Anda di halaman 1dari 5

Kisah Ashabul Ukhdud

Pada zaman dahulu, hiduplah seorang anak yang baik hati dan tinggal dengan kedua
orangtuanya. Mereka tinggal di sebuah desa bernama Raqamat yang terletak di Negeri Najran.
Negeri Najran dipimpin oleh seorang raja yang sangat jahat bernama Dzu Nawas dan biasa
dipanggil sebagai Raja Yusuf. Raja Yusuf beragama Yahudi, ia juga memiliki penyihir yang
mengikutinya kemanapun untuk menjaganya. Bahkan, raja yang terkenal jahat ini mengaku
sebagai Tuhan.
Pada suatu hari, Raja sedang duduk di singgasananya, dan disampingnya tukang ishir
mendampinginya. Raja pun berkata: wahai penyihir, lihatlah orang-orang menyembahku, ini
semua karena kamu, apa yang harus aku lakukan tanpamu.
Waktu telah berlalu, penyihir sang raja semakin tua dan tidak seperti dulu lagi yang bisa menjaga
Raja Yusuf kemanapun pergi. Sang penyihirpun berkata kepada sang Raja Yusuf, “Wahai Yang
Mulia Raja. Umurku sekarang sudah tua dan tidak dapat lagi menjaga Yang Mulia Raja.
Maka, berilah aku seorang anak yang akan aku ajari ilmu sihir untuk menjadi penerusku
sehingga bisa menjaga Yang Mulia Raja”
Lalu, Raja pun memerintahkan pasukannya untuk pergi mencari seorang anak yang akan
dijadikan murid penyihir. Beberapa waktu kemudian, dapatlah seorang anak yang berasal dari
Desa Raqamat dan raja pun mengirimkannya kepada penyihir. Di hari pertama, anak baik ini
pergi kepada penyihir dengan perasaaan bahagia dan bangga karena membayangkan akan
memakai pakaian bagus, memiliki harta banyak, dan akan menjadi orang terkenal di seantero
negeri bahkan menjadi orang terkaya setelah raja, serta semua yang dia inginkan akan tercapai.
Ia pun mulai belajar ilmu sihir kepadanya. Sang penyihir sangat gembira ketika anak yang ia
ajari tentang ilmu sihir itu, memiliki perilaku yang baik dan otak yang cerdas.

Anak Baik dan Penyihir


Jalan menuju tempat penyihir sangat jauh, di tengah perjalanan anak baik ini terkada berhenti
untuk beristirahat dan berteduh dari teriknya matahari. Setiap melewati suatu tempat, ia selalu
mendengar ada suara orang tua yang keluar dari gua kecil yang berkata:
Ya Hayyu, Ya Qayyum… Ya Kholiqal Ardhi Wassama
(wahai Dzat yang hidup, Dzat yang berdiri sendiri, … wahai Dzat yang menciptakan bumi dan
langit)
Mendengar suara itu, anak baik ini tidak berani untuk masuk ke dalam gua takut akan orang yang
di dalamnya, namun suara it uterus terngiang-ngiang di telinganya. Kemudian sampailah anak
baik ini ke tempat penyihir dan mulai belajar sihir kembali, namun di tenga-tengah pelajaran,
penyihir melihat bahwa anak tersebut tidak focus, kemudian ia bertnaya: wahai penyihir cilik,
aku melihatmu begitu tidak focus, ada apa? Ia pun menjawab: wahai guru, setiap aku melewati
suatu tempat aku mendengar orang berkata-kata Ya Hayyu Ya Qayyum, siapa itu orang yang
maha hidup dan beridiri sendiri dan siapa dzat yang menciptakan bumi dan llangit?
Mendengangar ini, penyihir sangat marah dan berkata: jangan sebut-sebut lagi kata-kata ini, kita
semua adalah hamba Raja dan kamu adalah penyihir raja yang menjadi tuhan. Semua orang akan
menjadi pelayan kamu dan kamu akan menjadi orang terkaya di negeri ini. Maka kemudian
diamlah anak baik ini meneruskan kembali pelajaran sihirnya.
Pada suatu hari, ketika melewati tempat yang sama, anak baik ini memberanikan diri untuk
mendatangi gua dan kemudian masuk lalu menemukan seorang orang tua yang sedang
mengangkat kedua tangannya berdo’a. selesai berdo’a, orang tua tersebut bertanya kepada anak
baik. Wahai anakku siapakah engkau? Anak baik pun menjawab: aku adalah penyihirnya Raja,
lantas orang tua itupun bertanya lagi: bagaimana kamu dapat masuik ke sini? Aku mendengar
engkau memanggil tuhanmu Al Hayyul Qayyum. Wahai anakku sesungguhnya Allah adalah
penciptaku, penciptmu dan pencipta Raja yang mengaku sebagai tuhan. Mendengar tuhan Allah
anak tersebutpun kaget dan berkata: “Allah….. waw tuhan yang maha agung” ajarkan kepadaku
bagaimana menyembah Allah. Kemudian Rahib tersebut mengajarinya bagaimana menyembah
(beriman) kepada Allah dan mensuciannya.
Setelah itu, setiap ia akan pergi ke guru sihirnya untuk belajar ilmu sihir, ia pun mencuri-curi
kesempatan untuk menemui Rahib dan duduk bersamanya menyimak nasihat sang guru. Ia
begitu takjub pada apa yang disampaikan Rahib tentang Allah, Tuhan semesta alam, pencipta
langit dan bumi beserta isinya. Namun pada suatu hari, ia terlambat datang ke tempat guru
sihirnya dan penyihir itupun memukulinya. Dan begitu sebaliknya setiap ia pulang ke rumahnya
ia menyempatkan diri untuk bertemu dengan Rahib, dan setiap si anak terlambat pulang ia akan
dimarahi dan dipukul oleh orang tuanya.
Pada akhirnya sang anakpun menceritakan peristiwa tersebut kepada si Rahib dan meminta
perlindungan agar tidak dimarahi dan dipukuli oleh guru sihir serta orang tuanya. Rahib
berkata, “Jika engkau takut pada tukang sihir, maka katakan bahwa keluargaku yang
membuatku terlambat. Jika engkau takut pada keluargamu, maka katakan bahwa tukang
sihir telah menahanku untuk pulang”
Anak itupun mulai sedih dan bingung antara apa yang dia pelajari dari penyihir dengan apa
yang telah dia pelajari dari sang Rahib.

Anak Baik dan Binatang Buas


Suatu hari, di sebuah tempat terdapat seekor binatang besar dan menakutkan menghalangi jalan
serta menyerang orang-orang desa. Anak itu berkata, “Hari ini aku akan membuktikan,
apakah penyihir yang lebih baik ataukah rahib itu.” Ia mengambil sebuah batu sambil
berdoa, “Ya Allah, apabila pelajaran dari Rahib lebih Engkau cintai daripada tukang sihir,
maka bunuhlah binatang ini sehingga orang-orang dapat melewati jalan ini.” Lalu ia
melempar batu kepada binatang tersebut dan binatang itu terbunuh. Lalu orang-orangpun dapat
berjalan melewati jalan yang tadi dihalangi oleh hewan raksasa nan menyeramkan.  Lalu ia
mendatangi Rahib dan menceritakan hal tersebut kepada Rahib. Rahib mengatakan, “Wahai
anakku, saat ini engkau lebih mulia dariku. Kamu sudah berhasil melewati tantangan.
Sesungguhnya engkau akan mendapat tantangan dan jika benar, janganlah menyebut
namaku.” Sembunyikanlah keimananmu, karena jika Raja tahu hal ini, ia akan
membunuh kita berdua dan keimanan akan hilang di muka bumi.
Setelah itu, anak ini mulai belajar dengan sungguh-sungguh tentang ilmu yang diajarkan sang
Rahib sampai ia dapat menyembuhkan penyakit kulit, orang yang buta, bahkan dapat
menyembuhkan orang-orang dari berbagai macam penyakit. Ia menggunakan kepandaiannya
mengobati orang untuk mengajak mereka menyembah dan selalu mengingat kepada Allah.

Menyembuhkan Mata Yang Buta


Berita kemampuan anak ini yang dapat menyembuhkan segala penyakit diketahui oleh sahabat
dekat raja yang telah lama matanya buta. Ia mendatangi anak itu dengan membawa banyak
hadiah. Ia berkata, “Semua hadiah ini jadi milikmu asalkan engkau menyembuhkanku.”
Anak itu berkata, “Aku tidak dapat menyembuhkan seorang pun. Yang mampu
menyembuhkan hanyalah Allah. Jika engkau percaya pada Allah, aku akan berdoa pada-
Nya agar engkau bisa sembuh.” Ia pun percaya pada Allah, lantas Allah menyembuhkannya
dan sahabat raja pun dapat melihat kembali dengan kedua matanya.
Setelah dapat melihat kembali, sahabat raja pun mendatangi sang raja. Namun sang raja
bingung karena sahabatnya yang dulu buta, kini dapat melihat kembali. Raja pun bertanya,
“Siapa yang menyembuhkan mata butamu, wahai sahabatku?”, sahabat raja pun menjawab,
“Tuhanku yang menyembuhkan.” Raja pun terkejut dan berkata, “Apa engkau punya Tuhan
selain aku?!” lalu, sahabat raja menjawab dengan berani, “Tuhanku dan Tuhanmu sama,
yaitu Allah.” Sang raja pun marah mendengar jawaban sahabatnya dan menyiksanya sampai
dibawakan anak yang membantu menyembuhkan sahabat raja.
Sang raja memerintahkan pasukannya untuk mencari anak yang sudah menyembuhkan
sahabatnya. Setelah berhasil menemukan anak itu, sang raja berkata, “Wahai anakku, aku
mendengar berita mengenai sihirmu yang bisa menyembuhkan orang buta dan
berpenyakit kulit, serta engkau dapat melakukan ini dan itu.” Anak itu menjawab,
“Sebenarnya aku tidak dapat menyembuhkan apapun, yang dapat menyembuhkan semua
penyakit hanyalah Allah, Tuhan semesta alam.” Raja pun kembali marah dan menyiksa anak
tersebut sampai Rahib datang.
Raja memerintahkan pasukannya kembali untuk mencari Rahib. Lalu, datanglah Rahib ke
hadapan raja dan raja berkata kepada Rahib, “Kembalilah kepada agamamu!” Namun Rahib
menolak untuk kembali menyembah sang raja. Dengan begitu, dibawakan sebuah gergaji untuk
membunuh sang Rahib dan sang Rahib pun mati. Kemudian sang raja memanggil sahabatnya
dan berkata, “Kembalilah kepada ajaranmu!” Sahabat raja juga menolak dan ia pun mati
dibunuh seperti sang Rahib.

Raja Membunuh Anak Baik


Tibalah giliran anak yang baik hati menghadap raja. Ia disiksa dan diperintahkan hal yang sama
yaitu untuk menyembah kepada raja, namun ia tidak mau. Kemudian anak itu diserahkan kepada
pasukan raja. Raja berkata, “Pergilah kalian ke gunung. Naiklah ke gunung tersebut
bersamanya. Jika kalian telah sampai di puncaknya (tanyalah dirinya), apabila ia kembali
pada ajarannya, bebaskan ia. Jika tidak, lemparkan ia dari gunung tersebut.” Lalu pasukan
raja tersebut pergi bersama anak itu untuk menaiki gunung. Lalu anak ini berdoa, “Ya Allah,
lindungilah aku dari tindakan mereka dengan kehendak-Mu.” Tiba-tiba gunung menjadi
berguncang dan semua pasukan raja jatuh dari gunung.
Anak itu kembali kepada raja. Ketika sampai, raja bertanya, “Apa yang dilakukan teman-
temanmu?” Ia menjawab, “Allah telah melindungiku dari perilaku jahat mereka.” Lalu
anak ini dibawa lagi bersama pasukan raja. Raja berkata, “Pergilah kalian dengan sebuah
perahu menuju tengah lautan. Jika ia mau kembali pada ajarannya, bebaskan dia. Jika
tidak, tenggelamkan ia.” Mereka pun lantas pergi. Lalu anak ini berdoa sama seperti
sebelumnya. Tiba-tiba perahu pun terbalik, pasukan raja tenggelam. Anak tersebut kembali
mendatangi raja. Raja pun berkata, “Apa yang dilakukan teman-temanmu?” Ia menjawab,
“Allah telah melindungiku dari perilaku jahat mereka.” 
Kemudian sang anak berkata, “Wahai raja, engkau tidak akan bisa membunuhku
kecuali engkau memenuhi perintahku.” Raja bertanya, “Apa perintahnya?” Anak itu
menjawab, “Kumpulkanlah rakyatmu di suatu bukit. Lalu pakulah aku di atas kayu.
Ambillah anak panah dari tempat panahku, ucapkanlah, “Dengan nama Allah, Tuhan dari
anak ini.” Lalu panahlah aku pasti engkau dapat membunuhku.”

Rakyat Beriman Kepada Allah


Raja pun memerintahkan pasukannya untuk mengumpulkan rakyatnya di sebuah bukit untuk
menyaksikan anak tersebut dibunuh, lalu raja mengambil anak panah anak tersebut kemudian
diletakkan di busurnya. Lalu raja mengucapkan, “Dengan nama Allah Tuhan anak ini.” Lalu
dilepaslah dan panah tersebut mengenai keningnya, kemudian anak itupun mati. Setelah orang-
orang menyaksikan kematian anak yang baik hati itu dan bagaimana ia mati setelah Raja
mengucapkan “Dengan nama tuhan anak ini” Rakyat yang berkumpul tersebut berteriak dan
berkata, “Kami beriman pada Tuhan anak itu!”
Raja dan pasukannya berdiri di hadapan orang yang berkumpul. Sang raja sadar bahwa ia
sudah dijebak oleh sang anak yang telah ia bunuh. Anak itu memanfaatkannya untuk
menyebarkan agama Allah seluas-luasnya, dan itu benar-benar berhasil. Kemudian ada yang
berkata, “Apa yang selama ini engkau khawatirkan sepertinya benar-benar terjadi.
Manusia saat ini telah menyembah pada Tuhan anak tersebut.” Lalu raja tadi
memerintahkan pasukannya untuk membuat lubang panjang di jalan lalu dinyalakan api di
dalamnya. Raja berkata, “Siapa yang tidak mau kembali kepada ajarannya, maka
lemparkanlah ia ke dalam lubang api ini!” Mereka pun melakukannya, sampai ada seorang
ibu bersama bayinya. Seorang ibu ini pun merasa sangat takut ketika akan masuk ke dalam
lubang api. Namun, dengan keajaiban Allah sang bayi berkata, “Wahai ibu, bersabarlah
karena engkau di atas kebenaran.”

Anda mungkin juga menyukai