanik, juga disebut
keguguran. Perdarahan di desidua sekitar 10% sampai 30% dari kehamilan berakhir
aborsi spontan. Mayoritas (80%) terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan dan lebih
dari setengah dari mereka adalah hasil dari kelainan kromosom (Cunningham et al.,
2005).

Hasil Pengkajian untuk Aborsi Spontan yang dapat Anda temukan antara lain
(Chapman & Durham, 2010):
a. Perdarahan uterus.
b. Kontraksi uterus dan kram dan nyeri.
c. Ultrasound menegaskan diagnosis.

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan terkait dengan adanya aborsi antara lain
(Chapman & Durham, 2010) adalah:

a. Penuhi dukungan psikologis.


b. Monitor perdarahan.
F. PELAYANAN ANTE NATAL CARE
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Menurut (Prawirohardjo, 2010) kenaikan berat badan wanita hamil rata-rata antara
11,5-16 kg. bila berat badan naik lebih dari semestinya, anjurkan untuk mengurangi
makanan yang mengandung karbohidrat, namun tidak dengan lemak, sayur dan buah.
2. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)
Pada ibu hamil, pengukuran lingkar lengan atas (LILA) merupakan suatu cara untuk
mendteksi dini adanya kurang energi kronis (KEK) atau kekuranga gizi (ukuran LILA
< 23,5 cm). Malnutrisi pada ibu hamil mengakibatkan transfer nutrient ke janin
berkurang, sehingga pertumbuhan janin terhambat dan berpotensi melahirkan bayi
dengan berat badan rendah (BBLR).
3. Ukur tekanan darah
Tekanan darah diukur setiap kali ibu hamil melakukan kunjungan, hal ini bertujuan
untuk mendeteksi adanya kemungkinan kenaikan tekanan darah yang disebabkan
kehamilan. Tekanan darah ibu hamil dikatakan normal yaitu dibawah 140/90 mmHg.
4. Ukur tinggi fundus uteri (TFU)
TFU digunakan sebagai salah satu cara untuk mengetahui usia kehamilan dimana
biasanya lebih tepat bila dilakukan pada kehamilan yang pertama (Manuaba, 2012).
Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri
12 minggu 1/3 diatas simpisis
16 minggu ½ simpisis-pusat
20 minggu 2/3 diatas simpisis
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 1/3 diatas pusat
34 minggu ½ pusat-prosessus xifoideus
36 minggu Setinggi prosessus xifoideus
40 minggu 2 jari dibawah processus xifoideus

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)


Tujuan pemantauan ini adalah untuk mendeteksi secara dini ada atau tidaknya faktor-
faktor resiko kematian parenatal tersebut (hipoksia/asfiksia, gangguan pertumbuhan,
cacat bawaan, dan infeksi). Denyut jantung janin baru dapat di dengar pada usia
kehamilan 16 minggu/4 bulan. Gambaran DJJ
a. Takikardi berat: detak jantung diatas 180 x/menit
b. Takikardi ringan: antara 160-180 x/menit
c. Normal: antara 120-160 x/menit
d. Bradikardi ringan: 100-119 x/menit
e. Bradikardi sedang: antara 80-100 x/menit
f. Bradikardi berat: kurang dari 80 x/menit
6. Skrining status imunisasi dan berikan imunisasi TT (Tetanus Toxoid)
Pada ibu hamil diberikan imunisasi TT sebanyak 2 kali selama kehamilan dengan
interval waktu 4 minggu. Imunisasi ini dianjurkan pada setiap ibu hamil, karena
diharapkan dapat menurunkan angka kematian bayi akibat tetanus neonatorium,
imunisasi ini diberikan dengan dosis 0,5 cc/IM dalam satu penyuntikan.
Antigen Interval Lama Perlindungan Dosis
TT 1 - - 0,5 cc
TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 0,5 cc
TT 3 6 minggu setelah TT 2 5 tahun 0,5 cc
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 0,5 cc
TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 tahun 0,5 cc
Sumber: (Depkes RI, 2012)
7. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
Pemberian zat besi untuk mencegah anemia pada wanita hamil diberikan sebnayak 90
tablet selama kehamilan. Tablet ini diberikan segera mungkin setelah rasa mual hilang,
setiap tablet Fe mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 ug.
8. Jadwal kunjungan ANC
Menurut (Prawirohardjo, 2010) jadwal kunjungan pada ANC sebagai berikut:
Kunjungan Waktu Alasan
Trimester I Sebelum 14 minggu  Mendeteksi masalah yang dapat ditangani
sebelum membahayakan jiwa
 Mencegah masalah (missal: tetanus
neonatal, anemia, kebiasaan tradisional
yang berbahaya)
 Membangun hubungan saling percaya
 Memulai persiapan kelahiran & kesiapan
menghadapi komplikasi
 Mendorong perilaku sehat (nutrisi,
kebersihan, olahraga, istirahat, seks dll)
Trimester II 14-28 minggu  Sama dengan trimester I ditambah:
kewaspadaan khusus terhadap hipertensi
kehamilan (deteksi gejala preeklamsia,
pantau TD, evaluasi edema, proteinuria)
Trimester III 28-36 minggu  Sama, ditambah: deteksi kehamilan ganda
Setelah 36 minggu  Sama, ditambah: deteksi kelainan letak
atau kondisi yang memerlukan persalinan
di RS
G. ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL
1. Pengkajian
a. Anamnesa identitas istri dan suami
b. Anamnesa umum : keluhan kehamilan (mual,muntah, sakit kepala, nyeri ulu hati),
nafsu makan, tidur, miksi, defekasi, perkawinan
c. Tentang kehamilan, persalinan, keguguran dan kehamilan ektopik atau kehamilan
mola sebelumnya
d. Pemeriksaan Fisik Diagnostik
1) Keadaan umum
Dengan inspeksi, dapat diperoleh gambaran mengenai keadaan  panggul.
Adanya kesempitan atau kelainan panggul, dapat diduga bila terlihat jalannya
ibu tidak normal, misalnya pincang, ibu sangat pendek, adanya kelainan
panggul (kifosis, skoliosis), kelainan belah ketupat dari michealis (tidak
simetris).
2) Tinggi badan
Tinggi badan kurang dari rata-rata merupakan faktor risiko untuk ibu hamil atau
ibu bersalin. Jika tinggi badan kurang dari 145 cm dimungkinkan sang ibu
memiliki panggul sempit.
3) Berat badan
Pertambahan berat badan selama kehamilan rata-rata 0,3-0,5 kg/minggu. Bila
dikaitkan dengan usia kehamilan, kenaikan berat badan selama hamil muda 5
kg, selanjutnya tiap trimester (II dan III) masing-masing bertambah 5 kg. Pada
akhir kehamilan, pertambahan berat badan total adalah 9-12 kg. Bila terdapat
BB yang berlebihan, perlu dipikirkan adanya risiko bengkak, kehamilan
kembar, hidroamnion, dan anak besar.
4) Lingkar lengan atas (LILA)
LILA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang
kurang/buruk. Ibu beresiko untuk melahirkan anak dengan BBLR.
5) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah
TD yang tinggi (lebih dari 140/90 mmHg) merupakan resiko dalam
kehamilan. Penanganan yang kurang tepat, TD sistolik 30 mmHg atau lebih,
dan/atau diastolik 15 mmHg atau lebih dapat berlanjut menjadi preeklamsi
dan eklamsi.
b) Denyut nadi
Jumlah denyut nadi normal adalah sekitar 80 kali/menit.
c) Suhu
Suhu tubuh ibu hamil lebih dari 37,5oC dikatakan demam, hal ini
kemungkinan ada infeksi dalam kehamilan.
d) Pernapasan
Frekuensi napas normal orang dewasa adalah 16-20 kali/menit. Bila ibu
mengalami peningkatan frekuensi napas, ibu akan mudah lelah atau
kemungkinan dicurigai mempunyai penyakit jantung.
6) Kepala dan Leher
a) Memeriksa apakah terdapat edema pada wajah
b) Memeriksa apakah kelopak mata bagian bawah tampak pucat, berwarna
kuning/jaundice pada sclera
c) Memeriksa apakah rahang pucat dan periksa juga keadaan gigi
d) Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui pembesaran kelenjar tiroid,
pembesaran pembuluh limfe dan pembesaran vena jugularis
7) Payudara
a) Amati bentuk, ukuran dan kesimetrisannya; payudara normal melingkar,
agak simetris, dan dapat dideskripsikan kecil, sedang, dan besar
b) Puting payudara menonjol atau masuk ke dalam
c) Adanya kolostrum atau cairan lain, misalnya ulkus
d) Retraksi akibat adanya lesi
e) Masa atau pembesaran pembuluh limfe
8) Abdomen
a) Memeriksa apakah ada bekas luka operasi
b) Mengukur tinggi fundus uteri menggunakan tangan bila usia kehamilan > 12
minggu, atau pita ukuran bila usia kehamilan     > 22 minggu
c) Melakukan palpasi untuk mengetahui letak presentasi, posisi, dan penurunan
kepala janin kalau lebih dari 36 minggu
9) Pemeriksaan Leopold :
a) Leopold I
 Pemeriksaan menghadap kemuka ibu hamil
 Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam fundus
 Konsistensi uterus
b) Leopold II
 Menentukan batas samping rahim kanan-kiri
 Menentukan letak punggung janin
 Pada letak lintang, tentukan dimana kepala janin
c) Leopold III 
 Menentukan bagian terbawah janin
 Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk/ masih goyang
d) Leopold IV
 Pemeriksa menghadap kea rah kaki ibu hamil
 Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh sudah
masuk PAP
10) Tangan dan kaki
a) Memeriksa apakah tangan dan kaki edema atau pucat pada kuku jari
b) Memeriksa dan meraba kaki untuk mengetahui adanya varises
c) Memeriksa refleks patela untuk melihat apakah terjadi gerakan hipo atau
hiper
11) Pemeriksaan panggul
a) Panggul: genital luar
 Memeriksa labia mayora dan minora, klitoris, lubang uretra, introitus
vagina untuk melihat adanya tukak atau luka, varises, cairan yang ada
(warna, konsistensi, jumlah, bau)
 Melakukan palpasi pada kelenjar bartolini untuk mengetahui adanya
pembengkakan masa atau cairan kista
b) Panggul: menggunakan speculum
 Memeriksa serviks untuk melihat adanya cairan/darah, luka/lesi, apakah
serviks sudah membuka atau belum
 Memeriksa dinding vagina untuk melihat adanya cairan/darah dan luka
c) Panggul: pemeriksaan bimanual
 Mencari letak serviks dan merasakan untuk mengetahui pembukaan
(dilatasi) dan rasa nyeri karena gerakan (nyeri tekan atau nyeri goyang)
 Menggunakan dua tangan, satu tangan di atas abdomen, dua jari di dalam
vagina untuk palpasi uterus. Ukuran, bentuk dan posisi, mobilitas, rasa
nyeri, serta adanya masa.
12) Auskultasi untuk mendengar denyut jantung janin (DJJ) :
a) Dari Janin: 
Djj pada bulan ke 4-5
 Bising tali pusat
 Gerakan dan tendangan janin
b) Dari ibu:
 Bising rahim
 Bising aorta
 Peristaltik usus
13) Pemeriksaan Dalam
a) Vaginal Toucher (VT)
b) Rectal Toucher (RT)
Dapat dinilai:
 Pembukaan serviks: berapa cm/ jari
 Bagian anak paling bawah: kepala, bokong serta posisinya
 Turunnya bagian terbawah menurut bidang Hodge

14) Pemeriksaan Diagnostik


a) DL menunjukkan anemia, hemoglobinipatis (missal: sel sabit)
b) Golongan darah: ABO dan Rh untuk mengidentifikasi resiko terhadap
inkompatibilitas
c) Usap vagina/rectal: tes untuk Neisseria gonorrhea, chlamydia
d) Tes serologi: menentukan adanya sefilis (RPR: Rapid Plasma Reagen)
e) Penyakit hubungan kelamin lain (PHS) seperti diindikasikan oleh kutil
vagina, lesi, rabas abnormal
f) Skrining: terhadap HIV, hepatitis, tuberculosis
g) Papanicolaow smear: mengidentifikasi neoplasia, herpes simpleks tipe 2
h) Urinalisis: skin untuk kondisi media (missal: pemastian kehamilan infeksi,
diabetes penyakit ginjal)
i) Tes serum/urin untuk gadanotropin kariotik manusia (HCG) positif
j) Titer rubella > a:a O menunjukkan imunitas
k) Tes semografi: ada janin setelah 8 minggu
l) Skin glukosa serum/ 1 jam tes glukosa: < 140 jam mg/dl (biasnaya
dilakukan antara 24 sampai 28 minggu. Evaluasi selanjutnya dari folus
pengkajian dilakukan pada setiap kunjungan parenatal.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa menurut Doegoes (2001), yaitu sebagai berikut :
a. Nutrisi; Perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh, resiko tinggi terhadap b/d mual
muntah
b. Resiko kekurangan volume cairan b/d muntah
c. Resiko tinggi pola napas tidak efektif b/d penekanan/pergeseran diafragma.
d. Gangguan pola tidur b/d stress psikologik, perubahan pola tingkat aktivitas, sesak.
e. Ansietas b/d adanya factor-faktor resiko khusus, krisis situasi, ancaman pada konsep
diri, konflik disadari dan tidak disadari tentang nilai-nilai esensial dan tujuan hidup,
kurang informasi.
f. Perubahan eliminasi urin b/d penekanan pada vesika urinaria.
g. Kurang pengetahuan b/d kurang pemahaman terhadap kehamilan.
3. Intervensi Keperawatan

No Dx. Keperawatan Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasional


1 Nutrisi; Perubahan, Setelah dilakukan asuhan 1. Tentukan keadekuatan kebiasaan asupan 1. Kesejahteraan janin/ibu tergantung pada
kurang dari keperawatan 3 x 24 jam nutrisi dulu atau sekarang dengan nutrisi selama kehamilan sebagaimana
kebutuhan tubuh, diharapkan nutrisi terpenuhi menggunakan batasan 24 jam. Perhatikan selama 2 tahun sebelum kehamilan
resiko tinggi dengan criteria hasil : kondisi rambut, kuku, dan kulit, 2. Remaja dapat cenderung malnutrisi/anemia
terhadap b/d mual 1. Mengikuti diet yang 2. Dapatkan riwayat kesehatan: catat usia dan klien lansia mungkin cenderung
muntah dianjurkan (khususnya kurang dari 17 tahun atau lebih obesitas/DM
2. Mengkonsumsi suplemen dari 35 tahun), 3. Materi referensi yang dapat dipelajari di
zat besi/vitamin sesuai 3. Berikan informasi tertulis dan verbal yang rumah, meningkatkan kemungkinan klien
resep tepat tentang diet, memilih diet seimbang
4. Timbang berat badan, pastikan berat badan 4. Ketidakadekuatan penambahan BB prenatal
pregravid biasanya, dan atau di bawah berat badan normal masa
5. Pantau kadar hemoglobin (Hb) / Ht, kehamilan
5. Mengidentifikasi adanya anemia dan
potensial penurunan kapasitas pembawa
oksigen ibu
2 Resiko kekurangan Setelah dilakukan asuhan 1. Auskultrasi denyut jantung janin 1. Adanya denyut jantung memastikan adanya
volume cairan b/d keperawatan 3 x 24 jam 2. Tentukan frekuensi/beratnya mual atau janin bukan mola hidatidosa
muntah diharapkan cairan terpenuhi muntah 2. Memberikan data berkenaan dengan semua
dengan criteria hasil : Klien 3. Tinjau ulang riwayat kemungkinan masalah kondisi. Peningkatan kadar Hormon
mengkonsomsi cairan dengan medis lain. (Misalnya uklus, peptikum, Gonadotropin Korionik (HCG), perubahan
jumlah yang sesuai setiap hari gastritis, kolesistisis) matabolisme karbohidrat dan penurunan
4. Kaji suhu dan turgor kulit, membran motilitas gastric memperberat mual dan
mukosa, TD, suhu, masukan haluaran dan muntah pada trisemester pertama.
berat jenis urine. 3. Membantu dalam mengenyampingkan
5. Anjurkan peningkatan masukan minuman penyebab lain. Untuk mengatasi masalah
bikarbonat makan enam kali sehari dengan khusus dalam mengidentifikasi intervensi
jumlah yang sedikit dan makanan tinggi 4. Indikator dalam membantu untuk
karbohidrat mengevaluasi tingkat/kebutuhan hidrasi
5. Membantu dalam meminimalkan
mual/muntah dengan menurunkan keasaman
lambung.
3 Resiko tinggi pola Setelah dilakukan asuhan 1. Tinjau ulang kebutuhan perubahan tidur 1. membantu mengidentifikasi kebutuhan
napas tidak efektif keperawatan 3 x 24 jam normal berkenaan dengan kehamilan, menetapkan pola tidur yang berbeda waktu
b/d diharapkan tidak efektif pola teruskan pola tidur saat ini. tidur malam dan tidur siang lebih dini.
penekanan/pergese nafas tidaj terjadi dengan 2. Kaji tingkat insomnia dan respons klien 2. ansietas yang berlebihan, kegembiraan,
ran diafragma. criteria hasil : terhadap penurunan tidur, anjurkan alat ketidaknyamanan fisik, nokturia, dan
1. Pernapasan normal 3. Perhatikan keluhan kesulitan bernapas aktivitas janin dapat mempersulit tidur.
2. tidak ada suara karena posisi. Anjurkan tidur pada posisi 3. pada posisi rekumben, pembesaran uterus
tambahan semi fowler. serta organ abdomen menekan diafragma
4. Evaluasi tingkat kelelahan, anjurkan klien hingga membatasi ekspansi paru,
untuk istirahat ± 2 jam dan dapatkan 8 jam penggunaan posisi semi fowler
tidur per malam. memungkinkan diafragma menurun
4. peningkatan retensi cairan, penambahan
berat badan dan pertumbuhan janin semua
memperberat perasaan lelah, khususnya
pada multipara dengan anak lain
4 Gangguan pola Setelah dilakukan asuhan 1. Tinjau ulang kebutuhan perubahan tidur 1. membantu mengidentifikasi kebutuhan
tidur b/d stress keperawatan 3 x 24 jam normal berkenaan dengan kehamilan, menetapkan pola tidur yang berbeda waktu
psikologik, diharapkan pola tidur teratur teruskan pola tidur saat ini. tidur malam dan tidur siang lebih dini.
perubahan pola dengan criteria hasil : 2. Kaji tingkat insomnia dan respons klien 2. ansietas yang berlebihan, kegembiraan,
tingkat aktivitas, klien tidur lebih dari 8 jam terhadap penurunan tidur, anjurkan alat ketidaknyamanan fisik, nokturia, dan
sesak. bantu untuk tidur seperti teknik relaksasi, aktivitas janin dapat mempersulit tidur.
membaca, mandi air hangat, dan penurunan 3. pada posisi rekumben, pembesaran uterus
aktivitas tepat sebelum beristirahat. serta organ abdomen menekan diafragma
3. Perhatikan keluhan kesulitan bernapas hingga membatasi ekspansi paru,
karena posisi. Anjurkan tidur pada posisi penggunaan posisi semi fowler
semi fowler. memungkinkan diafragma menurun,
4. Evaluasi tingkat kelelahan, anjurkan klien 4. peningkatan retensi cairan, penambahan
untuk istirahat ± 2 jam dan dapatkan 8 jam berat badan dan pertumbuhan janin semua
tidur per malam. memperberat perasaan lelah, khususnya
pada multipara dengan anak lain
5 Kurang Setelah dilakukan asuhan 1. Buat hubungan saling percaya antara 1. Memberikan informasi dan meningkatkan
pengetahuan b/d keperawatan 3 x 24 jam perawat-klien hubungan saling percaya
kurang diharapkan mengetahui 2. Klarifikasi kesalah pahaman 2. Ketakutan biasanya timbul dari
pemahaman tentang kehamilan dengan 3. Tentukan derajat motivasi untuk belajar kesalahpahaman informasi dan dapat
terhadap criteria hasil : 4. Pertahankan sikap terbuka terhadap mengganggu pembelajaran selanjutnya.
kehamilan. memahami semua tentang keyakinan pasangan 3. Klien dapat mengalami kesulitan dalam
kehamilan 5. Jelaskan rutinitas kunjungan kantor dan belajar tersebut jelas.
rasional dari intervensi 4. Penerimaan penting untuk mengembangkan
dan mempertahankan hubungan.
5. Menguatkan hubungan antara pengkajian
kesehatan dan hasil positif ibu/bayi
DAFTAR PUSTAKA

Atin Karjatin. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan. Keperawatan Maternitas.
Kemenkes RI.
Chapman, L., & Durham, R. (2010). Maternal—Newborn Nursing: The Critical Component
of
Depkes RI. 2003. Pedoman Pelayanan Antenatal.
Doenges. E. Marillyin. 2001. Rencana Keperawatan Maternal/Bayi. Edisi 2. EGC: Jakarta
dr. Kevin Adrian. 2019. Ini Cara Menghitung Kehamilan.
http://www.alodokter.com/menentukan-usia-janin-dengan-teknik-menghitung-usia-
kehamilan. Diakses pada tanggal 29 Desember 2020.
Hanifa Wiknjosastro. 2009. Ilmu Kebidanan. Edisi Ke-4 Cetakan Ke-2. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta
Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. EGC: Jakarta.
Manuaba. 2012. Pengantar Kuliah Obstetri. EGC. Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta
Masriroh, Siti. 2013. Keperawatan Obstetri & Ginekologi. Imperium: Yogyakarta
Pilliteri, A. (2003). Maternal dan Child Health Nursing: Care of the Childbearing &
Childrearing Family. Philadelphia: Lippincott
Prawiharohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai