Raja Balanipa. Raja yang bertubuh tegap itu adalah seorang raja yang ingin berkuasa selamanya. Ia juga
seorang raja yang cukup disegani oleh rakyatnya. Kerajaan Balanipa ini berada di daerah yang subur.
Hasil kekayaan alamnya melimpah dan dapat menambah penghasilan rakyat. Tak heran, Kerajaa n
Balanipa ini termasuk negeri yang makmur dan sejahtera. Raja Balanipa memimpin rakyatnya dengan
bijaksana dan adil. Namun, sikap Raja Balanipa itu sangat bertolak belakang terhadap keluarganya.
Setelah berpidato kepada rakyatnya, raja kembali ke ruangan dan didatangi ratu dengan maksud untuk
memeberikan makanan. Tetapi perlakuan kasar malah diterima oleh ratu.
Raja : aku ingin menjadi raja untuk selamanya, hmm tapi bagaimana ya. Mungkin penasihat bisa
membantuku.
Raja : Bagaimana caranya agar aku tetap menjadi raja dan tidak ada yang dapat
menggantikanku, penasihat?
Penasihat : Wahai raja, budaya turun temurun untuk meneruskan jejak darah raja itu penting.
Maka dari itu jangan sampai jejak darah tersebut raja teruskan.
Penasihat : jangan sampai raja mendapatkan seorang putra. Karena dengan adanya seorang
putra maka akan ada saingan dalam tahta raja.
Raja : (menganguk)
Raja meng iyakan saran dari penasihat Kemudian bertemu dengan Panglima Puan Moso
Raja : Hai panglima puan moso, besok saya akan berburu di hutan utara, selama 2 bulan. Dalam
waktu dekat ini ratuku akan melahirkan. Jika perempuan yang lahir maka biarkan dia hidup jika
laki laki, bunuh.
Disisi lain ratu sedang mengandung anak dari raja, kemudian Beberapa bulan pun berlalu dan kelahiran
Bayi : (tangisan)
Ratu : Astaga . . . apa yang harus saya lakukan, jika raja tau maka bayi itu akan segera di bunuh.
Dukun Bayi : Coba ratu minta bantuan panglima puan moso, setahu saya dia memiliki akhlak
yang baik dan panglima yang dapat dipercaya
Ratu : bayi yang saya lahirkan, laki laki. Ku takmau bayi ini mati di tangan si raja tamak itu.
Kuperintahkan panglima untuk membawa bayi ini keluar kerajaan dan mencari orang tua asuh
bagi bayiku.
Puan moso : baik ratu, saya mempunyai kerabat yang tinggal di hutan sendirian, dia bernama
Puang talah. Dia memiliki prilaku baik, bertanggung jawab dan saya yakin dia pantas mendidik
putra mahkota. Untuk mengelabuhi raja saya ada ide untuk mengatakan bahwa bayi yang
dikandung ratu sudah meninggal dan kita buat kuburannya di deakat taman istana.
Puan moso : bayi laki laki ini, ratu beri nama siapa?
Puan moso dengan menggendong to dialing bergegas menuju hutan untuk bertemu Puang Tala
Puan moso : Kerabatku Puang Tala, begitulah cerita singkat mengapa aku datang ke sini
meminta bantuan kalian semua. Terimalah dan rawatlah bayi itu dengan baik seperti engkau
merawat anakmu sendiri. Aku akan sering menengok untuk melihat perkembangan bayi itu
Puang Tala : Baiklah, Kanda Puang Mosso. Kami akan merawat bayi laki-laki ini dengan baik. Aku
akan merawat bayi ini seperti merawat anakku sendiri
Puang tala memenuhi janjinya. Dia merawat dan membesarkan to dialing dengan baik. Selain itu dia juga
mengajarkan perilaku baik kepada manusia dan alam. Tahun demi tahun pun berlalu. Tak terasa to
dialing pun beranjak dewasa, dia menjadi sosok yang tampan, cerdas, rangkas dan tangguh dan
sekarang dia menginjak umur 20 tahun.
Puang tala : nak . . bapak berpesan untuk selalu menjaga alam dan berbuat baik kepada sesama
manusia
Tidak jauh dari hutan yang ditinggali oleh puang tala dan to dialing. Terdapat kerajaan goa. Kerajaan
yang terkenal makmur, sejahtera dengan raja yang bijaksana.
Suatu hari kerajaan goa mengadakan sayembara berburu rusa. Dimana siapa saja yang menangkap rusa
paling cantik, bersih dan tidak ada tergores akan memenangkan sayembara. Ditambah lagi jika rusa
tersebut dibawa dalam keadaan hidup maka akan di angkat menjadi panglima.
Kabar terkait sayembara tersebut terdengar oleh to dialing. Dengan penuh semangat to dialing meminta
izin kepada puan tala untuk mengikuti sayembara tersebut.
To dialing : Bapak saya hendak ikut sayembara berburu yang diadakan di kerajaan goa. Saya
meminta izin kepada bapak agar saya dapat mengikutinya?
Puang tala : saya izinkan engkau pergi nak. Ingat pesan bapak untuk selalu baik terhadap orang
lain dan tidak merusak alam.
To dialing pun berangkat menuju kerajaan goa. Setibanya disana ternyata sudah banyak peserta yang
kumpul di alun-alun kerajaan. Disana diumumkan tentang peraturan sayembara. Usai diumumkan to
dialing pun bergegas ke hutan selatan untuk mencari rusa yang di maksud. Seharian dia mencari, to
dialing pun mendapatkan rusa yang memenuhi kriteria sayembara dan menghadap raja.
Raja Goa : 40 tahun saya menjadi raja 40 kali pula aku mengadakan sayembara, baru pertama
kali saya melihat rusa secantik ini, tanpa goresan dan tanpa cacat. Wahai anak muda siapakah
dirimu?
To dialing : nama saya to dialing dari hutan selatan, putra dari puang tala.
Raja Goa : Hutan selatan ? . . bukan kah hutan tersebut cukup berbahaya untuk ditinggali?,
banyak binatang buas dan tanaman beracun disana?
To dialing : bersama bapak saya bisa hidup disana, saya belajar tentang tanaman yang bisa
dimakan disana, berburu hewan dan membuat bivak alam.
Raja Goa : bagus kau memang pantas menjadi panglima di kerajaan ini. Mulai hari ini to dialing
akan saya angkat menjadi Panglima Manyambungi
To dialing pun diangkat menjadi panglima atas keberhasilanya memenangkan sayembara dan memiliki
julukan manyambungi. Disisi lain di kerajaan balanipa, raja balanipa sedang mengalami sakit. Dalam
sakitnya raja balanipa belum mau menyerahkan jabatanya ke siapapun bahkan ke adiknya sendiri yaitu
lego
Lego : mau kau kemanakan kerajaan ini?
Raja : tidak akan kuserahkan tahta raja ini kepada siapapun, meski aku sakit ku masih sanggup
untuk . . . Lego : matilah kau pak tua, serahkan saja kerajaan ini kepada ku
Setelah kematian raja balanipa di ambil oleh lego. Selama beberapa tahun menjabat, raja lego membuat
peraturan yang menyiksa masyarakat, dimana masyarakat di tuntut untuk membayar pajak yang tinggi.
Sedangkan itu di kerajaan goa, to dialing dikenal sebagai panglima yang tegas, baik dan peduli dengan
masyarakat kecil.
Masyarakat yang muak dengan pemerintahan raja lego pun bermusyawarah. Hasil dari musyawarah
tersebut memutuskan untuk meminta bantuan ke kerajaan goa dan diutuslah 2 orang dari warga untuk
ke kerajaan goa.
Warga 2 : kami dari perwakilan masyarakat balanipa hendak meminta tolong kepada raja goa
yang terhormat untuk menyelamatkan kami dari raja kami yang kejam
Warga 3 : benar raja kami sebagai masyarakat ditindas oleh pajak yang tinggi, prajurit kerajaan
yang semena-mena, dan aturan yang kejam.
To dialing : saya bersedia untuk membantu mereka yang mulia jika panglima puan moso dari
balanipu berkenan menjemput saya ke kerajaan goa.
Raja goa : baiklah jika itu yang kau hendaki to dialing, aku izinkan kau pergi ke kerajaan balanipa
dengan syarat yang kau ajukan. Akan tetapi apa kalian menyetujui persyaratannya?
Keesokan hari kedua warga tsb kembali kekerajaan balanipa dan memberitahukan permintaan dari to
dialing ke panglima puan moso. Hari berikutnya puan moso bergerak menuju kerajaan goa dan
menemui to dialing.
To dialing : Pangeran?
Puan moso : sudah sebesar dan segagah ini kah sekarang pangeran ?
Puan moso pun menceritakan tentang masa lalu pangeran. (Sound Bersahabat)
To dialing : saya adalah pangeran banalipa dan sekarang rakyatku sedang menderita karena
kepemimpinan seorang yang tamak, ku tak boleh membiarkan ini berlanjut
To dialing : sekarang ayo kita berangkat ke kerajaan balanipa, aku akan merebut tahta dengan
pertarungan 1 vs 1
To dialing dan puan moso melakukan perjalanan menuju kerajaan balanipa. Dalam perjalanannya to
dialing melihat warga yang kelaparan dijalan, banyak anak-anak yang tidak mengenyam pendidikan dan
warga yang meminta-minta.
To dialing : hai raja tamak, tidak kah kau lihat warga mu yang mengemis di jalan dan kelaparan di
rumah mereka
To dialing : Lego, Jika kamu kuat, mari buktikan , lepaskan senjatamu, lawanlah aku. Siapapun
yang menang dia berhak atas kerajaan Balanipa
dan duel dimenangkan To dialing, dari kemenangan duel tersebut to dialing menjadi raja di balanipa.
Beberapa hari kemudian to dialing dan raja goa bertemu untuk berkerjasama.
tamat