Anda di halaman 1dari 31

KEBUTUHAN DASAR IBU

BERSALIN KALA I
Diposkan pada 14 Januari 2015 oleh aqilawafa87
KEBUTUHAN DASAR IBU BERSALIN KALA I
 
 
         
 
POLTEKKES KEMENKES PALU
TAHUN AJARAN 2014/2015
D III KEBIDANAN
 
 
 
 
 
 
 
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada tuhan yang Maha Esa karena atas limpahan rahmatNYA-
lah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dalam makalah ini kami menyajikan
pembahasan mengenai “KEBUTUHAN DASAR IBU BERSALIN KALA 1”.

Kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini dan
tak akan lupa kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang sudah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Kami juga membutuhkan kritik dan saran demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah yang kami buat bermanfaat untuk kita semua.

Palu, 09 oktober 2014

penulis

DAFTAR ISI
Kata
Pengantar………………………………………………………………………………………
……………….               i

Daftar
isi………………………………………………………………………………………………
……….                        ii

BAB I PENDAHULUAN
 Latar
Belakang……………………………………………………………………………………. 1
 Rumusan
masalah………………………………………………………………………………. 2
 Tujuan…………………………………………………………………………..              
          2
REPORT THIS AD

BAB II PEMBAHASAN

 Pengertian persalinan kala


1………………………………………………………………….. 2
 Kebutuhan dasar ibu bersalin kala
1……………………………………………….             4
BAB III PENUTUP

 ………………………………………………………………………………………. 13
 Saran…………………………………………………………………………… 14
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………………………………….   
           15

BAB I

PENDAHULUAN
 Latar Belakang
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh
ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan
progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta. Penyebab awitan persalinan
spontan tidak di ketahui, walaupun sejumlah teori menarik telah di kembangkan dan
professional perawatan kesehatan mengetahui cara menginduksi persalinan pada kondisi
tertentu (varney,H. 2007hlm 672). Burvil (2002) menerangkan bahwa ibu akan mengalami
pergeseran prioritas mereka ketika kelahiran semakin mendekat, di tandai dengan adanya
dorongan energy dan aktivitas nesting (persiapan persalinan). Secara fisik ibu mungkin
mengalami ketidaknyamanan lambung dan diare, sementara lainnya mengalami rembesan
cairan yang sering, atau pecah ketuban spontan. Selama berhari hari, sebelum persalinan,
banyak ibu terutama multipara mengalami kontraksi berulang yang kemudia menghilang.
Mereka mungkin mengalami nyeri pinggang bawah dan ketidaknyamanan pelvis dalam
ketika bayi masuk ke pelvis dalam. Kala 1 persalinan di definisikan sebagai permulaan
kontraksi persalinan sejati., yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif dan diakhiri
dengan pembukaan lengkap (10 cm). hal ini di kenal sebagai tahap pembukaan serviks.

REPORT THIS AD

Menurut (saifuddin, 2006, hlm 100) persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan, lahir spontan dengan prestasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.

Pembagian persalinan kala 1 yaitu fase laten dan fase aktif. Fase laten adalah stadium saat
tubuh ibu mulai menuju persalinan. Sementara defenisi resmi menandai permulaan resmi
persalinan dari fase aktif ke selanjutnya, namun pengalaman mengatakan bahwa persalinan
sudah dimulai saat itu.fase laten dimulai dari awal kontraksi hingga pembukaan 4 cm dan
tidak terlalu mulas. Sedangkan fase aktif(persalinan yang sebenarnya) adalah fase yang
dimulai sejak ibu mengalami kontraksi teratur dan maju dari sekitar pembukaan 4 cm sampai
pembukaan serviks sempurna atau lengkap, penurunan hingga bawah janin.
Tanda tanda persalinan yaitu rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering, dan
teratur, keluar darah lender yang banyak karena adanya robekan robekan kecil di serviks,
terkadang ketuban pecah dengan sendirinya. Pada pemeriksaan dalam dalam di dapat serviks
yang mendatar dan pembukaaan jalan sudah ada ( yeyeh, Ai, 2009, Hlm 9).

Proes dinamik dari persalinan meliputi empat bagian yang mempengaruhi baik mulainya dan
kemajuan proses persalinan. Yaitu passanger(janin), passage(pelvis ibu), power(kontraksi),
dan psikis(emosi ibu). Bila persalinan dimulai, interaksi antara passanger, passage, power,
dan psikis harus sinkron untuk terjadinya kelahiran pervaginam spontan(Wlash, linda, 2007,
Hlm. 300).

Sebagai bidan kita harus mampu, memberikan asuhan yang sesuai dengan kebutuhan ibu.
pada kala 1 ibu memiliki banyak kebutuhan dasar oleh karena itu dalam makalah kami
mencoba menjelaskan kebutuhan dasar ibu bersalin pada kala 1.

 Rumusan masalah
1. Apakah pengertian persalinan kala 1?
2. Apa saja kebutuhan dasar yang di butuhkan ibu bersalin pada kala 1?
 Tujuan
3. Untuk mengetahui dan memahami pengertian kala 1.
4. Untuk mengetahui kebutuhan dasar ibu bersalin pada kal
REPORT THIS AD

BAB II

PEMBAHASAN

KEBUTUHAN DASAR IBU BERSALIN KALA 1

2.1 Pengertian Persalinan pada Kala 1

Persalinan kala 1 adalah pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap. Lama kala 1 untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan
multigravida 8 jam (manuaba, 2010, Hlm 173).

Menurut JNPK-KR Depkes RI (2008, hlm.38), kala 1 persalinan terdiri dari 2 fase yaitu fase
laten dan fase aktif.
1. Fase Laten(fase laten dimulai dari awal kontraksi hingga pembukaan 4 cm dan tidak
terlalu mulas)
2. Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks secara bertahap.
3. Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
4. Pada umumnya berlangsung hamper atau hingga 8 jam.
1. Fase aktif(dimulai dari pembukaan 4 cm hingga pembukaan lengkap)
2. Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi
dianggap adekuat atau memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam 10 menit, dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih).
3. Dari pembukaan 4 cm hingga mecapai pembukaan lengkap yakni 10 cm, akan terjadi
dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 sampai
2 cm (multipara).
4. Terjadi penurunan bagian terbawa janin.
REPORT THIS AD

Menurut manuaba(2010, hlm. 184). Hal yang perlu dilakukan dalam kala 1 adalah:

1. Memperhatikan kesabaran parturien.


2. Melakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi berkala sekitar 2
sampai 3 jam.
3. Pemeriksaan denyut jantung janin setiap setengah jam sampai satu jam.
4. Memperhatikan keadaan kandung kemih ibu agar selalu kosong.
5. Memperhatikan keadaan patologis ( meningkatnya lingkaran bandle, ketuban pecah
sebelum waktu atau disertai bagian janin yang menumbung. Perubahan denyut jantung janin,
pengeluaran mekonium pada letak kepala, keadaan his yang bersifat patologis, perubahan
posisi atau penurunan bagian terendah janin).
6. Parturien tidak di perkenankan untuk mengejan.
 Tanda dan bahaya pada kala 1:
1. Kematian ibu atau bayi, bahkan kedua-duanya.
2. Rupture uteri
3. Infeksi/ sepsis puerperal
4. Pendarahan postpartum
5. Fistel
2.2 Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin Kala 1

1. Mengatur aktivitas dan posisi ibu


Pada ibu yang belum masuk dalam pembukaan lengkap, sambil menunggu pembukaan
lengkap ibu masih dapat di perbolehkan melakukan aktivitas. Wanita harus mengambil posisi
yang membuatnya merasa nyaman. Namun harus sesuai dengan kesanggupan ibu agar ibu
tidak meras jenuh dan rasa cemas terhadap apa yang dihadapi ibu dalam menjelang proses
persalinan dapat berkurang. Di dalam kala 1 ini ibu dapat mencoba berbagai posisi yang
nyaman selama persalinan dan kelahiran. Peran suami disini adalah membantu ibu untuk
berganti posisi yang nyaman agar ibu merasa ada orang yang menemani disaat proses
menjelang persalinan. Di sini ibu diperbolehkan melakukan aktivitas seperti berjalan, berdiri,
jongkok, duduk, berbaring, mengayun, berlutut, posisi tangan dan lutut, lutut-dada, atau
bahkan makan sekalipun. Pengaturan posisi ditempat tidur mencakup mengatur letak bantal,
gulungan selimut atau handuk, atau mengatur strategi letak benda-benda ini untuk
meningkatkan relaksasi, mengurangi ketegangan otot, dan menghilangkan titik-titik tekan,
dan posisi berdiri atau jongkok dapat membantu turunnya kepala bayi dan seringkal
mempersingkat waktu persalinan. Untuk itu kita sebagai tenaga kesehatan di sarankan agar
membantu ibu sesering mungkin untuk berganti posisi. Perlu diingat bahwa jangan
menganjurkan ibu untuk posisi telentang, karena jika ibu berbaring telentang maka berat
uterus, janin, cairan ketuban dan plasenta akan menekan vena cava inferior. Hal ini yang
menyebabkan turunnya aliran darah dari sirkulasi ibu ke plasenta. Kondisi ini akan
menyebabkan hipoksia(kekurangan oksigen pada janin). Posisi telentang ini akan
memperlambat proses persalinan.(enkin, et.al. 2002). Pengaturan posisi ini dapat dilakukan
yang wanita anggap nyaman.
2. Membimbing ibu untuk rileks sewaktu his
His merupakan kontraksi pada uterus yang mana his ini termasuk tanda-tanda persalinan yang
mempunyai sifat intermitten, terasa sakit, terkoodinasi, dan simetris serta terkadang dapat
dipengaruhi dari luar secara fisik dan psikis. Karena his sifatnya menimbulkan rasa sakit,
maka ibu disarankan menarik napas panjang dan kemudian anjurkan ibu untuk menahan
napas sebentar, kemudian lepaskan dengan cara meniup sewaktu ada his.

Manfaat tehnik rileksasi :

1. Mencegah otot-otot dari kelelahan khususnya otot besar pada rahim


2. Menolong ibu mengatasi stres persalinan sehingga lebih menikmati pengalamannya
3. Menolong menghemat energi
Berikut ini langkah menuju rileks :

1. Memilih lingkungan yang tepat


Adalah memilih lingkungan bersalin yang benar-benar nyaman bagi ibu. Hingga kini, belum
ada penelitian yang menyebutkan tempat bersalin yang aman adalah rumah sakit modern
dengan pengawasan ahli. Justru bukti-bukti menunjukkan ibu dan bayi lebih sedikit mendapat
intervensi dan secara fisik maupun psikologi lebih sehat ketika bersalin dilingkungan yang
tidak terlalu canggih.

2. Memahami tubuh
Setiap kali stress ketika hamil, coba amati tubuh yang beraksi apakah ibu mengerak gigi,
sakit perut, leher dan bahu jadi tegang dan sakit, atau merengut ini semua dalam tanda, otot-
otot dalam keadaan tegang sehingga tubuh sakit dan letih. Tarik nafas dalam-dalam, saat
menghenbuskan, lemasakan otot sehingga kendur dan lunak, tidak kaku, latih tehnik ini
secara teratur. Dengan demikian, otomatis ibu dapat mengidentifikasi ketegangan tubuh
dengan segerah mengistirahatkannya saat bersalin. Ini juga berefek positif bagi tekanan
darah.

3. Komunikasi dengan jelas


Jika ibu tidak memiliki gambaran yang akan terjadi pada tubuh saat persalinan, tidak
mengerti yang akan dilakukan petugas medis, atau percakapan mereka tidak melibatkan ibu,
ibu akan sulit rileks. Oleh karena itu, jika ibu tidak yakin mengenai berbagai aspek dalam
persalinan atau menyimpang kekhawatiran bahwa sesuatu akan menimpa ibu dan bayi,
tanyakan hal itu pada petugas medis setelah itu mendengar dari segalanya baik-baik saja,
biasaanya ibu segerah rileks ketika pendamping persalinan mengerti. Perannya yang
terpenting adalah senantiasa membuat ibu cukup informasi.

Terdapat 3 jenis latihan relaksasi yang dapat membantu wanita bersalin:

 Relaksasi progresif
Latihan ini dilakukan dengan cara sengaja, mengencangkan sekelompok otot tunggal
(misalnya, tangan, lengan, tungkai, wajah) sekuat mungkin dan kemudian melepasnya
sekendur mungkin. Otot otot dikencangkan secara berurutan dan progresif dari satu ujung
badan tubuh kebagian tubuh yang lain. Latihan ini bertujuan untuk merelaksasi seluruh
anggota tubuh, serta istirahat dan tidur.
 Relaksasi terkendali
Latihan ini dilakukan dengan mengupayakan sekelompok otot berkontraksi sembari
mempertahankan kelompok otot yang lain berelaksasi. Misalnya uterus berkontraksi dengan
kuat dan diharapkan kelompok otot lain tidak ikut menjadi tegang sebagai respon terhadap
kontraksi. Sebagai contoh:

 Lengan kanan dikencangkan dan lengan kiri di relaksasikan(begitupun sebaliknya).


 Tungkai kiri di kencangkan dan tungkai kanan di relaksasikan(begitupun sebaliknya).
 Lengan kiri dan tungkai kanan dikencangkan dan lengan kanan dan tungkai kiri di
relaksasikan(sebaliknya).
 Mengambil dan mengeluarkan napas dalam setelah masing-masing kontraksi
Relaksasi ini dilakukan ketika seorang wanita berada pada persalinan aktif, jika ia belum
mengetahuinya. Tekhnik relaksasi ini adalah mengambil napas dalam kemudian keluarkan
dengan hembusan yang kuat. Relaksasi ini berfungsi sebagai meningkatkanrelaksasi dan
membersihkan napas dengan menghilangkan kemungkinan hiperentilasi selama kontraksi.

3. Menjaga kebersihan ibu


Saat persalinan akan berlangsung anjurkan ibu unuk mengosongkan kandung kemihnya
secara rutin selama persalinan. Di sini ibu harus berkemih paling sedikit setiap 2 jam atau
lebih atau jika ibu teras ingin buang air kecil. Selain itu tenaga kesehatan perlu memeriksa
kandung kemih ibu pada saat memeriksa denyut jantung janin ( saat palpasi dilakukan) tepat
diatas simpisis pubis untuk mengetahui apakah kandung kemih ibu penuh atau tidak. Jika itu
tidak dapat berkemih di kamar mandi, maka ibu dapat di berikan penampung urine ( kateter).
Apabila terjadi kandung kemih kosong maka akan terjadi sebagai berikut:

1. Memperlambat turunnya bagian terbawah janin, dan mungkin menyebabkan partus


macet.
2. Menyebabkan ibu tidak nyaman.
3. Meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan yang disebabkan atonia uteri.
4. Mengganggu penatalaksanaan distosia bahu.
5. Meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pasca melahirkn.
Disaat persalinan berlangsung, seorang bidan tidak dianjurkan untuk melakukan kateterisasi
kandung kemih secara rutin. Sebab kateterisasi ini hanya dilakukan pada kandung kemih
yang penuh, dan ibu tidak dapat berkemih di kamar mandi atau secara mandiri. Kateterisasi
ini akan menimbulkan rasa sakit, menimbulkan resiko infeksi dan perlukaan melalui kemih
ibu.

4. Pemberian cairan dan nutrisi


Sebagai bidan, kita harus memastikan ibu untuk mendapat asupan makanan ringn dan minum
air selama persalinan dan kelahiran bayi. Karena fase aktif ibu hanya ingin mengonsumsi
cairan. Maka bidan menganjurkan anggota keluarga untuk menawarkan ibu untuk minum
sesering mungkin dan makan ringan selama persalinan, karena makanan ringan dan cairan
yang cukup selama persalinan berlangsung akan lebih banyak energy dan mencegah
dehidrasi. Dehidrasi akan memperlambat kontraksi uterus dan membuat kontraksi tidak
teratur.

Wanita bersalin membutuhkan kurang lebih 50-100 kkl energy setiap jam. Dan jika tidak
terpenuhi, maka akan mengalami kelelahan otot dan kelaparan. Jika glukosa tidak tersedia,
cadangan lemak digunakan sehingga menyebabkan ketosis dan pada akhirnya terjadi
ketonuria. Aktifitas uterus dapat menurun akibat akumulasi benda keton. Cairan IV bukan
pengganti yang adekuat untuk asupan oral ( cairan tersebut sering kali tidak adekuat dalam
satuan kilokalori, 1 liter dekstrosa 5% dalam air).

5. Kontak Fisik
Selama proses persalinan berlangsung, si ibu mungkin tidak banyak mengeluarkan kata-kata
untuk berbicara, namun ia akan merasa nyaman dengan kontak fisik. Petugas kesehatan
seharusnya menganjurka kepada orang yang mendampingi ibu dalam persalinannya
hendaknya memegang tangan ibu atau menggandengnya, menggosok punggungnya, menyeka
wajahnya dengan spon atau mungkin hanya mendekapnya. Mereka yang menginginkan
persalinan normal dapat melakukan stimulasi putting dan klitoris untuk mendorong pelepasan
oksitoksin dari kelenjar pitiutary dan dengan demikian merangsang kontraksi uterus secara
alamiah. Hal ini juga akan merangsang produksi endogenous opiates yang memberikan
sedikit analgesia alamiah.

6. Pijatan
REPORT THIS AD

Wanita yang menderita sakit punggung atau nyeri selama persalinan dapat dilakukan pijatan,
untuk mengurangi rasa sakit pada abdominal. Yaitu dengan cara menggunakan kedua tangan
dan ujung jari menyentuh daerah simpisis pubis, melintas diatas fundus uterus kemudian
turun kekedua sisi perut.

7. Persiapan Persalinan
8. Ruangan dan lingkungan
Ruangan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindungi dari
tiupan angin, sumber air bersih dan mengalir untuk cuci tangan dan memandikan ibu sebelum
dan sesudah melahirkan, air DTT untuk membersihkan vulva dan perineum sebelum
melakukan pemeriksaan dalam dan membersihkan perineum ibu setelah melahirkan.

Suhu kamar bersalin 21oc, kecukupan air bersih, clorine, ditergen, kain pembersih, kain pel,
dan sarung tangan karet untuk membersihkan ruangan, lantai, perabotan, dekontaminasi dan
proses peralatan. Kamar mandi yang bersih untuk kebersihan pribadi ibu dan menolong
persalinan, pastikan kamar mandi telah didekontaminasi dengan larutan clorine. Tempat yang
lapang untuk ibu berjalan-jalan dan menunggu saat persalinan, melahirkan bayi dan untuk
memberikan asuhan bagi ibu dan bayinya setelah persalinan pastikan bahwa ibu mendapatkan
privasi yang diinginkan.
Penerangan yang cukup baik siang maupun malam hari, tempat tidur yang bersih untuk ibu,
tutupi kasur dengan plastic, atau lembaran yang mudah dibersihkan jika terkontanisasi.
Pesiapan perlengapan, bahan-bahan, dan obat-obatan yang diperlukan. Pastikan kelengkapan
jenis dan jumlah bahan-bahan yang diperlukan serta dalam keadaan siap pakai pada setiap
persakinan dan kelahir bayi.

1. Alat dan Obat-obatan


REPORT THIS AD

Perlengkapan yang harus disiapkan pada kala I:

 Tensi meter
 Stetoskop
 Mono aurel
 Jam yang mempunyai detik
 Thermometer
 Partus set
 Hecting set
 Bahan habis pakai (injeksi oksitosin, lidokain, kapas, kasa dan detol)
 Set kegawat daruratan
 Bengkok
 Tempat sampah basah, kering dan tajam
 Alat-alat proteksi diri
Obat-obatan dalam persalinan Kala I:

 Pereda nyeri pada persalinan


Rasa sakit juga dapat dihilangkan dengan beberapa metode atau pemberian obat-obatan
penghilang sakit, seperti:

1. petidin, pemberian petidin akan membuat tenang, rileks, dan terasa agak mengantuk,
tetapi tetap sadar. Obat ini bereaksi 20 menit kemudian akan bekerja selama 2-3 jam dan
biasa diberikan pada Kala I. obat ini biasanya disuntikkan dibagian paha atau pantat.
Penggunaan obat ini akan menyebabkan bayi mengantuk tetapi akan hilang saat bayi
lahir. Petidin tidak diberikan secara rutin tetapi diberikan pada keadaan kontraksi rahim yang
terlalu kuat.
2. anastesi epidural, metode ini paling sering dilakukan karena memungkinkan ibu untuk
tidak merasan sakit tanpa tidur. Obat anastesi suntikan diberikan rongga kosong (epdural)
diantara tulang punggung bagian bawah. Spesialis anastesi akan memasang kateter untuk
mengalirkan obat yang mengakibatkan saraf tibuh bagian bawah mati rasa sekitar 2 jam.
Sehingga rasa sakit tidak terasa. Pemberian obat ini harus diperhitungkan agar tidak ada
pengaruhnya pada kala II, jika tidak ibu akan mengedan lebih lama.
3. Entonox, metode ini menggunakan campuran oxygen dan nitrous oxide, dapat
menghilangkan rasa sakit, efeknya lebih ringan dari epidural sendiri, jika kontraksi mulai
terasa pegang masker dimuka lalu tarik nafas dalam-dalam. Rasa sakit akan berkurang dan
kepala lebih ringan.
4. Tens, metode penghilang rasa sakit dengan mesin tens (transcutaneous electrical
nerves stimulation) dipilih rasa sakit ingin hilang tanpa obat. Alat ini mudah digunakan dan
tidak membahayakan.
5. ILA, (Intrathecal Labour analgesia) yaitu suatu tehnik baru untuk menghilangkan rasa
sakit persalinan yang hampir mirip dengan epidural tetapi berbeda pada lokasi dan cara
pemberian obat anastesinya.
 Oksitosin
Oksitosin menaikkan peranan yang sangat penting dalam persalinan dan ejeksi ASI.
Oksitosin bekerja pada seseptor oksitosik untuk menyebabkan :

1. Kontraksi uterus pada kehamilan aterm


2. Kontraksi pembuluh darah ombilikus
3. Kontraksi sel-sel mioepitel
Efek samping oksitosin :
Bila oksitosin sintetik diberikan kerja fisiologis hormon ini akan bertambah sehingga dapat
timbul efek samping yang potensial berbahaya, efek samping tersebut dapat dikelompokkan
menjadi :

1. Stimulasi berlebih pada uterus


2. Kontraksi pembuluh darah tali pusat
3. Kerja pada pembuluh darah
4. Mual
5. Reaksi hipersensitifitas
Pemberian oksitosin akan mengganggu masuknya kepala janin kedalam serviks. Kontraksi
uterus yang keras, lama, serta kuat dapat menimbulkan konsekuensi yang serius:

1. Trauma pada neonatus dan ibu


2. Puptura uteri
3. Perdarahan post partum
4. Hematoma pelvic
5. Solusio plasenta
6. Emboli cairan amnion
7. Hipoksia vetal
BAB III

PENUTUP

 Kesimpulan
Kebutuhan dasar ibu bersalin kala 1 diantaranya :

 Mengatur aktivitas dan posisi ibu


Pada ibu yang belum masuk dalam pembukaan lengkap, sambil menunggu pembukaan
lengkap ibu masih dapat di perbolehkan melakukan aktivitas. Namun harus sesuai dengan
kesanggupan ibu agar ibu tidak meras jenuh dan rasa cemas terhadap apa yang dihadapi ibu
dalam menjelang proses persalinan dapat berkurang.

 Membimbing ibu untuk rileks sewaktu his


His merupakan kontraksi pada uterus yang mana his ini termasuk tanda-tanda persalinan yang
mempunyai sifat intermitten, terasa sakit, terkoodinasi, dan simetris sera terkadang dapat
dipengaruhi dari luar secara fisik dan psikis.

 Menjaga kebersihan ibu


Saat persalinan akan berlangsung anjurkan ibu unuk mengosongkan kandung kemihnya
secara rutin selama persalinan. Di sini ibu harus berkemih paling sedikit setiap 2 jam atau
lebih atau jika ibu teras ingin buang air kecil.

 Pemberian cairan dan nutrisi


Sebagai bidan, kita harus memastikan ibu untuk mendapat asupan makanan ringn dan minum
air selama persalinan dan kelahiran bayi. Karena fase aktif ibu hanya ingin mengonsumsi
cairan.
 Kontak Fisik
Selama proses persalinan berlangsung, si ibu mungkin tidak banyak mengeluarkan kata-kata
untuk berbicara, namun ia akan merasa nyaman dengan kontak fisik. Petugas kesehatan
seharusnya menganjurka kepada orang yang mendampingi ibu dalam persalinannya
hendaknya memegang tangan ibu atau menggandengnya, menggosok punggungnya, menyeka
wajahnya dengan spon atau mungkin hanya mendekapnya.

 Pijatan
Wanita yang menderita sakit punggung atau nyeri selama persalinan dapat dilakukan pijatan,
untuk mengurangi rasa sakit pada abdominal.

 Saran
Sebagai bidan kita harus mengetahui dan memahami bagaimana kebutuhan dasar ibu bersalin
pada kala 1, sehigga kita dapat memberikan asuhan secara tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Chapman, Vicky. 2006, ASUHAN KEBIDANAN Persalinan dan Kelahiran, Jakarta: EGC

Varney, H. 2007, BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN, Jakarta: EGC

Http;//Tahapan atau Kala dalam Persalinan.com


Http;// Kebutuhan ibu bersalin-Rizqi dyan kurnia dewi.com
Http;// kebutuhan dasar ibu bersalin kala 1-mita mutmainnah.com
Burvil (2002)

(saifuddin, 2006, hlm 100)

( yeyeh, Ai, 2009, Hlm 9)

(Wlash, linda, 2007, Hlm. 300)

(manuaba, 2010, Hlm 173)

JNPK-KR Depkes RI (2008, hlm.38)


manuaba(2010, hlm. 184)

(enkin, et.al. 2002)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Persalinan atau melahirkan anak adalah suatu peristiwa yang sangat besar artinya,
sebab sangat mendalam kesannya.Mengapa demikian, karena melahirkan berarti
mengadakan yang semula belum ada.Begitu pula dengan persalinan yang berarti
melahirkan anak yang telah lama ditunggu kedatangannya.
Lahirnya anak tidak akan datingbegitu saja, tetapi memerlukan persiapan-persiapan
seperti persiapan fisik, persiapan mental, dsan persiapan materi yang cukup agar kelahiran
anak dapat berjalan dengan lancar serta menghasilkan ibu dan anak yang sehat. Dalam
proses persalinan ibu banyak mengeluarkan tenaga sehingga untuk mengahasilkan tenaga
ibu yang akan melahirkan serta membukanya jalan untuk lahirnya anak, terjadilah rasa sakit
yang makin lama makin bertambah kuat sampai saat anak lahir bahkan sampai beberapa
waktu setelah melahirkan anaknya. Disinilah pentingnya persiapan untuk mengimbangi apa
yang akan terjadi dalam proses melahirkan anak atau persalinan itu.
Perawatan persalinan di negara maju dan di kota-kota besar lazim dilaksanakan dirumah
sakit sehingga pengalaman siswa bidan/keperawatan biasanya terbatas hanya pada
pengamatan kelahiran bayi dilingkungan rumah sakit. Hanya dikota-kota kecil dan didaerah
pedesaan, perawatan persalinan dilaksanakan di rumah atau pada rumah bersalin.
Pemberian pelayanan selama persalinan, yaitu bidan dan dokter, memiliki sikap dan
cara pendekatan berbeda-beda terhadap kelahiran bayi. Antara rumah sakit yang satu dan
yang lainnya terdapat berbagai kebiasaan serta pelaksanaan yang beraneka ragam;
keanekaragaman ini bahkan terdapat pula antara kamar bersalin yang satu dan lainnya
dalam rumah sakit besar yang sama.
1.2  Rumusan masalah

1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan kala II ?

1.2.2 Bagaimanakah asuhan sayang ibu bersalin kala II ?

1.2.3 Bagaimanakah menjaga kandung kemih agar tetap kosong ?

1.2.4 Bagaimanakah cara menjaga kebersihan ibu ?

1.2.5 Bagaimanakah cara pemberian cairan dan nutrisi bagi ibu ?

1.2.6 Bagaimanakah cara menjaga posisi ibu ?


1.3  Tujuan Umum

1.3.1 Untuk mengetahui dimaksud dengan kala II.

1.3.2 Untuk mengetahui asuhan sayang ibu bersalin kala II.

1.3.3 Untuk mengetahui menjaga kandung kemih agar tetap kosong.

1.3.4 Untuk mengetahui cara menjaga kebersihan ibu.

1.3.5 Untuk mengetahui cara pemberian cairan dan nutrisi bagi ibu.

1.3.6 Untuk mengetahui cara menjaga posisi ibu.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kala II
Persalinan kala II merupakan salah satu dari serangkaian tahap persalinan, di mana pada tahap ini dimulai saat

pembukaan serviks lengkap dan berakhir dengan lahirnya seluruh tubuh janin. Lamanya kala dua adalah 50 menit untuk

primigravida dan 30 menit untuk multigravida.

Kala II persalinan akan mengakibatkan suhu tubuh ibu meningkat dan saat ibu mengejan selama kontraksi dapat

membuat ibu menjadi kelelahan. Disini bidan harus dapat memenuhi kebutuhan selama kala II.
2.2 Asuhan Sayang Ibu
1. Konsep asuhan sayang ibu

Konsep asuhan sayang ibu menurut Pusdiknakes, 2003 adalah sebagai berikut:

a)      Asuhan yang aman berdasarkan evidence based dan ikut meningkatkan kelangsungan hidup ibu. Pemberian asuhan harus

saling menghargai budaya, kepercayaan, menjaga privasi, memenuhi kebutuhan dan keinginan ibu.

b)      Asuhan sayang ibu memberikan rasa nyaman dan aman selama proses persalinan, menghargai kebiasaan budaya, praktik

keagamaan dan kepercayaan dengan melibatkan ibu dan keluarga dalam pengambilan keputusan.

c)      Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah dan tidak perlu

intervensi tanpa adanya komplikasi.

d)      Asuhan sayang ibu berpusat pada ibu, bukan pada petugaskesehatan.

e)      Asuhan sayang ibu menjamin ibu dan keluarganya dengan memberitahu tentang apa yang terjadi dan apa yang bisa

diharapkan.

2. 10 Langkah Asuhan Sayang Ibu

a)      Menawarkan adanya pendampingan saat melahirkan untuk mendapatkan dukungan emosional dan fisik secara

berkesinambungan.

b)      Memberi informasi mengenai praktek kebidanan, termasuk intervensi dan hasil asuhan.

c)      Memberi asuhan yang peka dan responsif dengan kepercayaan, nilai dan adat istiadat.

d)      Memberikan kebebasan bagi ibu yang akan bersalin untuk memilih posisi persalinan yang nyaman bagi ibu.

e)      Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pemberian asuhan yang berkesinambungan.

f)       Tidak rutin menggunakan praktek dan prosedur yang tidak didukung oleh penelitian ilmiah tentang manfaatnya, seperti:

pencukuran, enema, pemberian cairan intervena, menunda kebutuhan gizi, merobek selaput ketuban, pemantauan janin

secara elektronik.
g)      Mengajarkan pada pemberi asuhan dalam metode meringankan rasa nyeri dengan/ tanpa obat-obatan.

h)      Mendorong semua ibu untuk memberi ASI dan mengasuh bayinya secara mandiri.

i)        Menganjurkan tidak menyunat bayi baru lahir jika bukan karena kewajiban agama.

j)        Berupaya untuk mempromosikan pemberian ASI dengan baik.

3. Prinsip Asuhan Sayang Ibu

a)      Memahami bahwa kelahiran merupakan proses alami dan fisiologis.

b)       Menggunakan cara-cara yang sederhana dan tidak melakukan intervensi tanpa ada  indikasi.

c)      Memberikan rasa aman, berdasarkan fakta dan memberi kontribusi pada keselamatan jiwa ibu.

d)      Asuhan yang diberikan berpusat pada ibu.

e)       Menjaga privasi serta kerahasiaan ibu.

f)        Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara emosional.

g)      Memastikan ibu mendapat informasi, penjelasan dan konseling yang cukup.

h)       Mendukung ibu dan keluarga untuk berperan aktif dalam pengambilan keputusan.

i)        Menghormati praktek-praktek adat dan keyakinan agama.

j)        Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual dan sosial ibu/ keluarganya selama kehamilan, persalinan dan nifas.

k)       Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

   4. Asuhan Sayang Ibu dalam Proses Persalinan Antara Lain

a)      Memanggil ibu sesuai nama panggilan sehingga akan ada perasaan dekat dengan bidan.

b)       Meminta ijin dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan bidan dalam pemberian asuhan

c)       Bidan memberikan penjelasan tentang gambaran proses persalinan yang akan dihadapi ibu dan keluarga.

d)       Memberikan informasi dan menjawab pertanyaan dari ibu dan keluarga sehubungan dengan proses persalinan.
2.3  Menjaga Kandung Kemih Agar Tetap Kosong
Menganjurkan ibu untuk berkemih sesrinh mungkin setiap 2 jam atau bila ibu merasa kandung kemih sudah penuh.

Kandung kemih dapat menghalangi penurunan kepala janin ke dalam rongga panggul.Jika ibu tidak dapat berjalan ke kamar

mandi bantulah agar ibu dapat berkemih dengan wadah penampung urine.Disini bidan tidak dianjurkan untuk melakukan

keteterisasi kandung kemih secara rutin sebelum atau sesudah kelahiran bayi ataupun plasenta.Kateterisasi kandung kemih

hanya di lakukan bila terjadi retensi urin dan ibu tidak mampu berkemih sendir karena kateterisasi akan mengakibatkan

risiko infeksi dan trauma atau perlukaan pada saluran kemih ibu.
2. 4  Menjaga Kebersihan Ibu
Disini ibu tetap dijaga kebersihan dirinya agar terhindar dari infeksi. Apabila ada lendir darah atau cairan ketuban

segera di bersihkan untuk menjaga alat genetalia ibu.


2.5 Pemberian Cairan dan Nutrisi
Menganjurkan ibu untuk minum selama kala II persalinan. Ini dianjurkan karena selama ibu bersalin ibu mudah

sekali mengalami dehidrasi selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Dengan cukupnya asupan cairan, ini dapat

mencegah ibu mengalami dehidrasi.

Wanita bersalin membutuhkan kurang lebih 50-100 kilokalori energi setiap jam, dan jika tidak terpenuhi, mereka

akan mengalami kelelahan otot dan kelaparan yang sangat. Jika glukosa tidak tersedia, cadangan lemak digunakan sehingga
menyebabkan ketosis dan pada akhirnya terjadi ketonuria. Aktifitas uterus dapat menurun akibat akumulasi benda keton.

Efek lain ketosis ringan selama persalinan tidak diketahui. Cairan IV bukan pengganti yang adekuat untuk asupan oral

(cairan tersebut sering kali tidak adekuat dalam satuan kilokalori;  satu liter dekstrosa 5% dalam air [ D5W] atau salin

normal mengandng 225 kilokalori). Kelebihan beban cairan pada ibu, hiponatremia, penurunan mortalitas, hemodilusi, dan

asidosis laktik, juga hiperglikemia neonatus, hiperinsulinemia dengan hipoglikemia, hiponatremia, asidosis, ikterus dan/atau

takipnea sementara dapat terjadi. Sepuluh persen glukosa harus dihindari.


2. 6  Mengatur Posisi
Didalam memimpin mengejan, Bantu ibu memperoleh posisi yang paling nyaman.Ibu dapat berganti posisi secara

teratur selama kala dua persalinan.Karena perpindahan posisi yang sering kali mempercepat kemajuan persalinan. Disini ibu

akan menemukan posisi yang efektif untuk meneran. Biasanya posisi duduk atau setengah duduk dipilih ibu bersalin karena

nyaman bagi ibu dan ibu bisa beristirahat dengan mudah diantara kontraksi jika merasa lelah dan keuntungan lain posisi ini

yaitu dapat memudahkan melahirkan kepala bayi. Ada 4 posisi yang sering digunakan dalam persalinan, diantaranya :

1. Posisi berbaring atau litotomi.

Ibu berbaring telentang di tempat tidur bersalin dengan menggantung kedua pahanya pada penopang kursi khusus

untuk bersalin. Kelebihan posisi ini, dokter bisa lebih leluasa membantu proses persalinan karena jalan lahir pun menghadap

ke depan, sehingga dokter dapat lebih mudah mengukur perkembangan pembukaan dan waktu persalinan pun diprediksi

secara lebih akurat. Kelemahannya, posisi berbaring membuat ibu sulit mengejan.

2. Posisi miring atau lateral.

Ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan dengan salah satu kaki diangkat, sedangkan kaki lainnya dalam keadaan

lurus.Kelebihannya, peredaran darah balik ibu bisa mengalir lancar, pengiriman oksigen dalam darah dari ibu ke janin

melalui plasenta juga tidak terganggu. Kelemahannya, posisi miring ini menyulitkan dokter untuk membantu proses

persalinan karena letak kepala bayi susah dimonitor dan dipegang, maupun diarahkan.

3. Posisi jongkok.

Ibu berjongkok di atas bantalan empuk yang berguna untuk menahan kepala dan tubuh bayi. Kelebihan, merupakan

posisi melahirkan yang alami karena memanfaatkan gaya gravitasi bumi, sehingga ibu tidak usah terlalu kuat mengejan.

Kekurangannya, berpeluang membuat cedera kepala bayi, posisi ini dinilai kurang menguntungkan karena menyulitkan

pemantauan perkembangan pembukaan dan tindakan-tindakan persalinan lainnya, semisal episiotomi.

4. Posisi setengah duduk.

Pada posisi ini, ibu duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk dan paha dibuka ke arah samping.Posisi

ini cukup membuat ibu nyaman.Kelebihannya, sumbu jalan lahir yang perlu ditempuh janin untuk bisa keluar jadi lebih

pendek.Suplai oksigen dari ibu ke janin pun dapat berlangsung secara maksimal.Kelemahannya, posisi ini dapat

menimbulkan rasa lelah dan keluhan punggung pegal. Apalagi jika proses persalinan tersebut berlangsung lama.

Posisi jongkok atau berdiri dapat membantu mempercepat kemajuan persalinan kala dua dan posisi jongkok juga

akan mengurangi rasa nyeri yang hebat. Sedangkan posisi merangkak atau berbaring miring ke kiri dipilih ibu karena ibu

merasa nyaman dan lebih efektif baginya untuk meneran. Posisi ini baik dipilih jika ada masalah bagi bayi yang akan

berputar ke posisi occiput anterior. Posisi merangkak atau berbaring miring kekiri ini juga baik dipilih ibu yang mengalami

nyeri punggung pada saat persalinan.Posisi ini juga membantu mencegah laserasi.
Adapun cara-cara meneran yang baik bagi ibu diantaranya :
1.      Menganjurkan ibu untuk meneran sesuai dorongan alamiah selama kontraksi.

2. Jangan anjurkan ibu untuk menahan nafas pada saat meneran.


3. Menganjurkan ibu untuk berhenti meneran dan beristirahat diantara kontraksi.
4. Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk ibu mungkin merasa lebih mudah
untuk meneran, jika ia menarik lutut kea rah dada dan menempelkan dagu ke dada.
5. Menganjurkan ibu untuk tidak mengangkat pantat saat meneran.
6. Tenaga kesehatan ( bidan ) tidak dianjurkan untuk melakukan dorongan pada fundus
untuk membantu kelahiran bayi karena dorongan pada fundus dapat meningkatkan
distosia bahu dan rupture uteri.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemenuhan kebutuhan pada kala II meliputi menjaga kebersihan diri, pemberian cairan, menjaga kandung kemih

yang kosong dan mengatur posisi ibu.

Pemenuhan kebutuhan pada kala II juga meliputi Hidrasi dan nutrisi, bimbingan spiritual, ibu tetap didampingi

setelah bayi lahir, kebersihan tetap dijaga untuk mencegah infeksi, pengawasan kala IV, istirahat, memulai menyusui,

membantu ibu ke kamar mandi, biarkan bayi berada dekat ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi untuk

mempercepat pemberian asi / kolostum.

3.2.   Saran
Marilah kita meningkatkan pengetahuan kita dengan lebih banyak membaca, karena
dengan membaca banyak hal yang akan kita peroleh, kalau ada kesempatan waktu dan materi
marilah kita tingkatkan pengetahuan kita dengan melanjutkan kependidikan yang lebih
tinggi..
BE THE PROFESSIONAL MIDWIFE

KEBUTUHAN IBU BERSALIN


PUBLISHED 10 DESEMBER 2012 BY MIDWIFE RIZQI DYAN

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang

Persalinan atau melahirkan anak adalah suatu peristiwa yang sangat besar
artinya, sebab sangat mendalam kesannya.Mengapa demikian, karena
melahirkan berarti mengadakan yang semula belum ada.Begitu pula dengan
persalinan yang berarti melahirkan anak yang telah lama ditunggu
kedatangannya.

Lahirnya anak tidak akan datingbegitu saja, tetapi memerlukan persiapan-


persiapan seperti persiapan fisik, persiapan mental, dsan persiapan materi
yang cukup agar kelahiran anak dapat berjalan dengan lancar serta
menghasilkan ibu dan anak yang sehat. Dalam proses persalinan ibu banyak
mengeluarkan tenaga sehingga untuk mengahasilkan tenaga ibu yang akan
melahirkan serta membukanya jalan untuk lahirnya anak, terjadilah rasa sakit
yang makin lama makin bertambah kuat sampai saat anak lahir bahkan
sampai beberapa waktu setelah melahirkan anaknya. Disinilah pentingnya
persiapan untuk mengimbangi apa yang akan terjadi dalam proses melahirkan
anak atau persalinan itu.

Perawatan persalinan di negara maju dan di kota-kota besar lazim


dilaksanakan dirumah sakit sehingga pengalaman siswa bidan/keperawatan
biasanya terbatas hanya pada pengamatan kelahiran bayi dilingkungan rumah
sakit. Hanya dikota-kota kecil dan didaerah pedesaan, perawatan persalinan
dilaksanakan di rumah atau pada rumah bersalin.

Pemberian pelayanan selama persalinan, yaitu bidan dan dokter, memiliki


sikap dan cara pendekatan berbeda-beda terhadap kelahiran bayi. Antara
rumah sakit yang satu dan yang lainnya terdapat berbagai kebiasaan serta
pelaksanaan yang beraneka ragam; keanekaragaman ini bahkan terdapat pula
antara kamar bersalin yang satu dan lainnya dalam rumah sakit besar yang
sama.

1.2              Rumusan masalah

Apa saja kebutuhan ibu bersalin kala I, II, III, dan IV ?

1.3              Tujuan Umum

Memahami kebutuhan ibu bersalin kala I, II, III, dan IV.

1.4              Tujuan Khusus

1.4.1        Mahasiswa mampu memahami teori kebutuhan ibu brsalin kala I,


II, III, dan IV.

1.4.2        Mahasiswa mampu menjelaskan teori kebutuhan ibu bersalin pada


kala I, II, III, dan IV

1.5              Manfaat

1.5.1        Dengan disusunnya makalah ini dapat menambah pengetahuan


mahasiswa tentang kebutuhan ibu bersalin pada kala I, II, III, dan IV

1.5.2     Dengan disusunnya makalah ini dapat digunakan sebagai pedoman


pemberian asuhan pada ibu bersalin pada kala I, II, III, dan IV.

BAB 2

PEMBAHASAN
2.1       Konsep Teori

Persalinan adalah proses di mana bayi, plasenta, selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah kehamilan 37 minggu) tanpa disertai adanya
penyulit (Winknjosastro, 2008, Hlm.37). Helen Varney mengatakan
persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil
konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang
ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan kelahiran
plasenta (Varney,H, 2007, Hlm. 672). Persalinan dan kelahiran normal
adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan,
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18
jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin,
2006, Hlm.100). Tanda-tanda persalinan yaitu rasa sakit oleh adanya his
yang datang lebih kuat, sering dan teratur, keluar darah lendir yang banyak
karena robekan-robekan kecil pada serviks, terkadang ketuban pecah dengan
sendirinya, pada pemeriksaan dalam didapat serviks yang mendatar dan
pembukaan jalan sudah ada (Yeyeh, Ai, 2009, Hlm. 9).

Proses dinamik dari persalinan meliputi empat komponen yang saling


berkaitan yang mempengaruhi baik mulainya dan kemajuan persalinan.
Empat komponen ini adalah passanger (janin), passage (pelvis
ibu), power (kontraksi uterus), dan Psikis (status emosi ibu). Bila persalinan
dimulai, interaksi antara passanger, passage, power, dan psikis harus sinkron
untuk terjadinya kelahiran pervaginam spontan (Wlash, linda,
2007, Hlm.300).

Banyak orang berpendapat bahwa persalinan adalah saat yang menegangkan


dan menggugah emosi ibu dan keluarganya, bahkan dapat menjadi saat yang
menyakitkan dan menakutkan bagi ibu. Untuk meringankan kondisi tersebut,
pastikan bahwa setiap ibu akan mendapatkan asuhan saying ibu selama
persalinan dan kelahiran. Kebutuhan dasar pada ibu bersalin di kala I, II dan
III itu berbeda-beda dan sebagai tenaga kesehatan kita dapat memberikan
asuhan secara tepat agar kebutuhan – kebutuhan ibu di kala I, II, dan III dapat
terpenuhi.

Pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologispada ibu dan keluarga pada kala I,
II, dan III dan IV sebagai berikut :

 
2.2       Pemenuhan kebutuhan fisik pada ibu bersalin kala I, II,III dan
IV

2.2.1    Kala I

Kala I merupakan waktu di mulainya persalinan, keadaan ini di mulai sejak


terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai
pembukaan lengkap (10 cm). kebutuhan-kebutuhan yang harus terpenuhi di
kala I antara lain:

2.2.1.1 Mengatur aktivitas dan posisi ibu

Disaat mulainya persalianan sambil menunggu


pembukaan lengkap.Ibu masih dapat diperbolehkan melakukan aktivitas,
namun harus sesuai dengan kesanggupan ibu agar ibu tidak terasa jenuh dan
rasa kecemasan yang dihadapi oleh ibu saat menjelang persalinan
dapat berkurang.Di dalam kala I ini ibu dapat mencoba berbagai posisi yang
nyaman selama persalinan dan kelahiran. Peran suami di sisi adalah untuk
membantu ibu berganti posisi yang nyaman agar ibu merasa ada orang yang
menemani di saat proses menjelang persalinan. Disini ibu di perbolehkan
berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring atau merangkak.Posisi
tegak seperti berjalan, berdiri atau jongkok dapat membantu turunnya kepala
bayi dan seringkali mempersingkat waktu persalnan.Untuk itu kita sebagai
tenaga kesehatan di sarankan agar membantu ibu untuk sesering mungkin
berganti posisi selama persalina.Perlu di ingat bahwa jangan menganjurkan
ibu untuk mengambil posisi terlentang. Sebab jika ibu berbaring terlentang
maka berat uterus, janin, cairan ketuban, dan plasenta akan menekan vena
cava inferior. Hal ini akan menyebabkan turunnya aliran darah dari sirkulasi
ibu ke plasenta. Kondisi seperti ini akan menyebabkan hipoksia (kekurangan
oksigen pada janin). Posisi terlentang juga akan memeperlambat proses
persalinan.( Enkin, et,al. 2002)

2.2.1.2   Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his

His merupakan kontraksi pada uterus yang mana his ini termasuk tanda-tanda
persalinan yang mempunyai sifat intermitten, terasa sakit, terkoordinasi, dan
simetris serta terkadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik dan psikis.
Karena his sifatnya menimbulkan rasa sakit, maka ibu di sarankan menarik
nafas panjang dan kemudian anjurkan ibu untuk menahan nafas sebentar,
kemudian dilepaskan dengan cara meniup sewaktu ada his.

2.2.1.3   Menjaga kebersihan ibu


Saat persalinan akan berlangsung anjurkan ibu untuk mengososngkan
kandung kemihnya secara rutin selama persalinan. Disini ibu harus berkemih
paling sedikit setiap 2 jam atau lebih atau jika ibu terasa ingin berkemih.
Selain itu, tenaga kesehatan perlu memeriksa kandung kemih pada saat
memeriksa denyut jantung janin (saat palpasi di lakukan) tepat di atas
simpisis pubis untuk mengetahui apakah kandung kemih penuh
atau tidak.Jika ibu tidak dapat berkemih di kamar mandi, maka ibu dapat
diberikan penampung urin. Apabila terjadi kandung kemih yang penuh maka
akan mengakibatkan:

1. Memperlambat turunnya bagian terbawah janin danmungkinakna


menyebabkan partus macet.
2. Menyebabkan ibu tidak nyaman.
3. Meningkatkan risiko perdarahan pasca persalinan yang disebabkan
atonia uteri.
4. Mengganggu penatalaksanaan distosis bahu.
5. Meningkatkan risiko infeksi saluran kemih pasca persalinan.

Disaat persalinan berlangsung tenaga kesehatan (bidan) tidak dianjurkan


untuk melakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin.Sebab kateterisasi
ini hanya di lakukan pada kandung kemih yang penuh dan ibu tidak dapat
berkemih sendiri. Kateterisasi ini akan menimbulkan beberapa masalah
seperti menimbulkan rasa sakit, menimbulkan risiko infeksi dan perlukaan
melalui kemih ibu.

2.2.1.4   Pemberian Cairan dan Nutrisi

Tindakan kita sebagai tenaga kesehatan yaitu memastikan ibu untuk


mendapat asupan (makanan ringan dan minum air) selama persalinan dan
kelahiran bayi.Karena fase aktif ibu hanya ingin mengkonsumsi cairan. Maka
bidan menganjurkan anggota keluarga untuk menawarkan ibu minum
sesering mungkin dan makan ringan selama persalinan , karena makanan
ringan dan cairan yang cukup selama persalinan berlangsung akan
memberikan lebh banyak energi dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi ini bila
terjadi akan memperlambat kontraksi atau membuat kontraksi menjadi tidak
teratur.

Wanita bersalin membutuhkan kurang lebih 50-100 kilokalori energi setiap


jam, dan jika tidak terpenuhi, mereka akan mengalami kelelahan otot dan
kelaparan yang sangat. Jika glukosa tidak tersedia, cadangan lemak
digunakan sehingga menyebabkan ketosis dan pada akhirnya terjadi
ketonuria. Aktifitas uterus dapat menurun akibat akumulasi benda keton.
Efek lain ketosis ringan selama persalinan tidak diketahui. Cairan IV bukan
pengganti yang adekuat untuk asupan oral (cairan tersebut sering kali tidak
adekuat dalam satuan kilokalori;  satu liter dekstrosa 5% dalam air [ D5W]
atau salin normal mengandng 225 kilokalori). Kelebihan beban cairan pada
ibu, hiponatremia, penurunan mortalitas, hemodilusi, dan asidosis laktik, juga
hiperglikemia neonatus, hiperinsulinemia dengan hipoglikemia,
hiponatremia, asidosis, ikterus dan/atau takipnea sementara dapat terjadi.
Sepuluh persen glukosa harus dihindari.

2.2.1.5   Kontak fisik

Si ibu mungkin tidak ingin bercakap – cakap tetapi ia mungkin akan merasa
nyaman dengan kontak fisik. Partnernya hendaknya didorong untuk mau
berpegangan tangandengannya, menggosok punggungnya, menyeka
wajahnya dengan spons atau mungkin hanya mendekapnya. Sebagian
pasangan suami istri mungkin ingin mempraktekkan dimana partnernya
mengelus – elus perut dan paha wanita atautehnik – tehnik lain yang serupa.
Mereka yang menginginkan kelahiran yang aktif bisa mencoba stimulasi
puting dan klitoris untuk mendorong pelepasan oksitosin dari kelenjar
pituitary dan dengan demikian merangsang kontraksi uterus secara alamiah.
Hal ini juga akan merangsang produksi endogenous opiates, yang
memberikan

sedikit analgesia alamiah.

2.2.1.6   Pijatan

Wanita yang menderita sakit punggung atau nyeri selama persalinan mungkin
akan merasakan pijatan sangat meringankan. Sebagian wanita mungkin akan
merasakan pijatan pada abdominal menyenangkan; elusan ringan diatas
seluruh perut emang bisa terasa enak, dengan menggunakan kedua tangan
dan melakukan ujung jari menyentuh daerah symphysis pubis, melintas
diatas fundus uterus dan kemudian turun ke kedua sisi perut.

2.2.1.7 Tanda bahaya kala I

1. kematian ibu atau kematian bayi atau keduanya

2. ruptura uteri

3. infeksi / sepsis puerperal

4. perdarahan postpartum
5. fistel

2.2.2    Kala II

Persalinan kala II merupakan salah satu dari serangkaian tahap persalinan, di


mana pada tahap ini dimulai saat pembukaan serviks lengkap dan berakhir
dengan lahirnya seluruh tubuh janin. Lamanya kala dua adalah 50 menit
untuk primigravida dan 30 menit untuk multigravida.

Kala II persalinan akan mengakibatkan suhu tubuh ibu meningkat dan saat
ibu mengejan selama kontraksi dapat membuat ibu menjadi kelelahan. Disini
bidan harus dapat memenuhi kebutuhan selama kala II, diantaranya:

2.2.2.1 Asuhan sayang ibu

1. 1.      Konsep Asuhan Sayang Ibu

Konsep asuhan sayang ibu menurut Pusdiknakes, 2003 adalah sebagai


berikut:

a.       Asuhan yang aman berdasarkan evidence based dan ikut meningkatkan


kelangsungan hidup ibu. Pemberian asuhan harus saling menghargai budaya,
kepercayaan, menjaga privasi, memenuhi kebutuhan dan keinginan ibu.

b.      Asuhan sayang ibu memberikan rasa nyaman dan aman selama proses
persalinan, menghargai kebiasaan budaya, praktik keagamaan dan
kepercayaan dengan melibatkan ibu dan keluarga dalam pengambilan
keputusan.

c.       Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan


persalinan merupakan proses alamiah dan tidak perlu intervensi tanpa adanya
komplikasi.

d.      Asuhan sayang ibu berpusat pada ibu, bukan pada petugaskesehatan.

e.       Asuhan sayang ibu menjamin ibu dan keluarganya dengan


memberitahu tentang apa yang terjadi dan apa yang bisa diharapkan.

2.     Ada 10 Langkah Asuhan Sayang Ibu

a.       Menawarkan adanya pendampingan saat melahirkan untuk


mendapatkan dukungan emosional dan fisik secara berkesinambungan.
b.      Memberi informasi mengenai praktek kebidanan, termasuk intervensi
dan hasil asuhan.

c.       Memberi asuhan yang peka dan responsif dengan kepercayaan, nilai
dan adat istiadat.

d.      Memberikan kebebasan bagi ibu yang akan bersalin untuk memilih
posisi persalinan yang nyaman bagi ibu.

e.       Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pemberian


asuhan yang berkesinambungan.

f.       Tidak rutin menggunakan praktek dan prosedur yang tidak didukung
oleh penelitian ilmiah tentang manfaatnya, seperti: pencukuran, enema,
pemberian cairan intervena, menunda kebutuhan gizi, merobek selaput
ketuban, pemantauan janin secara elektronik.

g.      Mengajarkan pada pemberi asuhan dalam metode meringankan rasa


nyeri dengan/ tanpa obat-obatan.

h.      Mendorong semua ibu untuk memberi ASI dan mengasuh bayinya
secara mandiri.

i.        Menganjurkan tidak menyunat bayi baru lahir jika bukan karena
kewajiban agama.

j.        Berupaya untuk mempromosikan pemberian ASI dengan baik.

3.     Prinsip Umum Sayang Ibu

a.        Memahami bahwa kelahiran merupakan proses alami dan fisiologis.

b.        Menggunakan cara-cara yang sederhana dan tidak melakukan


intervensi tanpa ada indikasi.

c.        Memberikan rasa aman, berdasarkan fakta dan memberi kontribusi


pada keselamatan jiwa ibu.

d.        Asuhan yang diberikan berpusat pada ibu.

e.         Menjaga privasi serta kerahasiaan ibu.

f.          Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara
emosional.
g.        Memastikan ibu mendapat informasi, penjelasan dan konseling yang
cukup.

h.        Mendukung ibu dan keluarga untuk berperan aktif dalam pengambilan
keputusan.

i.          Menghormati praktek-praktek adat dan keyakinan agama.

j.          Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual dan sosial ibu/


keluarganya selama kehamilan, persalinan dan nifas.

k.        Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan


penyakit.

4.   Asuhan Sayang Ibu dalam Proses Persalinan Antara Lain

a.          Memanggil ibu sesuai nama panggilan sehingga akan ada perasaan
dekat dengan bidan.

b.         Meminta ijin dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
bidan dalam pemberian asuhan.

c.          Bidan memberikan penjelasan tentang gambaran proses persalinan


yang akan dihadapi ibu dan keluarga.

d.         Memberikan informasi dan menjawab pertanyaan dari ibu dan


keluarga sehubungan dengan proses persalinan.

2.2.2.2   Menjaga kandung kemih tetap kosong

Menganjurkan ibu untuk berkemih sesrinh mungkin setiap 2 jam atau bila ibu
merasa kandung kemih sudah penuh. Kandung kemih dapat menghalangi
penurunan kepala janin ke dalam rongga panggul.Jika ibu tidak dapat
berjalan ke kamar mandi bantulah agar ibu dapat berkemih dengan wadah
penampung urine.Disini bidan tidak dianjurkan untuk melakukan keteterisasi
kandung kemih secara rutin sebelum atau sesudah kelahiran bayi ataupun
plasenta.Kateterisasi kandung kemih hanya di lakukan bila terjadi retensi urin
dan ibu tidak mampu berkemih sendir karena kateterisasi akan
mengakibatkan risiko infeksi dan trauma atau perlukaan pada saluran kemih
ibu.

2.2.2.3   Menjaga kebersihan ibu


Disini ibu tetap dijaga kebersihan dirinya agar terhindar dari infeksi.Apabila
ada lendir darah atau cairan ketuban segera di bersihkan untuk menjaga alat
genetalia ibu.

2.2.2.4   Pemberian cairan dan nutrisi

Menganjurkan ibu untuk minum selama kala II persalinan. Ini dianjurkan


karena selama ibu bersalin ibu mudah sekali mengalami dehidrasi selama
proses persalinan dan kelahiran bayi. Dengan cukupnya asupan cairan, ini
dapat mencegah ibu mengalami dehidrasi.

Wanita bersalin membutuhkan kurang lebih 50-100 kilokalori energi setiap


jam, dan jika tidak terpenuhi, mereka akan mengalami kelelahan otot dan
kelaparan yang sangat. Jika glukosa tidak tersedia, cadangan lemak
digunakan sehingga menyebabkan ketosis dan pada akhirnya terjadi
ketonuria. Aktifitas uterus dapat menurun akibat akumulasi benda keton.
Efek lain ketosis ringan selama persalinan tidak diketahui. Cairan IV bukan
pengganti yang adekuat untuk asupan oral (cairan tersebut sering kali tidak
adekuat dalam satuan kilokalori;  satu liter dekstrosa 5% dalam air [ D5W]
atau salin normal mengandng 225 kilokalori). Kelebihan beban cairan pada
ibu, hiponatremia, penurunan mortalitas, hemodilusi, dan asidosis laktik, juga
hiperglikemia neonatus, hiperinsulinemia dengan hipoglikemia,
hiponatremia, asidosis, ikterus dan/atau takipnea sementara dapat terjadi.
Sepuluh persen glukosa harus dihindari.

2.2.2.5   Mengatur posisi ibu

Didalam memimpin mengejan, Bantu ibu memperoleh posisi yang


paling nyaman.Ibu dapat berganti posisi secara teratur selama kala dua
persalinan.Karena perpindahan posisi yang sering kali mempercepat
kemajuan persalinan. Disini ibu akan menemukan posisi yang efektif untuk
meneran. Biasanya posisi duduk atau setengah duduk dipilih ibu bersalin
karena nyaman bagi ibu dan ibu bisa beristirahat dengan mudah diantara
kontraksi jika merasa lelah dan keuntungan lain posisi ini yaitu dapat
memudahkan melahirkan kepala bayi. Ada 4 posisi yang sering digunakan
dalam persalinan, diantaranya :

1. Posisi berbaring atau litotomi.

Ibu berbaring telentang di tempat tidur bersalin dengan menggantung kedua


pahanya pada penopang kursi khusus untuk bersalin. Kelebihan posisi ini,
dokter bisa lebih leluasa membantu proses persalinan karena jalan lahir pun
menghadap ke depan, sehingga dokter dapat lebih mudah mengukur
perkembangan pembukaan dan waktu persalinan pun diprediksi secara lebih
akurat. Kelemahannya, posisi berbaring membuat ibu sulit mengejan.

2. Posisi miring atau lateral.

Ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan dengan salah satu kaki diangkat,
sedangkan kaki lainnya dalam keadaan lurus.Kelebihannya, peredaran darah
balik ibu bisa mengalir lancar, pengiriman oksigen dalam darah dari ibu ke
janin melalui plasenta juga tidak terganggu. Kelemahannya, posisi miring ini
menyulitkan dokter untuk membantu proses persalinan karena letak kepala
bayi susah dimonitor dan dipegang, maupun diarahkan.

3. Posisi jongkok.

Ibu berjongkok di atas bantalan empuk yang berguna untuk menahan kepala
dan tubuh bayi. Kelebihan, merupakan posisi melahirkan yang alami karena
memanfaatkan gaya gravitasi bumi, sehingga ibu tidak usah terlalu kuat
mengejan. Kekurangannya, berpeluang membuat cedera kepala bayi, posisi
ini dinilai kurang menguntungkan karena menyulitkan pemantauan
perkembangan pembukaan dan tindakan-tindakan persalinan lainnya, semisal
episiotomi.

4. Posisi setengah duduk.

Pada posisi ini, ibu duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk
dan paha dibuka ke arah samping.Posisi ini cukup membuat ibu
nyaman.Kelebihannya, sumbu jalan lahir yang perlu ditempuh janin untuk
bisa keluar jadi lebih pendek.Suplai oksigen dari ibu ke janin pun dapat
berlangsung secara maksimal.Kelemahannya, posisi ini dapat menimbulkan
rasa lelah dan keluhan punggung pegal. Apalagi jika proses persalinan
tersebut berlangsung lama

Posisi jongkok atau berdiri dapat membantu mempercepat kemajuan


persalinan kala dua dan posisi jongkok juga akan mengurangi rasa nyeri yang
hebat. Sedangkan posisi merangkak atau berbaring miring ke kiri dipilih ibu
karena ibu merasa nyaman dan lebih efektif baginya untuk meneran. Posisi
ini baik dipilih jika ada masalah bagi bayi yang akan berputar ke posisi
occiput anterior. Posisi merangkak atau berbaring miring kekiri ini juga baik
dipilih ibu yang mengalami nyeri punggung pada saat persalinan.Posisi ini
juga membantu mencegah laserasi.
Adapun cara-cara meneran yang baik bagi ibu diantaranya :

1. Menganjurkan ibu untuk meneran sesuai dorongan alamiah selama


kontraksi.
2. Jangan anjurkan ibu untuk menahan nafas pada saat meneran.
3. Menganjurkan ibu untuk berhenti meneran dan beristirahat diantara
kontraksi.
4. Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk ibu mungkin merasa
lebih mudah untuk meneran, jika ia menarik lutut kea rah dada dan
menempelkan dagu ke dada.
5. Menganjurkan ibu untuk tidak mengangkat pantat saat meneran.
6. Tenaga kesehatan ( bidan ) tidak dianjurkan untuk melakukan
dorongan pada fundus untuk membantu kelahiran bayi karena
dorongan pada fundus dapat meningkatkan distosia bahu dan rupture
uteri.

2.2.3    Kala III

Kala III merupakan kala pengeluaran uri atau pengeluaran plasenta.Kala III


ini merupakan kelanjutan kala I (kala pembukaan) dank ala II (kala
pengeluaran bayi). Untuk itu pada kala III ini berbagai aspek yang
akandihadapi bercermin pada apa yang telah dikerjakan pada tahap-tahap
sebelumnya. Adapun pemenuhan kebutuhan pada ibu dikala III diantaranya :

2.2.3.1   Menjaga kebersihan

Disini ibu harus tetap dijaga kebersihan pada daerah vulva karena untuk
menghindari infeksi.Untuk menghindari infeksi dan bersarangnya bakteri
pada daerah vulva dan perineum.Cara pembersihan perineum dan vulva yaitu
dengan menggunakan air matang (disinfeksi tingkat tinggi) dan dengan
menggunakan kapas atau kassa yang bersih.Usapkan dari atas ke bawah
mulai dari bagian anterior vulva kea rah rectum untuk mencegah kontaminasi
tinja, kemudian menganjurkan ibu untuk mengganti pembalut kurang lebih
dalam sehari tiga kali ataupunbila saat ibu BAK dirasa pembalut sudah basah
(tidak mungkin untuk dipakai lagi).Jangan lupa menganjurkan ibu untuk
mengeringkan bagian perineum dan vulva.

2.2.3.2   Pemberian cairan dan nutrisi

Memberikan asupan nutrisi  (makanan ringan dan minuman) setelah


persalinan, karena ibu telah banyak mengeluarkan tenaga selama kelahiran
bayi. Dengan pemenuhan asupan nutrisi ini diharapkan agar ibu tidak
kehilangan energi.

Wanita bersalin membutuhkan kurang lebih 50-100 kilokalori energi setiap


jam, dan jika tidak terpenuhi, mereka akan mengalami kelelahan otot dan
kelaparan yang sangat. Jika glukosa tidak tersedia, cadangan lemak
digunakan sehingga menyebabkan ketosis dan pada akhirnya terjadi
ketonuria. Aktifitas uterus dapat menurun akibat akumulasi benda keton.
Efek lain ketosis ringan selama persalinan tidak diketahui. Cairan IV bukan
pengganti yang adekuat untuk asupan oral (cairan tersebut sering kali tidak
adekuat dalam satuan kilokalori;  satu liter dekstrosa 5% dalam air [ D5W]
atau salin normal mengandng 225 kilokalori). Kelebihan beban cairan pada
ibu, hiponatremia, penurunan mortalitas, hemodilusi, dan asidosis laktik, juga
hiperglikemia neonatus, hiperinsulinemia dengan hipoglikemia,
hiponatremia, asidosis, ikterus dan/atau takipnea sementara dapat terjadi.
Sepuluh persen glukosa harus dihindari.

2.2.3.3  Kebutuhan istirahat

Setelah janin dan plasenta lahir kemudian ibu sudah dibersihkan ibu
dianjurkan untuk istirahat setelah pengeluaran tenagayang banyak pada saat
persalinan.Disini pola istirahat ibu dapatmembantu mengembalikan alat-alat
reproduksi danmeminimalisasikan trauma pada saat persalinan.

2.2.4        Kala IV

Yaitu 0 menit sampai 2 jam setelah persalinan plasenta berlangsung. Ini


merupakan masa kritis bagi ibu, karena kebanyakan wanita melahirkan
kehabisan darah atau mengalami suatu keadaan yang menyebabkan kematian
pada kala IV ini. Bidan harus terus dapat memenuhi kebutuhan ibu sampai
masa kritis ibu telah terlewati. Berikut merupakan kebutuhan ibu bersalin
kala IV :

1. Hidrasi dan nutrisi


2. Bimbingan spiritual
3. Ibu tetap didampingi setelah bayi lahir
4. Kebersihan tetap dijaga untuk mencegah infeksi
5. Pengawasan kala IV
6. Istirahat
7. Memulai menyusui
8. Membantu ibu ke kamar mandi
9. Biarkan bayi berada dekat ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan
bayi untuk mempercepat pemberian asi / kolostum
10. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang tanda – tanda
bahaya kala IV

2.3       Pemenuhan kebutuhan psikologis ibu bersalin kala I, II, III dan


IV

Untuk mengurangi rasa sakit terhadap ibu di kala I, II,III dan IV yaitu dengan
cara psikologis dengan mengurangi perhatian ibu yang penuh terhadap rasa
sakit. Adapun usaha-usaha yang dilakukannya yaitu dengan cara:

2.3.1    Sugesti

Sugesti adalah memberi pengaruh pada ibu dengan pemikiran yang diterima
secara logis. Menurut psikologis social individu yang keadaan psikisnya labil
akan lebih mudah dipengaruh dan mudah mendapar sugesti. Demikian juga
pada wanita yang keadaan psikisnya kurang stabil, lebih-lebih dalam masa
persalinan, mudah sekali menerima pengaruh atau menerima
sugesti.Kesempatan ini harus digunakan untuk memberikan sugesti yang
bersifat positif. Misalnya ketika hamil, pada waktu memeriksa dikatakan
bahwa kehamilan normal, persalinan nanti akan berjaln normal pula. Pada
waktu persalinan pun juga diberi sugesti bahwa persalinannya akan
belangsung dengan bak seperti ibu-ibu yang lain yang tidak mengalami
kesulitan walaupun telah beberapa kali melahirkan. Keramah-tamahan dan
sikap yang menyenangkan akan menambah besarnya sugesti yang telah
diberikan.

2.3.2    Mengalihkan perhatian

Perasaan sakit akan bertambah bila perhatian dikhususkan pada rasa sakit itu.
Misalnya ibu merasa sakit, penolong memperhatikan terus-menerus, menaruh
belas kasihan yang spontan akan menambah rasa sakit. Perasaan sakit itu
dapat dikurangi dengan mengurangi perhatian terhadap ibu.Usaha yang di
lakukan misalnya mengajak bercerita, sedikit bersenda gurau, kalau ibu
masih kuat berilah buku bacaan yang menarik.Walaupun perhatian terhadap
rasa sakit ibu di kurangi oleh bidan, tetapi mereka haruis tetap waspada
mengamati keadaan ibu, pekembangan persalinan.

2.3.3    Kepercayan
Diusahakan agar ibu memiliki kepercayaan pada dirinya sendiri bahwa ia
mampu melahirkan anak normal seperti wanita-wanita lannya,percaya bahwa
persalinan yang dihadapi akan lancer pula seperti wanita yang lainnya.
Disamping itu ibu harus mempunyai kepercayaan pada bida atau orang yang
menolongnya, percaya bahwa penolong mempunyai pengetahuan dasar yang
cukup, mempunyai pengalaman yang banyak, mempunyai kecepatan,
keterampilan dalam menolong persalinan, maka dengan demikian ibu akan
merasa aman.

Demikianlah usaha-usah yang bersifat psikologis dari penolong untuk


mengurangi rasa sakit.

BAB 3

PENUTUP

3.1       Kesimpulan

3.1.1    Pemenuhan pada kala I meliputi : mengatur aktifitas dan posisi ibu,
membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his, menjaga kebersihan ibu,
memberikan cairan dan nutrisi pada ibu.

3.1.2    Pemenuhan kebutuhan pada kala II meliputi menjaga kebersihan diri,


pemberian cairan, menjaga kandung kemih yang kosong dan mengatur posisi
ibu.

3.1.3    Pemenuhan kebutuhan pada kala III meliputi pemenuhan cairan dan
nutrisi, menjaga kebersihan , dan kebutuhan istirahat.

3.1.4        Pemenuhan kebutuhan pada kala II meliputi Hidrasi dan nutrisi,


bimbingan spiritual, ibu tetap didampingi setelah bayi lahir, kebersihan tetap
dijaga untuk mencegah infeksi, pengawasan kala IV, istirahat, memulai
menyusui, membantu ibu ke kamar mandi, biarkan bayi berada dekat ibu
untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi untuk mempercepat pemberian
asi / kolostum

3.1.5    Pemenuhan kebutuhan psikologis pada ibu di kala I, II, dan III yaitu
pemberian sugesti, mengalihkan perhatian dan kepercayaan.
3.2       Saran

3.2.1    Bagi pembaca semoga makalah ini dapat dijadikan sumber referensi
dan tambahan pengetahuan.

3.2.2    Bagi penulis untuk meningkatkan kualitas dalam penulisan makalah

Anda mungkin juga menyukai