Anda di halaman 1dari 7

MATA KULIAH : ASKEB PASCA PERSALINAN DAN MENYUSUI

POKOK BAHASAN: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASA NIFAS

SUB POKOK BAHASAN :


1. Faktor Fisik
2. Faktor Psikologis
3. Faktor lingkungan,
4. Sosial Budaya dan
5. Ekonomi
DOSEN PENGAMPU : Leonora Mailoa

MATERI

Masa Nifas dan menyusui merupakan suatu proses normal dari kehidupan seorang
wanita. Adanya proses ini akan menyebabkan beberapa perubahan pada wanita
tersebut. Perubahan-perubahan itu tentunya tidak terlepas dari faktor yang
mempengaruhinya, yaitu faktor fisik, faktor psikologis, faktor lingkungan, sosial budaya
dan ekonomi.

1. Faktor Fisik yang Mempengaruhi Masa Nifas dan Menyusui


Kelelahan fisik karena aktifitas mengasuh bayi, menyusui, memandikan, mengganti
popok, dan menimang sepanjang hari bahkan tidak jarang di malam buta sangatlah menguras
tenaga. Apalagi jika tidak ada bantuan dari suami atau anggota keluarga yang lain.
Setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental selama 2 minggu pertama
menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan kelahiran pertama dan merupakan faktor
penting. Perubahan hormon secara drastis setelah melahirkan dan periode laten
selama dua hari diantara kelahiran. Perubahan ini sangat berpengaruh pada
keseimbangan hormone karena ada kenaikan progesteron dan hormone estrogen yang menurun
secara cepat setelah melahirkan merupakan faktor penyebab.  
Faktor-faktor fisik yang mempengaruhi masa nifas yaitu :
a. Faktor Kesehatan
Kesehatan ibu sangat mempengaruhi keberhasilan ibu dalam masa nifas. Ibu
dengan penyakit penyerta contoh penyakit jantung, asma. Kehamilan dan persalinan
menguras tenaga ibu sehingga kemungkinan penyakit-penyakit yang pernah diderita
dapat kambuh kembali atau penyakit yang sedang diderita dapat makin berat.
b. Faktor Gizi
Ibu dengan status gizi yang jelek dilihat dari IMT Indeks Massa Tubuh/ Body Mass
Index) Berat Badan dalam kg dibagi dengan Tinggi Badan dalam meter yang
dikuadratkan (contoh BB 80 kg dan tinggi badan 1.75 m (175 cm). Tinggi Badan
dikuadratkan = 1.75 x 1.75 = 3.06. Selanjutnya 80/3.06 = 26.1. Kategorinya :
 Di bawah 18.5 = Berat badan kurang
 18.5 – 22.9 = Berat badan normal
 23 – 29.9 = Berat badan berlebih (Kecendrungan obesitas)
 30 ke atas = Obesitas
c. Gaya Hidup
Ibu perokok atau menggunakan narkoba sangat mempengaruhi kualitas
kesehatannya maupun kesehatan bayinya. Begitu pula dengan ibu-ibu dengan
kebiasaan mengonsumsi makanan yang tidak sehat, contoh junck food.

Adapun beberapa faktor dari fisik ibu yang berubah dan mempengaruhi adatasi
pada ibu nifas dan menyusui, antara lain :
a. Rahim Setelah melahirkan rahim akan berkontraksi (gerakan meremas) untuk merapatkan
dinding rahim sehingga tidak terjadi perdarahan, kontraksi inilah yang menimbulkan
rasa mulas/nyeri pada perut ibu. Berangsur angsur rahim akan mengecil seperti sebelum
hamil. 
b. Jalan lahir (servik, vulva dan vagina) Jalan lahir mengalami penekanan serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, sehingga penyebabkan mengendurnya
organ ini bahkan robekan yang memerlukan penjahitan, namun akan pulih setelah 2-3
pekan (tergantung elastis tidak atau seberapa sering melahirkan). Jaga kebersihan
daerah kewanitaan agar tidak timbul infeksi (tanda infeksi jalan lahir bau busuk,
rasa perih, panas, merah dan terdapat nanah). 
c. Darah nifas (Lochea) Darah nifas hingga hari ke dua terdiri dari darah segar
bercampur sisa ketuban, berikutnya berupa darah dan lendir, setelah satu pekan
darah berangsur-angsur berubah menjadi berwarna kuning kecoklatan lalu lendir
keruh sampai keluar cairan bening di akhir masa nifas.
d. Payudara Payudara menjadi besar, keras dan menghitam di sekitar puting susu, ini
menandakan dimulainya proses menyusui (laktasi). Segera menyusui bayi sesaat
setelah lahir (walaupun ASI belum keluar/IMD). Pada hari ke 2 hingga ke 3 akan diproduksi
kolostrum atau susu jolong yaitu ASI berwarna kuning keruh yang kaya akan anti body,
dan protein. 
e. Sistem perkemihan. Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil,
selain khawatir nyeri  jahitan juga karena penyempitan saluran kencing akibat
penekanan kepala bayi saat proses melahirkan. Namun usahakan tetap kencing secara
teratur, buang rasa takut dan khawatir, karena kandung kencing yang terlalu penuh dapat
menghambat kontraksi rahim yang berakibat terjadi perdarahan. 
f. Sistem pencernaan Perubahan kadar hormon dan gerak tubuh yang kurang menyebabkan
menurunnya fungsi usus, sehingga ibu tidak merasa ingin atau sulit BAB (buang air
besar). Terkadang muncul wasir atau ambein pada ibu setelah melahirkan, ini kemungkinan
karena kesalahan cara mengejan saat bersalin juga karena sembelit
berkepanjangan sebelum dan setelah melahirkan.
g. Peredaran darah Sel darah putih akan meningkat dan sel darah merah serta hemoglobin
(keping darah) akan berkurang, ini akan normal kembali setelah 1 minggu. Tekanan
dan jumlah darah ke jantung akan lebih tinggi dan kembali normal hingga 2 pekan.
h. Penurunan berat badan Setelah melahirkan ibu akan kehilangan 5-6 kg berat
badannya yang berasal dari bayi, ari-ari, air ketuban dan perdarahan persalinan,
2-3 kg lagi melalui air kencing sebagai usaha tubuh untuk mengeluarkan timbunan
cairan waktu hamil.
i. Suhu badan Suhu badan setelah melahirkan biasanya agak meningkat dan setelah 12 jam akan
kembali normal. Waspadai jika sampai terjadi panas tinggi, karena dikhawatirkan
sebagai salah satu tanda infeksi atau tanda bahaya lain.
 
2. Faktor Psikologi yang Mempengaruhi Masa Nifas dan Menyusui
Pada hari-hari pertama akan terlihat berkurangnya perhatian keluarga, terutama suami karena
semua perhatian tertuju pada anak yang baru lahir.
Faktor Psikologi Yang Mempengaruhi Ibu Nifas
a. Stres
Usai persalinan si ibu yang merasa lelah dan sakit pasca persalinan membuat ibu membutuhkan
perhatian. Kecewa terhadap penampilan fisik bayi karena tidak sesuai dengan harapannya juga bisa
memicu post partum blues/ baby blues.
b. Suport Keluarga
 Pada masa ini, ibu nifas menjadi sangat sensitive, sehingga diperlukan pengertian
dari keluarga-keluarga terdekat. Peran bidan sangat berpengaruh dalam hal memberi
pengarahan pada keluarga tentang kondisi ibu serta pendekatan psikologis yang dilakukan bidan
pada ibu nifas agar tidak terjadi perubahan psikologis yang patologis.

3. Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Masa Nifas dan Menyusui


Faktor yang paling mempengaruhi status kesehatan masyarakat terutama ibu
hamil, bersalin dan nifas adalah faktor lingkungan yaitu pendidikan di samping faktor-
faktor lainnya. Jika masyarakat mengetahui dan memahami hal-hal yang
mempengaruhi status kesehatan tersebut maka diharapkan masyarakat tidak
melakukan kebiasaan/adat-istiadat yang merugikan kesehatan khususnya bagi ibu hamil,
bersalin dan nifas. Lingkungan akan terus berubah selama kita hidup. Jika memasuki suatu fase
kehidupan yang baru, akan selalu terjadi proses penyesuain dengan lingkungan. Stuasi ini dapat
mempengaruhi ibu dalam melakukan perawatan diri pada masa nifas (Stevens, 2000).
Sarana prasarana tersedia di dalam lingkungan guna mendukung dan mempromosikan prilaku
kesehatan. Jasa konsultan dan spesialis dari petugas kesehatan lain seperti ahli nutrisi, dokter ahli,
dan perkerja sosial harus ada sebagai usaha dalam membantu pasien mendapatkan
keterampilan yang di perlukan untuk mencapai atau menjaga kesehatan dan kesejahteraan agar
tetap optimal. Organisasi berbasis masyarakat sering kali merupakan sarana yang sangat baik
untuk menyebarkan informasi (Gomez dan Gomez, 1984 dalam Bastable, 2002). Selain
itu, keluarga juga berperan sebagai sistem pendukung yang kuat bagi anggota-
aggotanya, khususnya dalam penaganan masalah kesehatan keluarga.seperti ibu nifas,
maka anggota keluarga yang lain akan berusaha untuk membantu memulihkan kondisi
kesehatannya ke kondisi semula. Fungsi keluarga dalam masalah kesehatan meliputi reproduksi,
upaya membesarkan anak, nutrisi, memelihara kesehatan dan rekreasi (Bobak, 2004).
 Faktor Sosial yang Mempengaruhi Masa Nifas dan Menyusui
Ibu merasa sulit menyesuaikan dengan peran baru sebagai ibu. Apalagi kini gaya hidupnya akan
berubah drastis. Ibu merasa dijauhi oleh lingkungan dan merasa akan terasa terikat terus pada si
kecil. Dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik dalam penanganan ibu post partum
blues. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku,
emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama dengan melibatkan
lingkungannya, yaitu suami, keluarga dan teman dekatnya. Faktor sosial di pengaruhi
oleh:
a. Faktor usia Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seseorang
perempuan untuk melahirkan pada usia antara 20–30 tahun, dan hal ini mendukung masalah
periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang ibu. Faktor usia perempuan
yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental
perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu (WHO : 15 - 45 tahun usia
reproduksi dan 20 - 35 tahun usia reproduksi sehat).
b. Faktor pengalaman Berdasarkan beberapa penelitian Paykel dan Inwood (Regina dkk, 2001)
mengatakan bahwa depresi pascasalin ini lebih banyak ditemukan pada perempuan primipara,
mengingat bahwa peran seorang ibu dan semua yang berkaitan dengan bayinya merupakan
situasi baru bagi dirinya yang dapat menimbulkan stres. Berdasarkan pendapat Le
Masters yang melibatkan suami istri muda dari kelas sosial menengah mengajukan hipotesis
bahwa 83% dari mereka mengalami krisis setelah kelahiran bayi pertama.
c. Faktor pendidikan Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan
sosial dan konflik peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk
bekerja atau melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran mereka sebagai ibu
rumah tangga dan orang tua dari anak–anak mereka (Kartono, 2011).
d. Faktor selama proses persalinan. Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta
intervensi medis yang digunakan selama proses persalinan (berkaitan erat dengan
pengalaman selama persalinan). Diduga semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan pada saat
persalinan, maka akan semakin besar pula trauma psikis yang muncul dan kemungkinan
perempuan yang bersangkutan akan menghadapi depresi pascasalin.
e. Faktor dukungan social. Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan,
persalinan dan pascasalin, beban seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak
berkurang.
 
4. Faktor Budaya yang Mempengaruhi Masa Nifas dan Menyusui
Budaya atau kebiasaan atau adat istiadat merupakan salah satu yang mempengaruhi status
kesehatan. Di antara kebudayaan maupun adat-istiadat dalam masyarakat ada yang
menguntungkan, ada pula yang merugikan. Banyak sekali pengaruh atau yang menyebabkan
berbagai aspek kesehatan di negara kita, bukan hanya karena pelayanan medik yang tidak memadai
atau kurangnya perhatian dari instansi kesehatan, antara lain masih adanya pengaruh adat budaya
yang turun temurun masih dianut sampai saat ini.
Contoh budaya/adat istiadat pada saat masa nifas:
a. Masa nifas dilarang makan telur, daging, udang, ikan laut dan lele, keong, daun
lembayung, buah pare, nenas, gula merah, dan makanan yang berminyak. Dampak positif:
tidak ada. Dampak negative: merugikan karena masa nifas memerlukan makanan yang
bergizi seimbang agar ibu dan bayi sehat. 
b. Setelah melahirkan atau setelah operasi hanya boleh makan tahu dan tempe tanpa garam,
ngayep dilarang banyak makan dan minum, makanan harus disangan/dibakar. Dampak
positif: tidak ada Dampak negative: merugikan karena makanan yang sehat akan
mempercepat penyembuhan luka.
c. Adat istiadat Masyarakat Maluku Untuk Ibu Nifas
1) Baukup
Baukup mengikuti konsep mandi sauna menggunakan uap air rebusan daun seperti daun
cengkeh, daun pala, daun sereh, daun pepaya yang sudah kuning direbus sampai mendidih,
kemudian wadahnya diletakkan di depan ibu selanjutnya ibu diselimuti dengan tikar atau
kain-kain yang tebal sehingga tertutup sama sekali yang dihirup adalah uap air panas dari
rebusan dari daun-daun itu. Panas dari uap air menyebabkan pengeluaran banyak keringat.
Dapat juga menggunakan batu yang direbus. Baukup dilakukan beberapa kali selama masa
nifas. Baukup juga dilakukan pada orang setelah sembuh dari sakit. Prinsip baukup adalah
melancarkan peredaran darah (vasodilatasi) sehingga mempercepat proses penyembuhan.
Bahaya dari baukup adalah ibu pusing dan jatuh tertimpa air panas, sehingga harus diawasi
atau didampingi selama proses berlangsung.
2) Bakancing
Bakancing bertujuan untuk mengembalikan otot-otot dan tulang-tulang yang berubah selama
masa hamil dan persalinan, sehingga involusio berjalanan dengan baik, ibu lebih kuat dan
sehat. Bakancing (diambil dari istilah orang Maluku mendirikan rumah) dilakukan dengan
cara ibu dibungkus dengan sarung dan dikencangkan sekencang-kencangnya dengan cara
memutar kayu yang yang diputarkan pada sarung itu. Bakancing hampir sama dengan
budaya Jawa menggunakan lilitan stagen pada pada ibu nifas. Bahaya dari bakancing:
terjadi fraktur (patah tulang) dan memar pada bagian-bagian tubuh. Kegiatan ini dari segi
kesehatan dianggap idak baik dan digantikan dengan senam nifas.

5. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan mempengaruhi ibu dalam masa nifas menyangkut
keterjangkauan, ketersediaan dan kelengkapan fasilitas. Contohnya ; ibu yang ingin
mendapat pelayanan tetapi sarana pelayanan kesehatan jauh atau sulit dijangkau,
tenaga kesehatan (bidan) tidak ada, sarana kesehatan yang tidak tersedia,
akibatnya ibu tidak mendapat pelayanan.  
 
6. Faktor Ekonomi yang Mempengaruhi Masa Nifas dan Menyusui
Status ekonomi merupakan simbol status sosial di masyarakat. Pendapatan yang
tinggi menunjukan kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan nutrisi yang memenuhi
faedah zat gizi untuk ibu hamil. Sedangkan kondisi ekonomi keluarga yang rendah mendorong ibu
nifas untuk melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan kesehatan

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai