KONSEP KEGIATAN
GEMPAR TERINTEGRASI
DAN
PENDAMPINGAN MODEL
ONE STUDENT ONE TARGET OF
CARE (OSOT-CARE)
Persalinan merupakan suatu kondisi fisiologi yang terjadi pada ibu hamil dengan
usia kehamilan cukup bulan / hamper cukup bulan . Kondisi ini , terkait dengan
serangkaia kejadian pengeluaran bayi disusul dengan keluarnya placenta baik
berlangsung dengan bantuan atau dengan kekuatan ibu sendiri. Oleh sebab itu banyak
hal yang akan dihadapi seorang ibu dalam proses tersebut terutama dalam persalinan
normal. Kondisi tersebut, diantaranya lamanya waktu yang dihadapi ibu dimulai dari
adanya tanda persalinan dari pembukaan rahim yang ditandai dengan pengeluaran
lendir dan darah diikuti dengan nyeri akibat adanya kontraksi dan kondisi ini
membutuhkan waktu 8 – 24 jam
Pada bab ini memberi kesempatan ibu untuk memahami tentang tanda
persalinan, proses persalinan, persiapan baik fisik maupun psikologis, perawatan
untuk bayi baru lahir sampai 2 jam ibu setelah bersalin atau post partum serta
kemungkinan adanya kegawatan yang munkin terjadi akibat persalinan baik pada ibu
maupun bayinya. Oleh karena itu , penguasaan materi ini sangat penting diberikan
pada ibu hamil yang sudah mulai menunggu masa persalinan melalui pendampingan
agar terjadi kesiapan secara fisik dan psikis melalui diskusi tutorial dan latihan-latihan
terkait dengan persiapan melahirkan dan pasca melahirkan.
2
BAB I
Pendampingan Persalinan dan Bayi Baru Lahir
3
6. Perubahan sistem pencernaan (Gastrointestinal Upsets)
Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda seperti diare,
obstipasi, mual dan muntah karena efek penurunan hormon terhadap sistem
pencernaan
B. Proses persalinan
Dalam proses persalinan ada beberapa fase yang akan ibu alami dalam kurun 8 –
24 jam, dimana fase itu adalah :
1. Kala I
Pada kala I ini merupakan proses yang akan dialami ibu , utamanya bila
didapatkan pembukaan leher rahim yang memberikan tanda pasti persalinan
yaitu :
a. Timbulnya kontraksi sebagai his pembuka dengan sifat :
1) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
2) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
3) Sifat his teratur dan makin lama makin pendek dan kekuatannya makin
besar
4) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan leher rahim.
5) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi.
b. Kontraksi rahim yang mengakibatkan perubahan pada leher rahim bila
terjadi minimal 2 kali dalam 10 menit, dan menyebabkan adanya pendataran,
penipisan dan pembukaan leher rahim.
c. Penipisan dan pembukaan leher rahim ditandai adanya pengeluaran lendir
dan darah sebagai tanda pemula akibat adanya pembukaan
d. Keluarnya cairan banyak dan secara tiba-tiba akibat pecahnya selaput
ketuban.
2. Kala II
4
Merupakan proses pembukaan lengkap (10) cm sampai lahirnya bayi ,
yang membutuhkan waktu 2 jam untuk ibu anak pertama dan 1 jam untuk wanita
yang sudah memiliki anak lebih 1 .
3. Kala III
Adalah proses lahirnya placenta dari rahim, memutuhkan waktu 30 menit.
4. Kala IV
Adalah 2 jam pasca persalinan.
5
3. Kala III
a. Placenta tidak segera lahir dalam 30 menit setelah melahirkan
b. Perdrahan pada jalan lahir
4. Kala IV
Perdarahan pada jalan lahir akibat kontraksi uterus atau dapat juga karena
adanya robekan jalan lahir
2. Kebutuhan psikologis
Proses persalinan, pada dasrnya merupakan suatu kondidi fisiologis yang dialami
setiap ibu bersalin. Akan tetapi rasa khawatir, takut, cemas akan muncul dan
meningkatkan respon fisiologis dan psikologis seperti: nyeri semakin meningkat,
otot-otot menjadi tegang, ibu cepat lelah dan akhirnya akan menghambat proses
persalinan. Untuk itu, kebutuhan psikologis yang diperlukan ibu saat menghadapi
persalinan adalah :
a. Kehadiran seorang pendamping terus menerus terutama suami / keluarga
dekat selain penolong
b. Penerimaan atas sikap dan prilaku ibu bersalin, dapat dilakukan dengan :
1) Membangun kepercayaan positif dengan memberikan sugesti bahwa
6
persalinan akan aman dan bayi segera lahir yang diucapkan berulang-
ulang.
2) Mengalihkan perhatian dengan mengajak bicara, mendengar music yang
disenangi atau menonton televisi
c. Informasi dan kepastian tentang hasil pemeriksaan aman.
7
dan menghisap putting ibu dalam rentang waktu satu 10 jam pertama setelah lahir.
Cara bayi melakukan IMD dinamakan sebagai the breast crawl atau merangkak
mencari putting (Gupta, 2007). Inisiasi menyusu dini dapat melatih motorik bayi, dan
sebagai langkah awal untuk membentuk ikatan batin antara ibu dan anak, sentuhan
dengan kulit mampu memberikan efek psikologis yang kuat diantara keduanya
(Roesli, 2008).
IMD adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan dimana bayi
dibiarkan menyusu sendiri tanpa dibantu orang lain. Bayi dipotong tali pusarnya,
diletakkan di dada ibu dan kemudian dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri
dalam waktu satu jam pertama kehidupan. Inti dari proses ini adalah kontak kulit
secara langsung antara bayi dan ibu dan proses menyusu sendiri yang dilakukan
oleh bayi, tanpa dipaksakan ke puting susu. Karena inisiatif untuk menyusu
diserahkan pada bayi, maka istilah yang digunakan adalah inisiasi menyusu dini,
bukan menyusui. Istilah menyusui lebih tepat digunakan pada ibu yang melakukan
kegiatan memberi ASI (Kemenkes RI, 2008).
1. Tahap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Ada beberapa praktek yang
mendukung keberrhasilan IMD. Langkah – langkahnya adalah sebagai
berikut:
a. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan
b. Dalam proses melahirkan, ibu disarankan untuk mengurangi / tidak banyak
menggunakan obat kimiawi. Jika ibu menggunakan obat kimiawi terlalu
banyak, dikhawatirkan akan terbawa ASI ke bayi yang nantinya akan
menyusu dalam proses inisiasi menyusu dini.
c. Para petugas kesehatan yang membantu ibu menjalani proses melahirkan
akan melakukan kegiatan penanganan kelahiran seperti biasanya. Begitu pula
jika ibu harus menjalani operasi Caesar d. Segera setelah lahir, seluruh tubuh
bayi dan kepala di keringkan secepatnya kecuali kedua tangan yang masih
basah dengan air ketuban. Vernix (zat lemak putih) yang menempel ditubuh
bayi baru lahir sebaiknya tidak di bersihkan untuk menambah kenyamanan
kulit bayi. e. Selanjutnya tali pusat dipotong dan ikat.
d. Kemudian tanpa dibedong bayi segera ditengkurapkan di dada atau perut ibu,
dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Selimut digunakan untuk menyelimuti
bayi dan ibu bersama. Selama terjadi 13 kontak kulit antara ibu dan bayi,
maka bayi tidak akan pernah kedinginan atau kepanasan, karena kulit ibu
menjadi pengatur suhu tubuh bayi. Jika perlu bayi diberi topi untuk mencegah
8
hipotermi (pengeluaran panas) dari kepalanya.
e. Bayi yang di tengkurapkan di dada atau perut ibu, dibiarkan untuk mencari
sendiri putting susu ibunya (bayi tidak di paksakan ke puting susu). Pada
dasarnya, bayi memiliki naluri yang kuat untuk mencari putting susu ibunya.
f. Saat bayi dibiarkan mencari putting susu ibunya, ibu perlu didukung dan di
bantu untuk mengenali perilaku bayi sebelum menyusu. Posisi ibu yang
berbaring mungkin tidak dapat mengamati jelas apa yang dilakukan oleh bayi.
g. Selama beberapa menit bayi akan diam dan tenang dari kondisi siaga karena
mendengar detak jantung ibunya yang biasa dia dengar selama di Rahim.
h. Sekitar 10 menit kemudian bayi mulai menggerak gerakkan tangannya yang
mengandung air ketuban kedalam mulutnya dan indra penciumannya
membaui air ketuban ditangannya.
i. Secara naluriyah bayi akan merangkak mencari putting susu ibunya yang
baunya sama dengan air ketuban di tangannya. Proses ini membutuhkan
waktu 20 – 40 menit setelah bayi diletakkan diatas perut tergantung cara
persalinan, normal atau dengan tindakkan. Pada saat merangkak ini bayi
menjilat – jilat kulit ibu yang 14 mengandung bakteri baik dan menelannya
sehingga bakteri baik berkembang biak diususnya untuk menghadang bakteri
jahat dari lingkungan luar tubuhnya. l. Setelah berhasil mencapai putting
ibunya, bayi akan segera menghisap air susu pertama (kolostrum). Asi akan
terangsang mengalir dengan lancar karena rangsangan lidah bayi pada
putting, hentakan kepala bayi pada dada ibu, yang merangsang
dikeluarkannya hormon oksitosin. Hormon oksitosin akan membantu kontraksi
rahim sehingga plasenta keluar dengan mudah.
j. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya
selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum satu
jam. Jika belum menemukan putting payudara ibunya dalam waktu satu jam,
biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil
menyusu pertama.
k. Setelah selesai menyusu pertama, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang,
diukur, dicap, diberi vitamin K dan tetes mata.
l. Ibu dan bayi tetap bersama dan dirawat gabung. Rawat gabung
memungkinkan ibu menyusui bayinya kapan saja sibayi menginginkannya,
karena kegiatan menyusui tidak boleh dijadwal. Rawat gabung juga akan
meningkatkan ikatan batin antara ibu dengan bayinya, bayi jadi jarang
9
menangis karena selalu merasa 15 dekat dengan ibu, dan selain itu dapat
memudahkan ibu untuk beristirahat dan menyusui (Lestari, 2014).
2. Tahapan Perilaku Bayi pada saat proses Inisiasi menyusu Dini Jika bayi
baru lahir segera dikeringkan dan diletakkan diperut ibu dengan kontak
kulit ke kulit dan tidak dipisahkan dari ibunya setidaknya satu jam, maka
bayi akan melalui lima tahapan perilaku (pre-feeding behavior) sebelum ia
berhasil menyusu diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Dalam 30 menit pertama Stadium istirahat/ diam tidak bergerak. Sesekali
matanya terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini
merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan
kekeadaan diluar kandungan. Bonding (hubungan kasih sayang) ini
merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman yang dapat
meningkatkan kepercayaan diri ibu terhadap kemampuan menyusu dan
mendidik bayinya.
b. Antara 30 – 40 menit Mengeluarkan suuara, gerakan mulut seperti mau
minum, mencium, dan menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan cairan
ketuban yang ada ditangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang akan di
keluarkan payudara ibu. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk
menemukan payudara dan putting susu ibu.
c. Mengeluarkan air liur Saat menyadari bahwa ada makanan disekitarnya, bayi
mulai mengeluarkan air liurnya.
d. Bayi mulai bergerak kearah payudara Aerola sebagai sasaran, dengan kaki
menekan perut ibu. Bayi menjilat – menjilat kulit ibu, menghentak – hentakkan
kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan dan kiri, serta menyentuh dan
meremas daerah putting susu dan sekitarnya dengan tangannya.
e. Menemukan, menjilat, mengulum putting, membuka mulut lebar, dan melekat
dengan baik.
10
Gambar 2.1 Tahap-tahap inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Kesalahan dalam pelaksanaan IMD Menurut Lestari (2014) walaupun
pelaksanaan IMD sudah dilaksanakan, namun umumnya belum tepat. Berikut
beberapa kesalahan dalam melaksanakan IMD:
a. Begitu bayi lahir, bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain kering.
Seharusnya Jika bayi baru lahir segera dikeringkan dan diletakkan diperut ibu
dengan kontak kulit ke kulit. b. Bayi segera dikeringkan dengan kain kering.
Tali pusat dipotong, lalu diikat. Langkah IMD yang tepat adalah setelah bayi
lahir hanya mengeringkan bagian badan saja tanpa membersihkan bagian
ekstremitas atas, kemudian sesegera mungkin diletakkan di dada ibu untuk
kontak kulit jika tidak ditemui adanya kegawat daruratan atau penyulit.
b. Karena takut kedinginan, bayi dibedong dengan selimut. Padahal tubuh ibu
secara fisiologis akan meningkat suhunya ketika bayi menempel untuk
menyesuaikan dengan kebutuhan kehangatan bayi. Bayi hanya perlu di
berikan penutup kepala dan kain kering untuk menutup tubuh pada saat
dilakukan IMD.
c. Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi kontak
dengan kulit ibu) bayi dibiarkan didada ibu (bonding) untuk beberapa lama
(10- 15 menit) atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perineum.
Ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi akan lebih baik pada 1-2 jam
pertama, sangat disayangkan jika langkah 18 ini terhambat karena dilakukan
penjahitan perineum. Bonding dapat dilakukan dengan lebih baik jika
melibatkan keluarga untuk membantu.
d. Selanjutnya, diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan
11
putting susu ibu kemulut bayi. Bayi sudah mempunyai reflek untuk mencari
puting susu ibunya, untuk kemudian merangkak mencari dan menemukan
kemudian menyusu.
e. Setelah selesai menyusu, bayi di bawa ke kamar transisi untuk ditimbang,
diukur, di cap dan diberikan suntikkan vitamin K dan diolesi salep mata.
Apabila tidak ditemukan adanya kegawatan sebaiknya setelah dilakukan
asuhan, bayi segera dilakukan roomingin.
b. Bagi Ibu Sedangkan manfaat inisiasi menyusu dini bagi ibu adalah:
1) Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin
2) Meningkatkan keberhasilan produksi ASI
3) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi (Sidi et all, 2004).
c. Manfaat kontak kulit bayi dengan kulit ibu segera setelah lahir dan menyusu
dalam satu jam pertama adalah:
1) Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernafasan dan detak jantung bayi lebih
stabil (Moore, et al. 2007).
2) Ikatan antara ibu dengan bayi akan lebih baik karena pada 1 – 2 jam
12
pertama, bayi dalam keadaan siaga (Moore, et. Al. 2007).
3) Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak
mencari payudara. Adaptasi metabolik ini akan 20 menurunkan kematian
bayi karena hipotermia (Cristensson, et. Al. 1992).
4) Bayi akan mendapatkan kolostrum yang melindungi dinding usus bayi yang
masih belum matang sekaligus mematangkan dinding usus (Gangal, 2007).
5) Hentakkan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di putting susu
dan sekitarnya, emutan dan jilatan bayi pada puting ibu merangsang
pengeluaran hormon oksitosin sehingga ASI lebih cepat keluar, pelepasan
plasenta dan mengurangi perdarahan (Klaus dan Kennel, 2001).
6) Bayi mendapatkan bakteri baik yang membentuk koloni dikulit dan usus
bayi dan menyaingi bakteri jahat dari lingkungan (Gangal, 2007).
7) Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusu ekslusif
dan akan lebih lama disusui (Nakao, et. Al. 2007, Moore, et. Al, 2007).
8) Bayi dapat merangsang produksi hormon diantaranya insulin,
kolesistekonin dan gastrin yang bermanfaat untuk membantu pertumbuhan
villi usus bayi (Gangal, 2007).
13
di daerah desa dan pelosok banyak dijumpai ibu yang baru melahirkan yang
merawat bayinya dengan menggunakan cara tradisional. Selain itu juga dipengaruhi
oleh kurangnya pengetahuan dan kesiapan ibu dalam perawatan BBL.
Perawatan bayi baru lahir (BBL) yaitu melakukan penilaian sepintas pada bayi
baru lahir diantaranya apakah bayi menangis dengan kuat dan gerak tonus otot
aktif, mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks kemudian ganti handuk basah
dengan kain yang kering, menjaga kehangatan bayi, pemberian ASI sesering
mungkin, perawatan tali pusat yang baik dan benar, serta perencanaan imunisasi
yang lengkap, mengenali tanda bahaya bayi baru lahir seperti keadaan suhu bayi
yang terlalu hangat atau terlalu dingin, gumoh/muntah berlebih, tali pusat merah,
bengkak, bernanah maupun berbau, serta tidak berkemih dalam waktu 24 jam. Ibu
memahami penjelasan yang disampaikan oleh bidan dan mampu menyebutkan
beberapa tanda bahaya baru lahir.
14
d. Periksa suhu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan.
e. Periksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
(40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5- 37,5 °C).
6. Menempatkan semua peralatan bekas pakai ke dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah dilakukan
dekontaminasi.
7. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
8. Membersihkan ibu dengan air DTT dan bantu ibu untuk memakai pakaian yang
bersih dan kering.
9. Memastikan ibu merasa nyaman dan bantu ibu untuk memberikan ASI serta
beritahu keluarga untuk memberikan makanan dan minuman kepada ibu sesuai
keinginannya.
10. Melakukan dekontaminasi kamar bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
11. Membilas sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian
melepaskannya dengan keadaan terbalik dan merendamnya.
12. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir. Melengkapi partograph.
15
1. Denyut Jantung
Sirkulasi darah dan denyut jantung merupakan komponen yang saling
terkait dari sistem kardiovaskuler dan oleh karena itu, keterkaitan atau hubungan
darah dan jantung sangat penting sehingga dapat mempengaruhi satu sama
lainnya. Didalam sistem kardiovaskuler ini ada pembuluh darah sebagai media
sirkulasi darah keseluruh tubuh, karena pembuluh darah merupakan keseluruhan
sistem peredaran darah yang terdiri dari arteri, arteriola, kapiler, venula dan
vena. Darah mengalir dari plasenta ke janin melalui umbilikus yang terdapat
dalam tali pusat. Jumlah yang mengalir melalui tali pusat sekitar 125 ml/kg/BB/m
atau sekita 500 ml permenit (Ratnasari et al., 2013).
2. Pernafasan
Selama kehamilan organ yang berperan dalam respirasi janin sampai janin
lahir adalah placenta. Pada saat bayi lahir, ia harus segera bernafas.
Rangsangan yang menstimulasi neonatus untuk bernafas pertama kali,
diantaranya; peristiwa mekanis seperti penekanan toraks pada proses kelahiran
pervagina dan tekanan yang tinggi pada toraks tersebut tiba-tiba hilang ketika
bayi lahir disertai oleh stimulus fisik, nyeri, cahaya suara menyebabkan
perangsangan pusat pernafasan. Pada saat bayi mencapai cukup bulan, kurang
dari 100 ml cairan paru–paru terdapat di dalam nafasnya. Selama proses
kelahiran,kompresi dinding dada akan membantu pengeluaran sebagian dari
cairan ini dan lebihnya akan diserap oleh sirkulasi pulmonum serta sistem
limphatik setelah kelahiran bayi. Tarikan nafas yang pertama pada bayi baru
lahir, udara di ruangan mulai mengisi saluran napas besar trakhea neonatus dan
bronkus (Sugarni et al., 2018).
3. Suhu tubuh
Suhu Tubuh Bayi baru lahir memilki kecenderungan cepat stress akibat
perubahan suhu lingkungan, karena belum dapat mengatur suhu tubuh sendiri
(Padila et al., 2019). Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang
bersuhu rata-rata 37°C - 38°C, kemudian bayi masuk ke dalam lingkungan. Suhu
ruangan persalinan yang suhu 25°C sangat berbeda dengan suhu di dalam
rahim. Neonatus dapat menghasilkan panas dalam jumlah besar dengan cara;
menggigil, aktifitas otot dan termogenesis (produksi panas tanpa menggigil).
16
Sehingga dapat menyebabkan peningkatan metabolisme dan mengakibatkan
peningkatan penggunaan oksigen oleh neonatus. Oleh karena itu kehilangan
panas pada neonatus berdampak pada hipoglikemi, hipoksia dan asidosis
(Sugarni et al., 2018; Setyorini, 2015).
K. Rujukan Persalinan
Sistem dan Cara Rujukan
Rujukan ibu hamil dan neonatus yang berisiko tinggi merupakan komponen
yang penting dalam sistem pelayanan kesehatan maternal. Secara umum, rujukan
dilakukan apabila tenaga dan perlengkapan di suatu fasilitas kesehatan tidak
mampu menatalaksana komplikasi yang mungkin terjadi. Berdasarkan sifatnya,
rujukan ibu hamil dibedakan menjadi:
1. Rujukan kegawatdaruratan adalah rujukan yang dilakukan sesegera mungkin
karena berhubungan dengan kondisi kegawatdaruratan yang mendesak.
2. Rujukan berencana adalah rujukan yang dilakukan dengan persiapan yang lebih
panjang ketika keadaan umum ibu masih relatif lebih baik, karena tidak dilakukan
dalam kondisi gawat darurat, rujukan ini dapat dilakukan dengan pilihan
17
modalitas transportasi yang lebih beragam, nyaman, dan aman bagi pasien.
Adapun rujukan sebaiknya tidak dilakukan bila:
1. Kondisi ibu tidak stabil untuk dipindahkan
2. Kondisi janin tidak stabil dan terancam untuk terus memburuk
3. Persalinan sudah akan terjadi
4. Tidak ada tenaga kesehatan terampil yang dapat menemani
5. Kondisi cuaca atau modalitas transportasi membahayakan
Rencana Rujukan
Komunikasikan rencana merujuk dengan ibu dan keluarganya, karena rujukan
harus medapatkan pesetujuan dari ibu dan/atau keluarganya. Tenaga kesehatan
perlu memberikan kesempatan, apabila situasi memungkinkan, untuk menjawab
pertimbangan dan pertanyaan ibu serta keluarganya.
Hubungi pusat layanan kesehatan yang menjadi tujuan rujukan dan
sampaikan kepada tenaga kesehatan yang akan menerima pasien hal-hal berikut
ini: Indikasi rujukan, Kondisi ibu dan janin, Rencana terkait prosedur teknis rujukan
(termasuk kondisi lingkungan dan cuaca menuju tujuan rujukan), Kesiapan sarana
dan prasarana di tujuan rujukan, Penatalaksanaan yang sebaiknya dilakukan
selama dan sebelum transportasi, berdasarkan pengalaman-pengalaman rujukan
sebelumnya, Formulir rujukan pasien (minimal berisi identitas ibu, hasil
pemeriksaan, diagnosis kerja, terapi yang telah diberikan, tujuan rujukan, serta
nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang memberi pelayanan), Fotokopi
rekam medis kunjungan antenatal, Fotokopi rekam medis yang berkaitan dengan
kondisi saat ini, Hasil pemeriksaan penunjang, Berkas-berkas lain untuk
pembiayaan menggunakan jaminan kesehatan. Pastikan ibu yang dirujuk telah
mengenakan gelang identifikasi. Bila terdapat indikasi, pasien dapat dipasang jalur
intravena dengan kanul berukuran 16 atau 18. Mulai penatalaksanaan dan
pemberian obat-obatan sesuai indikasi segera setelah berdiskusi dengan tenaga
kesehatan di tujuan rujukan. Semua resusitasi, penanganan kegawatdaruratan
dilakukan sebelum memindahkan pasien. Periksa kelengkapan alat dan
perlengkapan yang akan digunakan untuk merujuk, dengan mempertimbangkan
juga kemungkinan yang dapat terjadi selama transportasi. Selalu siap sedia untuk
kemungkinan terburuk.
Nilai kembali kondisi pasien sebelum merujuk, meliputi: Keadaan umum
pasien, Tanda vital (Nadi, Tekanan darah, Suhu, Pernafasan Denyut jantung janin,
18
Presentasi, Dilatasi serviks, Letak janin, Kondisi ketuban, Kontraksi uterus:
kekuatan, frekuensi, durasi u Catat dengan jelas semua hasil pemeriksaan berikut
nama tenaga kesehatan dan jam pemeriksaan terakhir.
Untuk memudahkan dan meminimalkan resiko dalam perjalanan rujukan,
keperluan untuk merujuk ibu dapat diringkas menjadi BAKSOKU (Bidan, Alat,
Keluarga, Surat, Obat, Kendaraan, dan Uang) :
1. Perlengkapan
Perlengkapan dan modalitas transportasi secara spesifik dibutuhkan untuk
melakukan rujukan tepat waktu (kasus kegawatdaruratan obstetri). Pada
dasarnya, perlengkapan yang digunakan untuk proses rujukan ibu sebaiknya
memiliki kriteria: Perlengkapan Umum dan perlengkapan persalinan steril
2. Kendaraan
Kendaraan yang dipakai untuk merujuk ibu dalam rujukan tepat waktu harus
disesuaikan dengan medan dan kondisi lingkungan menuju tujuan rujukan.
Berikut ini adalah contoh tampilan desain ambulans sederhana yang dapat
digunakan untuk merujuk ibu.
19
DAFTAR PUSTAKA
20