Anda di halaman 1dari 7

A.

Evidence Based dalam Persalinan


1. Praktek yang Merugikan
a. Pembatasan Mobilisasi Pada Persalinan
Mobilisasi sangat penting dalam persalinan, merubah posisi khususnya ketika
merasakan kontraksi. Gerakan berdiri, berjalan, dan berjongkok merupakan gerakan
yang paling efektif untuk membantu proses turunnya bagian terendah janin.
Sehingga pembatasan gerak pada kondisi ini dapat menghambat proses penurunan
kepala dan berakibat pada kala I memanjang. Padahal gerakan kecil seperti gerakan
miring di tempat tidur dapat memberikan kondisi yang santai, oksigenisasi yang
baik untuk janin serta meminimalkan laserasi, sedangkan gerakan merangkak dapat
mempercepat rotasi, meminimalkan peregangan perinium dan rasa sakit punggung.
Namun, adakalanya ibu tidak diperbolehkan turun dari tempat tidur atau
melakuka ambulasi, diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Ketika ketuban pecah, janin berukuran kecil (di bawah 2000 gram), presentasi
kaki atau bokong atau letak melintang. Pada keadaan seperti ini, muncul resiko
prolapsus tali pusat yang meningkat ketika ibu dalam posisi berdiri. Bahkan
posisi telentang dengan kepala berada di atas tempat tidur, yang ditinggikan
dengan bantal lebih dari 20 sampai 30 derajat akan semakin meningkatkan
resiko prolapsus tali pusat.
2) Ketika ibu mendapat pengobatan dengan obat yang membuat ibu pusing atau
membuat kakinya tidak stabil ketika berdiri.
3) Selama persalinan yang kemajuannya cepat.
4) Ketika ibu mengalami komplikasi obstetrik atau medis yang mengharuskan ibu
tetap di tempat tidur.
Pembatasan gerak yang dilakukan pada ibu bersalin akan menimbulkan stress
pada ibu dalam menjalani masa bersalinnya yang menyebabkan persalinan akan
berlangsung tidak fisiologis seperti persalinan lama. Berdasarkan jurnal yang kami
temukan tidak menyebutkan adanya dampak yang posisif dari pembatasan gerak
pada persalinan normal sehingga tidak ada anjuran untuk melakukan pembatasan
gerak pada persalinan normal kecuali ada indikasi seperti yang disebut di atas.
Pada jurnal tersebut dilakukan penelitian mengenai perlakuan aktif birth pada
ibu dalam masa persalinan dibandingan dengan ibu yang tidak dilakukan aktif birth
dalam masa persalinannya. Aktif birth itu sendiri yaitu asuhan yang diberikan
kepada ibu dalam masa persalinan dimana ibu akan diberikan kesempatan untuk
memilih posisi yang dianggapnya nyaman dan memiliki afek nyeri minimal. Dalam
penelitian jurnal tersebut diperoleh hasil bahwa ibu yang diberikan perlakuan akan
merasakan nyeri yang lebih minimal daripada ibu yang tidak diberi perlakuan.
b. Mencukur Rambut Pubis secara Rutin
c. Lavement
d. Episiotomi Rutin
Tindakan episiotomi pada proses persalinan sangat rutin dilakukan terutama
pada primigravida.  Padahal berdasarkan penelitian tindakan rutin ini tidak boleh
dilakukan secara rutin pada proses persalinan karena :
1) Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan karena episiotomy yang dilakukan
terlalu dini, yaitu pada saat kepala janin belum menekan perineum akan
mengakibatkan perdarahan yang banyak bagi ibu. Ini merupakan “perdarahan
yang tidak perlu”.
2) Episiotomi dapat enjadi pemacu terjadinya infeksi pada ibu. Karena luka
episiotomi dapat enjadi pemicu terjadinya infeksi, apalagi jika status gizi dan
kesehatan ibu kurang baik.
3) Episiotomi dapat menyebabkan rasa nyeri yang hebat pada ibu.
4) Episiotomi dapat menyebabkan laserasi vagina yang dapat meluas menjadi
derajat tiga dan empat.
Luka episiotomi  membutuhkan waktu sembuh yang lebih lama.
e. Kateterisasi

2. Yang Direkomendasikan
a. Inisiasi Menyusu Dini
Berdasarkan evidence based yang up to date, upaya untuk peningkatan
sumberdaya manusia antara lain dengan jalan memberikan ASI sedini
mungkin. (IMD) yangdimaksudkan untuk meningkatkan kesehatan dan
gizi bayi baru lahir yang akhirnya bertujuan untuk menurunkan Angka
Kematian Bayi (AKB).
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses bayi menyusu segera setelah
dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri
(tidak disodorkan ke puting susu).
Menurut hasil penelitian Nelwatri, Hepi (2013) bahwa ada pengaruh yang
signifikan inisiasi menyusu dini terhadap involusi uteri di BPS Kota Padang tahun
2013.
Inisiasi menyusu dini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi involusi
uterus karena saat menyusui terjadi rangsangan dan dikeluarkannya hormon antara
lain oksitosin yang berfungsi selain merangsang kontraksi otot-otot polos payudara,
juga menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus. Hal ini akan
menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke
uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi
plasenta serta mengurangi perdarahan.
Involusi uterus yang sempurna merupakan salah satu indikator penting dalam
melihat kepulihan ibu pada masa nifas, untuk itu sangat penting bagi tenaga
kesehatan khususnya yang membantu persalinan untuk selalu melakukan inisiasi
menyusu dini pada ibu bersalin apabila kondisi ibu dan janin dalam keadaan
normal.

b. Posisi Persalinan
Pada saat proses persalinan akan berlangsung, ibu biasanya di anjurkan untuk
mulai mengatur posisi telentang / litotomi. Tetapi berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan ternyata posisi telentang ini tidak boleh dilakukan lagi secara rutin pada
proses persalinan, hal ini dikarenankan :
1) Bahwa posisi telentang pada proses persalinan dapat mengakibatkan 
berkurangnya aliran darah ibu ke janin.
2) Posisi telentang dapat berbahaya bagi ibu dan janin, selain itu posisi telentang
juga mengalami konntraksi lebih nyeri, lebih lama, trauma perineum yang lebih
besar.
3) Posisi telentang/litotomi  juga dapat menyebabkan kesulitan penurunan bagian
bawah janin. Sehingga memperlama proses persalinan.
4) Posisi telentang bisa menyebabkan hipotensi (syndrome supine hypotensi)
karena bobot uterus dan isinya akan menekan aorta, vena kafa inferior serta
pembluh-pembuluh lain dalam vena tersebut. Hipotensi ini bisa menyebabkan
ibu pingsan dan seterusnya bisa mengarah ke anoreksia janin.
5) Posisi litotomi bisa menyebabkan kerusakan pada syaraf di kaki dan di
punggung dan akanada rasa sakit yang lebih banyak di daerah punggung pada
masa post partum (nifas).
6) Lebih sulit bagi ibu untuk melakukan pernafasan
7) Membuat buang air lebih sulit
8) Membatasi pergerakan ibu
9) Bisa membuat ibu merasa tidak berdaya
10) Bisa membuat kemungkinan terjadinya laserasi pada perineum
11) Bisa menimbulkan kerusakan syaraf pada kaki dan punggung.

Adapun posisi yang dianjurkan pada proses persalinan antara lain :


1) Setengah duduk atau duduk

Posisi setengah duduk juga posisi melahirkan yang umum diterapkan di


berbagai rumah sakit atau klinik bersalin di Indonesia. Posisi ini mengharuskan
ibu duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk dan paha dibuka ke
arah samping.
Keuntungan : Posisi ini membuat ibu merasa nyaman karena membantu ibu
untuk beristirahat diantara kontarksi, alur jalan lahir yang perlu ditempuh untuk
bisa keluar lebih pendek, suplai oksigen dari ibu ke janin berlangsung optimal,
dan gaya grafitasi membantu ibu melahirkan bayinya.
Kekurangan : Posisi ini bisa menyebabkan keluhan pegal di punggung dan
kelelahan, apalagi kalau proses persalinannya lama.
2) Lateral (miring)

Posisi ini mengharuskan ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan. Salah
satu kaki diangkat sedangkan kaki lainnya dalam keadaan lurus. Biasa dilakukan
bila posisi kepala bayi belum tepat. Normalnya posisi ubun-ubun bayi berada di
depan jalan lahir, menjadi tidak normal bila posisi ubun-ubun berada di
belakang atau samping. Miring ke kiri atau ke kanan tergantung posisi ubun-
ubun bayi. Jika di kanan, ibu diminta miring ke kanan dengan harapan bayinya
akan memutar. Posisi ini juga bisa digunakan bila persalinan berlangsung lama
dan ibu sudah kelelahan dengan posisi lainnya.
Keuntungan : Peredaran darah balik ibu mengalir lancar, pengiriman
oksigen dalam darah ibu ke janin melalui plasenta tidak terganggu, karena tidak
terlalu menekan, proses pembukaan berlangsung perlahan-lahan sehingga
persalinan relatif lebih nyaman, dan dapat mencegah terjadinya laserasi.
Kekurangan : Posisi ini membuat dokter atau bidan sedikit kesulitan
membantu proses persalinan, kepala bayi lebih sulit dipegang atau diarahkan,
bila harus melakukan episiotomi pun posisinya lebih sulit.
3) Berdiri atau jongkok

Beberapa suku di Indonesia Timur, mulai Lombok Timur hingga Papua,


wanitanya mempunyai kebiasaan melahirkan dengan cara jongkok. Posisi ini
menguntungkan karena pengaruh gravitasi tubuh, ibu tak harus bersusah-payah
mengejan, bayi akan keluar lewat jalan lahir dengan sendirinya (membantu
mempercepat kemajuan kala dua), memudahkan dalam pengosongan kandung
kemih, dan mengurangi rasa nyeri. Pada posisi jongkok berdasarkan bukti
radiologis dapat menyebabkan terjadinya peregangan bagian bawah simfisis
pubis akibat berat badan sehingga mengakibatkan 28% terjadinya perluasan
pintu panggul.
Kekurangan, bila tidak disiapkan dengan baik, posisi ini sangat berpeluang
membuat kepala bayi cedera, sebab bayi bisa “meluncur” dengan cepat. Supaya
hal ini tidak terjadi, biasanya sudah disiapkan bantalan yang empuk dan steril
untuk menahan kepala dan tubuh bayi. Dokter atau bidan pun sedikit kesulitan
bila harus membantu persalinan melalui episiotomi atau memantau
perkembangan pembukaan.
4) Merangkak

Posisi meragkak sangat cocok untuk persalinan dengan rasa sakit pada
punggung. Keuntungan : ibu merasa lebih nyaman dan efektif untuk meneran,
mempermudah janin dalam melakukan rotasi, membantu ibu mengurangi nyeri
punggung, dan peregangan pada perinium berkurang.
5) Menungging
Keuntungan, mendorong kepala bayi keluar dari panggul selama kontraksi ,
kadang – kadang dianjurkan pada persalinan dini jika kontraksi sering terjadi
dan untuk mengurangi nyeri pinggang, serta mengurangi tekenan pada leher
rahim yang bengkak.
6) Berjalan-jalan
Posisi ini hanya dapat dilakukan bila ketuban belum pecah dan bila ibunya
masih mampu untuk melakukannya. Posisi ini dapat menyebabkan ibu cepat
menjadi lelah. Keuntungan :  Menyebabkan terjadinya perubah sendi panggul ,
dapat mempercepat turunnya kepala janin.
c. Mobilisasi Dini

Anda mungkin juga menyukai