Anda di halaman 1dari 49

Laporan pendahuluan prenatal dan intranatal

Oleh
Assyani Nursafitri – C.0105.19.002
Tiara Marsanda – C.0105.19.025

Program Studi Pendidikan Ners


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR
CIMAHI
2023
LAPORAN PENDAHULUAN PRENATAL
I. KONSEP KEHAMILAN
1. Tanda dan gejala kehamilan
A. Presumptive
Tanda tidak pasti adalah perubahan – perubahan fisiologis yang dapat dikenali dari
pengakuan atau yang dirasakan oleh wanita hamil. Beberapa peneliti mengemukakan
beberapa gejala presumptif kehamilan yang meliputi:Amenorea, mual dan muntah,
ngidam, singkope, sering miksi, konstipasi (Cunningham, dkk, 2006)
a. Amenorea (berhentinya menstruasi)
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukkan folikel de graaf
dan ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi. Lamanya amenorea dapat
dikonfirmasi dengan memastikan hari pertama haid terakhir (HPHT), dan
digunakan untuk memperkirakan usia kehamilan dan persalinan. Tetapi, amenorea
juga dapat disebabkan oleh penyakit kronik tertentu, tumor pituitary, perubahan
dan faktor lingkungan, malnutrisi, dan biasanya gangguan emosional seperti
ketakutan akan kehamilan.
b. Mual (nausea) dan Muntah (emesis)
Pengaruh esterogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam lambung yang
berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang terjadi terutama pada pagi hari
yang disebut morning sickness. Dalam batas tertentu hal ini masih fisiologis,
tetapi bila terlampau sering dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang disebut
dengan hiperemesis gravidarum.
c. Ngidam (mengingini makanan tertentu)
Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang demikian
disebut ngidam. Ngidam sering terjadi pada bulan – bulan pertama kehamilan dan
akan menghilang dengan makin tuanya kehamilan
d. Syncope (pingsan)
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia
susunan saraf pusat dan menimbulkan syncope atau pingasan. Hal ini sering
terjadi terutama jika berada pada tempat yang ramai, biasanya akan hilang setelah
16 minggu.
e. Kelelahan
Sering terjadi pada trimester pertama, akibat dari penurunan kecepatan basal
metabolism (basal metabolism rate-BMR) pada kehamilan, yang akan meningkat
seiring pertambahan usia kehamilan akibat aktivitas metabolisme hasil konsepsi
f. Payudara tegang
Esterogen meningkatkan perkembangan sistem duktus pada payudara, sedangkan
progesteron menstimulasi perkembangan sistem alveolar payudara. Bersama
somatomamotropin, hormon-hormon ini menimbulkan pembesaran payudara,
menimbulkan perasaan tegang dan nyeri selama dua bulan pertama kehamilan,
pelebaran puting susu, serta pengeluaran kolostrum.
g. Sering miksi
Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan
sering miksi. Frekuensi miksi yang sering terjadi pada triwulan pertama akibat
desakan uterus terhadap kandung kemih. Pada triwulan kedua umumnya keluhan
berkurang karena uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir
triwulan, gejala bisa timbul karena janin mulai masuk ke rongga panggul dan
menekan kembali kandung kemih.
h. Konstipasi atau obstipasi
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltic usus (tonus otot menurun)
sehingga kesulitn untuk BAB.
i. Pigmentasi kulit
Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu. Terjadi akhibat
pengaruh hormone kortikosteroid plasenta yang merangsang melafor dan kulit.
Pigmentasi ini meliputi tempat-tempat berikut ini :
a) Sekitar pipi : cloasma gravidarum (penghitaman pada daerah
dahi, hidung, pipi dan leher)
b) Sekitar leher : tampak lebih hitam
c) Dinding perut : stiae gravidarum (terdapat pada seseorang primigravida,
warna membiru), linea alba menjadi lebih hitam (linea nigra)
d) Sekitar payudara : hiperpigmentasi areolamamae sehingga terbentuk areola
sekunder. Pigmentasi areola ini berbeda pada tiap wanita, ada yang merah
muda pada warna kulit putih, coklat tua pada wanita kulit coklat, dan hitam
pada wanit kulit hitam. Selain itu, kelenjar montgometri menonjol dan
pembuluh darah manifest sekitar payudara.
e) Sekitar pantat dan paha atas : terdapat stiae akibat pembesaran bagian tersebut
f) Epulis : hipertropi papali giggovae/gusi. Sering terjadi pada
triwulan pertama
g) Varises atau penampakan pembuluh darah vena : pengaruh estrogen dan
progesterone meyebabkan pelebaran pembuluh darah terutama bagi wanita.
Varises dapat terjadi disekitar genitalia eksterna, kaki, dan betis serta
payudara. Penampakan darah ini dapat hilang setelah persalinan.

B. Tanda kemungkinan (probability Sign)


(Ummi Hani dkk, 2011;h.74-75) tanda kemungkinan adalah perubahan-perubahan
fisiologis yang dapat diketahui oleh pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan fisik
pada wanita hamil. Tanda kemungkinan ini terdiri atas hal-hal berikut ini :
a) Pembesaran perut
Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan keempat kehamilan
b) Tanda hegar
Pelunakan dan ditekannya isthimus uteri
c) Tanda goodel
Pada wanita yang tidak hamil serviks seperti ujung hidung, sedangkan pada
wanita hamil melunak seperti bibir
d) Tanda chandwicks
Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa vagina termasuk juga
porsio dan serviks
e) Tanda piscaseck
Pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi karena ovum berimplementasi
pada daerah dekat dengan kornu sehingga daerah tersebut berkembang lebih dulu
f) Kontraksi Braxton hicks
Peregangan sel-sel otot uterus, akibat meningkatnya actomysin didalam uterus.
Kontraksi ini tidak berrmik, sporadic, tidak hyeri, biasanya timbul pada
kehamilan delapan minggu, tetapi baru dapat diamati dari pemeriksaan abdominal
pada trimester tiga. Kontraksi ini akan terus meningkat frekuensi, lamanya, dan
kekuatannya sampai mendekati persalinan.
g) Teraba ballottement
Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin bergerak dalam cairan
ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa. Hal ini harus ada pada
pemeriksaan kehamilan karena perabaab bagian seperti janin saja tidak cukp
karena dapat saja merupakan myoma uteri
h) Pemeriksaan biologus kehamilan (planotest) positif
Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya human chorionic gonadotropin (hCG)
yang diproduksi oleh sinsiotropoblastik sel selama kehamilan. Hormone ini
disekresi di peredaran darah ibu (pada plasma darah), dan dieksresikan pada urine
ibu. Jormon ini dapat mulai dideteksi pada 26 hari setelah konsepsi dan
meningkat dengan cepat pada hari ke 30-60. Tingkat tertinggi pada hari 60-70
usia gestasi, kemudian menurun pada hari ke 100-130.

C. Tanda pasti
(Ummi Hani dkk, 2011;h.74-75) tanda pasti adalah tanda yang menunjukkan
langsung keberadaan janin, yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa. Tanda pasti
kehamilan terdiri atas hal-hal berikut ini ;
a) Gerakan janin dalam Rahim
Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh pemeriksa. Gerakan janin
baru dapat dirasakan pada usia kehamilan sekitar 20 minggu
b) Denyut jantung janin
Dapat didengarkan pada usia 12 minggu dengan menggunakan alat fetal
electocardiograf (misalnya dopler). Dengan stetoskop laenec, DJJ baru dapat
didengan pada usia kehamilan 18-20 minggu
c) Bagian-bagian janin
Bagian besar janin (kepala dan bokong) serta bagian kecil janin (lengan dan kaki)
dapat diraba dengan jelas pada usia kehamilan tua )trimester akhir). Bagian janin
ini dapat dilihat lebih semourna lagi menggunakan USG
d) Kerangka janin
Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG.

2. Adaptasi fisiologis
A. System reproduksi dan payudara
a) Vagina dan vulva
Akibat pengaruh hormone estrogen, vagina dan vulva mengalami perubahan juga.
Sampai minggu ke-8 terjadi hipervasikularisasi mengakibatkan vagina dan vulva
tampak lebih merah, agak kebiruan (lividae) tanda ini disebut tanda chatwick,
warna portio pun tampak lividae.
b) Serviks uteri
Serviks pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormone estrogen
c) Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bilan pertama di bawah pengaruh estrogen dan
progesteron.
d) Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum gravidatum, korpus
luteum fraviditatis berdiameter kira-kira 3 cm, kemudian mengecil setelah
plasenta terbentuk
e) Mamae
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon
somatomammotropin,estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan
air susu. Pada kehamilan akan terbentuk lemak sehingga mammae menjadi lebih
besar. Pada kehamilan 12 minggu keatas dari puting susu dapat keluar cairan
berwarna putih agak jernih disebut colostrum.

Perubahan pada payudara disebabkan oleh kadar estrogen, progesteron, laktogen


plasental, dan prolaktin. Stimulasi hormonal menimbulkan proliferasi jaringan,
dilatasi pembuluh darah dan perubahan sekretorik pada payudara. Sedikit
pembesaran payudara, peningkatan sensitivitas dan rasa geli mungkin dialami
khususnya oleh primigravida pada kehamilan minggu ke- 4.
B. Sistemik
a) System sirkulasi
Perubahan yang terjadi pada jantung, yang khas yaitu denyut nadi istirahat
meningkat sekitar 10-15 denyut permenit, akibat diafragma semakin naik terus
selama kehamilan, jantung digeser ke kiri dan ke atas, sehingga apeks jantung
agak kelateral dari posisinya. Perubahan-perubahan ini dipengaruhi oleh ukuran
dan posisi uterus, kekuatan otot-otot abdomen dan konfigurasi abdomen dan
toraks
b) System respirasi
Karena adanya penurunan tekanan CO2 sehingga wanita hamil sering
mengeluhkan sesak nafas sehingga meningkatkan usaha bernafas.
c) System gastrointestinal
Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat perasaan mual (nausea) atau
muntah (vomitus) yang terjadi pada saat bangun tidur. Penyebabnya secara pasti
tidak diketahui namun kemungkinan besar akibat reaksi terhadap peningkatan
hormon yang mendadak.

Ketika kehamilan berkembang terus, lambung dan usus digeser oleh uterus yang
membesar. Apendiks biasanya bergeser kearah atas dan agak kelateral dan
seringkali dapat mencapai pinggang kanan. Pada sekitar 15%- 20% wanita hamil,
herniasi bagian atas lambung (hiatus hernia) terjadi setelah bulan ketujuh atau
kedelapan kehamilan. Keadaan ini disebabkan pergeseran lambung keatas, yang
menyebabkan hiatus diafragma melebar. Kondisi ini lebih sering terjadi pada
wanita multipara, wanita yang gemuk, atau wanita yang lebih tua.
d) System urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih tertekan oleh uterus yang
mulai membesar, sehingga timbul sering kencing (berkemih). Frekuensi berkemih
yang meningkat juga akibat peningkatan aliran ginjal sampai 80% (Lescher,
2014)

Keadaan ini hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar
dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun
kebawah pintu atas panggul, keluhan sering kencing akan timbul lagi karena
kandung kemih mulai tertekan kembali. Disamping sering kencing, terdapat pula
poliuria. Poliuria disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah diginjal,
sehingga filtrasi di glumerulus juga meningkat sampai 69 %
e) System integument
Timbulnya kloasma gravidarum merupakan keluhan yang sering terjadi sejak
akhir bulan kedua. Perubahan pigmen tersebut akibat melanocyt stimulating
hormone (MSH) yang merupakan perangsangan estrogen dan progesterone.
Perubahan kulit timbul pada trimester II dan III karena melanocit yang
menyebabkan warna kulit lebih gelap. Stretch mark terjadi karena peregangan
kulit yang berlebihan, biasanya pada paha atas dan payudara akibat peregangan
kulit ini dapat menimbulkan rasa gatal. Stretch mark tidak dapat dicegah tapi
dapat diobati setelah persalinan.
f) System musculoskeletal
Perubahan tubuh secara bertahap dari peningkatan berat wanita hamil,
menyebabkan postur dan cara berjalan wanita berubah. Peningkatan distensi
abdomen yang membuat panggul miring ke depan, penurunan tonus otot perut,
dan peningkatan beban berat badan pada akhir kehamilan membutuhkan
penyesuaian ulang (realignment) kurvatura spinalis. Pusat gravitasi wanita
bergeser ke depan.

Berat uterus dan isinya menyebabkan perubahan pada titik pusat gravitasi dan
garis bentuk tubuh. Lengkung tulang belakang akan berubah bentuk untuk
mengimbangi pembesaran abdomen. Menjelang akhir kehamilan banyak wanita
yang memperlihatkan postur tubuh yang khas (lordosis). Demikian pula pada
jaringan ikat dan persendian panggul akan melunak dalam mempersiapkan
persalinan.

Sikap tubuh lordosis merupakan keadaan yang khas karena kompensasi posisi
uterus yang membesar dan menggeser daya berat ke belakang lebih tampak pada
masa trimester III yang menyebabkan rasa sakit bagian tubuh belakang karena
meningkatnya beban berat dari bayi dalam kandungan yang dapat mempengaruhi
postur tubuh. Bayi yang semakin membesar selama kehamilan meningkatkan
tekanan pada daerah kaki dan pergelangan kaki ibu hamil dan dapat
mengakibatkan edema pada tangan yang disebabkan oleh perubahan hormonal
akibat retesi cairan.

Selama trimester terakhir kehamilan, rasa pegal, mati rasa, dan lemah kadang kala
dialami pada anggota tubuh bagian atas sebagai akibat lordosis yang besar dengan
fleksi anterior leher dan merosotnya lingkar bahu, yang akan menimbulkan traksi
pada nervus ulnaris dan medianus.
g) System endokrin dan nutrisi maternal
Selama minggu-minggu pertama, korpus luteum dalam ovarium menghasilkan
estrogen dan progesteron. Estrogen merupakan faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan fetus, pertumbuhan payudara, retensi air dan natrium serta
pelepasan hormon hipofise. Progesteron mempengaruhi tubuh ibu melalui
relaksasi otot polos, relaksasi jaringan ikat, kenaikan suhu, pengembangan duktus
laktiferus dan alveoli serta perubahan sekretorik dalam payudara.

Perubahan endokrin lainnya yaitu sekresi kelenjar hipofise umumnya menurun,


dan penurunan ini akan meningkatkan sekresi semua kelenjar endokrin
(khususnya kelenjar tiroid, paratiroid, dan adrenal).
h) Respon imunologi
Interaksi antar sel janin dan respon system imun ibu merupakan komponen
penting selama masa kehamilan. Untuk menghasilkan embrio berkembang dengan
sempurna, beberapa sel imun ibu hamil secara aktif menyerang lapsian Rahim.
Hal ini menyevavkan oeradangan ringan yang mirip dengan organ tubuh yang
sedang penyembuhan luka. Jika peradangan dari aktivitas sel imun ini dicegah,
maka pertumbuhan janin tidak dapat dilanjutkan. Itulan pentingnya molekuk
peradangan dan sel dalam proses ini.

Area yang sedang terjadi peradangan ini mendominasi Rahim pada 12 minggu
pertama kehamilan. Selama 15 minggu berikutnya, jainin bisa berkembang
dengan cepat. Beberapa sel janin memperlihatkan tanda yang jelas pada
permukaan sel atau antigen. Dalam keadaan normal, system kekebalan tubuh ibu
akan mengenali hal ini sebagai zat asing di dalam rahimnya dan menyerang sel-
selnya.

Regulatori T cells (Tregs) yang merupakan bentuk khusus sel darah putih yang
mendukung daerah abti-peradangan di Rahim ibu secara aktif akan melinsungi sel
janin tersebut. Pada tahap akhir kehamilan, system kekebalan tubuh beralih
kembali ke keadaan pro-peradangan.

3. Adaptasi psikologis
a) Penerimaan kehamilan
Banyak wanita hamil yang mengalami kesulitan dalam penerimaan semua perubahan
yang terjadi pada tubuhnya selama kehamilan, walaupun perubahan fisik dan
emosional tersebut dianggap hal yang biasa dialami oleh wanita selama masa
kehamilan. Keterlibatan penerimaan diri akan kehamilan mempengaruhi ibu akan
kecemasan yang dialaminya (Detiana, 2010)
b) Kesiapan dalam kehamilan
Kesiapan ibu dalam menghadapi kehamilan sangat bermanfaat untuk mencegah
malnutrisi, mengurangi stress, menyiapkan tubuh pada perubahan-perubahan pada
saat kehamilan, dan mencegah obesitas, mengurangi risiko keguguran, persalinan
premature, berap bayi lahir rendah, dan kematian janin mendadak dan mencegan efek
dari kodisi kesehatan yang bermasalah pada saat kehamilan (Chandranipapongse &
Koren 2013).

Selama masa kehamilan ibu hamil ditunut untuk selalu dalam keadaan sehat dan
prima, karena persyaratan utama yang harus dipenuhi agar bayi lahir sehat adalah
menjag dan merawat kesehatan kandungan (Prasetyo)
c) Respon emosional
Perubahan emosional trimester I (Penyesuaian) ialah penurunan kemauan seksual
karena letih dan mual, perubahan suasana hati seperti depresi atau khawatir, ibu mulai
berpikir mengenai bayi dan kesejahteraannya dan kekhawatiran pada bentuk
penampilan diri yang kurang menarik, dan menurunnya aktifitas seksual.

Perubahan emosional trimester II (Kesehatan yang baik) terjadi pada bulan kelima
kehamilan terasa nyata karena bayi sudah mulai bergerak sehingga ibu mulai
memperhatikan bayi dan memikirkan apakah bayinya akan dilahirkan sehat. Rasa
cemas pada ibu hamil akan terus meningkat seiring bertambah usia kehamilannya.

Perubahan emosional trimester III (Penantian dengan penuh kewaspadaan) terutama


pada bulan-bulan terakhir kehamilan biasanya gembira bercampur takut karena
kehamilannya telah mendekati persalinan. Kekhawatiran ibu hamil biasanya seperti
apa yang akan terjadi pasa saat melahirkan, apakah bayi lahir sehat, dan tugas-tugas
apa yang dilakukan setelah kelahiran. Pemikiran dan perasaan seperti ini sangat
sering terjadi pada ibu hamil. Sebaiknya kecemasan seperti ini dikemukakan istri
kepada suaminya.
d) Respon terhadap perubahan body image
Perubahan body image yang terjadi selama kehamilan akan mempengaruhi
penyesuaian diri seseorang. Penyesuaian diri tersebut meliputi respon mental dan
tingkah laku bagi seorang wanita hamil untuk meghadapi kebutuhan internal, konflik,
ketegangan, dan frustasi serta untuk menyelaraskan tuntutan dari dalam diri seseorang
dengan tuntutan yang berasal dari lingkungan dimana individu berada (Ali &
Anshori, 2006).

Bagi ibu hamil yang tidak dapat menerima perubahan fisik selama kehamilannya,
mereka akan merasa takut apabila bentuk tubuhnya semakin jelek. Wanita akan
kehilangan kendali karena tidak dapat mengatur berat tubuhnya lagi seperti sebelum
hamil. Selain itu, wanita memiliki kecemasan tersendiri apabila bentuk tubuhnya
tidak dapat kembali lagi pada bentuk dan berat badan yang ideal seperti saat sebelum
hamil.
e) Membina hubungan dengan pasangan
Pada masa kehamilan dukungan sosial dari suami dangat diperlukan oleh ibu hamil,
agar ibu hamil menjadi bahagia dan menghayati masa kehamilannya dengan tenang
sehingga ibu dapat termotivasi menjaga kesehatan selama kehamilan. Menurut House
dan Khan (dalam Mujiadi, 2004) dukungan sosial mampu menolong individu
mengurangi pengaruh yang merugikan dan dapat mempertahankan diri dari pengaruh
negative.
f) Ambivalensi selama kehamilan
Perasaan ambivalen sering muncul saat masa kehamilan trimester pertama. Perasaan
ambivalen wanita hamil berhubungan dengan kecemasan terhadap perubahan selama
masa kehamilan, rasa tanggung jawab, takut atas kemampuannya menjadi orang tua,
sikap penerimaan keluarga, masyarakat, dan masalah keuangan. Perasaan ambivalen
akan berakhir seiring dengan adanya sikap penerimaan terhadap kehamilan.

g) Membina hubungan ibu dan anak


Bounding Attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan
keterikatan batin antara orang tua dan bayi, hal ini merupakan proses dimana sebagai
hasil dari suatu interaksi terus menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling
mencintai. (Bahiyatun, 2009).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO)


menunjukkan bahwa saat pertama kali kontak ibu dan bayi yaitu bayi yang diberikan
menyusui dini dengan meletakkan bayi langsung kekulit ibu setidaknya 1jam,
hasilnya sama dengan 2 kali menyusui. Selain itu, hal penting yang tidak disadari
selama ini yaitu kontak kulit segera antara ibu dan bayi setelah lahir dapat membuat
bayi menyusu sendiri, dan sekitar 75,7% bayi dapat diselamatkan bila diberikan ASI
1jam pertama setelah dilahirkan. (Rizki, 2013)

Hubungan ibu dan anak akan diperkuat ketika ibu memberikan ASI-nya kepada sang
bayi, maka ikatan batin akan semakin kuat. Bahkan penelitian terdahulu menemukan
bahwa hormone oksitosin yang diproduksi ibu ketika menyusui mampu menguatkan
ikatan antara ibu dan anak.

Keberhasilan dalam hubungan dan ikatan batin antara bayi dan ibunya dapat
dipengaruhi oleh : pendidikan, pengetahuan, respon ayah dan keluarga, pembentukan
kebiasaan, pemantauan berat badan , sibling rivalry. (Bahiyatun , 2008). Hubungan
antara ibu dan anak yang berlandasan ikatan kasih sayang harus sudah terjalin.

4. Identifikasi terhadap peran ibu dan adaptasi ayah


Peran ibu sangat berperan penting bagi tumbuh kembang anaknya, serta ibu juga dapat
memjembatani komunikasi dalam keluarga contohnya antara ayah dan anak, serta ayah
juga berperan penting dalam menjaga hubungan antara keluarga serta selalu memotivasi
ibu.

Peran ayah dapat dimulai selagi kehamilan istri membesar dan semakin kuat saat bayi
dilahirkan. Pada periode awal seorang ayah harus mengenali hubungannya dengan anak,
istri, dan anggota keluarga lainnya. Periode berikutnya ayah dapat mencerminkan suatu
waktu untuk bersama-sama membangun kesatuan keluarga, periode waktu berkonsolidasi
ini meliputi peran negosiasi (suami istri, ibu-ayah, orang tua-anak, saudara) untuk
menetapkan komitmen. Periode ini berlangsung akan membutuhkan waktu
5. Identifikasi penyebab timbulnya ketidaknyamanan pada TM I, TM II, TM III
 Trimester I
o Kram perut bagian bawah
o Mual muntah
o Rasa nyeri di payudara
o Merasakan gerah dan letih
o Perubahan suasana hati
o Kembung dan sembelit
o Sering buang air kecil
 Trimester II
o Kram pada kaki
o Nyeri ulu hati dan sendawa
o Nyeri pinggang dan pergelangan tangan
o Anemia
 Trimester III
o Kaki yang membengkak
o Detak jantung meningkat dan sesak napas
o Mengalami wasir
o Terjadinya kontraksi palsu perubahan warna kulit
o Muncul varises
o
6. Identifikasi terhadap risiko tinggi kehamilan
a. Pengertian
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya
dan komplikasi yang lebih besar baik pada ibu maupun pada janin dalam kandungan
dan dapat menyebabkan kematian, kesakitan, kecacatan, ketidak nyamanan dan
ketidak puasan. Kehamilan risiko tinggi dengan jumlah skor 6 - 10, adanya satu atau
lebih penyebab masalah pada kehamilan, baik dari pihak ibu maupun bayi dalam
kandungan yang memberi dampak kurang menguntungkan baik bagi ibu atau calon
bayi. Kategori KRT memiliki risiko kegawatan tetapi tidak darurat
b. Batasan faktor risiko
a) Ada Potensi Gawat Obstetri (APGO) merupakan banyak faktor atau kriteria –
kriteria risiko kehamilan. Ibu hamil primi muda, primi tua, primi tua sekunder,
anak terkecil ≤ 2 tahun, Tinggi Badan (TB) ≤ 145 cm, riwayat penyakit,
kehamilan hidramnion dan riwayat tindakan ini merupakan faktor fisik pertama
yang menyebabkan ibu hamil berisiko.
b) Ada Gawat Darurat Obstetri / AGDO Adanya ancaman nyawa ibu dan bayi yaitu
perdarahan antepartum, dan pre-eklasmi atau eklamsi.
c. Faktor penyebab terjadi risiko tinggi
a) Faktor non medis
Faktor non medis penyebab terjadinya kehamilan risiko tinggi yaitu kemiskinan,
ketidaktahuan, pendidikan rendah, adat istiadat, tradisi, kepercayaan, status gizi,
sosial ekonomi yang rendah, kebersihan lingkungan, kesadaran untuk
memeriksakan kehamilan secara teratur, fasilitas dan saranan kesehatan yang
serba kekurangan.
b) Faktor medis
Penyakit ibu dan janin, kelainan obstetrik, gangguan plasenta, gangguan tali
pusat, komplikasi janin, penyakit neonatus dan kelainan genetic.
d. Pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tingkat kesehatan ibu hamil. Hal
ini disebabkan karena biaya penghidupan yang tinggi sehingga ibu hamil harus
menyediakan dana yang diperlukan. Menurut Tinker dan Koblinsky (1994),
timbulnya masalah gizi pada ibu hamil dengan kejadian KEK, tidak terlepas dari
keadaan sosial, ekonomi, dan sosial dari ibu hamil dan keluarganya seperti tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan, konsumsipangan, umur, paritas, dan sebagainya.

Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui resiko
Kurang Energi Kronis (KEK) Wanita Usia Subur (WUS). Pengukuran LILA tidak
dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek.
Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk tujuan penapisan
status gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK adalah ibu hamil yang
mempunyai ukuran LILA <23,5 cm (SKRT 2001). Deteksi KEK dengan ukuran
LILA yang rendahh mencerminkan kekuarangan energy dan protein dalam intake
makanan sehari-hari yang biasanya diiringi dengan kekurangan zat gizi lain,
diantaranya besi. Dapat diasumsikan bahwa ibu hamil yang menderita KEK
berpeluang untuk menderita anemia
e. Antenatal Care (ANC)
Kunjungan antenatal care bagi ibu hamil normal direkomendasikan untuk mendapat
pelayanan antenatal minimal empat kali kunjungan selama kehamilan. Satu kali pada
trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga.
Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang
memberikan pelayanan antenatal standar untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan.
Faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan kunjungan ibu hamil yaitu
pengetahuan, sikap negatif

7. Adaptasi sibling
Sibling rivalry (Persaingan antar saudara) yang dimaksud disini kompetisi antara saudara
kandung untuk mendapatkan cinta kasih dan perhatian dari satu atau kedua orang tuanya,
atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih (Lusa, 2010). Sibling Rivalry
adalah persaingan dengan saudara kandung yaitu perasaan cemburu atau benci yang pada
umumnya terjadi pada anak karena adanya saudara kandung (Nursalam, 2008).

Jarak usia yang lazim memicu munculnya sibling rivalry adalah jarak antara usia 1-3
tahun dan muncul pada usia 3-5 tahun kemudian muncul kembali pada usia 8-12 tahun,
dan pada umumnya sibling rivalry lebih sering terjadi pada anak yang berjenis kelamin
sama dan khususnya perempuan (SetiawatidanZulkaida,2007) Menurut McNerney dan
Joy berdasarkan pengalaman yang diungkapkan beberapa orang Amerika dilaporkan 55%
mengalami kompetisi dalam keluarga dan umur antara 3- 5 tahun merupakan kategori
tertinggi (Asupah, 2008).

Sibling rivalry terjadi jika anak merasa mulai kehilangan kasih sayang dari orang tua dan
merasa bahwa saudara kandung adalah saingan dalam mendapatkan perhatian dan kasih
sayang dari orang tua (Setiawati, 2008). Persaingan antar saudara cenderung memuncak
ketika anak bungsu berusia 3 atau 4 tahun (woolfson , 2004) dalam ita listianti (2010).
Ciri khas yang sering muncul pada sibling rivalry , yaitu: egois, suka berkelahi, memiliki
kedekatan yang khusus dengan salah satu orang tua, mengalami gangguan tidur,
kebiasaan menggigit kuku, hiperaktif, suka merusak, dan menuntut perhatian lebih
banyak (sains, 2009) dalam ita listianti (2010).

Terdapat dua macam reaksi sibling rivalry, secara langsung yaitu biasanya berupa
perilaku agresif seperti memukul, mencubit atau bahkan menendang (setiawati, 2008).
Reaksi lainnya adalah reaksi tidak langsung seperti, munculnya kenakalan, rewel,
mengompol atau pura-pura sakit (setiawati, 2008)

Sibling rivalry dapat teratasi jika orang tua dapat memberikan perhatian dan bersikap adil
dan menunjukkan perilaku yang baik terhadap anak-anak. Hindari tekanan untuk selalu
mengalah dan mendahulukan adik barunya Ajarkan kakak mengenai cara berinteraksi
dengan adik, apa yang bisa dilakukan dan bagaimana cara menunjukkan kasih sayang
pada adik misalnya dengan mencium dan memegang tangan adik. Kesabaran dan
keuletan serta contoh-contoh yang baik dari perilaku orang tua yang yang memberi
bimbingan, pendidikan orang tua sehari-hari dengan mengajarkan hal-hal yang positif
dan memberikan kebutuhan yang tepat sesuai dengan apa yang diperlukan anak dapat
meminimalkan terjadinya sibling rivalry
8. Persiapan kehamilan
a. Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan sangat penting bagi calon ibu sebelum hamil. Masa ini disebut
prakonsepsi. Waktunya adalah antara 3 – 6 bulan sebelum hamil. Dengan demikian
calon ibu siap menerima kehadiran janin dan sehat selama kehamilannya.
Pemeriksaan kesehatan secara teratur termasuk pengobatan penyakit yang diderita
sebelum hamil sampai dinyatakan sembuh atau diperbolehkan hamil oleh dokter dan
dalam pengawasan. Pemeriksaan kesehatan ini juga bisa meliputi diantaranya :
a) Pemeriksaan Penyakit dan Virus :
 Pemeriksaan virus rubella, sitomeglovirus, herpes, varicella zoster untuk
menghindari terjadinya kecacatan pada janin.
 Pemeriksaan virus hepatitis dan virus HIV untuk menghindari diturunkan
penyakit akibat virus-virus tersebut kepada janin.
 Pemeriksaan penyakit toksoplasmosis, karena penyakit ini dapat
menyebabkan kecacatan dan keguguran.
 Pemeriksaan penyakit seksual menular karena hal ini dapat menyebabkan
kematian ibu, janin, maupun bayi yang akan dilahirkan. Selain itu juga
dilakukan pemeriksaan terhadap penyakit yang sedang diderita seperti
asthma, diabetes mellitus dan jantung. Pada Wanita hamil penyakit-
penyakit seperti ini dapat, bertambah berat dan membahayakan jika tidak
dilakukan perawatan dan pengobatan yang teratur. Untuk menghindari
kondisi yang membahayakan, dokter biasanya akan memantau pasiennya
dan menentukan kapan waktu yang paling tepat untuk hamil
 Pemeriksaan penyakit akibat kekurangan zat-zat tertentu seperti
kekurangan zat besi. kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia. Hal
ini dapat menyebabkan kelahiran prematur dan keguguran.
b) Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan golongan darah dan rhesus/Rh darah (unsur yang mempengaruhi
antibodi yang terkandung di dalam sel darah merah) pada pasangan suami isteri
dilakukan untuk mengantisipasi perbedaan golongan darah dan rhesus antara
darah ibu dan bayinya. Perbedaan golongan darah dan rhesus darah ini dapat
mengancam janin dalam kandungan
c) Pemeriksaan Faktor Genetika
Inti dari pemeriksaan atau tes genetika ini adalah untuk mengetahui penyakit dan
cacat bawaan yang mungkin akan dialami bayi akibat secara genetis dari salah
satu atau kedua orangtuanya. Khususnya apabila pasangan suami isteri masih
terkait hubungan persaudaraan. Tes ini idealnya dilakukan sebelum kehamilan
untuk mendapatkan informasi yang selengkap-lengkapnya. Jikalau diperlukan,
anda harus mengumpulkan suluruh catatan-catatan medis yang dimiliki oleh pihak
suami maupun isteri, termasuk keluarga. Sehingga jika telah diketahui data medis
secara lengkap, dapat diketahui secara dini apabila memang ada kelainan pada
janin atau calon orang tua, sehingga bisa membuat keputusan yang lebih bijak.
b. Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh
Fisik seorang wanita sehat saat akan hamil dan pada waktu hamil diharapkan tidak
terlalu gemuk maupun tidak terlalu kurus alias normal. Berusaha untuk menurunkan
berat badan bila obesitas (kegemukan) dan menambah berat badan bila terlalu kurus.
Anda bisa berkonsultasi dengan bidan dan dokter untuk dilakukan penilaian BMI atau
indeks massa tubuh. Untuk menemukan berat tubuh yang ideal juga harus dengan
memperhitungkan faktor tinggi badan. Berat badan ideal dapat dihitung dengan
menggunakan rumus 90% dikali dengan (tinggi badan seseorang lalu dikurangi 100).
Namun, apabila tinggi badan perempuan tersebut kurang dari 150 sentimeter, maka
rumusnya tinggi badannya dikurangi 100.

Berat badan yang sehat membantu pembuahan dan kehamilan membuat lebih
nyaman. Diet penurunan berat badan harus benar-benar dikontrol agar dapat aman
selama kehamilan, terutama disarankan untuk wanita yang mengalami kelebihan berat
badan serius, tetapi harus disertai dengan selalu berkonsultasi dengan dokter Anda
yang mungkin menyarankan rujukan ke ahli gizi. Berat badan kurang bisa membuat
Anda kurang subur, orang terlalu kurus karena kekurangan lemak yang dapat
mendukung. Sementara kelebihan berat badan menempatkan Anda pada risiko lebih
besar untuk mengalami komplikasi, seperti tekanan darah tinggi dan diabetes selama
kehamilan. Ada juga risiko tinggi komplikasi selama persalinan dan kelahiran dan
orang yang terlalu gemuk akan mengalami proses ovulasi tidak teratur.
c. Menghentikan kebiasaan buruk
Misalnya perokok berat, morfinis, pecandu narkotika dan obat terlarang lainnya,
kecanduan alkohol, gaya hidup dengan perilaku seks bebas.
d. Meningkatkan asupan makanan bergizi
Persiapan kehamilan sehat memang sangat penting terkait dengan makanan dan
nutrisi yang Anda konsumsi. Memperbanyak konsumsi buah dan sayuran merupakan
salah satu solusi. Sebaliknya, hindari makanan yang mengandung zat-zat aditif seperti
penyedap, pengawet, pewarna dan sejenisnya. Kandungan radikal bebas dari zat aditif
tersebut dapat memicu terjadinya mutasi genetik pada anak sehingga menyebabkan
kelainan fisik, cacat dan sejenisnya.

Saat terjadi pembuahan, janin sudah terekpos apa yang dimakan ibu sejak dua mingu
sebelumnya. Pilih makanan sehat, dan memperhatikan asupan makanan yang
mendukung pembentukan janin sehat. Sebaiknya konsumsi makanan yang
mengandung :
a) Protein, meningkatkan produksi sperma. Makanlah telur, ikan, daging, tahu
dan tempe.
b) Asam folat, penting bagi calon bunda sejak prakonsepsi sampai kehamilan
trimester pertama. Berperan dalam perkembangan system saraf pusat dan
darah janin, cukup asam folat mengurangi risiko bayi lahir dengan cacat
sistem saraf sebanyak 70%. Makanlah sayuran hijau tua, jeruk, avokad, hati
sapi, kedelai, tempe, dan serealia. Minum 400 mikrogram asam folat setiap
hari, jika seorang wanita memiliki kadar asam folat yang cukup setidaknya 1
bulan sebelum dan selama kehamilan, dapat membantu mencegah kecacatan
pada otak dan tulang belakang bayi. Asam folat dapat diperoleh melalui
makanan, seperti sayuran berwarna hijau tua (bayam, sawi hijau, caisim mini),
asparagus, brokoli, papaya, jeruk, stroberi, rasberi, kacang-kacangan, alpukat,
okra, kembang kol, seledri, wortel, buah bit, dan jagung. Sebagian susu untuk
ibu hamil pun mengandung asam folat cukup tinggi, sehingga dapat
membantu memenuhi kebutuhan Ibu. Ibu dapat memilih susu untuk ibu hamil
yang rasanya enak untuk mengurangi rasa mual, serta tentu merupakan produk
yang berkualitas tinggi.
c) Konsumsi berbagai Vitamin
 Vitamin A. Berperan cukup penting dalam produksi sperma yang
sehat. Terdapat pada hati, mentega, margarin, telur, susu, ikan
berlemak, brokoli, wortel, bayam, dan tomat.
 Vitamin D. Kekurangan vitamin D akan menurunkan tingkat
kesuburan hingga 75%. Sumber vitamin D diproduksi di dalam tubuh
dengan bantuan sinar matahari, selain itu dapat pula diperoleh dari
telur, susu, hati, minyak ikan, ikan tuna, margarin, dan ikan salmon.
 Vitamin E. Vitamin E dapat meningkatkan kemampuan sperma
membuahi sel telur dan mencegah keguguran karena perannya dalam
menjaga kesehatan dinding rahim dan plasenta. Banyak terdapat pada
minyak tumbuh-tumbuhan, bekatul gandum, dan kecambah atau tauge.
 Vitamin B6. Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan hormon, padahal keseimbangan hormon estrogen
dan progesteron penting untuk terjadinya kehamilan. Sumber vitamin
B6 antara lain ayam, ikan, beras merah, kacang kedelai, kacang tanah,
pisang, dan sayur kol.
 Vitamin C. Pada wanita, vitamin C berperan penting untuk fungsi
indung telur dan pembentukan sel telur. Selain itu, sebagai antioksidan
(bekerjasama dengan vitamin E dan beta karoten) vitamin C berperan
melindungi sel-sel organ tubuh dari serangan radikal bebas (oksidan)
yang mempengaruhi kesehatan sistem reproduksi . Vitamin C banyak
terdapat pada jambu biji, jeruk, stroberi, pepaya, mangga, sawi, tomat,
dan cabai merah.
d) Cukupi zat seng.
Berperan penting dalam pertumbuhan organ seks dan juga pembentukan
sperma yang sehat. Bagi calon Bunda, seng membantu produksi materi
generatik ketika pembuahan terjadi. Bagi calon ayah, melancarkan
pembentukan sperma. Sumber seng antara lain makanan hasil laut/seafood
(seperti lobster, ikan, daging kepiting, ed.), daging, kacang-kacangan (kacang
mete dan almond), biji-bijian (biji labu dan bunga matahari, ed), serta produk
olahan susu.
e) Cukupi zat besi.
Kekurangan zat besi membuat siklus ovulasi (pelepasan sel telur) bunda
tergangu. Makanan atau multivitamin yang mengandung zat besi akan
membantu dalam persiapan kehamilan dan menghindari anemia yang sering
kali dikeluhkan oleh ibu hamil. Sumbernya: hati, daging merah, kuning telur,
sayuran hijau, jeruk, dan serealia yang diperkaya zat besi.
f) Fosfor.
Jika kekurangan, menurunkan kualitas sperma calon ayah. Ada di susu, dan
ikan teri.
g) Selenium (Se).
Berperan penting dalam produksi sperma yang sehat. Gejala kekurangan
selenium antara lain tekanan darah tinggi, disfungsi seksual dan
ketidaksuburan. Sumber selenium antara lain adalah beras, bawang putih,
kuning telur, seafood, jamur, dan semangka.
h) Kurangi konsumsi kandungan makanan yang berminyak.
Sebaiknya anda menggantinya dengan minyak zaitun. Kandungan asam lemak
yang terkandung di dalam minyak zaitun bermanfaat untuk kesehatan jantung,
tubuh, serta level kolestrol sehingga menyeimbangkan endokrin yang sehat.
i) Kalori Ekstra.
Perhatikan pula kebutuhan kalori ekstra yang dapat menunjang kehamilan
anda.Anda dapat mempersiapkannya sebelum kehamilan dengan
mendapatkannya dari berbagai jenis makanan seperti sereal, nasi, roti dan
pasta. Kalori bermanfaat untuk menyokong perubahan tubuh ibu selama
kehamilan.
j) Membatasi Kafein.
Batasi konsumsi kopi dan teh dikarenakan mengandung kafein yang dapat
memperburuk kesehatan menjelang persiapan kehamilan. Rekomendasi dari
pakar kesehatan bahwa mengawali kehamilan dapat dilakukan dengan batas
mengkonsumsi kafein sebanyak 200 miligram, hal ini juga dapat dibatasi
sampai kehamilan.
e. Persiapan secara psikologis dan mental
agar kehamilan yang akan dijalani tidak menimbulkan ketegangan. Hindari hal – hal
yang akan memberi pengaruh buruk dalam keseimbangan hormonal. Misalnya
tekanan psikis dalam rumah tangga, kehamilan yang menjadi beban misalnya tuntutan
keluarga untuk mendapat jenis kelamin tertentu pada anak pertama, masalah ekonomi
keluarga, kekerasaan dalam rumah tangga dan sebagainya. Bagi yang pernah
mengalami keguguran sebelumnya dan berniat ingin hamil lagi, berusahalah untuk
mengurangi kecemasan akibat pengalaman traumatis kehamilan yang lalu. Tetap
berpikir positif dalam segala hal agar kehamilan yang akan dijalani dapat berlangsung
baik.
f. Perencanaan financial/keuangan yang matang untuk persiapan pemeliharaan
kesehatan dan persiapan menghadapi kehamilan dan persalinan. Masalah ini menjadi
salah satu faktor penting karena timbulnya ketegangan psikis serta tidak terpenuhinya
kebutuhan gizi yang baik pada saat kehamilan tak jarang timbul akibat ketidaksiapan
pasangan dalam hal financial/keuangan.
g. Jangan malu bertanya dan berkonsultasi dengan dokter atau bidan dan tenaga
kesehatan lainnya bila menemukan masalah atau kesulitan dalam upaya persiapan
kehamilan, misalnya kesulitan untuk melepaskan kecanduan obat, atau perilaku buruk
yang berkaitan dengan gangguan psikologis. Manfaat konseling ini agar dokter atau
bidan akan melakukan rujukan pada ahli psikologi atau psikiatri bila diperlukan.

LAPORAN PENDAHULUAN INTRANATAL


1. Menjelaskan definisi dan batasan persalinan normal dan resiko tinggi
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan
bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 2010).

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Sarwono, 2010).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan


1) Passenger (Penumpang)
Passenger atua janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa
faktor, yakni ukuran kepala janin, presentaso, letak, sikap, dan posisi janin. Karena
plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka plasenta dianggap juga sebagai bagian
dari passenger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses
persalinan pada kehamilan normal (Sumarah et al, 2009)
2) Passageway (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul, vagina,
dan introitus (lubang luar vagina). Lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang
keluarnya bayi meskipun itu jaringan lunak, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan
dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir
yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul perlu diperhatikan
sebelum persalinan dimulai (Sumarah et al, 2009)
3) Power (Kekuatan)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot-oto
perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen. Kekuatan primer yang diperlukan
dalam persalinan adalah his yaitu kontraksi otot-otot rahim, sedangkan sebagai
kekuatan sekundernya adalah tenaga meneran ibu (Rohani et al.2011).
4) Position (Posisi ibu)
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Menurut Melzack,
dkk tahun 1991 dalam Bobak (2012) mengubah posisi membuat rasa letih hilang,
memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi yang baik dalam persalinan
yaitu posisi tegak yang meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk, dan jongkok. Posisi
tegak dapat memberikan sejumlah keuntungan, hal itu dikarenakan posisi tegak
memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin, dapat mengurangi insiden
penekanan tali pusat, mengurangi tekanan pada pembuluh darah ibu dan mencegah
kompresi pembuluh darah serta posisi tegak dapat membuat kerja otot-otot abdomen
lebih sinkron (saling menguatkan) dengan rahim saat ibu mengedan (Bobak, 2012).
5) Psychologic Respons (Psikologis)
Psikologis adalah kondisi psikis klien dimana tersedianya dorongan positif, persiapan
persalinan, pengalaman lalu, dan strategi adaptasi/coping (Sukarni & Wahyu, 2013).
Psikologis adalah bagian yang krusial saat persalinan, ditandai dengan cemas atau
menurunnya kemampuan ibu karena ketakutan untuk mengatasi nyeri persalinan.
Respon fisik terhadap kecemasan atau ketakutan ibu yaitu dikeluarkannya hormon
katekolamin. Hormon tersebut menghambat kontraksi uterus dan aliran darah plasenta
(Manurung, 2011). Faktor psikologis tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut:
Melibatkan psikologis ibu, emosi, dan persiapan intelektual; Pengalaman melahirkan
bayi sebelumnya; Kebiasaan adat; Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu
(Rohani et al, 2011).
3. Menjelaskan tentang proses
persalinan
 Tanda- tanda mulainya persalinan
Merasakan kontraksi palsu
Kontraksi ini biasa disebut Braxton Hicks atau terjadi pengencangan perut yang datang
dan pergi. Namun kontraksi palsu ini tidak sekuat kontraksi asli yang terjadi saat
melahirkan. Biasanya kontraksi ini berlangsung 30 hingga 120 detik. Berbeda dengan
kontraksi sungguhan, kontraksi Braxton Hicks dapat hilang ketika Anda berpindah
posisi atau rileks. Kontraksi ini akan dirasakan sebelum mengalami kontraksi
sungguhan. Perbedaan kontraksi asli dan palsu lainnya, yaitu kontraksi Braxton Hicks
hanya terasa di daerah perut atau panggul, sementara kontraksi sungguhan biasanya
terasa di bagian bawah punggung kemudian berpindah ke bagian depan perut. Selain
itu, untuk menentukan kontraksi asli atau palsu, bisa dilakukan pemeriksaan oleh
dokter atau bidan, misalnya dengan cardiotocography.
Rasa sakit atau nyeri
Merasakan nyeri pada punggung, sakit perut atau kram layaknya sedang mengalami
masa pramenstruasi. Terkadang, rasa nyeri ini juga bisa menyerupai rasa mulas saat
hamil
Air ketuban pecah
Tanda melahirkan paling umum yang diketahui oleh kebanyakan orang adalah
pecahnya air ketuban. Kebanyakan wanita lebih dulu merasakan kontraksi sebelum air
ketuban pecah, tapi ada juga yang mengawalinya dengan pecahnya ketuban. Ketika hal
ini terjadi, biasanya persalinan akan menyusul dengan segera. Namun bahayanya, jika
air ketuban sudah pecah, tapi tidak juga mengalami kontraksi, maka bayi akan lebih
mudah terserang infeksi. Hal itu dikarenakan cairan yang selalu melindungi bayi dari
kuman selama berada di kandungan ini telah habis. Jika hal ini terjadi, proses induksi
mungkin akan dilakukan untuk menjaga keselamatan bayi.
Sulit untuk tidur
Tidur malam yang terganggu dan perasaan gelisah bisa menjadi tanda-tanda
melahirkan. Usahakan untuk tidur atau beristirahat di siang hari, karena pasien
membutuhkan tenaga ketika persalinan berlangsung.
Frekuensi buang air kecil meningkat
Beberapa pekan atau jam sebelum persalinan, bayi akan turun ke rongga panggul .
Kondisi ini membuat rahim menekan kandung kemih, sehingga frekuensi buang air
kecil menjadi makin meningkat dibandingkan biasanya.
Keluar lendir kental bercampur darah dari vagina
Selama hamil, serviks ditutupi oleh lendir yang kental. Namun ketika mendekati
persalinan, serviks akan membesar dan membuat jalan agar lendir itu keluar melalui
vagina. Warnanya bisa bening, merah muda, atau sedikit berdarah. Namun lendir
bercampur darah tidak selalu menjadi tanda awal bahwa akan melahirkan. Lendir ini
bisa keluar juga ketika berhubungan seks saat hamil.
Perubahan pada serviks
Jaringan pada serviks \akan melunak atau menjadi elastis. Jika sudah pernah
melahirkan, serviks akan lebih mudah terbuka sekitar satu atau dua sentimeter sebelum
persalinan dimulai. Namun jika baru pertama kali mengalami masa-masa ini,
pembukaan serviks sebesar satu sentimeter tidak bisa menjadi jaminan akan segera
melahirkan.
 Tanda- tanda persalinansemu dan
sejati Semu:
 Frekuensi kontraksi yang tidak menentu;
 Kontraksi tidak bertahan lama bahkan cenderung menghilang ketika ibu melakukan
gerakan-gerakan ringan;
 Kontraksi yang muncul dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada bagian perut
bawah;
 Kontraksi tidak disertai dengan adanya noda atau bercak darah dari vagina;
 Kontraksi tidak membuat air ketuban pecah.
Sejati:
 Frekuensi kontraksi yang tidak menentu;
 Kontraksi tidak bertahan lama bahkan cenderung menghilang ketika ibu
melakukan gerakan-gerakan ringan;
 Kontraksi yang muncul dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada bagian
perut bawah;
 Kontraksi tidak disertai dengan adanya noda atau bercak darah dari vagina;
 Kontraksi tidak membuat air ketuban pecah.
 Mekanisme persalinan
Tahapan mekanisme turunnya kepala janin menurut Mochtar (2011)
1. Kepala terfiksasi pada PAP
2. Turun (descent)
3. Fleksi
4. Fleksi maksila
5. Putar paksi dalam di dasar panggul
6. Ekstensi : terjadi moulage kepala janin, ekstensi, hipomoklion : uuk di bawah
simfisis pubis
7. Ekspulsi kepala janin : berturut-turut lahir uub, dahi, muka dan dagu
8. Rotasi eksternal: putar paksi luar
9. Eskpulsi total: cara mealhirkan bahu depan, bahu belakang, seluruh badan dan
ekstremitas
 Tahapan persalinan: karakteristik kala I- IV
Kala I
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan servix
hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I berlangsung 18 – 24
jam dan
terbagi menjadi dua fase yaitu fase laten dan fase aktif.
a. Fase laten persalinan
 Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
 servix secara bertahap
 Pembukaan servix kurang dari 4 cm
 Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam
b. Fase aktif persalinan
Fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi, dilatasi maximal, dan deselerasi
 Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap
adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan
 berlangsung selama 40 detik atau lebih
 Servix membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm atau
lebih perjam hingga permbukaan lengkap (10 cm)
 Terjadi penurunan bagian terendah janin
Kala II
a. Pengertian
Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks dan berakhir dengan
lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi

b. Tanda dan gejala kala II


Tanda-tanda bahwa kala II persalinan sudah dekat adalah:
1. Ibu ingin meneran
2. Perineum menonjol
3. Vulva vagina dan sphincter anus membuka
4. Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat
5. His lebih kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali.
6. Pembukaan lengkap (10 cm )
7. Pada Primigravida berlangsung rata-rata 1.5 jam dan multipara rata-rata 0.5 jam
8. Pemantauan
a) Tenaga atau usaha mengedan dan kontraksi uterus
b) Janin yaitu penurunan presentasi janin dan kembali normalnya detak jantung
bayi setelah kontraksi
Kala III
A. Pengertian
 Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban
 Berlangsung tidak lebih dari 30 menit
 Disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta
 Peregangan Tali pusat Terkendali (PTT) dilanjutkan pemberian oksitosin untuk
 kontraksi uterus dan mengurangi perdarahan
 Tanda-tanda pelepasan plasenta :
o Perubahan ukuran dan bentuk uterus
o Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karena plasenta
o sudah terlepas dari Segmen Bawah Rahim
o Tali pusat memanjang
o Semburan darah tiba tiba
Kala IV
A. Pengertian
 Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu
 Paling kritis karena proses perdarahan yang berlangsung
 Masa 1 jam setelah plasenta lahir
 Pemantauan 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, 30 menit
pada jam kedua setelah persalinan, jika kondisi ibu tidak stabil, perlu
dipantau lebih sering
 Observasi intensif karena perdarahan yang terjadi pada masa ini
 Observasi yang dilakukan :
1. Tingkat kesadaran penderita.
2. Pemeriksaan tanda vital.
3. Kontraksi uterus.
4. Perdarahan, dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-
500cc.
4. Adaptasipersalinan
 Adaptasifetal
 Adaptasi maternal
 Adaptasi paternal
 Adaptasi sibling
Sibling rivalry (Persaingan antar saudara) yang dimaksud disini kompetisi antara
saudara kandung untuk mendapatkan cinta kasih dan perhatian dari satu atau kedua
orang tuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih (Lusa, 2010).
Sibling Rivalry adalah persaingan dengan saudara kandung yaitu perasaan cemburu
atau benci yang pada umumnya terjadi pada anak karena adanya saudara kandung
(Nursalam, 2008).

Jarak usia yang lazim memicu munculnya sibling rivalry adalah jarak antara usia 1-3
tahun dan muncul pada usia 3-5 tahun kemudian muncul kembali pada usia 8-12
tahun, dan pada umumnya sibling rivalry lebih sering terjadi pada anak yang berjenis
kelamin sama dan khususnya perempuan (SetiawatidanZulkaida,2007) Menurut
McNerney dan Joy berdasarkan pengalaman yang diungkapkan beberapa orang
Amerika dilaporkan 55% mengalami kompetisi dalam keluarga dan umur antara 3- 5
tahun merupakan kategori tertinggi (Asupah, 2008).

Sibling rivalry terjadi jika anak merasa mulai kehilangan kasih sayang dari orang tua
dan merasa bahwa saudara kandung adalah saingan dalam mendapatkan perhatian dan
kasih sayang dari orang tua (Setiawati, 2008). Persaingan antar saudara cenderung
memuncak ketika anak bungsu berusia 3 atau 4 tahun (woolfson , 2004) dalam ita
listianti (2010). Ciri khas yang sering muncul pada sibling rivalry , yaitu: egois, suka
berkelahi, memiliki kedekatan yang khusus dengan salah satu orang tua, mengalami
gangguan tidur, kebiasaan menggigit kuku, hiperaktif, suka merusak, dan menuntut
perhatian lebih banyak (sains, 2009) dalam ita listianti (2010).

Terdapat dua macam reaksi sibling rivalry, secara langsung yaitu biasanya berupa
perilaku agresif seperti memukul, mencubit atau bahkan menendang (setiawati, 2008).
Reaksi lainnya adalah reaksi tidak langsung seperti, munculnya kenakalan, rewel,
mengompol atau pura-pura sakit (setiawati, 2008)

Sibling rivalry dapat teratasi jika orang tua dapat memberikan perhatian dan bersikap
adil dan menunjukkan perilaku yang baik terhadap anak-anak. Hindari tekanan untuk
selalu mengalah dan mendahulukan adik barunya Ajarkan kakak mengenai cara
berinteraksi dengan adik, apa yang bisa dilakukan dan bagaimana cara menunjukkan
kasih sayang pada adik misalnya dengan mencium dan memegang tangan adik.
Kesabaran dan keuletan serta contoh-contoh yang baik dari perilaku orang tua yang
yang memberi bimbingan, pendidikan orang tua sehari-hari dengan mengajarkan hal-
hal yang positif dan memberikan kebutuhan yang tepat sesuai dengan apa yang
diperlukan anak dapat meminimalkan terjadinya sibling rivalry

5. Penatalaksanaan nyeri persalinan non farmakologik


 Metode persiapan persalinan: Lamaze, Bradley, dan dick read
1. Lamaze adalah teknik yang digunakan untuk membantu ibu hamil saat persalinan
normal dengan fokus pada kontrol pernapasannya. Sehingga, kemungkinan rasa
sakit yang timbul pada saat persalinan normal dapat dikurangi.
2. Bradley adalah teknik persalinan yang diklaim minim rasa sakit. Dasar pemikiran
klaim ini adalah anggapan bahwa melahirkan merupakan hal alami yang
seharusnya tidak memerlukan bantuan obat nyeri. Metode ini dipercaya mampu
membuat proses melahirkan menjadi lebih mudah dan minim rasa sakit.
3. Dick-Read berpendapat bahwa berat otot – otot abdomen terhadap uterus yang
berkontraksi meningkatkan rasa nyeri. Wanita melahirkan diajar untuk mendorong
otot – otot perutnya ke atas rahim naik selama suatu kontraksi. Dengan demikian
otot – otot abdomen terangkat dari uterus yang berkontraksi
 Tekhnik – tekhnik relaksasi dan bernafas
Teknik relaksasi pernapasan
Relaksasi pernapasan adalah cara yang paling cepat dan mudah untuk mengatasi
kecemasan. Cara melakukannya adalah dengan menarik napas panjang, lalu
mengembuskannya secara perlahan melalui mulut seperti hendak meniup balon.
Lakukan teknik ini dengan ritme yang stabil.
Sambil melakukan ini, bayangkan rasa cemas yang “tertahan” dalam tubuh Anda
mengalir keluar seiring hembusan napas, dan ketenangan akan masuk seiring Anda
menghirup napas.

Teknik relaksasi otot


Teknik relaksasi otot dilakukan dengan mengencangkan kelompok otot tertentu selama
5-10 detik, kemudian melepaskannya secara perlahan. Selama melakukan teknik
relaksasi otot, tetaplah bernapas teratur seperti biasa. Berikut ini adalah teknik
relaksasi otot yang dapat dilakukan sesuai letak otot:
 Otot dahi, dengan menaikkan alis setinggi mungkin.
 Otot mata, dengan menutup mata rapat-rapat.
 Otot mulut dan pipi, dengan tersenyum selebar mungkin.
 Otot leher, dengan mendongakkan kepala sejauh mungkin.
 Otot bahu, dengan menaikkan bahu setinggi mungkin.
 Otot perut, dengan menarik perut ke arah dalam.
 Otot tangan, dengan mengepalkan tangan erat-erat.
 Otot kaki, dengan menarik jari kaki ke arah tulang kering.
 Teknik relaksasi otot ini dinamakan progressive muscle relaxation. Jangan lupa
untuk memberi jeda 5-10 detik sebelum berpindah ke otot yang lain. Bila Anda
merasa sakit atau kurang nyaman, hindari menegangkan otot terlalu kencang.

Kedua teknik relaksasi tersebut dapat dilakukan secara berurutan, yaitu dengan
melakukan teknik relaksasi pernapasan terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan teknik
relaksasi otot. Teknik relaksasi juga dapat dilakukan secara rutin untuk mengatasi
kecemasan, misalnya sebelum beraktivitas, sebelum tidur, atau bahkan di sela-sela
aktivitas.
Jika kedua teknik relaksasi tersebut tidak dapat meredakan kecemasan atau jika
kecemasan yang Anda rasakan sudah mengganggu aktivitas, jangan ragu untuk
berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater agar dapat diberikan penanganan secara
khusus.
6. Menjelaskan pengkajian fetal
 Tekhnik mentoring : Auskultasi, DJJ, Elektronik fetalmonitoring
1. Auskultasi DJJ Dapat digunakan alat ultrasound stethoscope / Doppler. Djj bisa
terdengar dengan alat ini antara usia kehamilan 10-12 minggu. Normal frekuensi
DJJ adalah 120-160x/menit dan harus dibedakandengan denyut nadi ibu.
 Non Stress Test
Cara pemeriksaan janin dengan menggunakan kardiotokgrafi, pada umur kehamilan
lebih dari 32 minggu. Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud melihat hubungan
perubahan denyut jantung dengan gerakan janin. Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik
pada saat kehamilan maupun persalinan.
 Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) Adalah suatu pemeriksaan yang menggunakan gelombang
ultrasonik untuk mendapatkan gambaran dari janin, palsenta, dan uterus.
Secara umum USG digunakan untuk menilai:
1. Taksiran usia kehamilan
2. Lokasi plasenta
3. Pengawasan pertumbuhan dan pergerakan janin
4. Deteksi kehamilan ganda
5. Identifikasi kelainan bawaan
Menilai keadaan/ukuran panggul dalamSelama trimester I, USG dapat digunakan
untuk:
1. Mengkaji usia kehamilan
2. Mengevaluasi diagnosis pendarahan pervaginam
3. Memastikan dugaan kehamilan kembar
4. Mengevaluasi pertumbuhan janin.
5. Mengevaluasi massa pelvic

7. Menjelaskan ciri- ciri “family centered maternity care” dikamarbersalin


a. Dilaksanakan kelas-kelas antenatal
b. Melibatkan partisipasi keluarga pada persalinan dan postpartum’
c. Persalinan tindakan melibatkan keluarga
d. Rumah bersalin seperti di rumah
e. Pelaksanaan prosedur fleksibel
f. Kontak dini orang tua dan bayi
g. Pelaksaan rooming-in fleksibel
h. Bayi dengan komplikasi melibatkan keluarga
i. Pemulangan dini dengan follow up

8. Menjelaskan pengkajian faktor-faktor resiko persalinan


- Faktor psiko-sosial : Rasa cemas, stress, suport sosial, pekerjaan, perilaku, aktivitas
seksual, dan keinginan ibu untuk hamil
- Faktor demografik: usia ibu, status marital, kondisi sosio-ekonomi, faktor ras, etnik
- Pekerjaan ibu
- Perilaku ibu
- Faktor maternal
- Penyakit medis dan kehamilan
- Infeksi

9. Menjelaskan persalinan abnormal


 Masalah dengan power
 Masalah dengan fetus
 Masalah dengan panggul
 Masalah dengan psikologis
 Persalinan premature
Kelahiran prematur adalah kelahiran yang terjadi sebelum minggu ke-37 atau lebih
awal dari hari perkiraan lahir. Kondisi ini terjadi ketika kontraksi rahim
mengakibatkan terbukanya leher rahim (serviks), sehingga membuat janin memasuki
jalan lahir.
 Ketuban pecah sebelumwaktunya
Ketuban pecah dini atau premature rupture of membranes (PROM) adalah kondisi di
mana kantung ketuban pecah sebelum waktu persalinan dimulai. Kondisi ini dapat
terjadi baik sebelum janin matang dalam kandungan (sebelum minggu ke-37 masa
kehamilan), maupun setelah janin matang
10. Asuhan keperawatan persalinan normal kala I yang berhubungan dengan masalah
keperawatan
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhantubuh
 Kurangnya volume cairan
 Perubahan eliminaasi urine
 Kecemasan
 Nyeri
 Tidak efektifnya koping individu
 Gangguan mobilisasi fisik
 Perubahan persepsi sensori
 Kurangnya self care
Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1 Perubahan nutrisi Tupan : Manajemen Nutrisi
kurang dari Setelah dilakukan tindakan Observasi
kebutuhantubuh keperawatan 3x24 jam 1. Identifikasi status nutrisi
diharapkan, status nutrisi 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
membaik makanan
3. Identifikasi makanan yang disukai
Tupen : 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan
Setelah dilakukan tindakan jenis nutrien
keperawatan 1x24 jam 5. Identifikasi perlunya penggunaan
diharapkan status nutrisi teratasi selang nasogastrik
dengan kriteria hasil : 6. Monitor asupan makanan
1. Kekuatan otot pengunyak 7. Monitor berat badan
meningkat 8. Monitor hasil pemeriksaan
2. Kekuatan otot menelan laboratorium
meningkat
3. Nafsu makan meningkat

Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
(mis. piramida makanan)
3. Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, jika
perlu
7. Hentikan pemberian makan melalui
selang nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
2 Hypovolemia Tupan : Manajemen hypovolemia
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan 3x24 jam 1. Periksa tanda dan gejala
diharapkan, keseimbangan hypovolemia
cairan meningkat 2. Monitor intake dan output
cairan Terapeutik
Tupen : 1. Hitung kebutuhan cairan
Setelah dilakukan tindakan 2. Berikan posisi
keperawatan 1x24 jam modified Trendelenburg
diharapkan keseimbangan cairan 3. Berikan asupan cairan oral
meningkat dengan kriteria hasil Edukasi
1. Asupan cairan meningkat 1. Anjurkan memperbanyak cairan oral
2. Keluaran urine 2. Anjurkan menghindari perubahan
meningkat posisi mendadak
3. Edema menurun Kolaborasi
4. Dehidrasi menurun
1. Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis
2. Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis
3 Gangguan Tupan : Dukungan perawatan diri : BAB/BAK
eliminasi urine Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan 3x24 jam 1. Identifikasi kebiasaan BAB/BAK
diharapkan, eliminasi urine sesuai usia
membaik 2. Monitor integritas kulit pasien
Terapeutik
Tupen : 1. Latih BAB/BAK sesuai jadwal
Setelah dilakukan tindakan Edukasi
keperawatan 1x24 jam 1. Anjurkan BAB/BAK secara rutin
diharapkan eliminasi urine 2. Anjurkan ke kamar mandi/toilet
membaik dengan kriteria hasil
1. Frekuensi BAK
membaik
2. Sensasi berkemih
meningkat
3. Desakan berkemih
menurun
4 Ansietas Tupan : Reduksi ansietas
Setelah dilakukan tindakan Observasi.
keperawatan 3x24 jam 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
diharapkan, harga diri meningkat berubah (mis. Kondisi, waktu,
stressor).
Tupen : 2. Identifikasi kemampuan mengambil
Setelah dilakukan tindakan keputusan.
keperawatan 1x24 jam 3. Monitor tanda tanda ansietas (verbal
diharapkan harga diri meningkat dan non verbal).
dengan kriteria hasil :
1. Penilaian diri positif Terapeutik.
meningkat 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk
2. Perasasaan memiliki menumbuhkan kepercayaan
meningkat 2. Dengarkan dengan penuh perhatian.
3. Penerimaan penilaian 3. Gunakan pendekatan yang tenang
postif terhadap diri dan meyakinkan
sendiri meningkat 4. Tempatkan barang pribadi yang
memberikan keyamanan.
5. Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan.
6. Diskusikan perencanaan realitas
tentang peristiwa yang akan datang.

Edukasi.
1. Jelaskan prosedur, termasuk sesuai
yang mungkin dialami.
2. Informasikan secara factual
mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis.
3. Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu.
4. Anjurkan mengungkakan perasaan
dan persepsi.
5. Latih teknik relasasi

Kolaborasi.
1. Kolaborasi dengan tim kesehatan
lain untuk pemberian obat anti
ansietas, jika perlu.
5 Nyeri Tupan : Manajemen nyeri
Observasi
Setelah dilakukan tindakan
1. identifikasi lokasi, karakteristik,
keperawatan selama 3x24 jam
durasi, frekuensi, identitas nyeri dan
tingkat nyeri menurun
skala nyeri

Tupen : 2. Identifikasi nyeri non-verbal.

Setelah dilakukan tindaka


3. Identifikasi factor yang memperberat
keperawatan selama 1x 24 jam
dan memperingan nyeri.
tingkat nyeri menurun dengan
kriteria hasil :
4. Fasilitasi istirahat dan tidur.
1. keluhan nyeri menurun
2. meringis menurun 5. Anjurkan memonitor nyeri secara
3. gelisah menurun mandiri.

6. Kolaborasi pemberian analgesic, jika


perlu.

6 Koping tidak Tupan : Dukungan pengambilan keputuas


efektif Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi persepsi mengenai
status koping membaik masalah dan informasi yang memicu
konflik
Terapeutik
Tupen : 1. Motivasi mengungkapkan tujuan
Setelah dilakukan tindaka perawatan yang dihapakan
keperawatan selama 1x 24 jam 2. Fasilitasi menjelaskan keputusan
status koping meningkat dengan kepada orang lain
kriteria hasil 3. Fasilitasi hubungan antar pasien,
klien, dan tenaga kesehatan lainnya
1. Peran koping
adaptasi meningkat Edukasi
1. Informasi alternated solusi secara
2. Perilaku jelas
asertif 2. Berikan informasi yang diminta
meningkat pasien
Kolaborasi
1. Kolaborasu dengan tenaga kesehatan
lain dalam memfasilitasi
pengambilan keputusan
7 Gangguan Tupan : Dukungan Mobilisasi
mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan a. Observasi
keperawatan 3x24 jam 1) Identifikasi adanya nyeri atau
diharapkan, mobilitas fisik keluhan fisik lainnya
meningkat
2) Identifikasi toleransi fisik melakukan
Tupen : pergerakan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1x24 jam
diharapkan gangguan mobilitas 3) Monitor frekuensi jantung dan
fisik teratasi dengan kriteria tekanan darah sebelum memulai
hasil : mobilisasi
1. Pergerakan ekstremitas 4) Monitor kondisi umum selama
meningkat melakukan mobilisasi
2. Rentang gerak (ROM)
meningkat

b. Terapeutik
1) Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan
alat bantu (mis. Pagar tempat tidur)

2) Fasilitasi melakukan pergerakan,


jika perlu
3) Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan
pergerakan
c. Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi

2) Anjurkan melakukan mobilisasi dini

3) Ajarkan mobilisasi sederhana


yang harus dilakukan (mis. Duduk
ditempat tidur, duduk disisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke
kursi)
8 Gangguan persepsi Tupan : Minimalisasi rangsangan
sensori Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan 3x24 jam 1. Periksa status mental, status sensori,
diharapkan persepsi sensori dan tingkat kenyamanan
membaik Terapeutik
1. Diskusikan tingkat toleransi terhadap
Tupen : beban sensori
Setelah dilakukan tindakan 2. Kombinasi prosedur/tindakan dalam
keperawatan 1x24 jam satu waktu
diharapkan persepsi sensori Edukasi
membaik dengan kriteria hasil : 1. Anjurkan cara meminimalisasi
1. Melamun menurun stimulus
2. Curiga menurun Kolaborasi
3. Mondar-mandir menurun 1. Kolaborasi dalam meminimalkan
4. Menarik diri menurun prosedur
2. Kolaborasi pemberian obat yang
mempengaruhi persepsi stimulus
9 Deficit perawatan Tupan : Dukungan perawatan diri
diri Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 1x24 jam 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas
diharapkan kesadaran diri perawatan diri sesuai usia
meningkat

Tupen : 2. Monitor tingkat kemandirian


Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 8 jam 3. Identifikasi kebutuhan alat bantu
diharapkan kesadaran diri kebersihan diri, berpakaian,
meningkat dengan kriteria hasil berhias, dan makan
sebagai berikut :
1. Mengakui kemampuan
fisik Terapeutik
2. mampu 1. Sediakan lingkungan yang
mandi/mengenakan terapeutik (susasana hangat,
pakaian/makan/ke kamar rileks, privasi)
mandi berhias secara 2. Siapkan keperluan pribadi
mandiri (parfum, sikat gigi, dan sabun
mandi)
3. Dampingi dalam melakukan
perawatan diri sampai mandiri
4. Fasilitasi untuk menerima
keadaan ketergantungan

5. Fasilitasi kemandirian, bantu jika


tidak mampu melakukan
perawatan diri

6. Jadwalkan rutinitas perawatan


diri

Edukasi
1. Anjurkan melakukan perawatan
diri secara konsisten sesuai
kemampuan

11. Asuhan keperawatan persalinan normal kala II yang berhubungan dengan masalah
keperawatan
 Kelelahan
 Nyeri
 Koping individu tidak efektif
 Kurangnya volume cairan
 Resiko tinggi infeks
Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan
1 Kelelahan Tupan : Manajemen energy
Observasi
Setelah dilakukan tindakan
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
keperawatan selama 3x24 jam
yang ,mengakibatkan kelelahan
tingkat keletihan membaik
2. Monitor kelelahan fisik dan
Tupen : emosional
Setelah dilakukan tindaka
keperawatan selama 1x 24 jam 3. Monitor pola dan jam tidur
tingkat keletihan membaik
dengan kriteria hasil : 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktivitas
1. Verbalisasi kepulihan
Terapeutik
energy tenaga
1. Sediakan lingkungan naman dan
membaik
rendah stimulus
2. Kemampuan melakukan
aktivitas rutin membaik
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif
dan/atau aktif

3. Berikan aktivitas distraksi yang


menenangkan

4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,


jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap

3. Anjurkan meghubungi perawat jika


tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping unuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan.

2 Nyeri Tupan : Manajemen nyeri


Observasi
Setelah dilakukan tindakan 1. identifikasi lokasi, karakteristik,
keperawatan selama 3x24 jam durasi, frekuensi, identitas nyeri dan
tingkat nyeri menurun skala nyeri

2. Identifikasi nyeri non-verbal.


Tupen :
Setelah dilakukan tindaka 3. Identifikasi factor yang memperberat
keperawatan selama 1x 24 jam dan memperingan nyeri.
tingkat nyeri menurun dengan
kriteria hasil : 4. Fasilitasi istirahat dan tidur.

1. keluhan nyeri menurun


5. Anjurkan memonitor nyeri secara
2. meringis menurun
3. gelisah menurun mandiri.

6. Kolaborasi pemberian analgesic, jika


perlu.

3 Koping tidak Tupan : Dukungan pengambilan keputuas


efektif tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi persepsi mengenai
status koping membaik masalah dan informasi yang memicu
konflik
Terapeutik
Tupen : 1. Motivasi mengungkapkan tujuan
Setelah dilakukan tindaka perawatan yang dihapakan
keperawatan selama 1x 24 jam 2. Fasilitasi menjelaskan keputusan
status koping meningkat dengan kepada orang lain
kriteria hasil 3. Fasilitasi hubungan antar pasien,
klien, dan tenaga kesehatan lainnya
1. Peran koping Edukasi
adaptasi meningkat
1. Informasi alternated solusi secara
2. Perilaku jelas
asertif 2. Berikan informasi yang diminta
meningkat pasien
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan
lain dalam memfasilitasi
pengambilan keputusan
4 Kurang volume Tupan : Manajemen hypovolemia
cairan Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan 3x24 jam 1. Periksa tanda dan gejala
diharapkan, keseimbangan hypovolemia
cairan meningkat 2. Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
Tupen : 1. Hitung kebutuhan cairan
Setelah dilakukan tindakan 2. Berikan posisi
keperawatan 1x24 jam modified Trendelenburg
diharapkan keseimbangan cairan 3. Berikan asupan cairan oral
meningkat dengan kriteria hasil Edukasi
1. Asupan cairan meningkat 1. Anjurkan memperbanyak cairan oral
2. Keluaran urine 2. Anjurkan menghindari perubahan
meningkat posisi mendadak
3. Edema menurun Kolaborasi
4. Dehidrasi menurun 1. Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis
2. Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis
5 Resiko tinggi Tupan : Manajemen imunitas/vaksinasi
infeksi Observasi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
1. Identifikasi riwayat kesehatan dan
control risiko meningkat
riwayat alergi.

Tupen : 2. Identifikasi kontradiksi pemberian


imunitas.
Setelah dilakukan tindaka
keperawatan selama 8 jam
3. Identifikasi status imunisasi setiap
control risiko meningkat dengan
kunjungan ke pelayanan kesehatan.
kriteria hasil :
1. Kemampuan mencari 4. Dokumentasikan informasi
informasi tentang faktor vaksinasi.
risiko meningkat
2. Kemampuan 5. Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi yang
mengidentifikasi faktor terjadi, jadwal dan efek samping.
risiko meningkat Terapeutik
1. Dokumentasikan informasi vaksinasi
3. Kemampuan melakukan
(mis. nama produsen, tanggal
strategi control risiko
kedaluarsa)
meningkat
2. Jadwalkan imunisasi pada waktu
interval yang tepat
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi yang
terjadi, jadwal dan efek samping
2. Informasikan vaksinasi untuk
kejadian khusus (mis. rabies, tetanus)
3. Informasikan penundaan
pemberian imunisasi tidak berarti
mengulang jadwal imunisasi
kembali

12. Asuhan keperawatan persalinan normal kala III yang berhubungan dengan masalah
keperawatan
 Resiko tinggi infeksi
 Resiko tinggi injury
 Resiko tinggi kurangnya volume cairan b.d perdarahan
Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan
1 Risiko tinggi Tupan : Pencegahan infeksi
infeksi Observasi
Setelah dilakukan tindakan
1. Monitor tanda dan gejala infeksi
keperawatan selama 1x24 jam
local atau sistemik
control risiko meningkat
Terapeutik
1. Batasi jumlah pengunjung
Tupen : 2. Berikan perawatan kulit pada area
edema
Setelah dilakukan tindaka
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
keperawatan selama 8 jam
kontak dengan pasien dan
control risiko meningkat dengan
lingkungan pasien
kriteria hasil :
4. Pertahankan teknik aseptic pada
1. Kemampuan mencari pasien beresiko tinggi
informasi tentang Edukasi
faktor risiko meningkat 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Kemampuan 2. Ajarkan cara mencuci tangan
mengidentifikasi faktor dengan benar
risiko meningkat 3. Ajarkan etika batuk
4. Anjurkan meningkatkan asupan
3. Kemampuan melakukan nutrisi
strategi control risiko
meningkat 5. Anjurkan meninigkatkan asupan
cairan
Kolabirasi
1. Kolabroasi pemberian imunisasi, jika
perlu

2 Risiko tinggi injuri Tupan : Manajemen kesehatan kerja


Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifkasi faktor risiko penyakit dan
tingkat jatuh menurun kecelakaan kerja
2. Monitor kesehatan perkerja secara
Tupen :
berkala
Setelah dilakukan tindaka Terapeutik
keperawatan selama 1x 24 jam 1. Gunakan labal atau tanda untuk zat
tingkat jatuh menurun dengan atau alat yang berbahaya bagi
kriteria hasil : kesehatan
1. Jatuh dari tempat tidur 2. Lakukan perawatan pada kondisi
menurun akut
Edukasi
2. Jatuh saat berdiri
1. Informasikan pekerja terkait zat atau
menurun
alat yang berbahaya bagi kesehatan
3. Jatuh saat duduk 2. Anjurkan tentang kesehatan dan
menurun modifikasi lingkungan kerja yang
4. Jatuh saat berjalan sehat
menurun Kolaborasi
1. Rujuk ke rumah sakit untuk
perawatan lanjut pada cedewa dan
penyakit akibat pekerjaan
3 Risiko tinggi Tupan : Manajemen hypovolemia
kurang volume Setelah dilakukan tindakan Observasi
cairan b.d keperawatan 3x24 jam 1. Periksa tanda dan gejala
perdarahan diharapkan, keseimbangan hypovolemia
cairan meningkat 2. Monitor intake dan output
cairan Terapeutik
Tupen : 1. Hitung kebutuhan cairan
Setelah dilakukan tindakan 2. Berikan posisi
keperawatan 1x24 jam modified Trendelenburg
diharapkan keseimbangan cairan 3. Berikan asupan cairan oral
meningkat dengan kriteria hasil Edukasi
1. Asupan cairan meningkat 1. Anjurkan memperbanyak cairan oral
2. Keluaran urine 2. Anjurkan menghindari perubahan
meningkat posisi mendadak
3. Edema menurun Kolaborasi
4. Dehidrasi menurun 1. Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis
2. Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis

13. Asuhan keperawatan persalinan normal kala IV yang berhubungan dengan masalah
keperawatan masalah keperawatan
 Resiko tinggi injury b.d kontraksi uterus lemah
 Perubahan eliminasi urin
 Kurangnya volume cairan
 Nyeri b.d trauma perineum
 Kelelahan b.d proses persalinan
Rencana keperawatan

No Diagnosa Tujuan
Keperawatan Intervensi
1 Risiko tinggi injury Tupan : Manajemen kesehatan kerja
b.d kontraksi Setelah dilakukan tindakan Observasi
uterus lemah keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifkasi faktor risiko penyakit dan
tingkat jatuh menurun kecelakaan kerja
2. Monitor kesehatan perkerja secara
Tupen : berkala
Setelah dilakukan tindaka Terapeutik
keperawatan selama 1x 24 jam 1. Gunakan labal atau tanda untuk zat
tingkat jatuh menurun dengan atau alat yang berbahaya bagi
kriteria hasil : kesehatan
5. Jatuh dari tempat tidur 2. Lakukan perawatan pada kondisi
menurun akut
Edukasi
6. Jatuh saat
1. Informasikan pekerja terkait zat atau
berdiri menurun
alat yang berbahaya bagi kesehatan
7. Jatuh saat duduk 2. Anjurkan tentang kesehatan dan
menurun modifikasi lingkungan kerja yang
8. Jatuh saat berjalan sehat
menurun Kolaborasi
1. Rujuk ke rumah sakit untuk
perawatan lanjut pada cedewa dan
penyakit akibat pekerjaan
2 Gangguan Tupan : Dukungan perawatan diri : BAB/BAK
eliminasi urine Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan 3x24 jam 1. Identifikasi kebiasaan BAB/BAK
diharapkan, eliminasi urine sesuai usia
membaik 2. Monitor integritas kulit pasien
Terapeutik
Tupen : 1. Latih BAB/BAK sesuai jadwal
Setelah dilakukan tindakan Edukasi
keperawatan 1x24 jam 1. Anjurkan BAB/BAK secara rutin
diharapkan eliminasi urine 2. Anjurkan ke kamar mandi/toilet
membaik dengan kriteria hasil
1. Frekuensi BAK
membaik
2. Sensasi berkemih
meningkat
3. Desakan berkemih
menurun
3 Kurang volume Tupan : Manajemen hypovolemia
cairan Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan 3x24 jam 1. Periksa tanda dan gejala
diharapkan, keseimbangan hypovolemia
cairan meningkat 2. Monitor intake dan output
cairan Terapeutik
Tupen : 1. Hitung kebutuhan cairan
Setelah dilakukan tindakan 2. Berikan posisi
keperawatan 1x24 jam modified Trendelenburg
diharapkan keseimbangan cairan 3. Berikan asupan cairan oral
meningkat dengan kriteria hasil Edukasi
1. Asupan cairan meningkat 1. Anjurkan memperbanyak cairan oral
2. Keluaran urine 2. Anjurkan menghindari perubahan
meningkat posisi mendadak
3. Edema menurun
Kolaborasi
4. Dehidrasi menurun
1. Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis
2. Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis
4 Nyeri b.d trauma Tupan : Manajemen nyeri
perineum Observasi
Setelah dilakukan tindakan
1. identifikasi lokasi, karakteristik,
keperawatan selama 3x24 jam
durasi, frekuensi, identitas nyeri dan
tingkat nyeri menurun
skala nyeri

Tupen : 2. Identifikasi nyeri non-verbal.

Setelah dilakukan tindaka


3. Identifikasi factor yang memperberat
keperawatan selama 1x 24 jam
dan memperingan nyeri.
tingkat nyeri menurun dengan
kriteria hasil :
4. Fasilitasi istirahat dan tidur.
1. keluhan nyeri menurun
2. meringis menurun 5. Anjurkan memonitor nyeri secara
3. gelisah menurun mandiri.

6. Kolaborasi pemberian analgesic, jika


perlu.

5 Kelelahan b.d Tupan : Manajemen energy


proses kehamilan Observasi
Setelah dilakukan tindakan
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
keperawatan selama 3x24 jam
yang ,mengakibatkan kelelahan
tingkat keletihan membaik
2. Monitor kelelahan fisik dan
Tupen : emosional
Setelah dilakukan tindaka
keperawatan selama 1x 24 jam 3. Monitor pola dan jam tidur
tingkat keletihan membaik
dengan kriteria hasil : 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktivitas
1. Verbalisasi kepulihan
Terapeutik
energy tenaga
1. Sediakan lingkungan naman dan
membaik
rendah stimulus
2. Kemampuan melakukan
aktivitas rutin membaik
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif
dan/atau aktif

3. Berikan aktivitas distraksi yang


menenangkan
4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap

3. Anjurkan meghubungi perawat jika


tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping unuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan.
14. Menjelaskan karakteristik bayi baru lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai
42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Saifudin, 2009).

Menurut Rohan (2013) Ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah lahir aterm antara 37 – 42
minggu, berat badan 2500 – 4000 gram, panjang lahir 48 – 52 cm. lingkar dada 30 – 38 cm,
lingkar kepala 33 – 35 cm, lingkar lengan 11 – 12 cm, frekuensi denyut jantung 120 – 160
kali/menit, kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup, rambut
lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku agak panjang dan
lemas, nilai APGAR >7, gerakan aktif, bayi langsung menangis kuat, genetalia pada laki-
laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan penis yang berlubang
sedangkan genetalia pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uterus yang
berlubang labia mayora menutup labia minora, refleks rooting (mencari putting susu)
terbentuk dengan baik, refleks sucking sudah terbentuk dengan baik, refleks grasping sudah
baik, eliminasi baik, urin dan meconium keluar dalam 24 jam pertama.

Karakteristik Bayi Baru lahir


 Berat badan 2500 - 4000 gram
 Panjang badan 48-52 cm
 Lingkar dada 30-38 cm
 Lingkar kepala 33-35 cm
 Frekuensi jantung 120 - 160 kali/menit
 Pernafasan ± 40 - 60 kali/menit
 Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup
 Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
 Kuku agak panjang dan lemes
 Genetalia; Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora Laki-laki testis sudah
turun, skrotum sudah ada
 Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
 Reflek morrow atau bergerak memeluk bila di kagetkan sudah baik
 Reflek graps atau menggenggam sudah baik
 Eliminasi baik, meconium akan keluar dalam 24 jam pertama, meconium berwarna hitam
kecoklatan (Marmi & kukuh, 2012:8-9)

15. Menguraikan pengkajian fisik bayi baru lahir


1. Petugas mencuci tangan
2. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara
a. Inspeksi (melihat)
b. Palpasi (meraba)
c. Perkusi (mengetok)
d. Auskultasi (mendengar)
e. Anamnesa (Tanya jawab)
3. Keadaan umum
a. Bentuk Tubuh ( lordosis, kifosis / tidak )
b. Psikologis ( menangis / tidak, takut / tidak)
4. Kepala
a. Bentuknya ( lonjong, bundar / tidak )
b. Besarnya ( normal, mikrocepalus, hydrocephalus / tidak )
c. Ubun-ubun besar / kecil, sudah menutup / belum
d. Bila belum menutup teraba cekung, datar, cembung, tegang / tidak
e. sutura-sutura teraba / tidak
5. Rambut
a. Warnanya (hitam, merah jagung, putih)
b. Kesuburannya (lebat, tipis / tidak )
c. Mudah rontok / tidak, botak / tidak
6. Muka
a. Pucat, cemas, kuning, merah, biru (sianosis)
b. Kulit wajah : halus, kasar, jerawatan / tidak
c. Hiperpigmentasi melantonik ada atau tidak
7. Mata
a. Simetris / tidak, juling, buta / tidak (kelopak mata / bulu mata lengkap / tidak )
b. Selaput lender mata pucat / tidak
c. Bintik bitot ada / tidak
d. Penyakit mata akut / kronis, tumor / tidak
8. Hidung
a. Bersih / tidak
b. Pilek / tidak, polip / tumor ada / tidak
c. Dapat membedakan bau-bauan atau tidak
9. Mulut
a. bersih / tidak, berbau / tidak
b. Bibir pucat / tidak, stomatitis / tidak
c. Gusi bersih
d. Lidah kotor, tenggorokan bersih / tidak, pharynx membesar / tidak, tonsil membesar /
tidak
10. Telinga
a. Bersih / tidak
b. Pernah keluar cairan / tidak
c. Dapat mendengar dengan baik / tidak
11. Leher
a. Bentuknya : pendek, sedang, panjang
b. Pembesaran kelenjar thyroid ada / tidak, pembesaran kelenjar lymphe ada / tidak
c. Hiperpigmentasi pada kulit leher / tidak
d. Arteri karotis palpasi jelas / tidak
12. Ketiak
13. Dada
a. Bentuk normal / tidak
b. Kalau pasien wanita ( buah dada, putting susu, hiperpigmentasi ada / tidak)
14. Ekstrimitas atas (lengan)
a. Simetris / tidak
b. Jari-jari lengkap / tidak
c. Kuku : pucat, kotor, panjang, biru / tidak
15. Abdomen (perut)
a. Membesar / tidak
b. Nyeri tekan / tidak
c. Ada bekas operasi / tidak
d. ada bising usus / tidak
e. Bentuk pusar : cekung, datar (hernia umbilikalis)
f. Teraba tumor / tidak
16. Ekstimitas bawah (paha/kaki)
a. Simetris / tidak
b. Tibia baik / tidak, oedema ada / tidak, varises ada / tidak
c. Jari-jari kaki lengkap / tidak
d. Telapak kaki cekung / datar
17. Punggung
a. Alur tulang punggung simetris / tidak
b. Kifosis ada / tidak
c. Hiperlordosis ada / tidak
18. Genitalia ( alat kelamin ) dan anus
a. Genitalia laki-laki ( Saluran kencing lancar / tidak, testis lengkap / tidak, testis sudah
turun ke skrotum / belum, femosis ada / tidak )
b. Genetalia wanita (kebersihan, vagina bersih / tidak, labia minor / mayor sudah
menutup / belum, klistoris, uretra, vagina lengkap / tidak)
19. Pemeriksaan neurologi
a. reflek menghisap ada / tidak
b. Reflek menggenggam ada / tidak
c. Reflek morro ada / tidak
d. Reflek babinski ada / tidak
e. Reflek inkurvasi ada / tidak
20. Tingkat kesadaran
a. Pasien sadar / tidak
b. Pasien letargi / tidak
c. Pasien aktudansi / tidak
d. Pasien stupar / tidak
e. Pasien koma / tidak
16. Asuhan keperawatan bayi baru lahir yang berhubungan dengan masalah keperawatan
 Tidak efektifnya bersihan jalan nafas
 Hipotermia
Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan
1 Bersihan jalan Tupan : Latihan batuk efektif
nafas tidak Observasi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
efektif 1. Identifikasi kemampuan batuk .
selama 3x24 jam bersihan jalan napas
2. Monitor adanya retensi sputum .
meningkat
3. Monitor tanda dan gejala infeksi
saluran nafas.
Tupen : 4. Monitor input dan output
cairan (mis. Jumlah dan
Setelah dilakukan tindaka keperawatan
karakteristik).
selama 1x 24 jam bersihan jalan napas
meningkat dengan kriteria hasil :
Terapeutik.
Batuk efektif meningkat 1. Atur posisi semi-fowler/fowler.
a. Produksi sputum 2. Pasang perlak dan bengkok
menurun dipangkuan pasien.
3. Buang sekret pada tempat
b. Mengi menurun sputum.
c. Wheezing
menurun Edukasi.
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
d. Frekuensi napas
batuk efektif.
membaik
2. Anjurkan tarik nafas dalam
e. Pola napas melalui hidung selama 4 detik
membaik ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari mulut
dengan bibir memucu
(dibulatkan) selama 8 detik.
3. Anjurkan meluangi tarik
nafas dalam hingga 3 kali.
4. Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik nafas
dalam yang ketiga.

Kolaborasi.
1. Kolaborasi dengan tim
kesehatan lainnya untuk
pemberian terapi obat.

2 Hipotermia Tupan : Manajemen hipotermia


Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
selama 1x24 jam termoregulasi f. monitor suhu
tubuh
Tupen : g. identifikasi
Setelah dilakukan tindaka keperawatan penyebab
selama 8 jam termoregulasi membaik hipotermia
dengan kriteria hasil h. monitor tanda
gejala akibat
1. Mengingil menurun
hipotermia
2. Suhu tubuh membaik terapeutik
3. Suhu kulit membaik 1. sediakan lingkungan yang
hangat
2. ganti pakaian dan/atau linen
yang basah
3. lakukan penghangatan pasif
4. lakukan penghangatan aktif
5. lakukan penghangatan aktif
internal
edukasi
1. anjurkan makan/minum hangat

Anda mungkin juga menyukai