Anda di halaman 1dari 20

MATERI 4

KONSEP KEGIATAN
GEMPAR TERINTEGRASI
DAN
PENDAMPINGAN MODEL
ONE STUDENT ONE TARGET OF
CARE (OSOT-CARE)

PADA TAHAPAN PENDAMPINGAN


PERSALINAN DAN BAYI BARU
LAHIR
PENDAHULUAN

Persalinan merupakan suatu kondisi fisiologi yang terjadi pada ibu hamil dengan
usia kehamilan cukup bulan / hamper cukup bulan . Kondisi ini , terkait dengan
serangkaia kejadian pengeluaran bayi disusul dengan keluarnya placenta baik
berlangsung dengan bantuan atau dengan kekuatan ibu sendiri. Oleh sebab itu banyak
hal yang akan dihadapi seorang ibu dalam proses tersebut terutama dalam persalinan
normal. Kondisi tersebut, diantaranya lamanya waktu yang dihadapi ibu dimulai dari
adanya tanda persalinan dari pembukaan rahim yang ditandai dengan pengeluaran
lendir dan darah diikuti dengan nyeri akibat adanya kontraksi dan kondisi ini
membutuhkan waktu 8 – 24 jam
Pada bab ini memberi kesempatan ibu untuk memahami tentang tanda
persalinan, proses persalinan, persiapan baik fisik maupun psikologis, perawatan
untuk bayi baru lahir sampai 2 jam ibu setelah bersalin atau post partum serta
kemungkinan adanya kegawatan yang munkin terjadi akibat persalinan baik pada ibu
maupun bayinya. Oleh karena itu , penguasaan materi ini sangat penting diberikan
pada ibu hamil yang sudah mulai menunggu masa persalinan melalui pendampingan
agar terjadi kesiapan secara fisik dan psikis melalui diskusi tutorial dan latihan-latihan
terkait dengan persiapan melahirkan dan pasca melahirkan.

2
BAB I
Pendampingan Persalinan dan Bayi Baru Lahir

Pendampingan Persalinan dan Bayi Baru Lahir Dukungan merupakan kondisi


yang diperlukan untuk ibu hamil saat menghadapi masa persalinan. Hal ini terkait
dengan kesejahteraan ibu dan juga Bayi , yang mana untuk ibu membutuhkan
persiapan fisik dan psikis dalam menghadapi persalinan serta bayi bari lahir (BBL)
membutuhkan kondisi adaptasi dari kehidupan dari dalam lahir ke kehidupan di luar
rahim.
A. Tanda-Tanda Permulaan Persalinan
Ibu hamil tua, dapat merasakan saatnya persalinan apabila mendapatkan
tanda –tanda permulaan persalinan berupa :
1. Perasaan Ringan (Lightening)
Kondisi tubuh dirasakan lebih ringan/enteng, sesak sudah berkurang yang
dirasakan beberapa minggu menjelang persalinan akan tetapi untuk jalan agak
susah serta sering terganggu oleh perasaan nyeri pada anggota badan utama
pada punggung dan perutnya.
2. Sering Buang Air Kencing (Pollikasuria)
Pada akhir bulan ke 9 , daerah ulu hati terasa kendor, hal ini disebabkan
karena kepala janin mulai masuk ke dalam panggul dan menyebabkan tekanan
pada kandung kencing sehingga merangsang ibu sering kencing
Kontraksi rahim palsu (False Labor)
3. Dalam waktu 3 atau 4 minggu mejelang persalinan , ibu akan merasakan nyeri
sebagai kontraksi pendahuluan berupa :
a. nyeri yang hanya terasa di perut bagian bawah dan tidak teratur datangnya
b. lama nyeri pendek dan tidak bertambah kuat dan bila dibuat jakan akan
berkurang
c. tidak ada pengaruh terhadap proses untuk persalinan terkait dengan
pembukaan pada rahim
4. Perubahan leher rahim
Yang tadinya tertutup akan lembut dan meunjukkan adanya pembukaan .
5. Peningkatan Energi (Energy Sport)
Dalam waktu 24-28 sebelum mulai persalinan , ibu yang tadinya merakan
kelelahan fisik tiba-tiba merasakan adanya energy/ kekuatan sehingga timbul
aktifitas ibu misalnya dengan membersihkan rumah dan lain-lain.

3
6. Perubahan sistem pencernaan (Gastrointestinal Upsets)
Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda seperti diare,
obstipasi, mual dan muntah karena efek penurunan hormon terhadap sistem
pencernaan

Gambar 2.1 Tanda-Tanda adanya Kontraksi


https://hellosehat.com/kehamilan/melahirkan/jenis-jenis-kontraksi-saat-hamil/

B. Proses persalinan
Dalam proses persalinan ada beberapa fase yang akan ibu alami dalam kurun 8 –
24 jam, dimana fase itu adalah :
1. Kala I
Pada kala I ini merupakan proses yang akan dialami ibu , utamanya bila
didapatkan pembukaan leher rahim yang memberikan tanda pasti persalinan
yaitu :
a. Timbulnya kontraksi sebagai his pembuka dengan sifat :
1) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
2) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
3) Sifat his teratur dan makin lama makin pendek dan kekuatannya makin
besar
4) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan leher rahim.
5) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi.
b. Kontraksi rahim yang mengakibatkan perubahan pada leher rahim bila
terjadi minimal 2 kali dalam 10 menit, dan menyebabkan adanya pendataran,
penipisan dan pembukaan leher rahim.
c. Penipisan dan pembukaan leher rahim ditandai adanya pengeluaran lendir
dan darah sebagai tanda pemula akibat adanya pembukaan
d. Keluarnya cairan banyak dan secara tiba-tiba akibat pecahnya selaput
ketuban.
2. Kala II

4
Merupakan proses pembukaan lengkap (10) cm sampai lahirnya bayi ,
yang membutuhkan waktu 2 jam untuk ibu anak pertama dan 1 jam untuk wanita
yang sudah memiliki anak lebih 1 .
3. Kala III
Adalah proses lahirnya placenta dari rahim, memutuhkan waktu 30 menit.

4. Kala IV
Adalah 2 jam pasca persalinan.

Gambar 2.2 Gerakan kepala janin di dalam panggul

C. Tanda Bahaya persalinan


Dalam proses persalinan, ibu-ibu diharapkan juga bisa mewaspadai apabila ada
tanda yang menjadi bahaya pada setiap fase persalinan , yaitu :
1. Kala I
a. Tidak adanya kemajuan persalinan karena ibu kecapaian atau karena
kondisi bagian bayi tidak sesuai dengan panggul ibu
b. Perdarahan , akibat dari pelepasan placenta sebelum bayi keluar
2. Kala II
a. Masalah bayi tidak bisa bernafas/ sesak
b. Perdarahan dari Rahim

5
3. Kala III
a. Placenta tidak segera lahir dalam 30 menit setelah melahirkan
b. Perdrahan pada jalan lahir
4. Kala IV
Perdarahan pada jalan lahir akibat kontraksi uterus atau dapat juga karena
adanya robekan jalan lahir

D. Persiapan fisik dan psikologis ibu dalamm menghadapi persalinan


Ibu-ibu yang akan melahirkan , hendaknya bisa memahami kebutuhan dasar terkait
dengan kebutuhan fisik dan psikologisnya.
1. Kebutuhan fisik
a. Makan dan minum adalah kebutuhan yang harus dipenuhi dengan baik oleh
ibu selama proses persalinan baik kala 1 s.d Kala IV. Dengan asupan makan
dan minum yang cukup merupakan sumber dari glukosa darah, yang
merupakan sumber utama energi untuk berlangsungnya persalinan.
b. Eliminasi berupa buang air besar dan buang air kecil, akan
memberikan kenyamanan pada ibu bersalin dan membantu proses
persalinan semakin lancer
c. Kebersihan, akan membantu rasa nyaman ibu dan mencegah adanya
infeksi.
d. Istirahat, walaupun dalam kondisi nyeri, ibu membutuhkan waktu rileks
utamanya bila tidak ada kontraksi dan menentukan posisi yang paling
nyaman.

2. Kebutuhan psikologis
Proses persalinan, pada dasrnya merupakan suatu kondidi fisiologis yang dialami
setiap ibu bersalin. Akan tetapi rasa khawatir, takut, cemas akan muncul dan
meningkatkan respon fisiologis dan psikologis seperti: nyeri semakin meningkat,
otot-otot menjadi tegang, ibu cepat lelah dan akhirnya akan menghambat proses
persalinan. Untuk itu, kebutuhan psikologis yang diperlukan ibu saat menghadapi
persalinan adalah :
a. Kehadiran seorang pendamping terus menerus terutama suami / keluarga
dekat selain penolong
b. Penerimaan atas sikap dan prilaku ibu bersalin, dapat dilakukan dengan :
1) Membangun kepercayaan positif dengan memberikan sugesti bahwa

6
persalinan akan aman dan bayi segera lahir yang diucapkan berulang-
ulang.
2) Mengalihkan perhatian dengan mengajak bicara, mendengar music yang
disenangi atau menonton televisi
c. Informasi dan kepastian tentang hasil pemeriksaan aman.

E. Teknik pengurangan rasa nyeri persalinan


Nyeri persalinan yang dirasakan ibu tidak semuanya sama tergantung dari respon
masing-masing individu. Namun demikin , nyeri ini tidak bisa dihilangkan terkait
dengan proses kontraksi yang dibutuhkan untuk mendorong isi dalam rahim keluar.
Untuk itu, ibu dapat mengurangi rasa nyeri dengan cara sebagai berikut :
1. pendamping persalinan , terutama oleh suami atau keluarga terdekat
memberikan motivasi / semangat pada ibu.
2. pengaturan posisi, membantu ibu menentukan posisi senyaman mungkin.
3. relaksasi dan latihan pernafasan, memberikan kesempatan untuk memperoleh
udara (oksigen)
4. istirahat dan privasi, dilakukan saat tidak ada his atau kontraksi.
5. penjelasan tentang kemajuan persalinan, akan memberikan dorongan semangat
ibu meneran saat ada kontraksi
6. Asuhan diri dengan cara sebelumnya ibu telah mempelajari proses persalinan
dilanjutkan car bersantai, tetap tenang dan mempelajari cara menarik nafas
dalam.
7. Sentuhan, merupakan stimulasi berupa pijatan/ massage daerah lumbal bawah
dan juga pada pinggul, serta penekanan pada lutut. Atau dengan memberikan
kompres hanagt dan dingin.

F. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah
bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia
seperti juga bayi mamalia lain mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri.
Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam
segera setelah lahir (Roesli, 2008). Sesaat setelah ibu melahirkan maka biasanya
bayi akan dibiarkan atau diletakkan di atas dada si ibu agar sang anak mencari
sendiri puting ibunya, ini disebut dengan inisiasi menyusu dini / IMD (Kodrat, 2010).
Inisiasi menyusu dini adalah refleks bayi baru lahir untuk merayap, mencari

7
dan menghisap putting ibu dalam rentang waktu satu 10 jam pertama setelah lahir.
Cara bayi melakukan IMD dinamakan sebagai the breast crawl atau merangkak
mencari putting (Gupta, 2007). Inisiasi menyusu dini dapat melatih motorik bayi, dan
sebagai langkah awal untuk membentuk ikatan batin antara ibu dan anak, sentuhan
dengan kulit mampu memberikan efek psikologis yang kuat diantara keduanya
(Roesli, 2008).
IMD adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan dimana bayi
dibiarkan menyusu sendiri tanpa dibantu orang lain. Bayi dipotong tali pusarnya,
diletakkan di dada ibu dan kemudian dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri
dalam waktu satu jam pertama kehidupan. Inti dari proses ini adalah kontak kulit
secara langsung antara bayi dan ibu dan proses menyusu sendiri yang dilakukan
oleh bayi, tanpa dipaksakan ke puting susu. Karena inisiatif untuk menyusu
diserahkan pada bayi, maka istilah yang digunakan adalah inisiasi menyusu dini,
bukan menyusui. Istilah menyusui lebih tepat digunakan pada ibu yang melakukan
kegiatan memberi ASI (Kemenkes RI, 2008).
1. Tahap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Ada beberapa praktek yang
mendukung keberrhasilan IMD. Langkah – langkahnya adalah sebagai
berikut:
a. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan
b. Dalam proses melahirkan, ibu disarankan untuk mengurangi / tidak banyak
menggunakan obat kimiawi. Jika ibu menggunakan obat kimiawi terlalu
banyak, dikhawatirkan akan terbawa ASI ke bayi yang nantinya akan
menyusu dalam proses inisiasi menyusu dini.
c. Para petugas kesehatan yang membantu ibu menjalani proses melahirkan
akan melakukan kegiatan penanganan kelahiran seperti biasanya. Begitu pula
jika ibu harus menjalani operasi Caesar d. Segera setelah lahir, seluruh tubuh
bayi dan kepala di keringkan secepatnya kecuali kedua tangan yang masih
basah dengan air ketuban. Vernix (zat lemak putih) yang menempel ditubuh
bayi baru lahir sebaiknya tidak di bersihkan untuk menambah kenyamanan
kulit bayi. e. Selanjutnya tali pusat dipotong dan ikat.
d. Kemudian tanpa dibedong bayi segera ditengkurapkan di dada atau perut ibu,
dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Selimut digunakan untuk menyelimuti
bayi dan ibu bersama. Selama terjadi 13 kontak kulit antara ibu dan bayi,
maka bayi tidak akan pernah kedinginan atau kepanasan, karena kulit ibu
menjadi pengatur suhu tubuh bayi. Jika perlu bayi diberi topi untuk mencegah

8
hipotermi (pengeluaran panas) dari kepalanya.
e. Bayi yang di tengkurapkan di dada atau perut ibu, dibiarkan untuk mencari
sendiri putting susu ibunya (bayi tidak di paksakan ke puting susu). Pada
dasarnya, bayi memiliki naluri yang kuat untuk mencari putting susu ibunya.
f. Saat bayi dibiarkan mencari putting susu ibunya, ibu perlu didukung dan di
bantu untuk mengenali perilaku bayi sebelum menyusu. Posisi ibu yang
berbaring mungkin tidak dapat mengamati jelas apa yang dilakukan oleh bayi.
g. Selama beberapa menit bayi akan diam dan tenang dari kondisi siaga karena
mendengar detak jantung ibunya yang biasa dia dengar selama di Rahim.
h. Sekitar 10 menit kemudian bayi mulai menggerak gerakkan tangannya yang
mengandung air ketuban kedalam mulutnya dan indra penciumannya
membaui air ketuban ditangannya.
i. Secara naluriyah bayi akan merangkak mencari putting susu ibunya yang
baunya sama dengan air ketuban di tangannya. Proses ini membutuhkan
waktu 20 – 40 menit setelah bayi diletakkan diatas perut tergantung cara
persalinan, normal atau dengan tindakkan. Pada saat merangkak ini bayi
menjilat – jilat kulit ibu yang 14 mengandung bakteri baik dan menelannya
sehingga bakteri baik berkembang biak diususnya untuk menghadang bakteri
jahat dari lingkungan luar tubuhnya. l. Setelah berhasil mencapai putting
ibunya, bayi akan segera menghisap air susu pertama (kolostrum). Asi akan
terangsang mengalir dengan lancar karena rangsangan lidah bayi pada
putting, hentakan kepala bayi pada dada ibu, yang merangsang
dikeluarkannya hormon oksitosin. Hormon oksitosin akan membantu kontraksi
rahim sehingga plasenta keluar dengan mudah.
j. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya
selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum satu
jam. Jika belum menemukan putting payudara ibunya dalam waktu satu jam,
biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil
menyusu pertama.
k. Setelah selesai menyusu pertama, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang,
diukur, dicap, diberi vitamin K dan tetes mata.
l. Ibu dan bayi tetap bersama dan dirawat gabung. Rawat gabung
memungkinkan ibu menyusui bayinya kapan saja sibayi menginginkannya,
karena kegiatan menyusui tidak boleh dijadwal. Rawat gabung juga akan
meningkatkan ikatan batin antara ibu dengan bayinya, bayi jadi jarang

9
menangis karena selalu merasa 15 dekat dengan ibu, dan selain itu dapat
memudahkan ibu untuk beristirahat dan menyusui (Lestari, 2014).

2. Tahapan Perilaku Bayi pada saat proses Inisiasi menyusu Dini Jika bayi
baru lahir segera dikeringkan dan diletakkan diperut ibu dengan kontak
kulit ke kulit dan tidak dipisahkan dari ibunya setidaknya satu jam, maka
bayi akan melalui lima tahapan perilaku (pre-feeding behavior) sebelum ia
berhasil menyusu diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Dalam 30 menit pertama Stadium istirahat/ diam tidak bergerak. Sesekali
matanya terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini
merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan
kekeadaan diluar kandungan. Bonding (hubungan kasih sayang) ini
merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman yang dapat
meningkatkan kepercayaan diri ibu terhadap kemampuan menyusu dan
mendidik bayinya.
b. Antara 30 – 40 menit Mengeluarkan suuara, gerakan mulut seperti mau
minum, mencium, dan menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan cairan
ketuban yang ada ditangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang akan di
keluarkan payudara ibu. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk
menemukan payudara dan putting susu ibu.
c. Mengeluarkan air liur Saat menyadari bahwa ada makanan disekitarnya, bayi
mulai mengeluarkan air liurnya.
d. Bayi mulai bergerak kearah payudara Aerola sebagai sasaran, dengan kaki
menekan perut ibu. Bayi menjilat – menjilat kulit ibu, menghentak – hentakkan
kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan dan kiri, serta menyentuh dan
meremas daerah putting susu dan sekitarnya dengan tangannya.
e. Menemukan, menjilat, mengulum putting, membuka mulut lebar, dan melekat
dengan baik.

10
Gambar 2.1 Tahap-tahap inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Kesalahan dalam pelaksanaan IMD Menurut Lestari (2014) walaupun
pelaksanaan IMD sudah dilaksanakan, namun umumnya belum tepat. Berikut
beberapa kesalahan dalam melaksanakan IMD:
a. Begitu bayi lahir, bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain kering.
Seharusnya Jika bayi baru lahir segera dikeringkan dan diletakkan diperut ibu
dengan kontak kulit ke kulit. b. Bayi segera dikeringkan dengan kain kering.
Tali pusat dipotong, lalu diikat. Langkah IMD yang tepat adalah setelah bayi
lahir hanya mengeringkan bagian badan saja tanpa membersihkan bagian
ekstremitas atas, kemudian sesegera mungkin diletakkan di dada ibu untuk
kontak kulit jika tidak ditemui adanya kegawat daruratan atau penyulit.
b. Karena takut kedinginan, bayi dibedong dengan selimut. Padahal tubuh ibu
secara fisiologis akan meningkat suhunya ketika bayi menempel untuk
menyesuaikan dengan kebutuhan kehangatan bayi. Bayi hanya perlu di
berikan penutup kepala dan kain kering untuk menutup tubuh pada saat
dilakukan IMD.
c. Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi kontak
dengan kulit ibu) bayi dibiarkan didada ibu (bonding) untuk beberapa lama
(10- 15 menit) atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perineum.
Ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi akan lebih baik pada 1-2 jam
pertama, sangat disayangkan jika langkah 18 ini terhambat karena dilakukan
penjahitan perineum. Bonding dapat dilakukan dengan lebih baik jika
melibatkan keluarga untuk membantu.
d. Selanjutnya, diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan

11
putting susu ibu kemulut bayi. Bayi sudah mempunyai reflek untuk mencari
puting susu ibunya, untuk kemudian merangkak mencari dan menemukan
kemudian menyusu.
e. Setelah selesai menyusu, bayi di bawa ke kamar transisi untuk ditimbang,
diukur, di cap dan diberikan suntikkan vitamin K dan diolesi salep mata.
Apabila tidak ditemukan adanya kegawatan sebaiknya setelah dilakukan
asuhan, bayi segera dilakukan roomingin.

3. Manfaat IMD Manfaat Inisiasi menyusu dini adalah:


a. Bagi bayi
1) Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi karena ASI merupakan makanan dengan
kualitas dan kuantitas yang optimal
2) Memberi kekebalan pasif kepada bayi melalui kolostrum sebagai imunisasi
pertama bagi bayi
3) Meningkatkan kecerdasan
4) Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas
5) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi
6) Mencegah kehilangan panas Bayi yang diletakkan segera di dada ibunya
setelah melahirkan akan didapatkan kehangatan sehingga dapat
menurunkan resiko hypothermia sehingga angka kematian dapat ditekan.
Jika bayinya kedinginan, suhu kulit ibu otomatis naik dua derajat untuk
menghangatkan bayi. Jika bayi kepanasan, suhu kulit otomatis turun satu
derajat untuk mendinginkan bayi.
7) Merangsang kolostrum segera keluar.

b. Bagi Ibu Sedangkan manfaat inisiasi menyusu dini bagi ibu adalah:
1) Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin
2) Meningkatkan keberhasilan produksi ASI
3) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi (Sidi et all, 2004).

c. Manfaat kontak kulit bayi dengan kulit ibu segera setelah lahir dan menyusu
dalam satu jam pertama adalah:
1) Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernafasan dan detak jantung bayi lebih
stabil (Moore, et al. 2007).
2) Ikatan antara ibu dengan bayi akan lebih baik karena pada 1 – 2 jam

12
pertama, bayi dalam keadaan siaga (Moore, et. Al. 2007).
3) Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak
mencari payudara. Adaptasi metabolik ini akan 20 menurunkan kematian
bayi karena hipotermia (Cristensson, et. Al. 1992).
4) Bayi akan mendapatkan kolostrum yang melindungi dinding usus bayi yang
masih belum matang sekaligus mematangkan dinding usus (Gangal, 2007).
5) Hentakkan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di putting susu
dan sekitarnya, emutan dan jilatan bayi pada puting ibu merangsang
pengeluaran hormon oksitosin sehingga ASI lebih cepat keluar, pelepasan
plasenta dan mengurangi perdarahan (Klaus dan Kennel, 2001).
6) Bayi mendapatkan bakteri baik yang membentuk koloni dikulit dan usus
bayi dan menyaingi bakteri jahat dari lingkungan (Gangal, 2007).
7) Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusu ekslusif
dan akan lebih lama disusui (Nakao, et. Al. 2007, Moore, et. Al, 2007).
8) Bayi dapat merangsang produksi hormon diantaranya insulin,
kolesistekonin dan gastrin yang bermanfaat untuk membantu pertumbuhan
villi usus bayi (Gangal, 2007).

4. Alasan pentingnya IMD


Menurut Maryunani (2009), alasan penting melakukan Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) adalah karena suhu dada ibu dapat menyesuaikan suhu ideal
(thermogulator) yang diperlukan bayi. Kulit dada ibu yang melahirkan 1 oC lebih
panas dari ibu yang tidak melahirkan. Jika bayinya kedinginan, suhu tubuh ibu
otomatis naik 2oC untuk menghangatkan bayi, sehingga dapat menurunkan
resiko hipotermia dan menurunkan kematian bayi akibat kedinginan.

G. Perawatan Bayi Baru Lahir (BBL)


Bayi baru lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh
paparan virus dan kuman selama proses persalinan maupun beberapa saat setelah
lahir.BBL membutuhkan perawatan dan perhatian karena bayi menjalani perubahan
dari dunia dalam rahim ke dunia luar.
Perawatan BBL yang tidak tepat dapat menimbulkan masalah kesehatan pada
bayi sampai kematian. Kesalahan dalam perawatan bayi yang dialami masyarakat
dimungkinkan karena kurangnya pengetahuan dalam perawatan bayi, pendidikan
dan sosial ekonomi yang masih rendah. Kesalahan dalam perawatan bayi terutama

13
di daerah desa dan pelosok banyak dijumpai ibu yang baru melahirkan yang
merawat bayinya dengan menggunakan cara tradisional. Selain itu juga dipengaruhi
oleh kurangnya pengetahuan dan kesiapan ibu dalam perawatan BBL.
Perawatan bayi baru lahir (BBL) yaitu melakukan penilaian sepintas pada bayi
baru lahir diantaranya apakah bayi menangis dengan kuat dan gerak tonus otot
aktif, mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks kemudian ganti handuk basah
dengan kain yang kering, menjaga kehangatan bayi, pemberian ASI sesering
mungkin, perawatan tali pusat yang baik dan benar, serta perencanaan imunisasi
yang lengkap, mengenali tanda bahaya bayi baru lahir seperti keadaan suhu bayi
yang terlalu hangat atau terlalu dingin, gumoh/muntah berlebih, tali pusat merah,
bengkak, bernanah maupun berbau, serta tidak berkemih dalam waktu 24 jam. Ibu
memahami penjelasan yang disampaikan oleh bidan dan mampu menyebutkan
beberapa tanda bahaya baru lahir.

H. Perawatan 2 jam Post partum (PP)


Perawatan 2 jam post patum (PP)
Penatalaksanaan kala 2 jam post partum adalah:
1. Melakukan observasi robekan jalan lahir atau laserasi pada vagina dan
perineum.
2. Melakukan pemantauan kontraksi uterus meliputi.
a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
b. setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
c. setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik segera lakukan asuhan sesuai
dengan penatalaksana atonia uteri.
3. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
4. Mengajarkan ibu dan keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
5. Melakukan pemantauan kala IV meliputi.
a. Evaluasi kontraksi uterus untuk mencegah perdarahan.
b. Evaluasi jumlah perdarahan.
c. Periksa nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca
persalinan.

14
d. Periksa suhu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan.
e. Periksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
(40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5- 37,5 °C).
6. Menempatkan semua peralatan bekas pakai ke dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah dilakukan
dekontaminasi.
7. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
8. Membersihkan ibu dengan air DTT dan bantu ibu untuk memakai pakaian yang
bersih dan kering.
9. Memastikan ibu merasa nyaman dan bantu ibu untuk memberikan ASI serta
beritahu keluarga untuk memberikan makanan dan minuman kepada ibu sesuai
keinginannya.
10. Melakukan dekontaminasi kamar bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
11. Membilas sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian
melepaskannya dengan keadaan terbalik dan merendamnya.
12. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir. Melengkapi partograph.

I. Adaptasi Bayi Baru Lahir ( BBL)


Adaptasi Bayi Baru Lahir ( BBL)
Kehidupan ekstrim dimana masa yang paling dinamis dari seluruh siklus
kehidupan akibat berpindah dari ketergantungan total ke kemandirian fisiologis,
proses ini dikenal dengan periode transisi (Padila et al., 2018). Oleh karena itu pada
setiap kelahiran penting bagi tenaga kesehatan untuk memikirkan tentang faktor-
faktor kehamilan atau persalinan yang dapat menyebabkan gangguan dijam
pertama kehidupan diluar rahim seperti partus lama, trauma lahir, infeksi, keluar
mekunium, dan penggunaan obat-obatan, sehingga angka kematian ibu dan bayi
dapat diminimalisir. Kematian dan kesakitan pada ibu hamil dan bersalin, ibu nifas
serta bayi baru lahir sejak lama telah menjadi masalah di negara berkembang
seperti Indonesia (Kementerian Kesehatan RI, 2018; Padila et al., 2021). Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia per 100.000 kelahiran hidup tahun 2007 sebanyak
277 kematian, tahun 2012 sebanyak 359 kematian dan pada tahun 2015
menunjukkan penurunan yaitu sebanyak 305 kematian (Profil Kesehatan Indonesia,
2016). Angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup tahun 2007 sebanyak 44
kematian, tahun 2012 sebanyak 40 kematian dan pada tahun 2015 sebanyak 26
kematian (Profil Kesehatan Indonesia, 2018).

15
1. Denyut Jantung
Sirkulasi darah dan denyut jantung merupakan komponen yang saling
terkait dari sistem kardiovaskuler dan oleh karena itu, keterkaitan atau hubungan
darah dan jantung sangat penting sehingga dapat mempengaruhi satu sama
lainnya. Didalam sistem kardiovaskuler ini ada pembuluh darah sebagai media
sirkulasi darah keseluruh tubuh, karena pembuluh darah merupakan keseluruhan
sistem peredaran darah yang terdiri dari arteri, arteriola, kapiler, venula dan
vena. Darah mengalir dari plasenta ke janin melalui umbilikus yang terdapat
dalam tali pusat. Jumlah yang mengalir melalui tali pusat sekitar 125 ml/kg/BB/m
atau sekita 500 ml permenit (Ratnasari et al., 2013).

2. Pernafasan
Selama kehamilan organ yang berperan dalam respirasi janin sampai janin
lahir adalah placenta. Pada saat bayi lahir, ia harus segera bernafas.
Rangsangan yang menstimulasi neonatus untuk bernafas pertama kali,
diantaranya; peristiwa mekanis seperti penekanan toraks pada proses kelahiran
pervagina dan tekanan yang tinggi pada toraks tersebut tiba-tiba hilang ketika
bayi lahir disertai oleh stimulus fisik, nyeri, cahaya suara menyebabkan
perangsangan pusat pernafasan. Pada saat bayi mencapai cukup bulan, kurang
dari 100 ml cairan paru–paru terdapat di dalam nafasnya. Selama proses
kelahiran,kompresi dinding dada akan membantu pengeluaran sebagian dari
cairan ini dan lebihnya akan diserap oleh sirkulasi pulmonum serta sistem
limphatik setelah kelahiran bayi. Tarikan nafas yang pertama pada bayi baru
lahir, udara di ruangan mulai mengisi saluran napas besar trakhea neonatus dan
bronkus (Sugarni et al., 2018).

3. Suhu tubuh
Suhu Tubuh Bayi baru lahir memilki kecenderungan cepat stress akibat
perubahan suhu lingkungan, karena belum dapat mengatur suhu tubuh sendiri
(Padila et al., 2019). Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang
bersuhu rata-rata 37°C - 38°C, kemudian bayi masuk ke dalam lingkungan. Suhu
ruangan persalinan yang suhu 25°C sangat berbeda dengan suhu di dalam
rahim. Neonatus dapat menghasilkan panas dalam jumlah besar dengan cara;
menggigil, aktifitas otot dan termogenesis (produksi panas tanpa menggigil).

16
Sehingga dapat menyebabkan peningkatan metabolisme dan mengakibatkan
peningkatan penggunaan oksigen oleh neonatus. Oleh karena itu kehilangan
panas pada neonatus berdampak pada hipoglikemi, hipoksia dan asidosis
(Sugarni et al., 2018; Setyorini, 2015).

J. Kegawat Daruratan dalam persalinan


Kegawat daruratan dalam persalinan adalah:
1. Preeklamsia ditandai oleh tekanan darah 140/90 mmHg dan proteinuria
2. Penyulit kala II persalinan akibat adanya emboli air ketuban , distosia bahu,
persalinan letak sungsang dan partus lama adalah persalinan yang berlangsung
lebih dari 24jam pada anak pertama , dan lebih dari 18 jam pada anak lebih satu
3. Atonia uteri adanya kontraksi segera setelah plasenta lahir.
4. Retensio plasenta merupakan sisa plasenta dan ketuban yang msih tertinggal
dalam rongga rahim. Hal ini dapat menimbulkan perdarahan postpartum dini atau
perdarahan pospartum lambat (6-10 hari) pasca postpartum.
5. Robekan jalan lahir yang meluas ke sepertiga atas vagina.
6. Perdarahan kala IV yang terjadi sejak kelahiran sampai 24 jam pascapartum.atau
kehilangan darah secara abnormal, rata-rata kehilangan darah selama pelahiran
pervaginam yang ditolong dokter obstetrik tanpa komplikasi lebih dari 500 ml.
Kasus kegawatdaruratan harusnya diketahui secara dini untuk mendapatkan
pertolongan yang cepat dan tepat dan tenang tidak panik, walaupun suasana
keluarga pasien ataupun pengantarnya mungkin dalam kepanikan.

K. Rujukan Persalinan
Sistem dan Cara Rujukan
Rujukan ibu hamil dan neonatus yang berisiko tinggi merupakan komponen
yang penting dalam sistem pelayanan kesehatan maternal. Secara umum, rujukan
dilakukan apabila tenaga dan perlengkapan di suatu fasilitas kesehatan tidak
mampu menatalaksana komplikasi yang mungkin terjadi. Berdasarkan sifatnya,
rujukan ibu hamil dibedakan menjadi:
1. Rujukan kegawatdaruratan adalah rujukan yang dilakukan sesegera mungkin
karena berhubungan dengan kondisi kegawatdaruratan yang mendesak.
2. Rujukan berencana adalah rujukan yang dilakukan dengan persiapan yang lebih
panjang ketika keadaan umum ibu masih relatif lebih baik, karena tidak dilakukan
dalam kondisi gawat darurat, rujukan ini dapat dilakukan dengan pilihan

17
modalitas transportasi yang lebih beragam, nyaman, dan aman bagi pasien.
Adapun rujukan sebaiknya tidak dilakukan bila:
1. Kondisi ibu tidak stabil untuk dipindahkan
2. Kondisi janin tidak stabil dan terancam untuk terus memburuk
3. Persalinan sudah akan terjadi
4. Tidak ada tenaga kesehatan terampil yang dapat menemani
5. Kondisi cuaca atau modalitas transportasi membahayakan

Rencana Rujukan
Komunikasikan rencana merujuk dengan ibu dan keluarganya, karena rujukan
harus medapatkan pesetujuan dari ibu dan/atau keluarganya. Tenaga kesehatan
perlu memberikan kesempatan, apabila situasi memungkinkan, untuk menjawab
pertimbangan dan pertanyaan ibu serta keluarganya.
Hubungi pusat layanan kesehatan yang menjadi tujuan rujukan dan
sampaikan kepada tenaga kesehatan yang akan menerima pasien hal-hal berikut
ini: Indikasi rujukan, Kondisi ibu dan janin, Rencana terkait prosedur teknis rujukan
(termasuk kondisi lingkungan dan cuaca menuju tujuan rujukan), Kesiapan sarana
dan prasarana di tujuan rujukan, Penatalaksanaan yang sebaiknya dilakukan
selama dan sebelum transportasi, berdasarkan pengalaman-pengalaman rujukan
sebelumnya, Formulir rujukan pasien (minimal berisi identitas ibu, hasil
pemeriksaan, diagnosis kerja, terapi yang telah diberikan, tujuan rujukan, serta
nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang memberi pelayanan), Fotokopi
rekam medis kunjungan antenatal, Fotokopi rekam medis yang berkaitan dengan
kondisi saat ini, Hasil pemeriksaan penunjang, Berkas-berkas lain untuk
pembiayaan menggunakan jaminan kesehatan. Pastikan ibu yang dirujuk telah
mengenakan gelang identifikasi. Bila terdapat indikasi, pasien dapat dipasang jalur
intravena dengan kanul berukuran 16 atau 18. Mulai penatalaksanaan dan
pemberian obat-obatan sesuai indikasi segera setelah berdiskusi dengan tenaga
kesehatan di tujuan rujukan. Semua resusitasi, penanganan kegawatdaruratan
dilakukan sebelum memindahkan pasien. Periksa kelengkapan alat dan
perlengkapan yang akan digunakan untuk merujuk, dengan mempertimbangkan
juga kemungkinan yang dapat terjadi selama transportasi. Selalu siap sedia untuk
kemungkinan terburuk.
Nilai kembali kondisi pasien sebelum merujuk, meliputi: Keadaan umum
pasien, Tanda vital (Nadi, Tekanan darah, Suhu, Pernafasan Denyut jantung janin,

18
Presentasi, Dilatasi serviks, Letak janin, Kondisi ketuban, Kontraksi uterus:
kekuatan, frekuensi, durasi u Catat dengan jelas semua hasil pemeriksaan berikut
nama tenaga kesehatan dan jam pemeriksaan terakhir.
Untuk memudahkan dan meminimalkan resiko dalam perjalanan rujukan,
keperluan untuk merujuk ibu dapat diringkas menjadi BAKSOKU (Bidan, Alat,
Keluarga, Surat, Obat, Kendaraan, dan Uang) :
1. Perlengkapan
Perlengkapan dan modalitas transportasi secara spesifik dibutuhkan untuk
melakukan rujukan tepat waktu (kasus kegawatdaruratan obstetri). Pada
dasarnya, perlengkapan yang digunakan untuk proses rujukan ibu sebaiknya
memiliki kriteria: Perlengkapan Umum dan perlengkapan persalinan steril
2. Kendaraan
Kendaraan yang dipakai untuk merujuk ibu dalam rujukan tepat waktu harus
disesuaikan dengan medan dan kondisi lingkungan menuju tujuan rujukan.
Berikut ini adalah contoh tampilan desain ambulans sederhana yang dapat
digunakan untuk merujuk ibu.

Gambar 2.2 Kendaraan yang dipakai merujuk

19
DAFTAR PUSTAKA

APN, 2020. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK- KR.


Astuti, Sri, dkk. 2016. Asuhan Ibu dalam Masa Kehamilan. Penerbit Erlangga: PT.
Gelora Aksara Pratama.
Dewi, Vivian Nanny Lia; Sunarsih, Tri. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas.
Jakarta: Salemba Medika Bag. Obgin FK Unpad. 2004.
Diana, Sulis. 2017. Model Asuhan Kebidanan Continuity Of Care. Surakarta: CV
Kekata Group
Fitriana, Yuni & Widy Nurwiandani. 2018. Konsep Persalinan secara Kompeherensif
dalam Asuhan Kebidanan. Yogyakarta: PT Pustaka Baru Press.
Hani, U. et al. 2011. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba
Medika.
Indrayani. Djami, UEM. 2013. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Trans
Info Media Bayi Katun.
Kemenkes RI. 2017. Asuhan Persalinan Normal, Asuhan Esensial Bagi Ibu Bersalin
dan Bayi Baru Lahir serta Penatalaksanaan Komplikasi segera Pascapersalinan
dan Prawiroharjo, Sarwono. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP.
Sondakh, Jenny S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sutanto. 2019. Asuhan Nifas dan Menyusui Teori dalam Praktik Kebidanan
Profesional. Yogyakarta: PT Pustaka Baru Press.
Saifuddin, A.B. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Edisi 1. Cetakan 2. Jakarta: YBP-SP.
Setyorini, Y. (2015). Pengaruh Metode Persalinan Lotus terhadap Adaptasi Bayi Baru
Lahir. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, 4.Available at : jurnal.Poltekkes–
solo.ac.Id/index.Php/Int/article/viewFile/270/243
WHO. Depkes. IBI. AIPKIN. 2013. Buku Saku. Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas
Kesehatan Dasar Dan Rujukan. Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan Edisi
Pertama 2013.

20

Anda mungkin juga menyukai