Anda di halaman 1dari 6

ANALISA KASUS

Ny. Gigi  baru saja melahirkan 2 hari yang lalu mengeluh ASI yang keluar sedikit sehingga bayi nya
menangis terus, merupakan kelahiran pertama. Hasil anamnesa : baru pertama melahirkan, belum pernah
keguguran, melahirkan secara normal, mengeluh ASI yang keluar sedikit dan nyeri pada perut, perut terasa
kram dan mulas, nyeri semakin terasa jika sedang menyusui. Hasil pemeriksaan fisik : TD : 110/70 mmHg,
N : 80 x/menit, R : 24x/menit, S : 36.7   C, kontraksi bagus, keras, TFU : 3 jari(cm) dibawah pusat, lokchea :
0

normal, payudara : putting menonjol, ASI kolostrum sedikit.

HASIL DISKUSI KELOMPOK 6


I. Identifikasi Masalah dan Klarifikasi Kata-Kata Sulit (Unfamiliar Term)
A. Klarifikasi Kata-Kata Sulit
Tidak ada
B. Identifikasi Masalah
1. Ibu merasa cemas dengan bayinya .
2. Ibu mengeluh ASI yang keluar sedikit.
3. Ibu mengeluh nyeri perut, perut terasa kram dan mules.
4. Ibu merasakan perut semakin nyeri jika sedang menyusui bayinya.
II. Brainstorming dan Analisis Masalah
A. Brainstorming
1. Apa yang menyebabkan ibu merasa cemas ?
2. Apa yang menyebabkan / yang mempengaruhi produksi ASI sedikit?
3. Apa yang menyebabkan perut ibu terasa kram dan mules?
4. Apa yang menyebabkan perut semakin mules jika sedang menyusi bayi?
5. Bagaimana peran bidan menghadapi kasus tersebut?

B. Analisis Masalah
1. Mahasiswi Nina Himawati dan Lina Bastari menjawab pertanyaan nomor 1, ibu gigi merasakan
cemas karena ASI yang keluar sedikit, jika cemas terlalu berlebihan akan mempengaruhi produksi
ASI juga.
2. Mahasiswi Khaerani Fikratul dan Sri Hastuti menjawab pertanyaan nomor 2 faktor yang
mempengaruhi ASI Sedikit pada kasus ibu Gigi ini karena ibu masih mengalami nifas hari 2 dan ibu
melahirkan anak pertama, biasanya anak pertama ASI mulai banyak di hari ke 3. Tetapi yang
dialami ibu gigi merupakan hal fisiologis.
3. Mahasiswa Atik Retnaningsih dan Ike Widya Anom menjawab pertanyaan nomor 3, yang
menyebabkan perut ibu terasa nyeri, kram dan mules yaitu kontraksi rahim. Kontaksi rahim/ uterus
yaitu usaha uterus untuk Kembali ke ukuran semula sebelum hamil, yang ditandai dengan adanya
mules, bagian perut(uterus) teraba keras.
4. Mahasiswi Eva Heriyani dan Leli Septiani Menjawab pertanyaan nomor 4, yang menyebabkan perut
ibu semakin mules jika sedang menyusui bayinya adalah hormone oksitocyn, yang keluar saat bayi
menghisap ASI yang menyebabkan kontraksi uterus semakin terasa.
5. Mahasiswi Putri Aulia dan Venni Trisnawati Menjawab pertanyaan nomor 5, peran kita sebagai
bidan pada kasus ini adalah memberikan edukasi kepada pasien bahwa yang dialaminya adalahh
yang fisiologis/ normal. Ibu tidak usah khawatir karena ASI yang keluar sedikit karena produksi
ASI menyeimbangi kebutuhan bayi, selama bayi tidak ada tanda-tanda dehidrasi atau kuning.
Mahasiswi Syifa Nuramelia, Sindy Aprilia dan Intan Rosalinda menjawab peran bidan juga melalui
upaya promosi kesehatan tentang ASI Esklusif, mempersiapkan ibu untuk dapat menyusui dengan
baik dengan melalukan perawatan payudara konsumsi makanan yang bergizi dan hindari stres.

III. MENYUSUN MINDMAP DAN MENENTUKAN LO


a. Mind Map
b. Menentukan LO (learning Objective)
1. Untuk mengetahui dan memperbanyak informasi tentang perubahan fisiologis pada masa nifas
2. Untuk mengetahui dan memperbanyak informasi tentang tahapan Produksi ASI pasca melahirkan
3. Untuk mengetahui penyebab dari ketidaknyamanan yang dirasakan ibu karna rasa nyeri pd perut
terutama saat menyusui.
4. Untuk menjelasakan tips cara meringakan nyeri kontraksi setelah melahirkan

IV. BELAJAR MANDIRI


(dilakukan oleh masing-masing anggota)
V. LANGKAH KE LIMA SYNTHESIS DAN REPORTING
Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Ibu dalam masa nifas mengalami perubahan fisiologis. Setelah keluarnya plasenta, kadar sirkulasi
hormon HCG (human chorionic gonadotropin), human plasental lactogen, estrogen dan progesteron
menurun. Human plasental lactogen akan menghilang dari peredaran darah ibu dalam 2 hari dan HCG
dalam 2 mingu setelah melahirkan. Kadar estrogen dan progesteron hampir sama dengan kadar yang
ditemukan pada fase follikuler dari siklus menstruasi berturut-turut sekitar 3 dan 7 hari. Penarikan
polipeptida dan hormon steroid ini mengubah fungsi seluruh sistem sehingga efek kehamilan berbalik dan
wanita dianggap sedang tidak hamil (Walyani, 2017)
Perubahan- perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu masa nifas menurut Maritalia (2012) dan
Walyani (2017) yaitu:
1. Uterus
Menurut Walyani (2017) uterus berangsur- angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali
seperti sebelum hamil, perubahan bentuk uterus ini seringkali menimbulkan rasa tidak nyaman kepada
ibu nifas atau biasa disebut afterpain.
a. Penyebab
Ada beberapa penyebab mengapa ibu masih bisa merasakan kontraksi rahim setelah melahirkan,
antara lain:
1) Perubahan ukuran Rahim
Saat persalinan, otot-otot menjadi kencang seiring ibu mendorong buah hati keluar dari rahim.
Nyeri yang ibu rasakan akibat kontraksi rahim setelah persalinan terjadi karena otot rahim
berusaha menyusut kembali ke ukurannya semula, sama seperti kondisi rahim sebelum hamil.
Perubahan ini menyebabkan munculnya kram.
2) Rahim berusaha untuk menghentikan pendarahan
Saat melahirkan, ibu akan mengeluarkan banyak darah karena rahim harus mengeluarkan bayi,
plasenta, dan sisa-sisa jaringan di dalam rahim. Untuk mengeluarkan sisa-sisa jaringan tersebut,
rahim ibu perlu berkontraksi. Selain itu, kontraksi rahim setelah bersalin juga bertujuan untuk
menghentikan pendarahan yang terjadi akibat lepasnya jaringan plasenta dari dalam rahim. Jenis
pendarahan ini disebut darah nifas.
3) Pengaruh hormon menyusui
Setelah melahirkan, ibu akan memasuki masa menyusui Si Kecil. Saat menyusui, kontraksi rahim
bisa lebih terasa karena adanya produksi hormon oksitosin, yaitu hormon yang mengatur keluarnya
ASI. Namun, seiring berjalannya waktu, hormon ini akan berkurang dan tidak lagi menimbulkan
nyeri akibat kontraksi rahim.
Jadi pada dasarnya rasa nyeri perut yang dialami ibu merupakan hal yang fisiolgis tetapi
karena kurangnya pengetahuan ibu tentang perubahan fisiologis masa nifas sehingga kondisi
psikologis ibu mulai terganggu sehingga ibu merasa cemas dan khawatir sehingga ASI yang
dikeluarkan ibu sedikit.
b. Penanganan
1) Mengganjal perut saat tidur
Selama menjalani masa pemulihan setelah melahirkan, ibu dapat tidur dengan posisi tengkurap dan
perut diganjal menggunakan bantal. Cara ini dinilai cukup efektif untuk mengurangi rasa nyeri
akibat kontraksi setelah persalinan.
2) Mengompres perut
Ibu juga dapat mengompres area perut dengan kompres hangat untuk meredakan rasa nyeri yang
muncul akibat kontraksi rahim setelah melahirkan. Bunda bisa menggunakan botol yang diisi air
hangat atau hot pack.
3) Tidak menunda buang air kecil
Usahakan untuk tidak menunda buang air kecil dan cobalah untuk buang airkecil lebih sering
walau belum muncul keinginan untuk buang air kecil. Hal ini dapat membantu mempercepat
pengosongan kandung kemih agar tidak menekan rahim yang sedang berkontraksi.
4) Mengonsumsi obat pereda nyeri
Bila rasa nyeri akibat kontraksi setelah melahirkan membuat ibu merasa sangat terganggu, cobalah
untuk mengonsumsi obat pereda nyeri seperti paracetamol.
Untuk meredakan nyeri akibat kontraksi setelah melahirkan, ibu juga dapat mencoba latihan
pernapasan dan lebih sering menyusui Si Kecil. Meski tidak nyaman, kontraksi setelah melahirkan
dibutuhkan untuk pemulihan tubuh ibu
2. Payudara (mamae)
Setelah pelahiran plasenta, konsentrasi estrogen dan progesteron menurun, prolactin dilepaskan dan
sintesis ASI dimulai. Suplai darah ke payudara meningkat dan menyebabkan pembengkakan vascular
sementara. Air susu sata diproduksi disimpan di alveoli dan harus dikeluarkan dengan efektif dengan
cara dihisap oleh bayi untuk pengadaan dan keberlangsungan laktasi. ASI yang akan pertama muncul
pada awal nifas ASI adalah ASI yang berwarna kekuningan yang biasa dikenal dengan sebutan
kolostrum. Kolostrum telah terbentuk didalam tubuh ibu pada usia kehamilan ± 12 minggu.
a. Pembentukan ASI
Proses Pembentukan Laktogen
1) Laktogenesis I
Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase Laktogenesis I. Saat itu payudara
memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang kekuningan. Pada saat itu, tingkat
progesteron yang tinggi mencegah produksi ASI sebenarnya. Tetapi bukan merupakan masalah
medis apabila ibu hamil mengeluarkan kolostrum sebelum lahirnya bayi, dan hal ini juga bukan
indikasi sedikit atau banyaknya produksi ASI setelah melahirkan nanti.
2) Laktogenesis II
Saat melahirkan keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat hormon progesteron, estrogen,
dan human placental lactogen (HPL) secara tiba-tiba, tetapi hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini
menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang dikenal dengan fase Laktogenesis II. Apabila
payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat, memuncak dalam periode 45 menit,
dan kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon
prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli 24 untuk memproduksi ASI, dan hormon ini juga
keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian mengindikasikan bahwa level prolaktin dalam susu lebih
tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level
prolaktin rendah saat payudara terasa penuh.
Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga terdapat dalam proses ini, namun
peran hormon tersebut belum diketahui. Penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa proses
laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru
merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah melahirkan. Artinya, memang
produksi ASI sebenarnya tidak langsung setelah melahirkan.

b. Penanganan
Agar produksi ASI lancar maka ibu harus menyusui dengan cara yang baik dan benar dengan
memilih posisi yang nyaman saat menyusui sehingga bisa mengurangi rasa sakit perut akibat involusi
uterus, Berikut beberapa posisi ibu pada saat menyusui
1) Posisi bersandar (laid-back breastfeeding)
Posisi bersandar merupakan posisi alami yang biasanya dilakukan ketika Anda menyusui bayi
pertama kali. Kebanyakan ibu menyukai posisi ini karena dirasa membuat waktu menyusui
menjadi lebih santai.
Jika Anda ingin menerapkan posisi ini, caranya cukup mudah. Berikut tahapan untuk melakukan
posisi bersandar:
 Sandarkan punggung pada sebuah bantal yang menempel ke dinding, kursi, atau sandaran
tempat tidur.
 Posisikan perut bayi di bawah dada Anda dan kepala bayi sejajar dengan dada.
 Pastikan hidung bayi tidak tertekan dan lehernya tidak menekuk.
 Bayi biasanya sudah bisa menemukan puting payudara Anda dengan sendirinya. Namun, tidak
masalah untuk membantunya mengisap puting payudara Anda dengan benar.
 Mulailah menyusui seperti biasa.

2) Posisi menyusui yang benar dengan cradle hold


Posisi cradle hold serupa dengan posisi menyusui bayi yang benar pada umumnya. Di sini, salah
satu tangan Anda akan menekuk guna menopang tubuh bayi. Alhasil, bayi akan berbaring dengan
nyaman di salah satu tangan Anda selama melakukan posisi yang benar ini.
Jadi, jika bayi disusui pada payudara sebelah kanan, kepala bayi dan tangan Anda yang digunakan
untuk menopang tubuhnya juga dari sisi kanan.
Berikut cara melakukan posisi menyusu cradle hold:
 Gendong bayi dengan salah satu tangan Anda. Pastikan posisi kepalanya ada di lengan tangan
Anda yang tertekuk, dan perutnya di tubuh Anda.
 Posisi kepala bayi dan lengan Anda tangan yang tertekuk harus berada di sisi yang sama dengan
bagian payudara di mana bayi menyusu.
 Agar leher bayi tidak tegang, jaga agar posisi kepala bayi tetap sejajar dengan bagian tubuhnya
yang lain.
 Coba gunakan bantal menyusui atau alas yang empuk lainnya untuk lebih meringankan beban
tangan Anda saat menopang bayi.
 Mulailah menyusui seperti biasa.
Biasanya, posisi menyusui cradle hold yang benar diterapkan pada bayi yang sudah terbiasa
menyusu tapi belum terlalu besar.
Sementara untuk menyusui bayi yang baru lahir atau ukuran tubuhnya suda tumbuh besar, posisi
ini mungkin kurang efektif untuk diterapkan.
3) Posisi menyusui yang benar dengan cross cradle hold
Posisi menyusui yang benar dengan cross cradle hold mirip dengan cradle hold. Hanya saja,
lengan tangan yang digunakan untuk menopang bayi pada posisi cross cradle hold berlawanan
dengan payudara di mana bayi menyusu.
Begini, jika bayi disusui pada payudara sebelah kanan, kepala bayi juga akan berada di sebelah
kanan. Sebelumnya, pada posisi cradle hold, tangan Anda yang digunakan untuk menopang tubuh
bayi yakni tangan kanan. Namun, pada posisi cross cradle hold ini, tangan Anda yang dipakai
justru sebelah kiri. Posisi ini memudahkan Anda untuk melihat dan mengontrol perlekatan puting
susu yang diisap oleh bayi, dilansir dari Kids Health.
Berikut cara melakukan posisi menyusui cross cradle hold yang benar:
 Gendong bayi di depan tubuh Anda dengan posisi punggung dan lehernya sejajar.
 Angkat punggung bayi dengan tangan sebelah kiri. Posisikan kepala bayi berada di sebelah
kanan Anda agar bisa menyusu pada sisi kanan payudara.
 Biarkan bagian bawah tubuh bayi ditopang oleh siku tangan Anda yang tertekuk.
Posisi menyusui yang benar ini biasanya nyaman diterapkan pada bayi yang baru lahir. Pertama-
tama mencobanya mungkin terasa sulit, tapi lama-lama Anda akan merasa dipermudah karena bisa
memerhatikan isapan bayi saat menyusu (latch on).

4) Posisi berbaring (side-lying)


Posisi menyusui football hold atau bisa juga disebut clutch hold merupakan salah satu posisi yang
benar untuk bayi.
Posisi ini dilakukan dengan mengapit bayi pada sisi tubuh, tepatnya di bawah lengan Anda. Posisi
ini dapat digunakan untuk ibu dengan riwayat melahirkan caesar dan menyusui dengan payudara
besar.
Selain itu, posisi ini juga cocok apabila Anda menyusui bayi kembar secara bersamaan. Lengan
yang digunakan adalah lengan pada sisi yang sama dengan payudara untuk menyusui.
Berikut cara melakukan posisi menyusui football hold yang benar:
 Posisikan tubuh bayi di bagian sisi payudara tempat di mana bayi akan menyusui.
 Gunakan tangan pada sisi payudara yang akan menyusui untuk menopang tubuh bayi di
samping tubuh Anda.
 Tekuk lengan tangan Anda dengan telapak tangan menghadap ke atas seolah sedang memegang
bola untuk menopang lehernya.
 Biarkan punggung dan tubuh bayi ditopang oleh tangan Anda dan dekatkan ke sisi Anda.
 Kaki bayi harus terselip dibawah lengan Anda.
 Jika perlu, bagian tangan lain yang tidak bertugas untuk menopang bayi bisa Anda gunakan
untuk memegang payudara yang dipakai menyusui dari arah bawah.
Supaya lebih nyaman, Anda bisa meletakkan penyangga seperti bantal menyusui maupun alas
lainnya pada sisi tubuh yang digunakan untuk menyusui.

5) Posisi bayi duduk (sitting baby)


Seperti namanya, posisi ini dilakukan sama persis ketika bayi sedang duduk. Dengan begitu, Anda
tidak perlu menopang tubuh bayi seperti melakukan posisi menyusui yang benar lainnya.
Namun, sebelum mencoba posisi yang satu ini, pastikan si kecil sudah cukup kuat untuk duduk
sendiri. Berikut tahapan menyusui dengan posisi bayi sambil duduk:
 Duduklah dalam posisi tegak dan posisikan bayi juga untuk duduk menghadap ke tubuh Anda.
 Bayi yang baru mahir untuk duduk sendiri bisa dibantuk dengan bersandar pada tangan Anda
yang melingkari tubuhnya.
 Bayi yang sudah terbiasa duduk sendiri biasanya lebih mampu untuk duduk dengan tegak tanpa
perlu diberi sandaran.
 Pastikan leher dan punggung bayi lurus sejajar.
 Pastikan hidung bayi tidak tertekan dan dapat bernapas dengan lancar.
Menyusui dengan posisi bayi sambil duduk ini biasanya digunakan saat bepergian atau ketika
bayi sudah sangat ingin untuk menyusu sehingga mencari-cari payudara Anda sendiri.
 Kalungkan tangan ibu ke pinggang atau punggung bayi sebagai tempat bayi bersandar.
 Bayi biasanya sudah bisa menemukan puting payudara dengan sendirinya. Namun, tidak
masalah untuk membantunya mengisap puting payudara dengan benar.
Proses Laktasi dan Menyusui
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI di produksi, disekresi dan pengeluaran ASI
sampai pada proses bayi menghisap dan menelan ASI (Marmi, 2012).
Proses laktasi tidak terlepas dari pengaruh hormonal, adapun hormon yang berperan adalah:
a) Progesteron: mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat progesterone dan estrogen
menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi secara besar-besaran (Marmi, 2012).
b) Estrogen: menstimulasi system saluran ASI untuk membesar. Tingkat estrogen menurun saat
melahirkan dan tetaprendah atau beberapa bulan selama tetap menyusui (Marmi, 2012).
c) Prolaktin: berperan dalam membesarnya alveoli dalam kehamilan (Marmi, 2012).
d) Oksitosin : mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti
halnya juga dalam orgasme. Setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus disekitar
alveoli memeras ASI menuju saluran susu (Marmi, 2012).Berkurangnya produksi ASI pada ibu
menyusui mungkin disebabkan oleh ibu kurang sering/jarang menyusui bayinya sehingga payudara
selalu penuh; bayi tidak bisa
menghisap puting susu ibu secara langsung akibat kelainan bentuk mulut dan rahang atau teknik
menyusui yang salah; kelainan endokrin seperti kurangnya hormon prolaktin pada ibu; jaringan
payudara mengalami hipoplastik; ibu yang menderita gizi buruk (Marmi, 2012).

Terdapat 3 jenis ASI, yaitu kolostrum yang keluar sejak hari pertama hingga hari ke 3-5, ASI
transisi pada hari ke 3-5 hingga hari ke 8-11, dan ASI matang sejak hari ke 8-11 hingga seterusnya.
Berikut ini ada uraian mengenai jenis-jenis ASI.

1.   Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan yang pertama dikeluarkan oleh kelenjar payudara pada hari pertama
hingga hari ke 3-5 setelah persalinan. Komposisi kolostrum ASI setelah persalinan mengalami
perubahan. Kolostrum berwarna kuning keemasan disebabkan oleh tingginya   komposisi protein dan
sel-sel hidup. Kandungan protein pada kolostrum lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan
protein dalam susu matang, Sedangkan kandungan laktosanya lebih rendah dibandingkan ASI
matang. 
Jumlah kolostrum yang diproduksi Ibu hanya sekitar 7,4 sendok teh atau 36, 23 ml per hari. Tetapi
pada hari pertama bayi, kapasitas perut bayi pada ≈ 5-7 ml (atau sebesar kelerang kecil), pada hari
kedua ≈ 12-13 ml, dan pada hari ketiga ≈ 22-27 ml (atau sebesar kelereng besar/ gundu). Karenanya,
meskipun jumlah kolostrum sedikit tetapi cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi baru lahir . 

2. ASI Transisi
Sesuai namanya, ASI pada masa transisi ini diproduksi pada hari ke 3-5 hingga hari ke 8-11
dengan komposisi yang sedang berubah. Jumlah volume ASI semakin meningkat tetapi komposisi
protein semakin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang semakin tinggi. Hal ini untuk
memenuhi kebutuhan bayi karena aktifitas bayi yang mulai aktif dan bayi sudah mulai beradaptasi
dengan lingkungan. Pada masa ini pengeluaran ASI mulai stabil.

3. ASI Matang
Yaitu ASI yang keluar pada hari 8-11 hingga seterusnya. ASI matang merupakan nutrisi yang
terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai enam bulan. ASI matang,
dibedakan menjadi dua, yaitu susu awal atau susu primer, dan susu akhir atau susu sekunder.
Susu awal adalah ASI yang keluar pada setiap awal menyusui, sedangkan susu akhir adalah ASI
yang keluar pada setiap akhir menyusui.
 
Susu awal, menyediakan pemenuhan kebutuhan bayi akan air. Jika bayi memperoleh susu awal
dalam jumlah banyak, maka semua kebutuhan air akan terpenuhi. Bayi tidak akan memerlukan
lagi air minum selain ASI sebelum berumur 6 bulan walaupun bayi tinggal di daerah beriklim
panas. 
Susu akhir memiliki lebih banyak lemak daripada susu awal. Lebih banyaknya lemak ini
menyebabkan susu akhir kelihatan lebih putih dibandingkan dengan susu awal. Lemak yang
banyak ini memberikan banyak energi dalam ASI. Itu sebabnya bayi harus diberi kesempatan
menyusu lebih lama agar bisa memperoleh susu akhir yang kaya lemak dengan maksimal.
Lemak zat gizi yang dibutuhkan untuk sumber energi. Laktosa adalah zat gula yang juga
memberikan energi/tenaga. Sedangkan protein merupakan zat yang dibutuhkan bayi untuk
pertumbuhan

Anda mungkin juga menyukai