Anda di halaman 1dari 17

PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN II

OLEH :

Harmiati Dusu

NIM. 19 1302 155

PROGRAM D4 BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR

MAKASSAR

2021
BAB I

PRAKTIK ANAMNESE DAN PEMERIKSAAN FISIK


PADA IBU NIFAS DAN MENYUSUI

A. KERJA TIM DAN KOLABORASI DALAM ASUHAN


Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. masa nifas
berlangsung kira-kira 6 minggu, akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih
kembali seperti keadaan sebelum hamil dalam waktu 3 bulan.
Yang terupdate dari Kala I
1) Meredekan kontraksi dengan suntikan epidural
Merasakan sensasi nyeri saat kontraksi jelang melahirkan bisa diredakan dengan
pemberian suntikan epidural. Penyuntikan ini biasa dilakukan oleh dokter
anastesi guna menurunkan level rasa nyeri kontraksi.
Kontraksi merupakan hal yang ditunggu-tunggu para ibu hamil yang bakal
menghadapi persalinan. Rasa kencang dan nyeri di bagian perut dan punggung
ini merupakan pertanda awal proses melahirkan. Berupa suntikan di bagian
punggung dan diberikan pada ibu yang akan bersalin.. Pada persalinan normal,
prosedur epidural biasanya diberikan ketika bukaan mencapai 4 atau 5 cm.
Setelah diberikan, level nyeri akan berkurang secara signifikan. Ibu pun jadi bisa
beristirahat dan fokus. Ketika bukaan sudah lengkap, energi yang ada untuk
mendorong jadi lebih maksimal.
2) Latihan yoga
Saat melahirkan, dibutuhkan napas yang panjang supaya persalinan lancar.
Untuk bisa melakukannya dan mendapatkan napas panjang-panjang, ada
latihan yang bisa dilakukan yaitu prenatal gentle yoga. Gerakan prenatal gentle
yoga berbeda dengan senam hamil. Gerakan yoga ini lebih banyak berupa
peregangan atau stretching serta melatih pernapasan agar saat bersalin ibu
tetap merasa nyaman. Seperti kita ketahui kebanyakan ketika ibu saat bersalin
napasnya pendek dan terengap-engap. Dalam yoga ini di latih napas ibu supaya
saat kontraksi di kamar bersalin, ibu bisa mengolah napasnya dengan baik.
Ketika ibu bisa mengolah napasnya maka ia bisa mengolah rasa nyeri dan
pikirannya.
1. Kala II
Kala II persalinan adalah tahap di mana janin dilahirkan. Pada kala II, his
menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Saat kepala
janin sudah masuk di ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-
otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita
merasakan tekanan pada rektum dan hendak buang air besar. Kemudian perineum
mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka
dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Dengan
his dan kekuatan mengedan maksimal, kepala janin dilahirkan dengan presentasi
suboksiput di bawah simfisis dahi, muka dan dagu. Setelah istirahat sebentar, his
mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota badan bayi.Masih ada banyak
perdebatan tentang lama kala II yang tepat dan batas waktu yang dianggap normal.
Batas dan lama tahap persalinan kala II berbeda-beda tergantung paritasnya. Durasi
kala II dapat lebih lama pada wanita yang mendapat blok epidural dan menyebabkan
hilangnya refleks mengedan. Pada Primigravida, waktu yang dibutuhkan dalam tahap
ini adalah 25-57 menit. Rata-rata durasi kala II yaitu 50 menit. Pada tahap ini, jika ibu
merasa kesepian, sendiri, takut dan cemas, maka ibu akan mengalami persalinan
yang lebih lama dibandingkan dengan jika ibu merasa percaya diri dan tenang.

Yang terupdate dari kala II


1) Perasat Kristeller
Peranan pendorongan puncak rahim (fundal pressure) atau dikenal dengan
perasat Kristeller saat kala II persalinan masih kontroversi. Tindakan ini dilakukan
untuk mempercepat keluarnya bayi (mempersingkat kala II). Namun tindakan ini
menyimpan potensi bahaya yang besar, yaitu bisa terjadinya robekan rahim dan
cedera pada bayi yang bisa membahayakan keduanya.Sulit sekali mengukur dengan
akurat tingkat cedera ibu-janin dengan penggunaan tekanan pada puncak
rahim untuk mempersingkat kala dua persalinan (Perasat Kristeller). Namun, jika
terjadi cidera maka ada implikasi medis-hukum bagi penyedia layanan (bidan, dokter)
yang terlibat

Ketika kontraksi rahim tidak efektif meskipun sudah diberi obat perangsang


kontraksi (oksitosin), maka penolong persalinan sering melakukan tindakan
mendorong perut ibu bersalain (bulin) dengan maneuver yang disebut "Kristeller",
Tindakan mendorong ini dilakukan dengan berbagai cara seperti menggunakan
lengan, tangan, siku, dan bahkan lutut, dengan maksud membantu kekuatan
kontraksi agar bayi bisa lahir.

Sayangnya disamping membantu, tindakan ini juga memiliki risiko karena dapat


menyebabkan robeknya rahim, lepasnya plasenta, robekan jalan lahir (kerampang)
dan gangguan pada janin berupa asfiksia (sesak nafas), cedera pada bahu janin dan
kerusakan otak janin. Komplikasi2 diatas tentunya dapat menyebabkan kematian ibu
dan atau janin.

Manuver Kristeller ini dipergunakan secara luas terutama di negara-negara yg


sedang berkembang. Kesimpulan terakhir tidak ditemukan manfaatnya
melakukan tindakan ini. Sehingga sekarang tindakan ini tidak dianjurkan lagi.

2) Ibu diperbolehkan untuk memilih siapa pendamping persalinannya


Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya,
kepercayaan dan keinginan sang ibu. Dimana dengan asuhan sayang ibu ini kita
dapat membantu ibu merasakan kenyamanan dan keamanan dalam menghadapi
proses persalinan. Salah satu hal yang dapat membantu proses kelancaran
persalinan adalah hadirnya seorang pendamping saat proses persalinan ini
berlangsung. Karena berdasarkan penelitian keuntungan hadirnya seorang
pendemping pada proses persalinan adalah:
- Pendamping persalinan dapat meberikan dukungan baik secara emosional
maupun pisik kepada ibu selama proses persalinan.
- Kehadiran suami juga merupakan dukungan moral karena pada saat ini ibu
sedang mengalami stress yang sangat berat tapi dengan kehadiran suami ibu
dapat merasa sedikit rileks karena merasa ia tidak perlu menghadapi ini semua
seorang diri.
- Pendamping persalinan juga dapat ikut terlibat langsung dalam memberikan
asuhan misalnya ikut membantu ibu dalam mengubah posisi sesuai dengan
tingkat kenyamanannya masing – masing, membantu memberikan makan dan
minum.
- Pendamping persalinan juga dapat menjadi sumber pemberi semangat dan
dorongan kepada ibu selama proses persalinan sampai dengan kelahiran bayi.
- Dengan adanya pendamping persalinan ibu merasa lebih aman dan nyaman
karena merasa lebih diperhatikan oleh orang yang mereka sayangi.
- Ibu yang memperoleh dukungan emosional selama persalinan akan mengalami
waktu persalinan yang lebih singkat, intervensi yang lebih sedikit, sehingga hasil
persalinan akan lebih baik.
3) Menahan nafas pada saat mengeran
Pada saat proses persalinan sedang berlangsung bidan sering sekali
menganjurkan pasien untuk menahan nafas pada saat akan mengeran dengan
alasan agar tenaga ibu untuk mengeluarkan bayi lebih besar sehingga proses
pengeluaran bayi pun menjadi lebih cepat. Padahal berdasarkan penelitian
tindakan untuk menahan nafas pada saat mengeran ini tidak dianjurkan karena:
- Menafas nafas pada saat mengeran tidak menyebabkan kala II menjadi
singkat.
- Ibu yang mengeran dengan menahan nafas cenderung mengeran hanya
sebentar.
- Selain itu membiarkan ibu bersalin bernafas dan mengeran pada saat ibu
merasakan dorongan akan lebih baik dan lebih singkat.
4) Tindakan episiotomy
Tindakan episiotomi pada proses persalinan sangat rutin dilakukan terutama
pada primigravida. Padahal berdasarkan penelitian tindakan rutin ini tidak boleh
dilakukan secara rutin pada proses persalinan karena:
- Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan karena episiotomy yang
dilakukan terlalu dini, yaitu pada saat kepala janin belum menekan perineum
akan mengakibatkan perdarahan yang banyak bagi ibu. Ini merupakan
“perdarahan yang tidak perlu”.
- Episiotomi dapat enjadi pemacu terjadinya infeksi pada ibu. Karena luka
episiotomi dapat enjadi pemicu terjadinya infeksi, apalagi jika status gizi dan
kesehatan ibu kurang baik.
- Episiotomi dapat menyebabkan rasa nyeri yang hebat pada ibu.
- Episiotomi dapat menyebabkan laserasi vagina yang dapat meluas
menjadi derajat tiga dan empat.
- Luka episiotomi membutuhkan waktu sembuh yang lebih lama.
Karena hal – hal di atas maka tindakan episiotomy tidak diperbolehkan lagi.
Tapi ada juga indikasi yang memperbolehkan tindakan epsiotomi pada saat
persalinan. Antara lain indikasinya adalah:
- Bayi berukuran besar
Jika berat janin diperkirakan mencapai 4 kg, maka hal ini dapat menjadi
indikasi dilakukannya episiotomy. Tapi asalkan pinggul ibu luas karena jika
tidak maka sebaiknya ibu dianjurkan untuk melakukan SC saja untuk
enghindari factor resiko yang lainnya.
- Perineum sangat kaku
Tidak semua persalinan anak pertama dibarengi dengan perineum yang
kaku. Tetapi bila perineum sangat kaku dan proses persalinan berlangsung
lama dan sulit maka perlu dilakukan episiotomi.
- Perineum pendek
Jarak perineum yang sempit boleh menjadi pertimbangan untuk dilakukan
episiotomi, Apalagi jika diperkirakan bayinya besar. Hal ini meningkatkan
kemungkinan terjadinya cedera pada anus akibat robekan yang melebar ke
bawah.
- Persalinan dengan alat bantu atau sungsang
Episiotomi boleh dilakukan jika persalinan menggunakan alat bantu seperti
forcep dan vakum. Hal ini bertujuan untuk membantu mempermudah
melakukan tindakan. Jalan lahir semakin lebar sehingga memperkecil
resiko terjadinya cidera
akibat penggunaan alat bantu tersebut. Begitu pula pada persalinan
sungsang.

BAB II

ASUHAN PERSALINAN PADA KALA III DAN IV

1. Kala III
Kala III persalinan berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta lahir.
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat.
Beberapa menit kemudian, uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta
dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15menit setelah bayi
lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pada tahap ini
dilakukan tekanan ringan di atas puncak rahim dengan cara Crede untuk
membantu pengeluaran plasenta. Plasenta diperhatikan kelengkapannya secara
cermat, sehingga tidak menyebabkan gangguan kontraksi rahim atau terjadi
perdarahan sekunder.
Yang terupdate dari kala III

1) Lotus Brith
Lotus birth adalah metode persalinan normal seperti pada umumnya, tapi
dengan tidak memotong tali pusar bayi. Tali pusar dibiarkan tetap menempel
pada bayi yang langsung terhubung dengan plasenta.Tali pusar akan
mengering dengan sendirinya dan terlepas setelah 3-4 hari.
Beberapa kalangan tertentu mengklaim metode lotus birth memiliki banyak
manfaat. Bayi yang masih terhubung dengan plasenta akan mendapatkan
pasokan darah tambahan sebanyak 30 persen, sehingga meningkatkan sel
darah merah juga zat besi. Kekebalan tubuh bayi jadi lebih baik karena darah
yang mengalir dari plasenta bisa memberikan tambahan oksigen, makanan
dan antibodi untuk bayi yang baru lahir.
Dalam prosedur lotus birth, daripada memotong tali pusar dalam
beberapa menit setelah kelahiran, orangtua membawa plasenta yang
masih menempel pada bayi baru lahir dalam mangkuk atau kantong
khusus, selama beberapa hari, setelah plasenta berhenti secara aktif
mentransfer darah ke bayi baru lahir. Sebagai perbandingan, rumah sakit
biasanya membuang plasenta sesaat setelah tali pusat dipotong. Para
penggagas lotus birth  berpendapat bahwa kontak yang berlangsung lama
dengan plasenta memudahkan transisi bayi baru lahir ke kehidupan di
luar rahim, dan menyatakan bahwa praktik tersebut dapat memberikan
manfaat kesehatan bagi bayi.
2) IMD (Inisiasi Menyusui Dini)
Inisiasi menyusui dini (IMD) adalah proses pemberian ASI kepada bayi dalam
1 jam pertama setelah kelahiran. Proses ini disarankan untuk dilakukan,
karena bisa memberikan manfaat yang berlimpah untuk kesehatan bayi
maupun ibu.Berbagai lembaga kesehatan, termasuk maupun Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI), juga telah menyerukan anjuran gerakan IMD untuk
bayi-bayi yang baru lahir.
Inisiasi Menyusui Dini adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan,
di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke
puting susu). Inisiasi Menyusu Dini akan sangat membantu dalam
keberlangsungan pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan lama menyusui.
Dengan demikian, bayi akan terpenuhi kebutuhannya hingga usia 2 tahun, dan
mencegah anak kurang gizi.
Prosedur IMD: 

 Setelah tali pusat dipotong dan diikat, tengkurapkan bayi di atas perut ibu
dengan kepala bayi menghadap kearah kepala ibunya (bila sectio,bayi diletakkan
diatas dada) dan keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh
lainnya kecuali kedua tangannya. 
 Bau cairan amnion pada tangan bayi akan membantunya mencari puting ibu
yang mempunyai bau yang sama. Maka agar baunya tetap ada, dada ibu juga
tidak boleh dibersihkan. Mengeringkan tubuh bayi tidak perlu sampai
menghilangkan verniks (lapisan tebal putih) karena verniks dapat berfungsi
sebagai penahan panas pada bayi.
 Jika ruang bersalin dingin, berikan selimut yang akan menyelimuti ibu dan
bayinya, dan kenakan topi pada kepala bayi.
 Apabila bayi dibiarkan tengkurap di perut ibu, selama beberapa waktu bayi akan
diam saja tetapi tetap waspada melihat kesekelilingnya.
 Setelah 12-44 menit bayi akan mulai bergerak dengan menendang,
menggerakkan kaki, bahu dan lengannya. Meskipun kemampuan melihatnya
terbatas, bayi dapat melihat areola mammae yang berwarna lebih gelap dan
bergerak menuju ke sana. Bayi akan membentur-benturkan kepalanya ke dada
ibu. 
 Bayi kemudian mencapai puting dengan mengandalkan indera penciuman dan
dipandu oleh bau pada kedua tangannya. 
 Bayi akan mengangkat kepala, mulai mengulum puting, dan mulai menyusu. Hal
tersebut dapat tercapai antara 27 - 71 menit.
 Pada saat bayi siap untuk menyusu, menyusu pertama berlangsung sebentar,
sekitar 15 menit, dan setelah selesai, selama 2 - 2,5 jam berikutnya tidak ada
keinginan bayi untuk menyusu. Selama menyusu bayi akan mengkoordinasi
gerakkan menghisap, menelan, dan bernapas.
 Setelah usai tindakan inisiasi menyusu dini ini, baru tindakan asuhan
keperawatan seperti menimbang, pemeriksaan antropometri lainnya,
penyuntikkan vitamin K1, dan pengoleskan salep pada mata bayi dapat
dilakukan.
 Tunda memandikan bayi paling kurang 6 jam setelah lahir atau pada hari berikut.
 Bayi tetap berada dalam jangkauan ibunya agar dapat disusukan sesuai
keinginan bayi (rooming in / rawat gabung).

2. Kala IV
Kala IV persalinan ditetapkan berlangsung kira-kira dua jam setelah plasenta
lahir. Periode ini merupakan masa pemulihan yang terjadi segera jika homeostasis
berlangsung dengan baik.Pada tahap ini, kontraksi otot Rahim meningkat sehingga
pembuluh darah terjepit untuk menghentikan perdarahan. Pada kala ini dilakukan
observasi terhadap tekanan darah, pernapasan, nadi, kontraksi otot rahim dan
perdarahan selama 2 jam pertama. Selain itu juga dilakukan penjahitan luka
episiotomi. Setelah 2 jam, bila keadaan baik, ibu dipindahkan ke ruangan bersama
bayinya.

Yang terupdate dari kala IV


1) Mobilisasi
Mobilisasi ibu nifas adalah menggerakkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain
yang harus dilakukan secara bertahap dan langsung setelah
melahirkan. Mobilisasi sedini mungkin sangat dianjurkan.
Mobilisai dini merupakan suatu kebijakan membimbing ibu untuk secepat mungkin
keluar dari tempat tidur kemudian membimbingnya selekas mungkin berjalan.
Pada persalinan normal mobilisasi yang baik dilakukan pada saat 2 jam setelah
postpartum, ibu diperbolehkan untuk miring kanan atau miring kiri untuk
mencegah terjadinya trombosit.
Ada beberapa hal yang bisa terjadi jika tidak melakukan mobilisasi dini serta dapat
membahayakan kondisi ibu diantaranya :
a. Dapat terjadinya peningkatan suhu tubuh yang disebabkan oleh involusi uterus
yang tidak baik, sehingga darah-darah yang tersisa tidak dapat dikeluarkan dan
menyebabkan infeksi. Peningkatan suhu tubuh adalah salah satu tanda dari
infeksi.
b. Dapat menyebabkan perdarahan yang abnormal. Dengan melakukan mobilisasi
dini maka kontraksi uterus akan baik, sehingga fundus uteri akan keras jadi
resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindari.
c. Dapat menyebabkan involusi uteri yang tidak baik. Jika mobilisasi dini tidak
dilakukan maka dapat menghambat pengeluarahn darah yang tersisa setelah
pengeluaran plasenta sehingga dapat menyebabkan kontraksi uterus terganggu.
BAB III

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

1. Bayi baru lahir

Bayi baru lahir atau neonatus adalah masa kehidupan neonatus pertama
di luar rahim sampai dengan usia 28 hari dimana terjadi perubahan yang sangat
besar dari kehidupan di dalam rahim menjadi di luar rahim. Bayi baru lahir normal
adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu
dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.

Ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah lahir aterm antara 37 – 42 minggu,
berat badan 2500 – 4000 gram, panjang lahir 48 – 52 cm. lingkar dada 30 – 38
cm, lingkar kepala 33 – 35 cm, lingkar lengan 11 – 12 cm, frekuensi denyut
jantung 120 – 160 kali/menit, kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan
subkutan yang cukup, rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya
telah sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR >7, gerakan aktif,
bayi langsung menangis kuat, genetalia pada laki-laki kematangan ditandai
dengan testis yang berada pada skrotum dan penis yang berlubang sedangkan
genetalia pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uterus yang
berlubang labia mayora menutup labia minora, refleks rooting (mencari putting
susu) terbentuk dengan baik, refleks sucking sudah terbentuk dengan baik,
refleks grasping sudah baik, eliminasi baik, urin dan mekonium keluar dalam 24
jam pertama.
Yang terupdate dari bayi baru lahir

1) Memandikan bayi baru lahir


Sebenarnya kapan waktu yang tepat untuk memandikan bayi baru lahir. Selama
ini, memang sudah menajdi budaya bahwa bayi baru lahir perlu segera
dimandikan. Meski begitu, organisaasi kesehatan dunia serta beberapa
penelitian menyarankan agar memandikan bayi sebaiknya 12-24 jam setelah
bayi lahir ke dunia.
Menunda memandikan bayi yang baru lahir dapat memberikan beragam
manfaat, diantaranya:
- Mencegah hipotermia, bayi yang baru lahir sangat sensitif terhadap perubahan
sushu. Suhu yang normal sekalipun mungkin akan terasa dingin bagi bayi. Bila
bayi langsung dimandikan perubahan suhu akan memicu tubuh bayi untuk
bekerja lebih keras agar tetap hangat. Dan jika tubuhnya tidak mampu menjaga
kehangatannya maka bayi bisa mengalami hipotermia.
- Menjaga lapisan alami kulit, bayi yang baru lahir memiliki lapisan bewarna
keputihan mirip lilin di seluruh tubuhnya yang disebut vernix. Lapisan ini
berfungsi menjaga kelembapan kulit sekaligus mempertahankan panas pada
tubuh bayi. Salah satu cara agar lapisan ini tidak terkikis terlalu banyak adalah
dengan menunda waktu mandi pertama bayi.
Saat hendak memandikan bayi ada beberapa tips yang harus dilakukan, seperti:
- Tidak boleh terlalu sering memandikan bayi. Para pakar menyarankan bayi baru
lahir hanya boleh dimandikan selama 5-10 menit saja. Hal ini berguna untuk
menjaga kelembapan kulit bayi
- Jangan langsung memasukan bayi kedalam air, disarankan untuk memandikan
bayi secara bertahap, bisa di mulai dengan cara mengelap kulitnya dengan
handuk basah dan sabun khusus bayi. Sebisa mungkin hindari langsung
merendam bayi baru lahir.
- Sebaiknya mandikan bayi dalam air yang bersuhu hangat, hindari suhu yang
terlalu panas karena bisa menyebabkan kulitnya terbakar. Beberpa manfaat
yang diperoleh dari menunda memandikan bayi yang baru lahir dapat menjadi
pertimbangan kapan waktu yang tepat untuk memandikan bayi baru lahir.
2) Pemakaian gurita
Gurita bayi merupakan kain panjang yang terbuat dari katun dengan ukuran
standar 41 cm x 12,5 cm. Gurita tradisional biasanya berwujud tanpa corak
(polos), dengan ujung seperti robekan kain sebanyak 4-5 helai yang bisa
disatukan bersama ujung lainnya dengan cara diikat di atas perut bayi.Dalam
perkembangannya, kini gurita dijual dengan berbagai motif dan warna yang
menggemaskan. Penggunaannya pun semakin praktis karena dilengkapi dengan
perekat di tengah sehingga orangtua tidak perlu lagi mengikat tali gurita
tersebut.Penggunaan gurita secara turun-temurun ini diyakini dapat mencegah
masuk angin, mengecilkan perut, dan mencegah pusar bayi menjadi bodong.
Namun, penggunaan gurita bayi nyatanya justru dapat membahayakan
kesehatan anak.
Pemakaian gurita pada bayi dipercaya banyak orang bisa mendatangkan
banyak manfaat, misalnya mengecilkan perut buncit pada bayi, memperkecil
risiko bayi mengalami gumoh, mencegah pusar bayi bodong, hingga mencegah
masuk angin. Padahal, Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI) maupun Kementerian Kesehatan berpendapat sebaliknya.Gurita bukanlah
jenis pakaian yang disarankan untuk dipakaikan kepada bayi. IDAI dan
Kemenkes sepakat bahwa memakai gurita adalah tidak perlu dan dapat
mendatangkan bahaya seperti:

1. Membuat bayi sesak napas


Pemakaian gurita bayi dapat menekan lambung buah hati Anda sehingga
membatasi pernapasannya. Bayi masih banyak bernapas lewat otot-otot perut
sehingga membatasi pergerakan perutnya akan mengakibatkan ia sulit
bernapas.Orangtua juga sebaiknya tidak panik ketika melihat bayi bernapas
dengan sangat cepat karena jumlah napas bayi memang lebih banyak dibanding
orang dewasa. Rata-rata bayi bernapas sebanyak 40-60 kali per menit dan bisa
melambat hingga 30-40 kali per menit ketika tidur.Anda mungkin melihat bayi
bernapas lebih cepat selama beberapa waktu, kemudian melambat selama
kurang dari 10 detik, lalu bernapas normal kembali. Hal ini pun masih tergolong
normal dan dinamakan bernapas periodik.Jika Anda mencemaskan irama napas
bayi yang terlalu cepat atau terlalu lambat, konsultasikan dengan dokter.
Menggunakan gurita bayi untuk menormalkan kembali jalan napas bayi baru lahir
bukanlah solusi.
2. Meningkatkan risiko bayi mengalami gumoh
Gumoh pada bayi sebetulnya hal yang biasa dan tidak berbahaya, serta dapat
berkurang seiring pertambahan usia bayi. Gumoh pun bisa disebabkan oleh
berbagai hal, misalnya posisi menyusu yang tidak tepat hingga belum
sempurnanya katup antara lambung dan kerongkongan bayi.Pemakaian gurita
pun bisa meningkatkan risiko bayi mengalami gumoh karena benda tersebut
membuat lambung bayi tertekan. Bila dalam kondisi tersebut bayi dipaksa
minum, maka lambungnya akan tertekan sehingga mengakibatkan cairan
kembali ke mulut alias gumoh.
3. Tidak terbukti dapat mencegah perut kembung
Orangtua mungkin merasa khawatir pada perut bayi yang terlihat buncit dan
besar, misalnya karena kembung dan masuk angin. Tak pelak, memakaikan
gurita pun dianggap sebagai jalan keluar, padahal faktanya tidak
demikian.Sebagian besar bayi memang memiliki perut yang gendut, apalagi
setelah menyusu dalam jumlah banyak. Jangan heran juga jika perut bayi
setelah menyusu akan terasa keras, tapi biasanya kembali lunak dalam
beberapa jam setelahnya dan itu bukan pertanda bayi mengalami
kembung.Sebaliknya, Anda perlu mewaspadai jika perut bayi yang terlihat
bengkak dan keras diikuti dengan konstipasi maupun sering muntah. Periksakan
bayi ke dokter jika mengalami ini.Sebagai langkah pencegahan bayi kembung,
menggunakan gurita bukanlah cara yang direkomendasikan. Sebaliknya, Anda
dapat memposisikan kepala bayi lebih tinggi saat menyusu, menyendawakannya
setelah menyusu, maupun sesekali menggerakkan kaki bayi seakan ia tengah
menggenjot sepeda, agar tidak ada gas yang terperangkap di lambungnya.
4. Tidak terbukti dapat mencegah pusar bayi bodong
Memiliki pusar bodong seringkali dianggap sebagai aib bagi sebagian orangtua.
Oleh karena itu, banyak orangtua yang menempelkan koin di pusar bayi dan
memakaikan gurita bayi kencang-kencang untuk mencegahnya. Meski demikian,
cara ini tidak terbukti secara medis dapat mencegah pusar bayi bodong di
kemudian hari.Dalam dunia medis, pusar bodong dikenal dengan sebutan hernia
umbilikal. Kondisi ini sangat normal ditemui pada bayi baru lahir, apalagi bayi
prematur, tapi umumnya tidak berbahaya dan mayoritas akan membaik ketika
anak berusia 3-4 tahun.

KENDALA DALAM PENERAPAN PELAYANAN TERHADAP PERUBAHAN


PERILAKU PASIEN (MASYARAKAT) DAN SOLUSINYA
1. Masih banyaknya masyarakat yang sebenarnya mampu, tetapi masih
menggunakan fasilitas Jaminan Persalinan (Jampersal) agar dapat melahirkan
secara gratis.
- Solusi dari kendala tersebut adalah Kesadaran warga yang mampu perlu
ditingkatkan lagi agar mereka tidak lagi menggunakan fasilitas Jampersal dari
pemerintah.
2. Masih beragamnya pemahaman masyarakat terhadap Covid-19.
- Solusi dari kendala tersebut mengajarkan dan sosialisasi lebih terhadap
masyarakat dengan menggerakan semua instansi terkait seperti tenaga
kesehatan, kepolisian maupun pemerintah untuk meningkatkan pemahaman
masyarakat terhadap wabah covid-19 ini.

Anda mungkin juga menyukai