Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Manusia merupakan salah satu anggota dari kingdom animalia dan
tergolong ke dalam kelas mamalia. Manusia mempunyai ciri khusus yang
membedakannya dengan organisme lainnya, salah satu contohnya dalam hal
reproduksi. Manusia merupakan kelompok hewan vivipar dimana ia adalah
hewan beranak dan akan melakakukan proses pengeluaran anak dari tubuh
induknya. Pada manusia, alat dan sistem reproduksinya telah berkembang
sedemikian kompleks dan sempurna. Pada reproduksi manusia, pria akan
menghasilkan sperma dan wanita akan menghasilkan ovum. Jika sperma dan
ovum bertemu akan terjadi fertilisasai atau pembuahan. Dari pembuahan
tersebut akan terbentuk satu sel yang di sebut zigot yang akan terus
membelah menjadi embrio dan akhirnya menjadi individu baru.
Embrio pada manusia akan terus mengalami peroses/tahapan
perkembangan embrio sehingga nantinya akan menjadi janin. Adanya janin di
dalam rahim tersebut dinamakan dengan kehamilan. Umumnya tahapan
kehamilan pada ibu dikenal dengan sebutan trimester, setelah tahapan ini ibu
akan mengalami tahap kelahiran. Ketika mendekati waktu kelahiran bayi,
seorang ibu harus mempersiapkan segala sesuatunya dengan sebaik mungkin
baik persiapan fisik, psikis maupun materi.
Kelahiran merupakan pengakhiran proses kehamilan dan juga
merupakan permulaan kepada sebuah kehidupan manusia. Proses kelahiran
bermula apabila rahim berkontraksi selama 15 hingga 20 menit dan serviks
meregang serta mula terbuka sekitar 14 hingga 24 jam, yaitu kira-kira 266
hari sejak terjadinya pembuahan.
Berbicara mengenai kehamilan, kita pasti tidak akan terlepas dengan
yang namanya keguguran. Keguguran merupakan peristiwa kehilangan janin
yang terjadi pada masa kehamilan. Banyak sekali faktor-faktor yang
menyebabkan keguguran.

Mengingat pentingnya pengetahuan mengenai kelahiran/persalinan serta


keguguran dalam kehidupan maka kami tertarik dalam melakukan pendalaman
materi mengenai kelahiran dan keguguran (definisi, faktor penyebab,
mekanisme, dan lain sebagainya). Sehingga dengan adanya makalah ini
nantinya dapat memiliki daya guna bagi setiap pembacanya.
1.2.

Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kelahiran?
2. Bagaimana tanda-tanda terjadinya kelahiran?
3. Apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya kelahiran?
4. Bagaimana proses/tahapan terjadinya kelahiran?
5. Apa yang dimaksud dengan keguguran?
6. Apa saja faktor penyebab dan proses terjadinya keguguran serta gejala
akan terjadinya keguguran?

1.3.

Tujuan
1. Agar mengetahui pengertian dari kelahiran dan keguguran
2. Agar mengetahui tanda-tanda yang terjadi saat menjelang kelahiran
3. Agar mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kelahiran
dan keguguran
4. Agar mengetahui proses/tahapan terjadinya kelahiran dan keguguran
5. Agar mengetahui gejala-gelaja yang menandakan akan terjadinya
keguguran

1.4 Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
Manfaat penulisan makalah ini bagi mahasiswa adalah agar mahasiswa
dapat mengetahui lebih mendalam tentang kelahiran dan keguguran.
b. Bagi masyarakat
Manfaat penulisan makalah ini bagi masyarakat adalah menambah
informasi untuk masyarakat khususnya mengenai kelahiran. Hal ini sangat
bermanfaat untuk ibu hamil sehingga pada saat kelahiran mereka sudah
lebih siap, dan ibu hamil juga dapat lebih menjaga kondisi kandungannya
agar tidak terjadi keguguran sebelum kelahiran.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kelahiran
Setelah ibu hamil mengalami masa trimester pertama, kedua, dan,
ketiga maka akan terjadilah proses kelahiran. Kebanyakan orang bingung
dengan pengertian persalinan dan kelahiran. Padahal sebenarnya persalinan
dan kelahiran itu memiliki arti yang sama, hanya saja istilah persalinan lebih
sering digunakan dalam dunia kebidanan.
Persalinan/kelahiran/parturisi adalah suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin+ari), yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan
lahir. Persalinan normal disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya
bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan
alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang
dari 24 jam. Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir
dengan lahirnya plasenta.
Persalinan/kelahiran/partuisi merupakan proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam, tanpa
komplikasi baik ibu maupun janin. (Saifudin, 2001). Kelahiran merupakan
proses akhir dari kehamilan yang sehingga manusia dapat melahirkan bayi
sebagai hasil dari kehamilan.
Terdapat beberapa pendapat mengenai persalinan/kelahiran/parturisi.
-

Serangkaian kontraksi uterus yang kuat dan berirama yang umum

dikenal sebagai labor (Campbell, 2004).


Serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang
cukup bulan atau hampir cukup bulan, sesuai dengan pengeluaran

placenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Sastrawinata, 1983).


Proses pengeluaran hasil konsepsi (janin) yang telah cukup bulan
atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir dengan

bantuan atau tanpa bantuan/kekuatan sendiri (Manuaba, 1998).


Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian
dari kelahiran adalah serangkaian kontraksi uterus untuk mengeluarkan hasil
3

konsepsi (janin + ari) yang telah cukup bulan dan dapat hidup diluar
kandungan serta dikeluarkan dari tubuh ibunya melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain dengan atau tanpa bantuan/kekuatan sendiri.
2.2. Tanda-Tanda Terjadinya Kelahiran
Sebelum terjadinya peristiwa kelahiran sebenarnya beberapa minggu
sebelumnya wanita memasuki bulannya atau menunggu atau harinya
yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor). Tanda-tandanya
sebagai berikut :
1. Kepala Bayi mulai turun ke bawah
Di akhir masa kehamilan, ibu hamil dapat merasakan perut menjadi lebih
ringan. Ini dikarenakan di dua minggu sebelum kelahiran, kepala bayi
sudah berada di bawah dan turun ke daerah rangka tulang pelvis.
Keadaan ini disebut lightening atau settling atau dropping. Ketika bayi
telah turun ke bawah, ibu hamil mungkin mengalami rasa sakit di bagian
selangkangan karena tekanan bayi. Ibu hamil menjadi lebih sering buang
air kecil karena bayi menekan kadung kemih. Tanda melahirkan lain
yang menyertai hal ini adalah rasa sakit pada perut, mulas, sering buang
air besar dan buang angin.
2. Rasa Sakit pada panggul
Di akhir kehamilan persalinan dapat ditandai dengan rasa sakit berlebih
pada panggul dan bagian tulang belakang. Rasa sakit ini disebabkan
karena adanya pergeseran dan pergerakan bayi yang mulai menekan
tulang belakang. Untuk mengurangi rasa sakit ini hendaknya ibu hamil
banyak berjalan. Olah raga berjalan ringan juga dipercaya dapat
mempercepat proses kelahiran.

3. Keluar cairan lendir kental bercampur darah


Mendekati masa persalinan, ketika leher rahim mulai menipis dan mulai
keluar cairan lendir kental sedikit lengket. Lendir ini mulanya
menyumbat leher rahim, dan terdorong keluar oleh kontraksi yang
membuka mulut rahim.

4. Air Ketuban Telah Pecah


Air ketuban yang berwarna jernih, putih kekuningan, jumlahnya cukup
banyak dan tidak berbau berarti air ketuban tersebut belum bersifat racun
bagi bayi. Namun demikian bila yang keluar adalah air ketuban yang
keruh dan berbau maka kondisi bayi di dalam kandungan dapat terancam
karena air ketuban tersebut telah bersifat racun.
5. Terjadi kontraksi rahim
Rasa sakit saat kontraksi dimulai dari rahim bagian atas, lalu menjalar ke
bawah, yakni ke bagian atas tulang kemaluan. Setiap kontraksi akan
diikuti dengan mengerasnya rahim, yang kemudian melunak lagi. Bila
sedang terjadi kontraksi, pada saat yang bersamaan pengerasan rahim
akan menimbulkan rasa sakit, keadaan ini disebut fase labors paints.
Jika kontraksi sudah terjadi setiap 5 menit sekali, maka ibu hamil harus
segera di bawa ke rumah sakit. Kontraksi ini datang lalu hilang lagi
secara teratur, dengan rasa nyeri yang makin lama makin kuat dan sering
(kontraksi palsu tidak berkesinambungan).
6. Rahim telah dalam keadaan membuka
Persalinan ditandai dengan membukanya rahim mulai bukaan pertama
sampai dengan bukaan ke sepuluh. Fase bukaan ini secara medis
diartikan berapa cm ukuran rahim yang telah membuka. Bukaan kesatu
artinya rahim telah membuka 1 cm sedangkan bukaan sempurna ditandai
dengan membukanya rahim sebanyak 10 cm sehingga dapat dilewati oleh
kepala bayi.
Sebelum terjadinya his (kontraksi) sejati, seorang calon ibu bisa
merasakan his palsu atau kontraksi rahim yang tidak teratur. His ini
disebut kontraksi Braxton Hicks. Ini merupakan hal yang normal dan
mungkin lebih sering muncul pada sore hari. Perbedaan antara his palsu
dan his sejati dapat dilihat pada tabel di bawah.
Jenis
perubahan

His palsu

His sejati

Karakteristik

Tidak teratur & tidak sering

Timbul secara teratur dan

kontraksi

(disebut kontraksi Braxton Hicks)

sering, berlangsung selama

Pengaruh

Jika ibu berjalan atau beristirahat

30-70 detik
Meskipun posisi/gerakan ibu

gerakan tubuh

atau jika posisi tubuh ibu berubah,

berubah, kontraksi tetap

Kekuatan

kontraksi akan menghilang/berhenti dirasakan


Biasanya lemah & tidak semakin
Kontraksinya semakin kuat

kontraksi

kuat (mungkin menjadi kuat lalu

Nyeri karena

melemah)
Biasanya hanya dirasakan di tubuh

Biasanya berawal di

kontraksi

bagian depan

punggung dan menjalar ke


depan

2.3. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya persalinan/kelahiran


Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar
yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara lain faktorfaktor humoral, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada syaraf
dan nutrisi.
a. Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
Setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat mulai. Keadaan uterus yang terus membesar dan
menjadi tegang menyebabkan iskemia. Hal ini mungkin merupakan
faktor yang mengganggu sirkulasi uteroplasenta sehingga plaseta
mengalami regenerasi.
b. Teori penurunan progesterone
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu,
dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah
mengalami penyempitan dan buntu. Villi koriales mengalami
perubahan perubahan dan produksi progerteron mengalami
penurunan, sehingga otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai
tingkat penurunan progesteton tertentu.

c. Teori Oksitosin Internal


Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise posterior. Perubahan
keseimbangan progesterone dan estrogen dapat mengubah
sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi braxton
Hicksc. Menurunnya konsentrasi progesterone akibat tuannya
kehamilan menyebabkan oksitosin meninggatkan aktivitasnya,
sehingga terjadi persalinan.
d. Teori Postaglandin
Pemberian prostaglandin pada saat hamil dapat menimbulkan
kontraksi otot rahim sehingga terjadi persalinan. Postaglandin
dianggap pemicu terjadinya persalinan.
e. Teori Hipotalamus pituitary dan Glandula suprarenalis
Teori ini menunjukkan pada kehamilan anensefalus sering terjadi
keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus.
Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin,
induksi persalinan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan
hipotalamus pituitary dengan persalinan. Glandula suprarenalis
merupakan pemicu terjadinya persalinan.
f. Teori Berkurangnya Nutrisi
Berkurangnya nutrisi pada janin dikemukakan oleh Hippokrates
untuk pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil
konsepsi akan segera di keluarkan.
g. Faktor Lain
Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus frankenhauser yang
terletak di belakang serviks. Bila ganglion ini tertekan maka
kontraksi uterus dapat dibangkitkan.
2.4. Tahapan Proses Kelahiran
Tahap persalinan menurut Prawirohardjo (2008, p.182) dibagi menjadi
4 tahap yaitu kala I (serviks membuka dari 0 sampai 10 cm), kala II (kala
pengeluaran), kala III (kala urie), dan kala IV (2 jam post partum).
a. Kala 1 (kala pembukaan)

Kala satu persalinan adalah permulaan kontraksi persalinan sejati,


yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif dan diakhiri dengan
pembukaan lengkap (10 cm), pada primigravida kala I berlangsung kirakira 13 jam, sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam (Varney, 2007,
p.672). Terdapat 2 fase pada kala satu, yaitu (Prawirohardjo, 2008, p.182) :
1) Fase laten merupakan periode waktu dari awal persalinan
pembukaan mulai berjalan secara progresif, yang umumnya dimulai
sejak kontraksi mulai muncul hingga pembukaan 3-4 cm atau
permulaan fase aktif berlangsung dalam 7-8 jam. Selama fase ini
presentasi mengalami penurunan sedikit hingga tidak sama sekali.
2) Fase Aktif merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif
pembukaan menjadi komplit dan mencakup fase transisi, pembukaan
pada umumnya dimulai dari 3-4 cm hingga 10 cm dan berlangsung
selama 6 jam. Penurunan bagian presentasi janin yang progresif
terjadi selama akhir fase aktif dan selama kala dua persalinan. Fase
aktif dibagi dalam 3 fase , antara lain:
a) Fase Akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm
menjadi 4 cm.
b) Fase Dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan sangat
cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
c) Fase Deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lamban kembali
dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap

Gambar 1.Tahapan Kelahiran


b. Kala II (kala pengeluaran janin)

Menurut Depkes RI (2007), beberapa tanda dan gejala persalinan


kala II adalah :
1. Ibu merasakan ingin mengejan bersamaan terjadinya kontraksi
2. Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rectum atau vaginanya
3. Perineum terlihat menonjol
4. Vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka 5) Peningkatan
pengeluaran lendir darah
Pada kala II his terkoordinir, kuat, cepat dan lama, kira-kira 2-3 menit
sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi
tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflek timbul rasa
mengedan. Karena tekanan pada rectum, ibu seperti ingin buang air besar
dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai terlihat,
vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang
terpimpin akan lahir kepala dengan diikuti seluruh badan janin. Kala II
pada primi: 1 - 2 jam, pada multi - 1 jam (Mochtar, 2003, p.95).

(a)

(b)
Gambar 2. (a ) Kepala Bayi di Mulut Vagina ; (b) Bayi Telah Keluar Sempurna

c. Kala III (kala pengeluaran plasenta)


Menurut Depkes (2007) tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup
beberapa atau semua hal dibawah ini :
1. Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
Sebelum bayi lahir dan miometrium mulai berkontraksi, uterus
berbentuk bulat penuh (diskoit) dan tinggi fundus biasanya 16
turun sampai di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan
uterus terdorong ke bawah, uterus menjadi bulat dan fundus berada
di atas pusat (sering kali mengarah ke sisi kanan).
9

2. Tali pusat memanjang


Tali pusat terlihat keluar memanjang atau terjulur melalui vulva
dan vagina (tanda Ahfeld).
3. Semburan darah tiba-tiba
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Semburan
darah yang secara tiba-tiba menandakan darah yang terkumpul diantara
melekatnya plasenta dan permukaan maternal plasenta (darah
retroplasenter) ke luar melalui tepi plasenta yang terlepas.
Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba
keras dengan fundus uterus setinggi pusat, dan berisi plasenta yang
menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his
pelepasan dan pengeluaran plasenta. Dalam waktu 5-10 menit plasenta
terlepas, terdorong ke dalam vagina akan lahir spontan atau sedikit
dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta
disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc (Mochtar,
2003, p.97).

Gambar 3. Plasenta Bayi

d. Kala IV
Kala pengawasan selama 2 jam setelah plasenta lahir untuk mengamati
keadaan ibu terutama bahaya perdarahan postpartum. Rata-rata pendarahan
normal adalah 250cc. Pendarahan persalinan yang lebih dari 500cc
merupakan pendarahan abnormal.

10

2.6. Pengertian Keguguran


Pengertian Abortus/Pengguguran kandungan atau aborsi atau abortus
menurut:
a. Medis : abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun
sebelum janin mampu bertahan hidup pada usia kehamilan sebelum 20
minggu didasarkan pada tanggal hari pertama haid normal terakhir atau
berat janin kurang dari 500 gram ( Obstetri Williams, 2006).
b. Kamus Besar Bahasa Indonesia : terjadi keguguran janin, melakukan
abortus (dengan sengaja karena tidak menginginkan bakal bayi yang
dikandung itu).
c. Keguguran adalah pegeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan (Rustam Muchtar, 1998).
Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
keguguran/abortus merupakan suatu proses pengeluaran janin dalam keadaan
tidak hidup pada usia kehamilan sebelum 20 minggu didasarkan pada tanggal
hari pertama haid normal terakhir atau berat janin kurang dari 500 gram.
2.7.Faktor Penyebab dan Proses Terjadinya Keguguran
A. Faktor Penyebab Keguguran
Penyebab abortus dapat dibagi menjadi 3 faktor yaitu:
1.

Faktor janin Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik,

dan ini terjadi pada 50% - 60% kasus keguguran.


2. Faktor ibu:
a. Kelainan endokrin (hormonal) misalnya kekurangan tiroid, kencing
manis.
b. Faktor kekebalan (imunologi), misalnya pada penyakit lupus, Anti
phospholipid syndrome.
c. Infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti cacar air, campak jerman,
toksoplasma , herpes, klamidia.
d. Kelemahan otot leher rahim
e. Kelainan bentuk rahim.
3. Faktor Ayah: kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapat
menyebabkan abortus.
Selain 3 faktor di atas, faktor penyebab lain dari kehamilan abortus adalah:
1) Faktor genetik Sekitar 5 % abortus terjadi karena faktor genetik. Paling
sering ditemukannya kromosom trisomi dengan trisomi 16. Penyebab yang

11

paling sering menimbulkan abortus spontan adalah abnormalitas


kromosom pada janin. Lebih dari 60% abortus spontan yang terjadi pada
trimester pertama menunjukkan beberapa tipe abnormalitas genetik.
Abnormalitas genetik yang paling sering terjadi adalah aneuploidi
(abnormalitas komposisi kromosom) contohnya trisomi autosom yang
menyebabkan lebih dari 50% abortus spontan. Poliploidi menyebabkan
sekitar 22% dari abortus spontan yang terjadi akibat kelainan kromosom.
Sekitar 3-5% pasangan yang memiliki riwayat abortus spontan yang
berulang salah satu dari pasangan tersebut membawa sifat kromosom yang
abnormal. Identifikasi dapat dilakukan dengan pemeriksaan kariotipe
dimana bahan pemeriksaan diambil dari darah tepi pasangan tersebut.
Tetapi tentunya pemeriksaan ini belum berkembang di Indonesiadan
biayanya cukup tinggi.
2) Faktor anatomi
Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada 10-15
% wanita dengan abortus spontan yang rekuren.
a. Lesi anatomi kogenital yaitu kelainan duktus Mullerian (uterus
bersepta). Duktus mullerian biasanya ditemukan pada keguguran
trimester kedua.
b. Kelainan kogenital arteri uterina yang membahayakan aliran darah
endometrium.
c. Kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauterin (synechia),
leimioma, dan endometriosis.
Abnormalitas anatomi maternal yang dihubungkan dengan kejadian
abortus spontan yang berulang termasuk inkompetensi serviks, kongenital
dan defek uterus yang didapatkan (acquired). Malformasi kongenital
termasuk fusi duktus Mulleri yang inkomplit yang dapat menyebabkan
uterus unikornus, bikornus atau uterus ganda. Defek pada uterus yang
acquired yang sering dihubungkan dengan kejadian abortus spontan
berulang termasuk perlengketan uterus atau sinekia dan leiomioma.
Adanya kelainan anatomis ini dapat diketahui dari pemeriksaan
ultrasonografi (USG), histerosalfingografi (HSG), histeroskopi dan
laparoskopi (prosedur diagnostik).

12

3) Faktor endokrin:
a. Faktor endokrin berpotensial menyebabkan aborsi pada sekitar 10-20
% kasus.
b. Insufisiensi fase luteal ( fungsi corpus luteum yang abnormal dengan
tidak cukupnya produksi progesteron).
c. Hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, diabetes dan sindrom polikistik
ovarium merupakan faktor kontribusi pada keguguran.
Kenaikan insiden abortus bisa disebabkan oleh hipertiroidismus, diabetes
melitus dan defisisensi progesteron. Hipotiroidismus tampaknya tidak
berkaitan dengan kenaikan insiden abortus (Sutherland dkk, 1981).
Pengendalian glukosa yang tidak adekuat dapat menaikkan insiden abortus
(Sutherland dan Pritchard, 1986). Defisiensi progesteron karena kurangnya
sekresi hormon tersebut dari korpus luteum atau plasenta, mempunyai
kaitan dengan kenaikan insiden abortus. Karena progesteron berfungsi
mempertahankan desidua, defisiensi hormon tersebut secara teoritis akan
mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan dengan demikian turut
berperan dalam peristiwa kematiannya.
4) Faktor infeksi
Infeksi termasuk infeksi yang diakibatkan oleh TORC (Toksoplasma,
Rubella, Cytomegalovirus) dan malaria. Infeksi intrauterin sering
dihubungkan dengan abortus spontan berulang. Organisme-organisme
yang sering diduga sebagai penyebab antara lain Chlamydia, Ureaplasma,
Mycoplasma, Cytomegalovirus, Listeria monocytogenes dan Toxoplasma
gondii. Infeksi aktif yang menyebabkan abortus spontan berulang masih
belum dapat dibuktikan. Namun untuk lebih memastikan penyebab, dapat
dilakukan pemeriksaan kultur yang bahannya diambil dari cairan pada
servikal dan endometrial.
5) Faktor imunologi
Terdapat antibodikardiolipid yang mengakibatkan pembekuan darah
dibelakang ari-ari sehingga mengakibatkan kematian janin karena
kurangnya aliran darah dari ari-ari tersebut. Faktor imunologis yang telah
terbukti signifikan dapat menyebabkan abortus spontan yang berulang
13

antara lain: antibodi antinuklear, antikoagulan lupus dan antibodi


cardiolipin. Adanya penanda ini meskipun gejala klinis tidak tampak dapat
menyebabkan abortus spontan yang berulang. Inkompatibilitas golongan
darah A, B, O, dengan reaksi antigen antibodi dapat menyebabkan abortus
berulang, karena pelepasan histamin mengakibatkan vasodilatasi dan
peningkatan fragilitas kapiler.
6) Faktor Nutrisi
Malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar
menjadi predisposisi abortus. Meskipun demikian, belum ditemukan bukti
yang menyatakan bahwa defisisensi salah satu/ semua nutrien dalam
makanan merupakan suatu penyebab abortus yang penting
7) Faktor psikologis.
Dibuktikan bahwa ada hubungan antara abortus yang berulang dengan
keadaan mental akan tetapi belum dapat dijelaskan sebabnya. Yang peka
terhadap terjadinya abortus ialah wanita yang belum matang secara
emosional dan sangat penting dalam menyelamatkan kehamilan. Usahausaha dokter untuk mendapat kepercayaan pasien, dan menerangkan
segala sesuatu kepadanya, sangat membantu
B. Mekanisme Keguguran
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau
seluruh bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua.
Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua
tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali proses
abortus. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat
yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis
cenderung dikeluarkan secara in toto, meskipun sebagian dari hasil
konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servicalis.
Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.
Menurut Prawirohardjo (2002) dalam Anonim (2011) pada
kehamilan 8 14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau diawali
dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan
pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam

14

cavum uteri. Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau
masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan
perdarahan pervaginam yang banyak. Pada kehamilan minggu ke 14 22,
Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta
beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam
uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi
perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu
banyak namun rasa nyeri lebih menonjol. Abortus ditandai dengan adanya
perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas beragam.
C. Gejala-Gejala Keguguran
Berikut beberapa gejala-gejala keguguran yang perlu diperhatikan:
1. Pendarahan ringan maupun berat pada vagina, baik yang teratur
maupun yang tidak teratur. Meskipun pendarahan sering menjadi tanda
pertama keguguran, pada masa trisemester pertama kehamilan
mungkin juga terjadi pada kehamilan yang normal dan biasanya
pendarahan terjadi terus menerus, paling tidak selama 3 hari.
2. Rasa sakit. Gejala akan terjadinya keguguran yaitu dapat mengalami
keram pada panggul, sakit pada perut bagian tengah atau sakit pada
bagian bawah punggung. Sakit mungkin akan dirasakan selama
beberapa jam hingga beberapa hari setelah pendarahan dimulai.
3. Penggumpalan darah atau keabu-abuan pada jaringan lunak (pada
janin) yang melewati vagina
4. Kelelahan yang sering dirasakan/ terasa sangat keras.
5. Kram. Rasa kram di perut bagian bawah dapat berarti peregangan otot
ligamen namun juga pertanda awal keguguran.
6. Kehilangan gejala hamil. Setelah beberapa minggu mengalami mual,
tiba-tiba akan terasa baik-baik saja. Hal ini berarti telah terjadi
keseimbangan hormon. Jika gejala ini terjadi bersamaan dengan gejala
lain, bisa berarti pertanda keguguran.
7. Hasil testpack berubah. Beberapa waktu lalu hasil tes hamil di rumah
menunjukkan hasil positif. Namun berikutnya melakukan tes dengan
alat sama, hasilnya minus.

15

Gambar 4. Janin yang digugurkan (Anonim, 2013)


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kelahiran adalah serangkaian kontraksi uterus untuk mengeluarkan
hasil konsepsi (janin + ari) yang telah cukup bulan dan dapat hidup diluar
kandungan serta dikeluarkan dari tubuh ibunya melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain dengan atau tanpa bantuan/kekuatan sendiri. suatu proses
pengeluaran janin dalam keadaan tidak hidup pada usia kehamilan sebelum
20 minggu disebut dengan keguguran/abortus.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat dianjurkan yaitu:
1. Bagi pelajar/mahasiswa agar lebih memahami tentang proses reproduksi
dan juga memahami tentang konsep kehamilan dan kelahiran agar nanti
sebagai calon guru tidak menyajikan informasi yang salah
2. Bagi masyarakat agar lebih memahami tentang proses kehamilan dan
kelahiran, agar resiko bayi dan ibu meninggal menjadi lebih kecil.

16

Daftar Pustaka
Anonim.2013.Kelahiran. Tersedia pada http://id.wikipedia.org/wiki/Kelahiran.
Diakses pada tanggal 10 Juni 2015
Artawan,Ketut.2002.Buku Ajar Perkembangan Hewan. Singaraja: Institut IKIP
Negeri Singaraja
Campbell,Neil.A.2004.Biologi.Erlangga: Jakarta
Priadi, arif. 2010. Biologi. Yudhistira: Jakarta Timur
Unimus.2012.Kelahiran. Tersedia pada http://digilib.unimus.ac.id/files/disk
1/104/jtptunimus-gdl-caturindri-5155-2-bab2.pdf. Diakses pada tanggal
10 Juni 2015
Unimus.2012.Proses Kelahiran. Tersedia pada http://digilib.unimus.ac.id
/files/disk1/121/jtptunimus-gdl-durotunafi-6040-2-babii.pdf.Diakses pada
tanggal 10 Juni 2015
USU.2013.Persalinan. Tersedia pada http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/37771/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada tanggal 10 Juni
2015

17

Anda mungkin juga menyukai