Anda di halaman 1dari 25

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Pengertian

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional kehamilan didefinisikan

sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum yang dilanjutkan

dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya

bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan

lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3

trimester, dimana trimester 1 berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15

minggu (minggu ke 13 hingga 27), dan trimester ketiga 13 minggu ( minggu ke

28 hingga 40 ) ( Prawirohardjo, 2010 )

Masa kehamilan dimulai dari hasil konsepsi sampai lahir janin. Lamanya

hamil normal adalah 280 hari ( 40 minggu 7 hari) dihitung dari haid pertama haid

terakhir ( Ani Asnari, 2009).

Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil

normal adalah 280 hari dari haid pertama haid terakhir. Kehamilan melibatkan

perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial di dalam

keluarga, pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan

menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun
10
kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya
11

bahwa kehamilan akan menjadi masalah. Untuk itu diperlukan suatu cara untuk

mendeteksi faktor-faktor resiko yang dapat terjadi baik dalam kehamilan maupun

persalinan. Salah satu caranya adalah dengan melakukan pemeriksaan kehamilan

bagi setiap ibu hamil atau biasa disebut dengan antenatal care ( Manuaba, 2006 )

2. Diagnosa pada Kehamilan

2.1 Tanda tidak Pasti Hamil

a. Amenorea (tidak haid)

Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de graaf

dan ovulasi. Oleh karena itu wanita harus mengetahui HPHT agar dapat dihitung

usia kehamilan dan tafsiran persalinan.

b. Mual muntah

Pengaruh estrogen dan progesterone menyebabkan  pengeluaran asam

lambung yang berlebihan menimbulkan mual dan muntah terutama pada pagi hari

yang disebut morrning sickness biasa terjadi pada trimester  pertama. Dalam

batas-batas tertentu keadaan ini masih fisiologis. Bila melampaui sering dapat

mengakibatkan gangguan kesehatan yang disebut dengan hiperemesis gravidarum

(Prawirahardjo, 2005).

c. Ngidam (Pica)

Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu), sering terjadi

pada bulan-bulan pertama akan tetapi akan menghilang dengan semakin tuanya

usia kehamilan (Prawirahardjo, 2005).


12

d. Pigmentasi kulit

Terjadi pada kehamilan 12 minggu keatas. Pada pipi, hidung dan dahi,

kadang-kadang tampak deposit pigmen yang berlebihan, dikenal sebagai kloasma

gravidarum. Areola mamae juga menjadi lebih hitam karena didapatkan deposit

pigmen yang berlebihan. Daerah leher menjadi lebih hitam dan linea alba. Hal ini

terjadi karena pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang merangsang kulit

e. Mamae Menegang

Mamae menjadi tegang dan membesar karena Pengaruh estrogen, yang

merasang duktuli dan alveoli di mamae. Glandula montgomery tampak lebih jelas

(Prawirahardjo, 2005).

f. Anoreksia

Terjadi pada bulan-bulan pertama, tetapi setelah itu nafsu makan akan timbul

lagi. Hendaknya dijaga jangan sampai salah pengertian makan untuk ”dua orang”

sehingga kenaikan berat badan tidak sesuai dengan tuanya kehamilan. Timbul

akibat pengaruh dari mual dan muntah

g. Sering Miksi

Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih capat terasa penuh.

Akan menghilang pada trimester II dan kembali muncul pada trimester III.
13

2.2 Tanda Kemungkinan Hamil

Ciri khas yang dipakai untuk menentukan adanya human chorionic

gonadotropin pada kehamilan muda adalah air kencing pertama pagi hari. Dengan

tes kehamilan tertentu air kencing pagi hari ini dapat membantu membuat

diagnosis kehamilan sedini-dininya (Prawirahardjo, 2005).

Perubahan pada uterus seperti :

1. Rahim membesar sesuai dengan usia kehamilan

2. Pada pemeriksaan dalam dijumpai:

1) Tanda Hegar: Hipertropi menyebabkan ishmus menjadi

panjang dan lunak

2) Tanda Chadwick: Vagina dan Vulva memerah agak Kebiruan.

3) Piscacheck: Uterus membesar ke salah satu sisi

4) Brakston Hiks: Bila uterus dirangsang maka akan Timbul

kontraksi yang ringan

5) Tanda ballotemen

2.3 Tanda Kehamilan Pasti

1. Pada ibu yang sedang dalam kondisi hamil dalam pemeriksaan melalui

USG terlihat adanya gambaran janin.

2. Janin dalam rahim

3. Terlihat atau teraba gerakan janin

4. Teraba bagian janin


14

5. Denyut Jantung Janin (DJJ)

1) Dapat didengarkan dengan stetoskop Laeneck pada UK 18-20

minggu.

2) Dapat didengar melalui Doppler pada UK 12 minggu.

3) Melalui Fetal Elecktro Kardiograph pada UK 12 minggu.

4) Melalui Funanduskop pada UK 16 minggu

5) DJJ terdengar 10 minggu dengan menggunakan dopler, dan 20

minggu dengan fetoskop pinard (Prawirohardjo, 2011).

3. Tanda Bahaya Kehamilan

Pada setiap kunjungan kehamilan bidan harus mengajarkan bagaimana

mengenal tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan menganjurkan untuk datang ke

klinik dengan segera jika ia mengalami tanda bahaya tersebut. Ada 6 Tanda

Bahaya pada kehamilan diantaranya:

3.1 Perdarahan pervaginam

Pada awal kehamilan perdarahan yang tidak normal adalah merah, perdarahan

banyak, atau perdarahan dengan nyeri ( berarti abortus, KET, mola hidatidosa).

Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak atau

sedikit, nyeri ( berarti plasenta previa dan solusio plasenta).

3.2 Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala

hebat yang menetap dan tidak hilang dengan istirahat. Kadang- kadang dengan
15

sakit kepala yang hebat tersebut, ibu akan menemukan bahwa penglihatannya

menjadi kabur dan berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah

gejala dari preeklampsi.

3.3 Pengelihatan kabur

Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah

perubahan visual mendadak, misalnya pandangan kabur atau berbayang.

3.4 Nyeri abdomen yang hebat

Nyeri yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa

berarti appendicitis, kehamilan ektopik, abortus, penyakit radang panggul,

persalinan preterm, gastritis, penyakit kantung empedu,abrupsi plasenta, infeksi

saluran kemih atau infeksi lain.

3.5 Bengkak pada muka dan tangan

Bengkak bisa meunjukan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan

tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik yang

lain. Hal ini merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau preeklampsia.

3.6 Bayi kurang bergerak seperti biasa

Ibu mulai merasakan gerakan bayinya pada bulan ke-5 atau ke-6, beberapa ibu

dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya akan

melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan
16

bayi akan lebih muda terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan

dan minum dengan baik.

Gejala dan tanda lain yang harus diwaspadai yaitu:

a. Muntah berlebihan yang berlangsung selama kehamilan

b. Disuria

c. Menggigil atau demam

d. Ketuban pecah dini atau sebelum waktunya

e. Uterus lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan yang

sesungguhnya ( Prawirohardjo, 2010 )

4. Kebutuhan Ibu Hamil

4.1 Nutrisi

Anjurkanlah wanita hamil makan yang secukupnya saja, cukup mengandung

protein hewani dan nabati, karena kebutuhan kalori selama kehamilan meningkat.

Kenaikan berat badan wanita hamil berkisar antara 6,5 – 16 kg selama kehamilan.

Bila berat badan tetap atau menurun, semua makan yang dianjurkan terutama

yang mengandung protein dan besi.Bila BB naik dari semestinya dianjurkan

mengurangi makanan yang mengadung karbohidrat, lemak jangan dikurangi

apalagi sayuran dan buah (kebidanan majalah,2013)

4.2. Kunjungan ulang

Pengawasan antenanatal memberi manfaat dengan ditemukannya berbagai

kelainan yang menyertai kehamilan secara dini sehingga dapat diperhitungkan dan
17

dipersiapkan langkah – langkah pertolongan persalinan.Ibu hamil dianjurkan

untuk melakukan pengawasan antenatal minimal sebanyak 4 kali, yaitu 1 kali

pada trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III.

4.3 Istirahat dan tidur

Jadwal istirahat dan tidur perlu diperhatikan lebih baik, karena istirahat

dan tidur secara teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk

perkembangan dan pertumbuhan janin.

4.4 Personal hygiene

Kebersihan badan mengurangi infeksi,puting susu harus dibersihkan kalau

terbasahi oleh kolostrum. Pearawatan gigi harus dilakukan karena gigi yang bersih

menjamin perncernaan yang sempurna.

4.5 Imunisasi

Pada masa kehamilan ibu hamil diharuskan melakukan imunisasi tetanus

toksoid. Gunanya pada antenatal dapat menurunkan kemungkinan kematian bayi

karena tetanus dan mencegah kematian ibu karena tetanus.

4.6 Persiapan persalinan dan laktasi

Salah satu persiapan persalinan adalah meningkatkan kesehatan optimal

dan segera dapat memberikan laktasi. Untuk mempersiapkan laktasi, perlu

dilakukan persiapan parawatan payudara untuk persiapan laktasi. Persiapan


18

mental dan fisik yang cukup membuat proses menyusui menjadi mudah dan

menyenangkan.

4.6 Support emosional

Ibu hamil membutuhkan dukungan emosional dari orang terdekat seperti

suami dan keluarga sehingga ibu mempunyai kesiapan dalam menghadapi

kehamilan dan persalinan (Kebidanan Majalah,2013)

B. Anemia Pada Ibu Hamil

1.Pengertian Anemia

Menurut World Health Organization (WHO) Anemia pada ibu hamil adalah

kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah < 11gr%.

Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam

sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi

fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan (Tarwoto, 2007).

Anemia adalah penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar

hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan

normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14g/dl dan eritrosit kurang dari 41%

pada pria maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita,

wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12g/dl dan eritrosit kurang

dari 37% maka wanita itu dikatakan anemia.


19

Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11g/dl pada

trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5g% pada trimester 2. Nilai batas tersebut terjadi

karena hemodilusi, terutama pada trimester 2( Prawirohardjo,2009 ).

Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia

atau Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan

dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan

tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan hemoglobin 19%.

Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu

dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu

(Wiknjosastro, 2005).

Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja

jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan.

C. Klasifikasi anemia dalam kehamilan dan penanganannya

Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar adalah sebagai berikut:

1. Anemia Defisiensi Besi ( 62,3%)

Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah.

Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan

dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.

Gejala dari anemia Defisiensi Besi ini berupa kepala pusing, berkunang-

kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neuromuskular, lesu,


20

lemas, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa. Bila kadar Hb < 7 gr/dl

maka gejala dan tanda akan semakin jelas

Dampak anemia defisiensi besi pada kehamilan yaitu meningkatkan frekuensi

komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Resiko kematian maternal, angka

prematuritas, BBLR, dan angka kematian perinatal meningkat.

Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800 mg.

Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta

serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa hemoglobin maternal.

Kurang lebih 200 mg lebih akan diekskresikan lewat usus, urin dan kulit.

Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi.

Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25

mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil

akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih

kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2003 ).

2. Anemia Megaloblastik

Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folat, jarang

sekali karena kekurangan vitamin B12.

Pengobatannya:

1. Asam folat 15 – 30 mg per hari

2. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari


21

3. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari

4. Kasus berat dengan transfusi darah

3. Anemia Hipoplastik

Adalah anemia yang disebabkan oleh fungsi organ sumsum tulang dalam

membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-

pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan fungsi eksternal

dan pemeriksaan retikulosi. Penyebab belum diketahui kecuali yang disebabkan

oleh infeksi berat (sepsis), keracunan dan sinar radiasi. Pengobatan dengan

transfusi darah.

4. Anemia Hemolitik

Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah

merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan

kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi

bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.

Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya.

Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat

penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi

hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini


22

5. Anemia Akibat Penyakit Kronik

Selama kehamilan, sejumlah penyakit kronik dapat menyababkan anemia.

Beberapa diantaranya adalah penyakit ginjal kronik,penyakit peradangan usus

(imflamentorry bowel desease). Anemia biasanya semakin berat sering dengan

meningkatnya volume plasma melebihi ekspansi massa sel darah merah.

6. Anemia Akibat Perdarahan Akut

Anemia akibat perdarahan yang baru terjadi lebih mungkin be` rmanifestasi

pada masa nifas. Solusio plasenta dan plasenta previa dapat menjadi sumber

perdarahan serius anemia sebelum atau setelah kelahiran. Pada awal kehamilan,

anemia akibat perdarahan sering terjadi pada kasus-kasus abortus, kehamilan

ektopik, dan mola hidatidosa. Perdarahan pasif membutuhkan penanganan segera

untuk memulihkan dan mempertahankan perfusi ke organ-organ vital. Untuk

wanita dengan anemia sedang yang hemoglobinnya lebih dari 7 gr/dl, kondisinya

stabil, tidak lagi menghadapi kemungkinan perdarahan serius, dan dapat berobat

jalan tanpa memperlihatkan keluhan, dan tidak demam, terapi besi selama

setidaknya 3 bulan merupakan terapi terbaik di bandingkan dengan transfusi

darah.

D. Kebutuhan Zat Besi pada Ibu Hamil

Menurut Depkes RI (2005), kebutuhan zat besi pada wanita hamil, yaitu

wanita memerlukan zat besi lebih dari laki-laki karena menstruasi dengan

perdarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan, dan kehilangan zat besi


23

sebesar 30 sampai 40 mg. Kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk

meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan

plasenta. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan

makin banyak kehilangan zat besi dan makin anemis. Sebagai gambaran berapa

banyak kebutuhan zat besi selama kehamilan, sebanyak 900 mg yaitu untuk

meningkatkan sel darah ibu : 500 mg Fe, terdapat dalam plasenta : 300 mg Fe,

Untuk darah janin : 100 mg Fe

Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras

persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan

berikutnya. Nutrisi yang terkait untuk Fe atau tambah darah selama kehamilan

yaitu 90 tablet.

E. Gejala Anemia Pada Ibu Hamil

Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing,

mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia),

konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah

lebih hebat pada hamil muda ( Sohimah 2006 ).

Keluhan anemia yang paling sering dijumpai di masyarakat adalah yang lebih

dikenal dengan 5L, lesu, lemah, letih, lelah dan lunglai. Disamping itu penderita

kekurangan zat besi akan menurunkan daya tahan tubuh yang mengakibatkan

mudah terkena infeksi (Depkes RI, 2010).


24

F. Diagnosa Anemia Dalam Kehamilan

Menegakan diagnosa anemia kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa.

Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata

berkunang-kunang, dan keluhan mual-muntah lebih hebat pada hamil muda.

Pemeriksaan dan pengawasan dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli.

Menurut Depkes RI tahun 2000 anemia dapat digolongkan sebagai berikut :

 Tidak Anemia : ≥ 11 gr %

 Anemia : < 11 gr %

Menurut WHO hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan sebagai

berikut :

1. Hb 11 gr% : Tidak anemia

2. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan

3. Hb 7 – 8 gr% : Anemia sedang

4. Hb < 7 gr% : Anemia berat

Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama masa kehamilan yaitu

trimester I dan trimester III dengan pertimbangan setiap ibu hamil mengalami

anemia.

G. Pengaruh Anemia pada Kehamilan dan Janin

Menurut Manuaba (2006), pengaruh anemia terhadap hasil konsepsi,

kehamilan, persalinan, nifas dan janin, diantaranya adalah sebagai berikut:


25

1. Pengaruh Anemia Terhadap Hasil Konsepsi

Hasil konsepsi (janin, plasenta, darah) membutuhkan zat besi dalam jumlah

besar untuk pembuatan butir-butir darah merah dan pertumbuhannya, yaitu

sebanyak zat besi. Jumlah ini merupakan 1/10 dari seluruh besi dalam tubuh.

Terjadinya anemia dalam kehamilan bergantung dari jumlah persediaan besi

dalam hati,limpa dan sumsum tulang.

Selama masih mempunyai cukup persediaan, Hb tidak akan turun dan bila

persediaan ini habis, Hemoglobin (Hb) akan turun. Ini terjadi pada bulan ke-5 – 6

kehamilan pada waktu janin membutuhkan zat besi. Bila terjadi anemia,

pengaruhnya terhadap hasil konsepsi adalah: kematian mudigah (keguguran),

kematian janin dalam kandungan, kematian janin waktu lahir (still birth),

kematian perinatal tinggi, prematurus, dapat terjadi cacat bawaan, intelingensia

rendah dan bayi mudah terkena infeksi.

2. Pengaruh anemia selama kehamilan

2.1 Bahaya selama kehamilan

a. Dapat terjadi abortus (keguguran), yaitu berakhirnya suatu

kehamilan sebelum usia kehamilan 22 minggu.

b. Persalinan prematuritas, yaitu terjadinya persalinan yang belum

waktunya atau kurang bulan

c. Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim,yaitu tumbuh

kembang janin jadi terhambat karena ibu mengalami

kekurangan darah pada saat hamil.


26

d. Mudah terjadi infeksi, yaitu ibu hamil yang mengalami anemia

pada waktu hamil dan tidak segera ditangani, maka

pengaruhnya ibu akan mudah terkena infeksi

e. Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%), yaitu terjadinya

penurunan darah secara drastis atau tiba-tiba.

2.2 Bahaya saat persalinan

a. Gangguan his/kekuatan mengedan

b. Kala 1 dapat berlangsung lama dan terjadi partus lama atau partus tak

maju

c. Kala II (pengeluaran) berlangsung lama sehingga dapat melelahkan

dan sering memerlukan tindakan operasi sesarea.

d. Kala III (kala uri) dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan post

partum karena atonia uteri.

e. Kala IV dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia

uteri.

2.3 Bahaya pada Nifas

a. Terjadi subinvolusi uteri sehingga menimbulkan perdarahan

postpartum.

b. Memudahkan infeksi puerperium yaitu memudahkan terjadinya

infeksi pada puerperium,contohnya adalah kemerahan.

c. Pengeluaran ASI berkurang karena ibu mengalami anemia atau

kekurangan darah pada saat nifas, maka produksi ASI jadi terhambat

atau berkurang.
27

d. Terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan.

e. Anemia pada kala nifas dan mudah terjadi infeksi mammae.

H. Penanggulangan Anemia gizi ibu hamil

Strategi operasional penanggulangan anemia gizi pada Wanita Usia Subur

dijabarkan dalam dua kegiatan pokok berikut:

1.Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

Kegiatan KIE seperti penyuluhan kemlompok konseling, promosi kampanye,

diskusi pergrup / kelompok sebaya, bimbingan pranikah dan proses belajar

mengajar tentang anemia dan tablet tambah darah merupakan kegiatan yang

sangat penting dalam rangka meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku

keluarga tentang kesehatan gizi bagi WUS.

2.Suplemen Tablet Tambah Darah

Tablet tambah darah adalah suplemen zat gizi yang mengandung 60 mg besi

elemental dan 0,25 mg asam folat, sehingga bila diminum secara teratur dan

sesuai dengan aturan maka dapat mencegah dan menanggulangi anemia gizi.
28

I. Hubungan Umur, Paritas, Jarak Kehamilan dan Pendidikan yang

Mempengaruhi Anemia Pada Ibu Hamil

1. Umur Ibu

Umur adalah masa perjalanan hidup seseorang, di hitung sejak lahir sampai

ulang tahun terakhir (Kamus Bahasa Indonesia). Pada umumnya ibu dengan usia

kurang dari 20 tahun mempunyai perbedaan yang sangat signifikan dengan ibu

yang usianya lebih dari 20 tahun. Usia ini pun berpengaruh terhadap pola pikir

ibu yang berusia 20-35 tahun menunjukan kematangan emosi yang stabil

sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik. Oleh karena itu ibu-ibu yang

berusia 20-35 tahun cenderung lebih matang dan lebih stabil dan mampu

memecahkan masalah.

Semakin tua umur seseorang maka kemunduran dan penurunan daya tahan

tubuh serta berbagai penyakit akan sering menimpa diusia ini, sehingga ibu hamil

kurang mampu mengingat, menyebutkan, memahami dan menjelaskan materi

tentang anemia yang benar yang meliputi pengertian, bahaya anemia terhadap

kehamilan dan cara mencegah terjadinya anemia

Umur yang dianggap optimal untuk kehamilan adalah antara 20-35 tahun,

sedangkan yang dianggap bahaya adalah kehamilan <20 tahun karena secara

biologis belum optimal emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang

sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya

perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya.


29

Sedangkan pada usia > 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya

tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini.

Berdasarkan hasil penelitian Martina (2011) di Puskesmas Gandus Palembang

didapat bahwa kejadian anemia banyak terjadi pada responden dengan kelompok

umur resiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) sebesar 28 orang (57,1%) dari 49

orang responden, sedangkan pada umur resiko rendah (20-35 tahun) sebesar 21

orang (42,9%).

Sudah lazim kita ketahui bahwa umur sangatlah berpengaruh terhadap proses

reproduksi. Umur yang dianggap tidak beresiko untuk kehamilan adalah antara

20-35 tahun. Sedangkan yang dianggap beresiko adalah kehamilan dibawah 20

tahun dan diatas 35 tahun, karena pada umur tersebut sering disertai kehamilan

dengan anemia (Prawirahardjo, 2010).

2. Paritas

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki seorang wanita.

(Laksamana,2007). Menurut Varney 2006, Primipara adalah wanita yang telah

melahirkan bayi hidup pertama kali, Multipara atau pleuripara adalah wanita

yang pernah bayi beberapa kali sampai 4 kali, Grandemultipara adalah wanita

yang telah melahirkan bayi 5 kali atau lebih hidup atau mati. Sedangkan menurut

Varney 2006 Primipara adalah wanita yang telah melahirkan bayi hidup pertama

kali, Multipara atau pleuripara adalah wanita yang pernah bayi beberapa kali
30

sampai 4 kali, Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan bayi 5 kali

atau lebih hidup atau mati.

Proporsi kematian terbanyak terjadi pada ibu dengan jumlah anak >3 dan jika

menurut jarak kehamilan ternyata jarak kurang dari 2 tahun menunjukan proporsi

kematian meternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan

ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa

kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil yang jaraknya terlalu dekat

berisiko terjadi anemia dalam kehamilan. Karena cadangan zat besi ibu hamil

pulih. Akhirnya terkuras untuk keperluan janin yang di kandungannya ( Rofiq,

2009 ).

Berdasarkan hasil penelitian Martina (2011) di Puskesmas Gandus Palembang

didapat bahwa kejadian anemia banyak terjadi pada responden dengan kelompok

paritas grandemultipara (>4 anak) yaitu sebesar 28 orang (57,1%), sedangkan

pada kelompok paritas primipara dan multipara sebesar 21 orang (42,9%).

Penelitian Noverstity di Puskesmas Air Dingin Padang didapat hasil yang

sama bahwa kejadian anemia lebih banyak dialamioleh ibu dengan paritas tinggi

yaitu sebanyak 9 orang (64,3%) dan ibu dengan paritas rendah sebanyak 19

oranng (40,4%).Hasil uji statitsik didapatkan nilai p = 0,205 (p>0,05) artinya tidak

ada hubungan bermakna antara paritas dengan anemia ibu hamil trimester III.

Pada penelitan ini menujukan adanya kecenderungan bahwa semakin banyak

jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia.
31

3. Jarak Kehamilan

Jarak kehamilan adalah rentang waktu antara kehamilan saat ini dengan

kehamilan sebelumnya. Jarak kehamilan yang terlalu dekat (<2 Tahun) dapat

menyebabkan terjadinya anemia. Hal ini terjadi dikarenakan kondisi ibu masih

belum pulih dan pemulihan membutuhkan zat-zat gizi yang optimal, sudah harus

memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandung. Oleh karena itu jarak

maksimal untuk hamil kembali yaitu 2 tahun atau lebih (Rofiq, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian Martina (2011) di Puskesmas Gandus Palembang

didapat bahwa kejadian anemia banyak terjadi pada responden dengan jarak

kehamilan <24 bulan yaitu sebesar 30 orang (61,2%), sedangkan pada ibu dengan

jarak kehamilan >24 bulan sebesar 19 orang (38,8%).

Hal yang sama didapat oleh Noverstiti (2012) dimana kejadian anemia

didapat pada ibu dengan jarak kehamilan yang dekat yaitu 15 orang (75%),

sedangkan dengan jarak kehamilan jauh yaitu sebanyak 13 orang (31,7%),hasil uji

statistik didapat hasil p = 0,004, artinya ada hubungan bermakna antara jarak

kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III.

4. Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah jenjang/tingkat pendidikan formal yang diikuti responden

hingga memperoleh ijazahnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003)

Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan

pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan

diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan dan


32

mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Pendidikan

diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis dan

berhitung bagi segenap warga masyarakat. Pendidikan diselenggarakan dengan

memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam

penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan (Anonim, 2003).

Pendidikan merupakan faktor penting yang menentukan kualitas masyarakat.

Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon untuk

sesuatu yang datang dari luar. Mereka yang mempunyai pendidikan lebih tingi

akan memberiakan respon yang rasional dibandingkan dengan mereka yang

berpendidikan rendah. Dalam hal ini adalah respon terhadap pentingnya

mengkonsumsi zat besi (Fe), dan respon negatif dari masyarakat pedesaan yang

pendidikannya masih rendah, dengan adanya beberapa pantangan makanan yang

pantang dimakan oleh ibu hamil terutama makanan yang bergizi, seperti beberapa

jenis ikan, sayur dan buah-buahan. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya

pendidikan ibu hamil tentang makan yang bergizi untuk ibu hamil (Manuaba,

2003).

Hal ini terjadi kemungkinan besar karena masyarakat dengan tingkat

pendidikan rendah memiliki kemauan dan usaha yang kecil untuk membantu

individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan dan

pengetahuannya secara optimal.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut

mendapatkan informasi. Pendidikan seorang ibu yang rendah memungkinkan ia


33

lambat dalam mengadopsi pengetahuan baru, khususnya tentang hal-hal yang

berhubungan dengan pola pemberian gizi saat hamil.

Berdasarkan hasil penelitian Martina (2011) di Puskesmas Gandus Palembang

didapat bahwa kejadian anemia banyak terjadi pada responden dengan tingkat

pendidikan rendah yaitu sebesar 50 orang (55,6%) dari 90 orang responden,

sedangkan pada ibu dengan tingkat pendidikan tinggi sebesar 40 orang (44,4%).

Sama hal nya dengan penelitian Noverstiti (2012) didapat bahwa sebagian ibu

yang mengalami anemia dengan tingkat pendidikan rendah yaitu sebanyak 17

orang (58,6%) sedangkan pendidikan tinggi sebanyak 11 orang (34,4%) dan nilai

p = 0,101 yang menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara pendidikan

dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III.


34

J. Kerangka teori

Menurut Manuaba (1989) anemia pada ibu hamil disebut sebagai potensial

danger to the mother and child. Beberapa penyebab dari anemia pada ibu hamil

dapat digambarkan sebagai berikut.

Karakteristik ibu hamil

1. Umur ibu
2. Pendidikan ibu
3. Pekerjaan
4. Pengetahuan
ANEMIA PADA IBU

HAMIL TRIMESTER III

Faktor Kehamilan

1. Umur kehamilan
2. Paritas
3. Jarak Kehamilan

Anda mungkin juga menyukai