Oleh
Assyani Nursafitri – C.0105.19.002
Tiara Marsanda – C.0105.19.025
C. Tanda pasti
(Ummi Hani dkk, 2011;h.74-75) tanda pasti adalah tanda yang menunjukkan
langsung keberadaan janin, yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa. Tanda pasti
kehamilan terdiri atas hal-hal berikut ini ;
a) Gerakan janin dalam Rahim
Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh pemeriksa. Gerakan janin
baru dapat dirasakan pada usia kehamilan sekitar 20 minggu
b) Denyut jantung janin
Dapat didengarkan pada usia 12 minggu dengan menggunakan alat fetal
electocardiograf (misalnya dopler). Dengan stetoskop laenec, DJJ baru dapat
didengan pada usia kehamilan 18-20 minggu
c) Bagian-bagian janin
Bagian besar janin (kepala dan bokong) serta bagian kecil janin (lengan dan kaki)
dapat diraba dengan jelas pada usia kehamilan tua )trimester akhir). Bagian janin
ini dapat dilihat lebih semourna lagi menggunakan USG
d) Kerangka janin
Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG.
2. Adaptasi fisiologis
A. System reproduksi dan payudara
a) Vagina dan vulva
Akibat pengaruh hormone estrogen, vagina dan vulva mengalami perubahan juga.
Sampai minggu ke-8 terjadi hipervasikularisasi mengakibatkan vagina dan vulva
tampak lebih merah, agak kebiruan (lividae) tanda ini disebut tanda chatwick,
warna portio pun tampak lividae.
b) Serviks uteri
Serviks pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormone estrogen
c) Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bilan pertama di bawah pengaruh estrogen dan
progesteron.
d) Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum gravidatum, korpus
luteum fraviditatis berdiameter kira-kira 3 cm, kemudian mengecil setelah
plasenta terbentuk
e) Mamae
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon
somatomammotropin,estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan
air susu. Pada kehamilan akan terbentuk lemak sehingga mammae menjadi lebih
besar. Pada kehamilan 12 minggu keatas dari puting susu dapat keluar cairan
berwarna putih agak jernih disebut colostrum.
Ketika kehamilan berkembang terus, lambung dan usus digeser oleh uterus yang
membesar. Apendiks biasanya bergeser kearah atas dan agak kelateral dan
seringkali dapat mencapai pinggang kanan. Pada sekitar 15%- 20% wanita hamil,
herniasi bagian atas lambung (hiatus hernia) terjadi setelah bulan ketujuh atau
kedelapan kehamilan. Keadaan ini disebabkan pergeseran lambung keatas, yang
menyebabkan hiatus diafragma melebar. Kondisi ini lebih sering terjadi pada
wanita multipara, wanita yang gemuk, atau wanita yang lebih tua.
d) System urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih tertekan oleh uterus yang
mulai membesar, sehingga timbul sering kencing (berkemih). Frekuensi berkemih
yang meningkat juga akibat peningkatan aliran ginjal sampai 80% (Lescher,
2014)
Keadaan ini hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar
dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun
kebawah pintu atas panggul, keluhan sering kencing akan timbul lagi karena
kandung kemih mulai tertekan kembali. Disamping sering kencing, terdapat pula
poliuria. Poliuria disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah diginjal,
sehingga filtrasi di glumerulus juga meningkat sampai 69 %
e) System integument
Timbulnya kloasma gravidarum merupakan keluhan yang sering terjadi sejak
akhir bulan kedua. Perubahan pigmen tersebut akibat melanocyt stimulating
hormone (MSH) yang merupakan perangsangan estrogen dan progesterone.
Perubahan kulit timbul pada trimester II dan III karena melanocit yang
menyebabkan warna kulit lebih gelap. Stretch mark terjadi karena peregangan
kulit yang berlebihan, biasanya pada paha atas dan payudara akibat peregangan
kulit ini dapat menimbulkan rasa gatal. Stretch mark tidak dapat dicegah tapi
dapat diobati setelah persalinan.
f) System musculoskeletal
Perubahan tubuh secara bertahap dari peningkatan berat wanita hamil,
menyebabkan postur dan cara berjalan wanita berubah. Peningkatan distensi
abdomen yang membuat panggul miring ke depan, penurunan tonus otot perut,
dan peningkatan beban berat badan pada akhir kehamilan membutuhkan
penyesuaian ulang (realignment) kurvatura spinalis. Pusat gravitasi wanita
bergeser ke depan.
Berat uterus dan isinya menyebabkan perubahan pada titik pusat gravitasi dan
garis bentuk tubuh. Lengkung tulang belakang akan berubah bentuk untuk
mengimbangi pembesaran abdomen. Menjelang akhir kehamilan banyak wanita
yang memperlihatkan postur tubuh yang khas (lordosis). Demikian pula pada
jaringan ikat dan persendian panggul akan melunak dalam mempersiapkan
persalinan.
Sikap tubuh lordosis merupakan keadaan yang khas karena kompensasi posisi
uterus yang membesar dan menggeser daya berat ke belakang lebih tampak pada
masa trimester III yang menyebabkan rasa sakit bagian tubuh belakang karena
meningkatnya beban berat dari bayi dalam kandungan yang dapat mempengaruhi
postur tubuh. Bayi yang semakin membesar selama kehamilan meningkatkan
tekanan pada daerah kaki dan pergelangan kaki ibu hamil dan dapat
mengakibatkan edema pada tangan yang disebabkan oleh perubahan hormonal
akibat retesi cairan.
Selama trimester terakhir kehamilan, rasa pegal, mati rasa, dan lemah kadang kala
dialami pada anggota tubuh bagian atas sebagai akibat lordosis yang besar dengan
fleksi anterior leher dan merosotnya lingkar bahu, yang akan menimbulkan traksi
pada nervus ulnaris dan medianus.
g) System endokrin dan nutrisi maternal
Selama minggu-minggu pertama, korpus luteum dalam ovarium menghasilkan
estrogen dan progesteron. Estrogen merupakan faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan fetus, pertumbuhan payudara, retensi air dan natrium serta
pelepasan hormon hipofise. Progesteron mempengaruhi tubuh ibu melalui
relaksasi otot polos, relaksasi jaringan ikat, kenaikan suhu, pengembangan duktus
laktiferus dan alveoli serta perubahan sekretorik dalam payudara.
Area yang sedang terjadi peradangan ini mendominasi Rahim pada 12 minggu
pertama kehamilan. Selama 15 minggu berikutnya, jainin bisa berkembang
dengan cepat. Beberapa sel janin memperlihatkan tanda yang jelas pada
permukaan sel atau antigen. Dalam keadaan normal, system kekebalan tubuh ibu
akan mengenali hal ini sebagai zat asing di dalam rahimnya dan menyerang sel-
selnya.
Regulatori T cells (Tregs) yang merupakan bentuk khusus sel darah putih yang
mendukung daerah abti-peradangan di Rahim ibu secara aktif akan melinsungi sel
janin tersebut. Pada tahap akhir kehamilan, system kekebalan tubuh beralih
kembali ke keadaan pro-peradangan.
3. Adaptasi psikologis
a) Penerimaan kehamilan
Banyak wanita hamil yang mengalami kesulitan dalam penerimaan semua perubahan
yang terjadi pada tubuhnya selama kehamilan, walaupun perubahan fisik dan
emosional tersebut dianggap hal yang biasa dialami oleh wanita selama masa
kehamilan. Keterlibatan penerimaan diri akan kehamilan mempengaruhi ibu akan
kecemasan yang dialaminya (Detiana, 2010)
b) Kesiapan dalam kehamilan
Kesiapan ibu dalam menghadapi kehamilan sangat bermanfaat untuk mencegah
malnutrisi, mengurangi stress, menyiapkan tubuh pada perubahan-perubahan pada
saat kehamilan, dan mencegah obesitas, mengurangi risiko keguguran, persalinan
premature, berap bayi lahir rendah, dan kematian janin mendadak dan mencegan efek
dari kodisi kesehatan yang bermasalah pada saat kehamilan (Chandranipapongse &
Koren 2013).
Selama masa kehamilan ibu hamil ditunut untuk selalu dalam keadaan sehat dan
prima, karena persyaratan utama yang harus dipenuhi agar bayi lahir sehat adalah
menjag dan merawat kesehatan kandungan (Prasetyo)
c) Respon emosional
Perubahan emosional trimester I (Penyesuaian) ialah penurunan kemauan seksual
karena letih dan mual, perubahan suasana hati seperti depresi atau khawatir, ibu mulai
berpikir mengenai bayi dan kesejahteraannya dan kekhawatiran pada bentuk
penampilan diri yang kurang menarik, dan menurunnya aktifitas seksual.
Perubahan emosional trimester II (Kesehatan yang baik) terjadi pada bulan kelima
kehamilan terasa nyata karena bayi sudah mulai bergerak sehingga ibu mulai
memperhatikan bayi dan memikirkan apakah bayinya akan dilahirkan sehat. Rasa
cemas pada ibu hamil akan terus meningkat seiring bertambah usia kehamilannya.
Bagi ibu hamil yang tidak dapat menerima perubahan fisik selama kehamilannya,
mereka akan merasa takut apabila bentuk tubuhnya semakin jelek. Wanita akan
kehilangan kendali karena tidak dapat mengatur berat tubuhnya lagi seperti sebelum
hamil. Selain itu, wanita memiliki kecemasan tersendiri apabila bentuk tubuhnya
tidak dapat kembali lagi pada bentuk dan berat badan yang ideal seperti saat sebelum
hamil.
e) Membina hubungan dengan pasangan
Pada masa kehamilan dukungan sosial dari suami dangat diperlukan oleh ibu hamil,
agar ibu hamil menjadi bahagia dan menghayati masa kehamilannya dengan tenang
sehingga ibu dapat termotivasi menjaga kesehatan selama kehamilan. Menurut House
dan Khan (dalam Mujiadi, 2004) dukungan sosial mampu menolong individu
mengurangi pengaruh yang merugikan dan dapat mempertahankan diri dari pengaruh
negative.
f) Ambivalensi selama kehamilan
Perasaan ambivalen sering muncul saat masa kehamilan trimester pertama. Perasaan
ambivalen wanita hamil berhubungan dengan kecemasan terhadap perubahan selama
masa kehamilan, rasa tanggung jawab, takut atas kemampuannya menjadi orang tua,
sikap penerimaan keluarga, masyarakat, dan masalah keuangan. Perasaan ambivalen
akan berakhir seiring dengan adanya sikap penerimaan terhadap kehamilan.
Hubungan ibu dan anak akan diperkuat ketika ibu memberikan ASI-nya kepada sang
bayi, maka ikatan batin akan semakin kuat. Bahkan penelitian terdahulu menemukan
bahwa hormone oksitosin yang diproduksi ibu ketika menyusui mampu menguatkan
ikatan antara ibu dan anak.
Keberhasilan dalam hubungan dan ikatan batin antara bayi dan ibunya dapat
dipengaruhi oleh : pendidikan, pengetahuan, respon ayah dan keluarga, pembentukan
kebiasaan, pemantauan berat badan , sibling rivalry. (Bahiyatun , 2008). Hubungan
antara ibu dan anak yang berlandasan ikatan kasih sayang harus sudah terjalin.
Peran ayah dapat dimulai selagi kehamilan istri membesar dan semakin kuat saat bayi
dilahirkan. Pada periode awal seorang ayah harus mengenali hubungannya dengan anak,
istri, dan anggota keluarga lainnya. Periode berikutnya ayah dapat mencerminkan suatu
waktu untuk bersama-sama membangun kesatuan keluarga, periode waktu berkonsolidasi
ini meliputi peran negosiasi (suami istri, ibu-ayah, orang tua-anak, saudara) untuk
menetapkan komitmen. Periode ini berlangsung akan membutuhkan waktu
5. Identifikasi penyebab timbulnya ketidaknyamanan pada TM I, TM II, TM III
Trimester I
o Kram perut bagian bawah
o Mual muntah
o Rasa nyeri di payudara
o Merasakan gerah dan letih
o Perubahan suasana hati
o Kembung dan sembelit
o Sering buang air kecil
Trimester II
o Kram pada kaki
o Nyeri ulu hati dan sendawa
o Nyeri pinggang dan pergelangan tangan
o Anemia
Trimester III
o Kaki yang membengkak
o Detak jantung meningkat dan sesak napas
o Mengalami wasir
o Terjadinya kontraksi palsu perubahan warna kulit
o Muncul varises
o
6. Identifikasi terhadap risiko tinggi kehamilan
a. Pengertian
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya
dan komplikasi yang lebih besar baik pada ibu maupun pada janin dalam kandungan
dan dapat menyebabkan kematian, kesakitan, kecacatan, ketidak nyamanan dan
ketidak puasan. Kehamilan risiko tinggi dengan jumlah skor 6 - 10, adanya satu atau
lebih penyebab masalah pada kehamilan, baik dari pihak ibu maupun bayi dalam
kandungan yang memberi dampak kurang menguntungkan baik bagi ibu atau calon
bayi. Kategori KRT memiliki risiko kegawatan tetapi tidak darurat
b. Batasan faktor risiko
a) Ada Potensi Gawat Obstetri (APGO) merupakan banyak faktor atau kriteria –
kriteria risiko kehamilan. Ibu hamil primi muda, primi tua, primi tua sekunder,
anak terkecil ≤ 2 tahun, Tinggi Badan (TB) ≤ 145 cm, riwayat penyakit,
kehamilan hidramnion dan riwayat tindakan ini merupakan faktor fisik pertama
yang menyebabkan ibu hamil berisiko.
b) Ada Gawat Darurat Obstetri / AGDO Adanya ancaman nyawa ibu dan bayi yaitu
perdarahan antepartum, dan pre-eklasmi atau eklamsi.
c. Faktor penyebab terjadi risiko tinggi
a) Faktor non medis
Faktor non medis penyebab terjadinya kehamilan risiko tinggi yaitu kemiskinan,
ketidaktahuan, pendidikan rendah, adat istiadat, tradisi, kepercayaan, status gizi,
sosial ekonomi yang rendah, kebersihan lingkungan, kesadaran untuk
memeriksakan kehamilan secara teratur, fasilitas dan saranan kesehatan yang
serba kekurangan.
b) Faktor medis
Penyakit ibu dan janin, kelainan obstetrik, gangguan plasenta, gangguan tali
pusat, komplikasi janin, penyakit neonatus dan kelainan genetic.
d. Pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tingkat kesehatan ibu hamil. Hal
ini disebabkan karena biaya penghidupan yang tinggi sehingga ibu hamil harus
menyediakan dana yang diperlukan. Menurut Tinker dan Koblinsky (1994),
timbulnya masalah gizi pada ibu hamil dengan kejadian KEK, tidak terlepas dari
keadaan sosial, ekonomi, dan sosial dari ibu hamil dan keluarganya seperti tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan, konsumsipangan, umur, paritas, dan sebagainya.
Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui resiko
Kurang Energi Kronis (KEK) Wanita Usia Subur (WUS). Pengukuran LILA tidak
dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek.
Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk tujuan penapisan
status gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK adalah ibu hamil yang
mempunyai ukuran LILA <23,5 cm (SKRT 2001). Deteksi KEK dengan ukuran
LILA yang rendahh mencerminkan kekuarangan energy dan protein dalam intake
makanan sehari-hari yang biasanya diiringi dengan kekurangan zat gizi lain,
diantaranya besi. Dapat diasumsikan bahwa ibu hamil yang menderita KEK
berpeluang untuk menderita anemia
e. Antenatal Care (ANC)
Kunjungan antenatal care bagi ibu hamil normal direkomendasikan untuk mendapat
pelayanan antenatal minimal empat kali kunjungan selama kehamilan. Satu kali pada
trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga.
Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang
memberikan pelayanan antenatal standar untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan.
Faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan kunjungan ibu hamil yaitu
pengetahuan, sikap negatif
7. Adaptasi sibling
Sibling rivalry (Persaingan antar saudara) yang dimaksud disini kompetisi antara saudara
kandung untuk mendapatkan cinta kasih dan perhatian dari satu atau kedua orang tuanya,
atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih (Lusa, 2010). Sibling Rivalry
adalah persaingan dengan saudara kandung yaitu perasaan cemburu atau benci yang pada
umumnya terjadi pada anak karena adanya saudara kandung (Nursalam, 2008).
Jarak usia yang lazim memicu munculnya sibling rivalry adalah jarak antara usia 1-3
tahun dan muncul pada usia 3-5 tahun kemudian muncul kembali pada usia 8-12 tahun,
dan pada umumnya sibling rivalry lebih sering terjadi pada anak yang berjenis kelamin
sama dan khususnya perempuan (SetiawatidanZulkaida,2007) Menurut McNerney dan
Joy berdasarkan pengalaman yang diungkapkan beberapa orang Amerika dilaporkan 55%
mengalami kompetisi dalam keluarga dan umur antara 3- 5 tahun merupakan kategori
tertinggi (Asupah, 2008).
Sibling rivalry terjadi jika anak merasa mulai kehilangan kasih sayang dari orang tua dan
merasa bahwa saudara kandung adalah saingan dalam mendapatkan perhatian dan kasih
sayang dari orang tua (Setiawati, 2008). Persaingan antar saudara cenderung memuncak
ketika anak bungsu berusia 3 atau 4 tahun (woolfson , 2004) dalam ita listianti (2010).
Ciri khas yang sering muncul pada sibling rivalry , yaitu: egois, suka berkelahi, memiliki
kedekatan yang khusus dengan salah satu orang tua, mengalami gangguan tidur,
kebiasaan menggigit kuku, hiperaktif, suka merusak, dan menuntut perhatian lebih
banyak (sains, 2009) dalam ita listianti (2010).
Terdapat dua macam reaksi sibling rivalry, secara langsung yaitu biasanya berupa
perilaku agresif seperti memukul, mencubit atau bahkan menendang (setiawati, 2008).
Reaksi lainnya adalah reaksi tidak langsung seperti, munculnya kenakalan, rewel,
mengompol atau pura-pura sakit (setiawati, 2008)
Sibling rivalry dapat teratasi jika orang tua dapat memberikan perhatian dan bersikap adil
dan menunjukkan perilaku yang baik terhadap anak-anak. Hindari tekanan untuk selalu
mengalah dan mendahulukan adik barunya Ajarkan kakak mengenai cara berinteraksi
dengan adik, apa yang bisa dilakukan dan bagaimana cara menunjukkan kasih sayang
pada adik misalnya dengan mencium dan memegang tangan adik. Kesabaran dan
keuletan serta contoh-contoh yang baik dari perilaku orang tua yang yang memberi
bimbingan, pendidikan orang tua sehari-hari dengan mengajarkan hal-hal yang positif
dan memberikan kebutuhan yang tepat sesuai dengan apa yang diperlukan anak dapat
meminimalkan terjadinya sibling rivalry
8. Persiapan kehamilan
a. Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan sangat penting bagi calon ibu sebelum hamil. Masa ini disebut
prakonsepsi. Waktunya adalah antara 3 – 6 bulan sebelum hamil. Dengan demikian
calon ibu siap menerima kehadiran janin dan sehat selama kehamilannya.
Pemeriksaan kesehatan secara teratur termasuk pengobatan penyakit yang diderita
sebelum hamil sampai dinyatakan sembuh atau diperbolehkan hamil oleh dokter dan
dalam pengawasan. Pemeriksaan kesehatan ini juga bisa meliputi diantaranya :
a) Pemeriksaan Penyakit dan Virus :
Pemeriksaan virus rubella, sitomeglovirus, herpes, varicella zoster untuk
menghindari terjadinya kecacatan pada janin.
Pemeriksaan virus hepatitis dan virus HIV untuk menghindari diturunkan
penyakit akibat virus-virus tersebut kepada janin.
Pemeriksaan penyakit toksoplasmosis, karena penyakit ini dapat
menyebabkan kecacatan dan keguguran.
Pemeriksaan penyakit seksual menular karena hal ini dapat menyebabkan
kematian ibu, janin, maupun bayi yang akan dilahirkan. Selain itu juga
dilakukan pemeriksaan terhadap penyakit yang sedang diderita seperti
asthma, diabetes mellitus dan jantung. Pada Wanita hamil penyakit-
penyakit seperti ini dapat, bertambah berat dan membahayakan jika tidak
dilakukan perawatan dan pengobatan yang teratur. Untuk menghindari
kondisi yang membahayakan, dokter biasanya akan memantau pasiennya
dan menentukan kapan waktu yang paling tepat untuk hamil
Pemeriksaan penyakit akibat kekurangan zat-zat tertentu seperti
kekurangan zat besi. kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia. Hal
ini dapat menyebabkan kelahiran prematur dan keguguran.
b) Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan golongan darah dan rhesus/Rh darah (unsur yang mempengaruhi
antibodi yang terkandung di dalam sel darah merah) pada pasangan suami isteri
dilakukan untuk mengantisipasi perbedaan golongan darah dan rhesus antara
darah ibu dan bayinya. Perbedaan golongan darah dan rhesus darah ini dapat
mengancam janin dalam kandungan
c) Pemeriksaan Faktor Genetika
Inti dari pemeriksaan atau tes genetika ini adalah untuk mengetahui penyakit dan
cacat bawaan yang mungkin akan dialami bayi akibat secara genetis dari salah
satu atau kedua orangtuanya. Khususnya apabila pasangan suami isteri masih
terkait hubungan persaudaraan. Tes ini idealnya dilakukan sebelum kehamilan
untuk mendapatkan informasi yang selengkap-lengkapnya. Jikalau diperlukan,
anda harus mengumpulkan suluruh catatan-catatan medis yang dimiliki oleh pihak
suami maupun isteri, termasuk keluarga. Sehingga jika telah diketahui data medis
secara lengkap, dapat diketahui secara dini apabila memang ada kelainan pada
janin atau calon orang tua, sehingga bisa membuat keputusan yang lebih bijak.
b. Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh
Fisik seorang wanita sehat saat akan hamil dan pada waktu hamil diharapkan tidak
terlalu gemuk maupun tidak terlalu kurus alias normal. Berusaha untuk menurunkan
berat badan bila obesitas (kegemukan) dan menambah berat badan bila terlalu kurus.
Anda bisa berkonsultasi dengan bidan dan dokter untuk dilakukan penilaian BMI atau
indeks massa tubuh. Untuk menemukan berat tubuh yang ideal juga harus dengan
memperhitungkan faktor tinggi badan. Berat badan ideal dapat dihitung dengan
menggunakan rumus 90% dikali dengan (tinggi badan seseorang lalu dikurangi 100).
Namun, apabila tinggi badan perempuan tersebut kurang dari 150 sentimeter, maka
rumusnya tinggi badannya dikurangi 100.
Berat badan yang sehat membantu pembuahan dan kehamilan membuat lebih
nyaman. Diet penurunan berat badan harus benar-benar dikontrol agar dapat aman
selama kehamilan, terutama disarankan untuk wanita yang mengalami kelebihan berat
badan serius, tetapi harus disertai dengan selalu berkonsultasi dengan dokter Anda
yang mungkin menyarankan rujukan ke ahli gizi. Berat badan kurang bisa membuat
Anda kurang subur, orang terlalu kurus karena kekurangan lemak yang dapat
mendukung. Sementara kelebihan berat badan menempatkan Anda pada risiko lebih
besar untuk mengalami komplikasi, seperti tekanan darah tinggi dan diabetes selama
kehamilan. Ada juga risiko tinggi komplikasi selama persalinan dan kelahiran dan
orang yang terlalu gemuk akan mengalami proses ovulasi tidak teratur.
c. Menghentikan kebiasaan buruk
Misalnya perokok berat, morfinis, pecandu narkotika dan obat terlarang lainnya,
kecanduan alkohol, gaya hidup dengan perilaku seks bebas.
d. Meningkatkan asupan makanan bergizi
Persiapan kehamilan sehat memang sangat penting terkait dengan makanan dan
nutrisi yang Anda konsumsi. Memperbanyak konsumsi buah dan sayuran merupakan
salah satu solusi. Sebaliknya, hindari makanan yang mengandung zat-zat aditif seperti
penyedap, pengawet, pewarna dan sejenisnya. Kandungan radikal bebas dari zat aditif
tersebut dapat memicu terjadinya mutasi genetik pada anak sehingga menyebabkan
kelainan fisik, cacat dan sejenisnya.
Saat terjadi pembuahan, janin sudah terekpos apa yang dimakan ibu sejak dua mingu
sebelumnya. Pilih makanan sehat, dan memperhatikan asupan makanan yang
mendukung pembentukan janin sehat. Sebaiknya konsumsi makanan yang
mengandung :
a) Protein, meningkatkan produksi sperma. Makanlah telur, ikan, daging, tahu
dan tempe.
b) Asam folat, penting bagi calon bunda sejak prakonsepsi sampai kehamilan
trimester pertama. Berperan dalam perkembangan system saraf pusat dan
darah janin, cukup asam folat mengurangi risiko bayi lahir dengan cacat
sistem saraf sebanyak 70%. Makanlah sayuran hijau tua, jeruk, avokad, hati
sapi, kedelai, tempe, dan serealia. Minum 400 mikrogram asam folat setiap
hari, jika seorang wanita memiliki kadar asam folat yang cukup setidaknya 1
bulan sebelum dan selama kehamilan, dapat membantu mencegah kecacatan
pada otak dan tulang belakang bayi. Asam folat dapat diperoleh melalui
makanan, seperti sayuran berwarna hijau tua (bayam, sawi hijau, caisim mini),
asparagus, brokoli, papaya, jeruk, stroberi, rasberi, kacang-kacangan, alpukat,
okra, kembang kol, seledri, wortel, buah bit, dan jagung. Sebagian susu untuk
ibu hamil pun mengandung asam folat cukup tinggi, sehingga dapat
membantu memenuhi kebutuhan Ibu. Ibu dapat memilih susu untuk ibu hamil
yang rasanya enak untuk mengurangi rasa mual, serta tentu merupakan produk
yang berkualitas tinggi.
c) Konsumsi berbagai Vitamin
Vitamin A. Berperan cukup penting dalam produksi sperma yang
sehat. Terdapat pada hati, mentega, margarin, telur, susu, ikan
berlemak, brokoli, wortel, bayam, dan tomat.
Vitamin D. Kekurangan vitamin D akan menurunkan tingkat
kesuburan hingga 75%. Sumber vitamin D diproduksi di dalam tubuh
dengan bantuan sinar matahari, selain itu dapat pula diperoleh dari
telur, susu, hati, minyak ikan, ikan tuna, margarin, dan ikan salmon.
Vitamin E. Vitamin E dapat meningkatkan kemampuan sperma
membuahi sel telur dan mencegah keguguran karena perannya dalam
menjaga kesehatan dinding rahim dan plasenta. Banyak terdapat pada
minyak tumbuh-tumbuhan, bekatul gandum, dan kecambah atau tauge.
Vitamin B6. Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan hormon, padahal keseimbangan hormon estrogen
dan progesteron penting untuk terjadinya kehamilan. Sumber vitamin
B6 antara lain ayam, ikan, beras merah, kacang kedelai, kacang tanah,
pisang, dan sayur kol.
Vitamin C. Pada wanita, vitamin C berperan penting untuk fungsi
indung telur dan pembentukan sel telur. Selain itu, sebagai antioksidan
(bekerjasama dengan vitamin E dan beta karoten) vitamin C berperan
melindungi sel-sel organ tubuh dari serangan radikal bebas (oksidan)
yang mempengaruhi kesehatan sistem reproduksi . Vitamin C banyak
terdapat pada jambu biji, jeruk, stroberi, pepaya, mangga, sawi, tomat,
dan cabai merah.
d) Cukupi zat seng.
Berperan penting dalam pertumbuhan organ seks dan juga pembentukan
sperma yang sehat. Bagi calon Bunda, seng membantu produksi materi
generatik ketika pembuahan terjadi. Bagi calon ayah, melancarkan
pembentukan sperma. Sumber seng antara lain makanan hasil laut/seafood
(seperti lobster, ikan, daging kepiting, ed.), daging, kacang-kacangan (kacang
mete dan almond), biji-bijian (biji labu dan bunga matahari, ed), serta produk
olahan susu.
e) Cukupi zat besi.
Kekurangan zat besi membuat siklus ovulasi (pelepasan sel telur) bunda
tergangu. Makanan atau multivitamin yang mengandung zat besi akan
membantu dalam persiapan kehamilan dan menghindari anemia yang sering
kali dikeluhkan oleh ibu hamil. Sumbernya: hati, daging merah, kuning telur,
sayuran hijau, jeruk, dan serealia yang diperkaya zat besi.
f) Fosfor.
Jika kekurangan, menurunkan kualitas sperma calon ayah. Ada di susu, dan
ikan teri.
g) Selenium (Se).
Berperan penting dalam produksi sperma yang sehat. Gejala kekurangan
selenium antara lain tekanan darah tinggi, disfungsi seksual dan
ketidaksuburan. Sumber selenium antara lain adalah beras, bawang putih,
kuning telur, seafood, jamur, dan semangka.
h) Kurangi konsumsi kandungan makanan yang berminyak.
Sebaiknya anda menggantinya dengan minyak zaitun. Kandungan asam lemak
yang terkandung di dalam minyak zaitun bermanfaat untuk kesehatan jantung,
tubuh, serta level kolestrol sehingga menyeimbangkan endokrin yang sehat.
i) Kalori Ekstra.
Perhatikan pula kebutuhan kalori ekstra yang dapat menunjang kehamilan
anda.Anda dapat mempersiapkannya sebelum kehamilan dengan
mendapatkannya dari berbagai jenis makanan seperti sereal, nasi, roti dan
pasta. Kalori bermanfaat untuk menyokong perubahan tubuh ibu selama
kehamilan.
j) Membatasi Kafein.
Batasi konsumsi kopi dan teh dikarenakan mengandung kafein yang dapat
memperburuk kesehatan menjelang persiapan kehamilan. Rekomendasi dari
pakar kesehatan bahwa mengawali kehamilan dapat dilakukan dengan batas
mengkonsumsi kafein sebanyak 200 miligram, hal ini juga dapat dibatasi
sampai kehamilan.
e. Persiapan secara psikologis dan mental
agar kehamilan yang akan dijalani tidak menimbulkan ketegangan. Hindari hal – hal
yang akan memberi pengaruh buruk dalam keseimbangan hormonal. Misalnya
tekanan psikis dalam rumah tangga, kehamilan yang menjadi beban misalnya tuntutan
keluarga untuk mendapat jenis kelamin tertentu pada anak pertama, masalah ekonomi
keluarga, kekerasaan dalam rumah tangga dan sebagainya. Bagi yang pernah
mengalami keguguran sebelumnya dan berniat ingin hamil lagi, berusahalah untuk
mengurangi kecemasan akibat pengalaman traumatis kehamilan yang lalu. Tetap
berpikir positif dalam segala hal agar kehamilan yang akan dijalani dapat berlangsung
baik.
f. Perencanaan financial/keuangan yang matang untuk persiapan pemeliharaan
kesehatan dan persiapan menghadapi kehamilan dan persalinan. Masalah ini menjadi
salah satu faktor penting karena timbulnya ketegangan psikis serta tidak terpenuhinya
kebutuhan gizi yang baik pada saat kehamilan tak jarang timbul akibat ketidaksiapan
pasangan dalam hal financial/keuangan.
g. Jangan malu bertanya dan berkonsultasi dengan dokter atau bidan dan tenaga
kesehatan lainnya bila menemukan masalah atau kesulitan dalam upaya persiapan
kehamilan, misalnya kesulitan untuk melepaskan kecanduan obat, atau perilaku buruk
yang berkaitan dengan gangguan psikologis. Manfaat konseling ini agar dokter atau
bidan akan melakukan rujukan pada ahli psikologi atau psikiatri bila diperlukan.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Sarwono, 2010).
Jarak usia yang lazim memicu munculnya sibling rivalry adalah jarak antara usia 1-3
tahun dan muncul pada usia 3-5 tahun kemudian muncul kembali pada usia 8-12
tahun, dan pada umumnya sibling rivalry lebih sering terjadi pada anak yang berjenis
kelamin sama dan khususnya perempuan (SetiawatidanZulkaida,2007) Menurut
McNerney dan Joy berdasarkan pengalaman yang diungkapkan beberapa orang
Amerika dilaporkan 55% mengalami kompetisi dalam keluarga dan umur antara 3- 5
tahun merupakan kategori tertinggi (Asupah, 2008).
Sibling rivalry terjadi jika anak merasa mulai kehilangan kasih sayang dari orang tua
dan merasa bahwa saudara kandung adalah saingan dalam mendapatkan perhatian dan
kasih sayang dari orang tua (Setiawati, 2008). Persaingan antar saudara cenderung
memuncak ketika anak bungsu berusia 3 atau 4 tahun (woolfson , 2004) dalam ita
listianti (2010). Ciri khas yang sering muncul pada sibling rivalry , yaitu: egois, suka
berkelahi, memiliki kedekatan yang khusus dengan salah satu orang tua, mengalami
gangguan tidur, kebiasaan menggigit kuku, hiperaktif, suka merusak, dan menuntut
perhatian lebih banyak (sains, 2009) dalam ita listianti (2010).
Terdapat dua macam reaksi sibling rivalry, secara langsung yaitu biasanya berupa
perilaku agresif seperti memukul, mencubit atau bahkan menendang (setiawati, 2008).
Reaksi lainnya adalah reaksi tidak langsung seperti, munculnya kenakalan, rewel,
mengompol atau pura-pura sakit (setiawati, 2008)
Sibling rivalry dapat teratasi jika orang tua dapat memberikan perhatian dan bersikap
adil dan menunjukkan perilaku yang baik terhadap anak-anak. Hindari tekanan untuk
selalu mengalah dan mendahulukan adik barunya Ajarkan kakak mengenai cara
berinteraksi dengan adik, apa yang bisa dilakukan dan bagaimana cara menunjukkan
kasih sayang pada adik misalnya dengan mencium dan memegang tangan adik.
Kesabaran dan keuletan serta contoh-contoh yang baik dari perilaku orang tua yang
yang memberi bimbingan, pendidikan orang tua sehari-hari dengan mengajarkan hal-
hal yang positif dan memberikan kebutuhan yang tepat sesuai dengan apa yang
diperlukan anak dapat meminimalkan terjadinya sibling rivalry
Kedua teknik relaksasi tersebut dapat dilakukan secara berurutan, yaitu dengan
melakukan teknik relaksasi pernapasan terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan teknik
relaksasi otot. Teknik relaksasi juga dapat dilakukan secara rutin untuk mengatasi
kecemasan, misalnya sebelum beraktivitas, sebelum tidur, atau bahkan di sela-sela
aktivitas.
Jika kedua teknik relaksasi tersebut tidak dapat meredakan kecemasan atau jika
kecemasan yang Anda rasakan sudah mengganggu aktivitas, jangan ragu untuk
berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater agar dapat diberikan penanganan secara
khusus.
6. Menjelaskan pengkajian fetal
Tekhnik mentoring : Auskultasi, DJJ, Elektronik fetalmonitoring
1. Auskultasi DJJ Dapat digunakan alat ultrasound stethoscope / Doppler. Djj bisa
terdengar dengan alat ini antara usia kehamilan 10-12 minggu. Normal frekuensi
DJJ adalah 120-160x/menit dan harus dibedakandengan denyut nadi ibu.
Non Stress Test
Cara pemeriksaan janin dengan menggunakan kardiotokgrafi, pada umur kehamilan
lebih dari 32 minggu. Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud melihat hubungan
perubahan denyut jantung dengan gerakan janin. Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik
pada saat kehamilan maupun persalinan.
Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) Adalah suatu pemeriksaan yang menggunakan gelombang
ultrasonik untuk mendapatkan gambaran dari janin, palsenta, dan uterus.
Secara umum USG digunakan untuk menilai:
1. Taksiran usia kehamilan
2. Lokasi plasenta
3. Pengawasan pertumbuhan dan pergerakan janin
4. Deteksi kehamilan ganda
5. Identifikasi kelainan bawaan
Menilai keadaan/ukuran panggul dalamSelama trimester I, USG dapat digunakan
untuk:
1. Mengkaji usia kehamilan
2. Mengevaluasi diagnosis pendarahan pervaginam
3. Memastikan dugaan kehamilan kembar
4. Mengevaluasi pertumbuhan janin.
5. Mengevaluasi massa pelvic
Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
(mis. piramida makanan)
3. Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, jika
perlu
7. Hentikan pemberian makan melalui
selang nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
2 Hypovolemia Tupan : Manajemen hypovolemia
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan 3x24 jam 1. Periksa tanda dan gejala
diharapkan, keseimbangan hypovolemia
cairan meningkat 2. Monitor intake dan output
cairan Terapeutik
Tupen : 1. Hitung kebutuhan cairan
Setelah dilakukan tindakan 2. Berikan posisi
keperawatan 1x24 jam modified Trendelenburg
diharapkan keseimbangan cairan 3. Berikan asupan cairan oral
meningkat dengan kriteria hasil Edukasi
1. Asupan cairan meningkat 1. Anjurkan memperbanyak cairan oral
2. Keluaran urine 2. Anjurkan menghindari perubahan
meningkat posisi mendadak
3. Edema menurun Kolaborasi
4. Dehidrasi menurun
1. Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis
2. Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis
3 Gangguan Tupan : Dukungan perawatan diri : BAB/BAK
eliminasi urine Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan 3x24 jam 1. Identifikasi kebiasaan BAB/BAK
diharapkan, eliminasi urine sesuai usia
membaik 2. Monitor integritas kulit pasien
Terapeutik
Tupen : 1. Latih BAB/BAK sesuai jadwal
Setelah dilakukan tindakan Edukasi
keperawatan 1x24 jam 1. Anjurkan BAB/BAK secara rutin
diharapkan eliminasi urine 2. Anjurkan ke kamar mandi/toilet
membaik dengan kriteria hasil
1. Frekuensi BAK
membaik
2. Sensasi berkemih
meningkat
3. Desakan berkemih
menurun
4 Ansietas Tupan : Reduksi ansietas
Setelah dilakukan tindakan Observasi.
keperawatan 3x24 jam 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
diharapkan, harga diri meningkat berubah (mis. Kondisi, waktu,
stressor).
Tupen : 2. Identifikasi kemampuan mengambil
Setelah dilakukan tindakan keputusan.
keperawatan 1x24 jam 3. Monitor tanda tanda ansietas (verbal
diharapkan harga diri meningkat dan non verbal).
dengan kriteria hasil :
1. Penilaian diri positif Terapeutik.
meningkat 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk
2. Perasasaan memiliki menumbuhkan kepercayaan
meningkat 2. Dengarkan dengan penuh perhatian.
3. Penerimaan penilaian 3. Gunakan pendekatan yang tenang
postif terhadap diri dan meyakinkan
sendiri meningkat 4. Tempatkan barang pribadi yang
memberikan keyamanan.
5. Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan.
6. Diskusikan perencanaan realitas
tentang peristiwa yang akan datang.
Edukasi.
1. Jelaskan prosedur, termasuk sesuai
yang mungkin dialami.
2. Informasikan secara factual
mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis.
3. Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu.
4. Anjurkan mengungkakan perasaan
dan persepsi.
5. Latih teknik relasasi
Kolaborasi.
1. Kolaborasi dengan tim kesehatan
lain untuk pemberian obat anti
ansietas, jika perlu.
5 Nyeri Tupan : Manajemen nyeri
Observasi
Setelah dilakukan tindakan
1. identifikasi lokasi, karakteristik,
keperawatan selama 3x24 jam
durasi, frekuensi, identitas nyeri dan
tingkat nyeri menurun
skala nyeri
b. Terapeutik
1) Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan
alat bantu (mis. Pagar tempat tidur)
Edukasi
1. Anjurkan melakukan perawatan
diri secara konsisten sesuai
kemampuan
11. Asuhan keperawatan persalinan normal kala II yang berhubungan dengan masalah
keperawatan
Kelelahan
Nyeri
Koping individu tidak efektif
Kurangnya volume cairan
Resiko tinggi infeks
Rencana Keperawatan
12. Asuhan keperawatan persalinan normal kala III yang berhubungan dengan masalah
keperawatan
Resiko tinggi infeksi
Resiko tinggi injury
Resiko tinggi kurangnya volume cairan b.d perdarahan
Rencana Keperawatan
13. Asuhan keperawatan persalinan normal kala IV yang berhubungan dengan masalah
keperawatan masalah keperawatan
Resiko tinggi injury b.d kontraksi uterus lemah
Perubahan eliminasi urin
Kurangnya volume cairan
Nyeri b.d trauma perineum
Kelelahan b.d proses persalinan
Rencana keperawatan
No Diagnosa Tujuan
Keperawatan Intervensi
1 Risiko tinggi injury Tupan : Manajemen kesehatan kerja
b.d kontraksi Setelah dilakukan tindakan Observasi
uterus lemah keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifkasi faktor risiko penyakit dan
tingkat jatuh menurun kecelakaan kerja
2. Monitor kesehatan perkerja secara
Tupen : berkala
Setelah dilakukan tindaka Terapeutik
keperawatan selama 1x 24 jam 1. Gunakan labal atau tanda untuk zat
tingkat jatuh menurun dengan atau alat yang berbahaya bagi
kriteria hasil : kesehatan
5. Jatuh dari tempat tidur 2. Lakukan perawatan pada kondisi
menurun akut
Edukasi
6. Jatuh saat
1. Informasikan pekerja terkait zat atau
berdiri menurun
alat yang berbahaya bagi kesehatan
7. Jatuh saat duduk 2. Anjurkan tentang kesehatan dan
menurun modifikasi lingkungan kerja yang
8. Jatuh saat berjalan sehat
menurun Kolaborasi
1. Rujuk ke rumah sakit untuk
perawatan lanjut pada cedewa dan
penyakit akibat pekerjaan
2 Gangguan Tupan : Dukungan perawatan diri : BAB/BAK
eliminasi urine Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan 3x24 jam 1. Identifikasi kebiasaan BAB/BAK
diharapkan, eliminasi urine sesuai usia
membaik 2. Monitor integritas kulit pasien
Terapeutik
Tupen : 1. Latih BAB/BAK sesuai jadwal
Setelah dilakukan tindakan Edukasi
keperawatan 1x24 jam 1. Anjurkan BAB/BAK secara rutin
diharapkan eliminasi urine 2. Anjurkan ke kamar mandi/toilet
membaik dengan kriteria hasil
1. Frekuensi BAK
membaik
2. Sensasi berkemih
meningkat
3. Desakan berkemih
menurun
3 Kurang volume Tupan : Manajemen hypovolemia
cairan Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan 3x24 jam 1. Periksa tanda dan gejala
diharapkan, keseimbangan hypovolemia
cairan meningkat 2. Monitor intake dan output
cairan Terapeutik
Tupen : 1. Hitung kebutuhan cairan
Setelah dilakukan tindakan 2. Berikan posisi
keperawatan 1x24 jam modified Trendelenburg
diharapkan keseimbangan cairan 3. Berikan asupan cairan oral
meningkat dengan kriteria hasil Edukasi
1. Asupan cairan meningkat 1. Anjurkan memperbanyak cairan oral
2. Keluaran urine 2. Anjurkan menghindari perubahan
meningkat posisi mendadak
3. Edema menurun
Kolaborasi
4. Dehidrasi menurun
1. Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis
2. Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis
4 Nyeri b.d trauma Tupan : Manajemen nyeri
perineum Observasi
Setelah dilakukan tindakan
1. identifikasi lokasi, karakteristik,
keperawatan selama 3x24 jam
durasi, frekuensi, identitas nyeri dan
tingkat nyeri menurun
skala nyeri
Menurut Rohan (2013) Ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah lahir aterm antara 37 – 42
minggu, berat badan 2500 – 4000 gram, panjang lahir 48 – 52 cm. lingkar dada 30 – 38 cm,
lingkar kepala 33 – 35 cm, lingkar lengan 11 – 12 cm, frekuensi denyut jantung 120 – 160
kali/menit, kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup, rambut
lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku agak panjang dan
lemas, nilai APGAR >7, gerakan aktif, bayi langsung menangis kuat, genetalia pada laki-
laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan penis yang berlubang
sedangkan genetalia pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uterus yang
berlubang labia mayora menutup labia minora, refleks rooting (mencari putting susu)
terbentuk dengan baik, refleks sucking sudah terbentuk dengan baik, refleks grasping sudah
baik, eliminasi baik, urin dan meconium keluar dalam 24 jam pertama.
Kolaborasi.
1. Kolaborasi dengan tim
kesehatan lainnya untuk
pemberian terapi obat.