Anda di halaman 1dari 22

www.serpihanilmuku.blogspot.

com
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hamil merupakan idaman setiap wanita yang sudah menikah, ketika wanita hamil
maka wanita akan mengalami proses persalinan. Persalinan dan kelahiran merupakan
kejadian fisiologis yang normal yaitu proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu). Persalinan akan terasa menyenangkan karena
janin yang selama sembilan bulan berada di dalam perut akan terlahir ke dunia. Di sisi
lain persalinan juga menjadi mendebarkan khususnya bagi calon ibu baru, dimana
terbayang proses persalinan yang mengeluarkan energi yang begitu banyak, sebuah
perjuangan yang cukup melelahkan, dan menyakitkan karena nyeri yang sangat luar
biasa.
Nyeri dengan persalinan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa pada masyarakat primitive, persalinannya lebih lama dan
nyeri, sedangkan masyarakat yang telah maju 7-14% bersalin dengan nyeri yang
minimal dan sebagian besar (90%) disertai rasa nyeri yang tidak terhindarkan. Berbagai
upaya dilakukan untuk menurunkan nyeri pada persalinan, baik secara farmakologi
maupun nonfarmakologi. Ketika proses persalinan berjalan maka nyeri itu akan muncul
akibat dari kontraksi uterus. Meski bersifat alami, banyak calon ibu hamil takut terhadap
proses nyeri persalinan sehingga mempertimbangkan menggunakan teknologi pereda
nyeri secara medis.
Manajemen nyeri secara farmakologi lebih efektif dibandingkan dengan metode
nonfarmakologi namun metode farmakologi lebih mahal dan berpotensi menimbulkan
efek yang kurang baik juga tidak semua fasilitas kesehatan menyediakan layanan
tersebut. Sehingga banyak terapi nonfarmakologi yang muncul untuk mengurangi nyeri
pada persalinan dimana setiap lapisan masyarakat dapat melakukannya serta pelayanan
kesehatan dapat memfasilitasi, bersifat murah, simple, efektif dan tanpa efek yang
merugikan. Salah satu metode nonfarmakologi yang dapat digunakan untuk mengurangi
nyeri persalinan adalah terapi birth ball.
Birth Ball memiliki arti bola lahir dimana metode ibu menduduki bola saat proses
Npersalinan yang memiliki manfaat membantu ibu dalam mengurangi rasa nyeri saat
persalinan dimana birth ball sangat baik mendorong tenaga kuat ibu yang diperlukan
saat melahirkan, posisi postur tubuh yang tegak, akan menyokong dengan bagus proses
kelahiran serta membantu posisi janin berada di posisi optimal sehingga memudahkan
melahirkan dengan kondisi normal.

www.serpihanilmuku.blogspot.com
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengulas pengaruh Birth Ball
terhadap pengurangan rasa nyeri saat persalinan lebih dalam dengan harapan
meningkatkan wawasan serta salah satu upaya alternativ dalam membantu ibu hamil
mengurangi rasa nyeri saat persalinan.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum.
Untuk mengetahui pengaruh terapi birthball terhadap nyeri persalinan
kala I
2. Tujuan Khusus.
a. Mengetahui fisiologi nyeri persalinan
b. Mengetahui metode terapi birth ball untuk persalinan
c. Mengetahui aplikasi dan mekanisme birthball terhadap nyeri persalinan
kala I

1.3 Manfaat
1. Bagi Ibu hamil dan Keluarga
Menambah wawasan terhadap terhadap metode terapi birthball dalam
mengurangi nyeri persalinan.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan.
Sebagai sumber data masukan bagi pelayanan kesehatan dalam
meningkatkan pelayanan dan fasilitas terhadap persalinan ibu melahirkan.

www.serpihanilmuku.blogspot.com
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persalinan
2.1.1 Definisi
Persalinan normal adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan
lahir secara spontan dengan presentasi belakang kepala dan tanpa komplikasi.

2.1.2 Etiologi
Sebab –sebab mulainya persalinan belum diketahui secara pasti. Banyak
faktor yang memegang peranan dan bekerjasama sehingga terjadi persalinan.
Beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab persalinan ialah :
1. Penurunan kadar progesteron
Menjelang persalinan, progresteron tubuh menurun dan estrogen
meningkat. Pada trimester ketiga, progresteron dan prostaglandin banyak
terdapat di myometrium. Progresteron menyebabkan relaksasi pada
myometrium, sedangkan estrogen menyebabkan kontraksi myometrium dan
prodeksi prostaglandin.
2. Teori oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah oleh karena itu timbul
kontraksi otot-otot rahim. Oksitosin merupakan hormon yang dihasilkan oleh
kelenjar pituitari yang berperan penting yang menyebabkan onset persalinan dan
mempertahankan kontraksi uterus selama proses persalinan.
3. Ketegangan otot-otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung, bila dindingnya
terenggang oleh karena isinya.
4. Cortisol
Hormon cortisol diproduksi dalam kelanjar adrenal janin sebelum
persalinan dan menyebabkan onset persalinan dengan meningkatkan produksi
estrogen dari plasenta. Hormon ini menyebabkan uterus menjadi lebih sensitif
terhadap oksitosin dan prostaglandin.
5. Plaenta menua
Penuaan plasenta menyebabkan insufisiensi nutrisi ke fetus
6. Teori prostaglandin

www.serpihanilmuku.blogspot.com
Prostaglandin menyebabkan jaringan serviks lebih lunak, tipis dan
membuka saat persalinan. Hormon ini banyak dijumpai pada darah ibu dan janin,
dan cairan amnion pada akhir kehamilan dan selama proses persalinan.

2.1.3 Tanda dan Gejala


Gejala persalinan sebagai berikut :
1. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang
semakin pendek.
2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu :
• pengeluaran lendir
• lendir bercampur darah
3. Dapat disertai ketuban pecah.
4. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks :
• Perlukaan cervix
• Pendataran cervix
• Pembukaan cervix

2.1.4 Fase Partus


Partus dibagi menjadi 4 kala, yaitu :
1. KALA I
Batasan persalinan kala I (satu) dimulai dari pembukaan 1cm sampai 10cm
(lengkap). Fase-fase persalinan kala I:
a. Kala I fase laten :
• pembukaan cervix kurang dari 3 cm
• cervix membuka perlahan selama fase ini
• fase laten biasanya berlangsung tidak lebih dari 8 jam
b. Kala I fase aktif :
• pembukaan cervix 4 cm sampai 10 cm.
• his dalam fase ini lebih kuat dan cervix membuka lebih cepat.
• Fase aktif tidak boleh berlangsung dari 7 jam

www.serpihanilmuku.blogspot.com
Gambar dilatasi dan penipisan servik
2. KALA II
Batasan persalinan kala II dimulai ketika pembukaan lengkap sampai
lahirnya seluruh tubuh janin. Tanda dan gejala persalinan kala II didapatkan hal-
hal berikut ini:
a. ibu ingin meneran
b. perineum menonjol
c. vulva dan anus membuka
d. meningkatnya pengeluaran darah dan lendir
e. kepala telah turun di dasar panggul.
Diagnosis pasti persalinan kala II adalah bila saat dilakukan pemeriksaan
dalam didapatkan:
• pembukaan cervix lengkap
• kepala bayi terlihat pada introitus vagina.

www.serpihanilmuku.blogspot.com
3. KALA III
Batasan Persalinan kala III (tiga) dimulai setelah bayi lahir sampai plasenta
lahir. Normalnya pelepasan plasenta berkisar ± 15-30 menit setelah bayi lahir.
Pada persalinan kala III myometrium akan berkontraksi mengikuti
berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi.
Pengurangan ukuran uterus ini menyebabkan pula berkurangnya ukuran tempat
perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi kecil sedangkan ukuran
plasenta tidak berubah, maka plasenta akan terlepas dari dinding uteri setelah
plasenta terpisah, ia akan turun ke segmen bawah rahim. Tanda-tanda pelepasan
plasenta:
• Bentuk uterus globuler
• Tali pusat bertambah panjang (tanda afeld)
• Semburan darah tiba-tiba.
4. KALA IV
Batasan Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 1 jam
setelah itu. Pemantauan pada kala IV :
• kelengkapan plasenta dan selaput ketuban
• perkiraan pengeluaran darah
• laserasi atau luka episiotomi pada perineum dengan perdarahan aktif.
• Keadan umum dan tanda-tanda vital ibu.

2.2 Nyeri Persalinan


2.2.1 Definisi
Nyeri adalah sensasi yang penting bagi tubuh. Menurut International
Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional
yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual
maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Nyeri
bertindak sebagai tanda peringatan terjadinya kerusakan jaringan dan bersifat
subjektif.
Nyeri merupakan alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan
kesehatan (Brunner & Suddarth, 2002). Nyeri bisa terjadi bersama proses penyakit
atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan,
demikian juga dengan proses persalinan. Menurut Prawirohardjo (2008), ibu bersalin
akan merasakan nyeri sepanjang proses persalinan berlangsung. Nyeri yang timbul
merupakan suatu tanda awal proses persalinan dan akan berlanjut sampai dengan kala
IV persalinan.

www.serpihanilmuku.blogspot.com
2.2.2 Fisiologi
Pada kala I persalinan, nyeri disebabkan oleh adanya kontraksi uterus yang
mengakibatkan dilatasi dan penipisan serviks dan iskemia pada uterus. Nyeri akibat
dilatasi serviks dan iskemia pada uterus ini adalah nyeri viseral yang dirasakan oleh
ibu pada bagian bawah abdomen dan menyebar ke daerah lumbar, punggung, dan
paha. Nyeri tersebut dirasakan ibu saat kontraksi dan menurun atau menghilang pada
interval kontraksi.
Pada akhir kala I dan kala II persalinan, nyeri yang dirasakan ibu adalah nyeri
somatik yang dirasakan pada daerah perineum akibat peregangan pada jaringan
perineum, tarikan peritonium dan daerah uteroservikal saat kontraksi, atau penekanan
kandung kemih, usus, dan struktur sensitif panggul oleh bagian terendah janin (Bobak,
2005)
Nyeri yang dirasakan ibu terjadi karena adanya transmisi impuls nyeri melalui
saraf tertentu. Pada kala I persalinan, impuls saraf nyeri berasal dari serviks dan
corpus uteri.
Impuls nyeri yang berasal dari serviks dan korpus uteri ditransmisikan oleh
serabut syaraf aferent melalui pleksus uterus, pleksus pelvis, pleksus hipogastrik
inferior, middle, posterior dan masuk ke lumbal yang kemudian masuk ke spinal
melalui L1, T12, T11, dan T 10. Nyeri yang dirasakan pada daerah perut bagian bawah
dan pinggang yang terjadi pada kala I persalinan.
Sumber nyeri pada akhir kala I dan kala II berasal dari saluran genital bawah,
antara lain perineum, anus, vulva dan klitoris. Impuls nyeri ditransmisikan melalui
saraf pudendal menuju S4, S3 dan S2. Nyeri yang dirasakan terutama pada daerah
vulva dan sekitarnya serta daerah pinggang.

www.serpihanilmuku.blogspot.com
gambar impuls nyeri saat persalinan

gambar lokasi nyeri pada awal kala I persalinan

www.serpihanilmuku.blogspot.com
gambar lokasi nyeri pada akhir kala I persalinan

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi


1. Umur dan paritas
Serviks pada wanita multipara mengalami perlunakan sebelum onset
persalinan, namun tidak demikian halnya dengan serviks pada wanita primipara
yang menyebabkan nyeri pada primipara lebih berat daripada multipara.
Intensitas kontraksi uterus yang dirasakan pada primipara lebih besar daripada
multipara terutama, pada akhir kala I dan permulaan kala II persalinan. Wanita
dengan usia muda mengalami nyeri tidak seberat yang dirasakan pada wanita
yang lebih tua.
2. Ras, budaya dan etnik
Berbagai data menyebutkan bahwa ras, budaya dan etnik berpengaruh
terhadap cara orang mengekspresikan nyeri. Ekspresi nyeri tersebut
berdasarkan perilaku lingkungan disekitarnya. Pengkajian yang akurat tentang
kemajuan persalinannya dan tingkat toleransi terhadap nyeri ibu membantu
perawat dalam menentukan kemungkinan komplikasi persalinan sebagai dampak
dari suatu kebiasaan atau kultural tertentu.
3. Mekanisme Koping
Setiap manusia mempunyai cara tersendiri dalam menghadapi stress
akibat nyeri yang dialaminya. Namun ketika nyeri menjadi sesuatu yang
mengancam integritas indivudu maka akan sulit bagi individu tersebut untuk
mengontrol rasa nyerinya. Dalam hal ini peran perawat adalah mengobservasi
bagaimana ibu dapat menurunkan rasa nyerinya dan mengkaji efektivitas metode
yang digunakannya. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan bagi

www.serpihanilmuku.blogspot.com
perawat untuk memberikan alternatif metode penanganan nyeri yang familiar
bagi ibu.

4. Metode relaksasi yang digunakan


Apabila seorang ibu yang bersalin mampu melakukan relaksasi selama
kontraksi maka ibu tersebut akan merasakan kenyamanan selama proses
persalinannya. Penggunaan teknik relaksasi yang benar akan meningkatkan
kemampuan ibu dalam mengontrol rasa nyeri, menurunkan cemas, menurunkan
kadar katekolamin, menstimulasi aliran darah menuju uterus, dan menurunkan
ketegangan otot.
5. Cemas dan takut
Cemas dan takut menyebabkan peningkatan tegangan otot dan gangguan
aliran darah menuju otak dan otot. Hal tersebut menyebabkan tegangan pada otot
pelvis, kontraksi uterus yang terganggu, dan hilangnya tenaga pendorong ibu
selama kala II persalinan. Ketegangan yang lama akan menyebabkan kelelahan
pada ibu dan meningkatkan persepsi nyeri serta menurunkan kemampuan ibu
untuk mengontrol rasa nyerinya.
6. Kelelahan
Ibu bersalin yang kelelahan tidak akan mampu menoleransi rasa nyeri dan
tidak mampu menggunakan koping untuk mengatasinya karena ibu tidak dapat
fokus saat relaksasi yang diharapkan dapat mengurangi rasa nyeri tersebut.
Kelelahan juga menyebabkan ibu merasa tersiksa oleh kontraksi sehingga tidak
dapat mengontrol keinginannya untuk meneran. Pada akhir kehamilan, kelelahan
lebih banyak disebabkan oleh gangguan istirahat dan kurang tidur, kurangnya
cairan dan kalori yang dikonsumsi, serta ketidakmampuan ibu dalam mengelola
energinya saat persalinan. Kadang kal ibu memerlukan medukasi untuk
memfasilitasi istirahat ibu saat kala I persalinan.
7. Lama persalinan
Persalinan yang lama menyebabkan ibu mengalami stress dan kelelahan
lebih lama sehingga rasa nyeri akan meningkat . Lamanya waktu persalinan bisa
disebbkan oleh bayi yang besar atau kelainan pada pelvis yang mengakibatkan
rasa nyeri dan kelelahan yang semakin meningkat seiring lamanya proses
persalinan.
8. Posisi maternal dan fetal
Posisi supinasi pada ibu bersalin menyebabkan rasa tidak nyaman pada
ibu, konraksi uterus yang tidak efektif dan menyebabkan sindrom hipotensi
supinasi. Sindrom tersebut disebabkan oleh penekanan uterus dan fetus pada

www.serpihanilmuku.blogspot.com
vena cava inferior dan aorta abdomen yang mengakibatkan penurunan tekanan
darah ibu dan penurunan suplai oksigen pada bayi. Dengan demikian, perlu
adanya ambulasi pada ibu bersalin untuk mengurangi kelelahan dan menurunkan
persepsi nyeri.
Posisi oksiput posterior pada bayi menyebabkan penekanan oksiput bayi
pada area sakrum ibu di setiap kontraksi yang mengakibatkan nyeri pada daerah
punggung ibu, dimana nyeri tersebut tidak hilang pada saat bebas konraksi.
Posisi oksiput posterior bayi menyebabkan persalinan lama, sedangkan nyeri
punggung ibu dapat menurun apabila bayi dapat melakukan rotasi menjadi posisi
oksiput anterior dan proses persalinan mengalami kemajuan.

2.2.4 Nyeri persalinan pada primipara dan multipara


Intensitas nyeri persalinan pada primipara sering kali lebih berat daripada nyeri
persalinan pada multipara. Hal itu karena multipara mengalami effacement (penipisan
serviks) bersamaan dengan dilatasi serviks, sedangkan pada primipara proses
effacement biasanya terjadi lebih dahulu daripada dilatasi serviks. Proses ini
menyebabkan intensitas kontraksi yang dirasakan primipara lebih berat daripada
multipara terutama pada kala I persalinan (Sherwen, Scoloveno, & Weingarten, 1999)
Multipara mempunyai pengalaman tentang nyeri pada persalinan sebelumnya
sehingga multipara telah mempunyai mekanisme untuk mengatasi nyeri persalinannya.
Tidak demikian halnya pada primipara dimana proses persalinan yang dialaminya
merupakan pengalaman pertama yang menyebabkan ketegangan emosi, cemas, dan
takut yang dapat memperberat persepsi nyeri. Nyeri atau kemungkinan nyeri dapat
menginduksi ketakutan sehingga timbul kecemasan yang berakhir pada kepanikan.
Primipara juga mengalami proses persalinan lebih lama daripada proses
persalinan pada multipara sehingga primipara mengalami kelelahan yang lebih lama.
Kelelahan berpengaruh terhadap peningkatan persepsi nyeri. Hal itu menyebabkan
peningkatan nyeri seperti suatu lingkaran setan (Bobak, 2005).
Kebanyakan primipara merespon nyeri dengan rasa takut dan cemas yang dapat
meningkatatkan aktivitas sistem saraf simpatis sehingga meningkatkan sekresi
katekolamin (epinefrin dan norepinefrin). Epinefrin akan menstimulasi reseptor α dan β,
sedangkan norefinefrin akan menstimulasi reseptor α.
Stimulasi pada reseptor α menyebabkan seluruh bagian uterus berkontraksi dan
meningkatkan tonus otot uterus yang dapat menurunkan aliran darah pada uterus.
Sementara itu, stimulus pada reseptor β menyebabkan uterus relaksasi dan vasodilatasi
pembuluh darah pada uterus dan menyebabkan penurunan aliran darah ke plasenta.
Dengan demikian, sekresi katekolamin yang berlebih akan menyebabkan penurunan

www.serpihanilmuku.blogspot.com
aliran darah ke dan dari plaenta sehingga fetus kekurangan oksigen dan menurunkan
efektifitas kontraksi uterus yang mengakibatkan proses persalinan menjadi lebih lama
(Gorrie, Mc Kinney, & Murray, 1998).
Proses persalinan menyebabkan peningkatan metabolisme dan peningkatan
kebutuhan oksigen, jika ibu mengalami nyeri dan cemas maka dapat meningkatkan
metabolisme tubuhnya yang ditandai dengan pernafasan cepat untuk mengkompensasi
peningkatan kebutuhan oksigen dan melepaskan karbondioksida secara berlebihan.
Perubahan pada respirasi maternal dan metabolisme menyebabkan gangguan pada
plasenta sehingga fetus kekurangan oksigen dan berlanjut pada terjadinya metabolisme
anaerob. Asidosis metabolik ini tidak dapat boleh segera setelah persalinan yang
berbeda dengan asidosis respiratorik yang dapat segera pulih setelah proses persalinan
(Gorrie, Mc Kinney, & Murray, 1998).
Sementara menurut Sherwen, Scoloveno, & Weingarten (1999) nyeri
menyebabkan peningkatan cardiac output, penurunan aliran darah ke uterus, takikardia,
aritmia, takipnea, hipervetilasi, dan berkeringat banyak.

2.3 Birth Ball


2.3.1 Definisi
Birth Ball adalah terapi fisik atau latihan sederhana menggunakan bola. Kata
birth ball dapat diartikan ketika latihan dengan menggunakan bola diterapkan untuk
ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu pasca melahirkan.

2.3.2 Tujuan
Tujuan dilakukan terapi birthball adalah mengontrol, mengurangi dan
menghilangkan nyeri pada persalinan terutama kala I

2.3.3 Indikasi dan Kontraindikasi


a. Indikasi
- Ibu inpartu yang merasakan nyeri
- Pembukaan yang lama
- Penurunan kepala bayi yang lama
b. Kontraindikasi
- Janin malpresentasi
- Perdarahan antepartum
- Ibu hamil dengan hipertensi
- Penurunan kesadaran

www.serpihanilmuku.blogspot.com
American College of Obstetrician dan Gynecologist memiliki rekomendasi
berikut tentang olah raga dan kehamilan untuk menghentikan latihan atau olah
raga ini apabila berada dalam situasi berikut:
- Faktor risiko untuk persalinan prematur
- Perdarahan pervaginam
- Ketuban pecah dini
- Serviks incopetent
- Janin tumbuh lambat
Sedangkan bagi ibu hamil dengan kondisi berikut ini diharapkan untuk
berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter atau bidan yang merawat
- Hipertensi
- Diabetes gestational
- Riwayat penyakit jantung atau kondisi pernapasan (asma)
- Riwayat persalinan prematur
- Plasenta previa
- Preeklamsia

2.3.4 Persiapan
a. Alat dan Bahan
1. Bola
Ukuran bola disesuaikan dengan tinggi badan ibu hamil. Ibu hamil
dengan tinggi badan 160 – 170 cm dianjurkan menggunakan bola dengan
diameter 55-65 cm. wanita dengan tinggi badan diatas 170 cm cocok
menggunakan bola dengan diameter 75 cm.
2. Matras
3. Kursi
4. Bantal atau pengalas yang empuk
b. Lingkungan
Lingkungan yang nyaman dan kondusif dengan penerangan yang cukup
merangsang turunnya stress pada ibu. Pastikan lantai yang digunakan untuk terapi
birthball tidak licin dan anti selip. Privasi ruangan membantu ibu hamil termotivasi
dalam latihan Birth Ball. Dengan lingkungan yang mendukung tersebut
mengoptimalkan keefektifan dari latihan ini yaitu nyeri yang dirasakan klien
berkurang bahkan hilang sehingga klien dapat fokus pada kelahiran bayinya.
c. Peserta Latihan
Peserta latihan yang dimaksud adalah ibu yang akan melahirkan yang
mengalami nyeri menjelang persalinannya. Klien dipersiapkan latihan dengan

www.serpihanilmuku.blogspot.com
kondisi yang tidak capek dan tidak dalam keadaan gaduh gelisah akibat nyeri yag
hebat. Jika ibu dalam kondisi capek, maka tenaga yang terkuras semakin banyak
dan mengalami kecapekan saat meneran. Keadaan gaduh gelisah menghambat
konsentrasi ibu dalam meredakan nyerinya. Lebih baik jika ibu bertelanjang kaki
untung mencegah tergelincir.

d. Pelaksanaan
Kebanyakan ahli menyarankan agar mematuhi panduan yang disarankan yaitu
sebagai berikut :
- Frekuensi latihan 3 sampai 5 kali per minggu
- Intensitas sedang
- Waktu latihan maksimum 40 menit per sesi

2.3.5 Jenis Gerakan


a. Duduk di atas bola
1. Duduklah di atas bola seperti
halnya duduk di kursi dengan
kaki sedikit membuka agar
keseimbangan badan di atas
bola terjaga.
2. Dengan tangan di pinggang
atau di lutut, gerakkan pinggul
ke samping kanan dan ke
samping kiri mengikuti aliran
gelinding bola. Lakukan secara
berulang minimal 2 x 8 hitungan.
3. Tetap dengan tangan di pinggang, lakukan gerakan pinggul ke depan dan
kebelakang mengikuti aliran menggelinding bola. Lakukan secara
berulang minimal 2 x 8 hitungan.
4. Dengan tetap duduk di atas bola, lakukan gerakan memutar pinggul
searah jarum jam dan sebaliknya seperti membentuk lingkaran atau hula
hoop.
5. Kemudian lakukan gerakan pinggul seperti spiral maju dan mundur.

www.serpihanilmuku.blogspot.com
b. Duduk di atas bola bersandar ke depan
1. Setelah menggerakkan pinggul mengikuti aliran menggelinding bola,
lakukan fase istirahat dengan bersandar ke depan pada kursi atau
pendamping (bisa instruktur atau salah satu anggota keluarga).
2. Sisipkan latihan tarikan nafas dalam.
3. Lakukan teknik ini selama 5 menit.

c. Berdiri bersandar di atas bola


1. Letakkan bola di atas kursi.
2. Berdiri dengan kaki sedikit dibuka dan bersandar ke depan pada bola
seperti merangkul bola.
3. Lakukan gerakan ini selama 5 menit.

www.serpihanilmuku.blogspot.com
d. Berlutut dan bersandar di atas bola
1. Letakkan bola di lantai.
2. Dengan menggunakan
bantal atau pengalas yang
empuk lakukan posisi
berlutut.
3. Kemudian posisikan
badan bersandar ke
depan di atas bola seperti
merangkul bola.
4. Dengan tetap pada posisi
merangkul bola, gerakkan badan ke samping kanan dan kiri mengikuti
aliran menggelinding bola.
5. Dengan tetap merangkul bola, minta pendamping untuk memijat atau
melakukan tekanan halus pada punggung bawah. Lakukan tindakan ini
selama 5 menit.

e. Jongkok bersandar pada bola


1. Letakkan bola menempel pada tembok atau papan sandaran.
2. Ibu duduk di lantai dengan posisi jongkok dan membelakangi atau
menyandar pada bola.
3. Sisipkan latihan tarikan nafas dalam pada posisi ini.
4. Lakukan selama 5-10 menit.

www.serpihanilmuku.blogspot.com
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Mekanisme Efek Birth Ball


a. Membantu ibu dalam posisi tegak
Tetap tegak ketika dalam proses persalinan akan memungkinkan rahim
untuk bekerja seefisien mungkin dengan membuat bidang panggul lebih luas dan
terbuka. Dengan kata lain dapat merangsang dilatasi dan memperlebar outlet
panggul. Duduk lurus di atas bola maka gaya gravitasi bumi akan membantu janin
atau bagian terendah janin untuk segera turun ke panggul.
b. Sokongan
Menyeimbangkan dan memperkuat punggung karena bentuknya yang
dapat menyesuaikan bentuk tubuh sehingga dapat mengurangi resiko cedera
punggung. Dengan duduk di atas birthball ini dapat mengurangi stres pada kaki
dan pergelangan kaki.
c. Distraksi
Gerakan padaterapi birthball dapat menghibur dan mengalihkan perhatian
selama persalinan. Dengan posisi yang dapat dikontrol oleh ibu dan beberapa
gerakan ringan dapat mengurangi kecemasan dan nyeri pada persalinan. Birthing
Ball dapat memfasilitasi perubahan posisi dan digunakan sebagai alat
kenyamanan bagi seorang ibu yang masuk dalam proses persalinan.
d. Relaksasi
Dengan posisi duduk dan bentuk bola yang dapat menyesuaikan bentuk
tubuh maka akan membuat lebih mudah untuk beristirahat dan tetap dalam posisi
tegak. Posisi pada birthball dapat membantu ibu tetap bersantai dan menjaga
ligamen dan otot tetap santai dan kencang sehingga akan membantu tubuh untuk
beradaptasi dengan perubahan dramatis terjadi saat persalinan.
Posisi pada terapi birthball dapat mengurangi tekanan pada sendi
sacroiliac , pembuluh darah di daerah sekitar rahim, dan tekanan di kandung
kemih, punggung, pinggang, tulang ekor dan mengurangi tekanan perineum
juga mengendurkan otot panggul. Posisi pada birthbal juga dapat digunakan
untuk istirahat diantara kontraksi

3.2 Hasil Penelitian


Salah satu penelitian tentang birth ball yang dilakukan oleh Winny SC Kwan,
RN,BSCN, BCM, yaitu evaluasi penggunaan Birth ball intrapartum. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Juli-Desember 2010 lalu pada wanita dengan usia kehamilan ≥

www.serpihanilmuku.blogspot.com
36 minggu di departemen obstetrik dan ginekologi, Queen Elizabeth Hospital, Kowloon,
Hongkong.
Penelitian ini dilakukan pada 267 wanita dengan durasi pemakaian rata-rata 40
menit. Sebanyak 66% melaporkan penurunan tingkat nyeri setelah menggunakan
birthball, 8 % melaporkan nyeri yang lebih dari sebelumnya, 26% melaporkan tidak ada
perubahan dalam tingkat nyerinya. Dalam hal kepuasan pemakaian, 84% menyatakan
birthball dapat meredakan nyeri kontraksi, 79% dapat meredakan nyeri punggung dan
95% meyatakan nyaman ketika menggunakan birthball.
Dalam pencapaia fetal, 96% dan 99% dari total 267 bayi memperoleh APGAR skor
≥8 dalam 1 menit dan 5 menit pertama. Ha ini membuktikan bahwa penggunaan birthball
tidak menimbulkan efek yang merugikan pada bayi selama tetap memperhatikan
kontraindikasi untu penggunaannya. Sebagai pereda nyeri persalinan, birthball dapat
digunakan secara simultan dengan metode nonfarmakologi yang lain seperti pijat, aroma
terapi, terapi musik dan kompres hangat atau dingin. Diperlukan penelitian lebih lanjut
untuk tingkat penurunan nyeri karena sifat nyeri persalinan yang cenderung semakin
meningkat.

Penerapan Birth Ball di Indonesia


Nyeri persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang menyebabkan
ketidaknyamanan dalam persalinan. Nyeri persalinan perlu diatasi karena semakin
lama nyeri bisa menyebabkan stress dan ketakutan sehingga akan meningkatkan
sekresi adrenalin yang berperan dalam konstriksi pembuluh darah. Akibatnya aliran
darah ke uterus berkurang, uterus iskemik dan semakin nyeri. Nyeri semakin
bertambah tanpa diikuti pembukaan serviks, sehingga dapat memperpanjang
persalinan. Salah satu metode pengurangan nyeri adalah birth ball. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian terapi birth ball terhadap
penurunan intensitas nyeri ibu inpartu kala I fase aktif di Polindes XX.
Penelitian ini menggunakan desain pre eksperimental one group pre test
post test dengan time series dengan populasinya adalah seluruh ibu inpartu di
polindes XX yaitu 29 ibu inpartu. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling dan diperoleh sampel sebanyak 15 ibu inpartu kala I fase aktif. Terapi birth
ball dilakukan dengan cara responden duduk di atas bola, berlutut atau berdiri
sambil memeluk bola pada saat his. Pengukuran nyeri menggunakan skala nyeri
VDS dan uji analisa data dengan Wilcoxon Sign Rank Test. Intensitas nyeri diukur 3
kali setiap 10 menit sebelum dan sesudah perlakuan ketika timbul his.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15 responden setelah dilakukan
terapi birth ball sebanyak 10 responden (66,7%) mengalami penurunan intensitas
nyeri dan 5 responden (33,3%) tidak mengalami perubahan intensitas nyeri. Dari
hasil uji Wilcoxon Sign Rank Test , didapatkan z hitung 3,162 dimana z tabel 1,96
dengan taraf signifikansi 0,002. Sehingga z hitung > z tabel jadi kesimpulannya Ha
diterima yang berarti ada pengaruh pemberian terapi birth ball terhadap penurunan
intensitas nyeri ibu inpartu kala I fase aktif.

www.serpihanilmuku.blogspot.com
3.3 Aplikasi Birth Ball
Pelayanan keperawatan merupakan pedoman pelayanan kesehatan yang
bermutu serta berperan dalam menentukan kepuasan pasien. Mutu pelayanan
keperawatan mempunyai peranan yang strategis untuk menciptakan kepuasan dan
kenyamanan pelanggan. Dalam proses persalinan salah satu pelayanan keperawatan
yang utama adalah untuk manajemen nyeri persalinan sebagai upaya untuk
meningkatkan kenyamanan ibu dalam bersalin sehingga proses persalinan menjadi
nyaman dan tidak menyakitkan serta ibu dan bayi selamat. Nyeri persalinan merupakan
suatu proses fisiologis yang menyebabkan ketidaknyamanan dalam persalinan. Nyeri
persalinan perlu diatasi karena semakin lama nyeri bisa menyebabkan stress dan
ketakutan sehingga akan meningkatkan sekresi adrenalin yang berperan dalam
konstriksi pembuluh darah. Akibatnya aliran darah ke uterus berkurang, uterus iskemik
dan semakin nyeri. Nyeri semakin bertambah tanpa diikuti pembukaan serviks, sehingga
dapat memperpanjang persalinan. Dengan adanya metode birthball ini manajemen nyeri
persalinan dapat dilakukan dengan efektif dan efisien karena selain efeknya yang sangat
bermanfaat bagi proses persalinan ibu juga metode yang mudah dilakukan, aman dan
dengan biaya yang minimal.

www.serpihanilmuku.blogspot.com
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Birthball memiliki manfaat yang sangat penting bagi kenyamanan dan psikologis
ibu saat persalinan dimana birth ball ini mampu mengurangi nyeri persalinan sehingga
proses persalinan dapat berjalan dengan baik. Selain itu mampu memberikan
kenyamanan bagi bayi di dalam perut dan memudahkan bayi untuk mencari jalan lahir
dengan posisi yang optimal sehingga memudahkan melahirkan secara normal selama
ibu melakukan terapi birthball secara benar, tepat dan optimal. Birthball juga merupakan
metode terapi yang sangat mudah, aman dan yang paling terpenting adalah setiap
lapisan masyarakat dapat menggunakan dan melakukannya karena biaya yang sangat
minimal dibanding metode modern lain yang membutuhkan biaya yang cukup banyak.

4.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan sangatlah penting bagi kita untuk mengerti, memahami
terlebih mampu mengamplikasikannya serta memfasilitasi metode terapi birthball yang
membantu memberikan kenyamanan saat persalinan pada ibu melahirkan khususnya
dalam mengurangi nyeri persalinan.

www.serpihanilmuku.blogspot.com
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2011. Birthing Ball. http://mynaturalchildbirth.org/birthing-ball/. Diakses 6


juni 2012:15.11

Anonymous. 2011. Activities for fetal Positioning.


http://spinningbabies.com/techniques/activities-for-fetal-positioning/birth-balls.
Diakses 6 Juni 2012: 15.06

Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta EGC.

Doenges, Marilynn E. & Mary F. Moorhouse. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi:


Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien. Edisi 2.
Diterjemahkan oleh Monica Ester, dkk. Jakarta: EGC

Gorrie, Mc Kinney, & Murray. 1998. Foundation of Maternal Newborn Nursing. 2nd. United
State of America: W.B. Sanders Company

Hopewell, Nikki. 2012. Birthing Ball Exercise: Baby Move Down.


http://www.livestrong.com/article/125330-birthing-ball-exercises-baby-move-
down/. Diakses 6 Juni 2012: 14.47

Pritchard, Jack A., Paul C. Mac Donald. 1991. Obstetri Williams. Edisi 17. Diterjemahkan
oleh R. Hariadi, dkk. Surabaya: Airlangga University Press

Reeves, Charlene J, dkk. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 1. Diterjemahkan oleh
Joko Setyono. Jakarta: Salemba Medika

Rodriguez, Ali. 2011. Labor Exercise Birthing Ball.


http://www.ehow.com/way_5316835_labor-exercises-birthing-ball.html. Diakses
6 Juni 2012: 14.37

Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwo Prawirohardjo.

Widyaswara, Pradnya et all. 2012. Pengaruh Terapi Birth Ball Terhadap Nyeri Persalinan
Kala I. Makalah Seminar, Disajikan dalam seminar departemen Maternitas
Universitas Brawijaya Malang

www.serpihanilmuku.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai