Oleh
Kelompok 5 :
ARIANTI ANUWA
IRMAWATI HUSNA
MARYAM DJIBU
OLIVIA P. S. BOGU
TIYARA YASIN
Ucapan puji dan syukur semata-mata hanyalah milik Allah SWT. Hanya kepada-
Nya lah kami memuji dan hanya kepada-Nya lah kami bersyukur, kami meminta
ampunan dan kami meminta pertolongan.
Dengan hormat serta pertolongan-Nya, puji syukur, pada akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah kami dengan judul “Pertolongan Persalinan Sesuai APN “
dengan lancar. Kami pun menyadari dengan sepenuh hati bahwa tetap terdapat
kekurangan pada makalah kami ini.
Oleh sebab itu, kami sangat menantikan kritik dan saran untuk materi kami
mengenai penulisan makalah berikutnya. Kami juga berharap hal tersebut mampu
dijadikan cambuk untuk kami supaya kami lebih mengutamakan kualitas makalah di
masa yang selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………...
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………..
A. Latar Belakang…………………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………
C. Tujuan......................................................................................................................
D. Manfaat…………………………………………………………………………....
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………
C. Persiapan Alat……………………………………………………………………
D. Persiapan obat-obatan……………………………………………………………
A. Kesimpulan............................................................................................................
B. Saran……………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………
LAMPIRAN……………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
uri) yang telah cukup bulan atau atau dapat hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir atau bukan jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan sendiri) (Mochtar, 2002).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks,
hingga janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana
janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir (sarwono, 2001).
Persalinan merupakan suatu proses alami yang akan berlangsung
dengan sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam
penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya sehingga
memerlukan pengawasan, pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas
yang memadai. Persalinan dibagi menjadi empat tahap penting dan
kemungkinan penyulit dapat terjadi pada setiap tahap
tersebut ( Manuaba, IG, 1999 )
Ibu merupakan kesatuan dari Bio Psikososial Spiritual maka
perlu perhatian khusus dari bidan yang dalam menyiapkan fisik dan
mental guna meningkatkan serta mencegah komplikasi lebih lanjut.
Bidan merupakan salah satu tenaga dari team pelayanan kesehatan yang
keberadaannya paling dakat dengan ibu yang mempunyai peran penting
dalam mengatasi masalah melalui asuhan kebidanan. Dalam melaksanan
asuhan kebidanan bidan dituntut memiliki wawasan yang luas, trampil
dan sikap profesional, karena tindakan yang kurang tepat sedikit saja
dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karenanya diharapkan semua
persalinan yang dialami ibu dapat berjalan normal dan terjamin pula
keselamatan baik ibu dan bayinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pembukaan kala II ?
2. Apa saja proses pertolongan kelahiran bayi ?
3. Apa saja persiapan alat dalam proses pertolongan persalinan ?
4. Apa saja peran suami dan keluarga dalam proses pertolongan
persalinan ?
5. Apa saja langkah asuhan persalinan normal ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tanda dan gejala pembukaan kala II
2. Untuk mengetahui proses pertolongan kelahiran bayi
3. Untuk mengetahui alat yang akan digunakan saat pertolongan
persalinan
4. Untuk mengetahui peran suami dan keluarga dalam proses
pertolongan persalinan
5. Untuk mengetahui langkah-langkah asuhan persalinan normal
D. Manfaat
Sebagai sumber wawasan bagi pembaca khususnya mahasiswa
kebidanan tentang pertolongan persalinan sesuai APN. Selain itu sebagai
salah satu nilai tugas Mata Kuliah “Pertolongan Persalinan Sesuai APN”
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembukaan Kala II
Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran, kala ini dimulai dari
pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung 2 jam
pada primigravida dan 1 jam pada multigravida, gejala utama dari kala II
adalah :
1. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit dengan durasi 50 sampai
100 detik.
4. Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga
kepala bayi membuka pintu, subocciput bertindak sebagai hipomoglion
berturut-turut lahir dari dahi, muka, dagu yang melewati perineum.
5. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala pada punggung.
6. Setelah putar paksi luar berlangsung maka persalinan bayi ditolong dengan
jalan :
b) Setelah kedua bahu lahir, ketiak diikat untuk melahirkan sisa badan bayi.
4. Perineum menonjol
Lamanya Persalinan
Pada setiap kontaksi kepala maju dan kemudian masuk kembali kalau
uterus ralaksasi. Setiap kali kepala maju sedikit. Introitus menjadi celah
anteroposterior, kemuadian oval dan akhirnya lubang bulat. Tekanan kepala
mempertipis perineum, feces dapat terdorong keluar dari rectum. Dengan
terbukanya anus maka dinding depan rectum menonjol melalui anus.
Dengan turunnya kepala maka occiput terletak dibawah symhisis pubis.
Kepala terus maju mundur pada setiap kontraksi sampai kontraksi yang kuat
mendorong diameter terbesarnya melewati vulva (pemahkotaan, erowning).
Sekali hal ini terjadi terjadi maka kepala tidak akan masuk kembali dan
dengan proses extensi kepala dilahirkan ketika bregma, dahi, hidung, mulut
dan dagu berturut-turut tampak diatas perineum. Pada saat kepala melalui
introitus pasien berasa seperti terobek. Kadang-kadang terjadi laserasi
vulva.
a) Kepala harus ditahan waktu mengadakan putaran paksi dan berputar ke luar
b) Muka diusap perlahan-lahan dan lendir dihisap dari mulut dan tenggorokan
dengan pengisap lendir
c) Daerah leher untuk mengetahui adanya lilitan tali pusat. Apabila didapatkan
lilitan tali pusat yang longgar, dapat dilepaskan melalui kepala. Kalu
lilitannya erat, tali pusat diklem didua tempat, dipotong diantara keduanya,
dan kemudian dilepaskan.
4. Melahirkan Bahu
Sebelum dapat dilahirkan, bahu harus masuk kedalam pintu atas
panggul, rotasi internal bahu harus terjadi lebh dahulu disertai restitusi dan
rotasi eksternal kepala. Sehingga bahu sekarang berada pada diameter
anteriorposterior pintu atas panggul. Baru bahu dapat melalui rongga
panggul.
Kepala ditarik kearah bawah dan kearah belakang oleh perawat
meternitas untuk membantu bahu anterior muncul dibawah lengkung,
simpisis dan mengelincir dibawah arkus pubis. Dalam kejadian normal
bahu anterior dilahirkan dengan sedikit tarikan ke bawah kearah perineum
dan untuk mencegah trauma pada perineum, kepala diangkat keatas kearah
simpisi pubis.sehingg bahu dilahirkan melalui perineum (Myles, 1989)
Pemberian tekanan pada fundus uteri. Dengan semakin banyak posisi
alternative untuk megejan, pendekatan pada fundus uteri semakin jarang
digunakan. Posisi alternative membantu dalam penurunan janin. Pada
beberapa kasus, dimana anestesi regional atau konduksi/epidural diberikan,
penekanan fundus uteri mungkin diperlukan karena kekuatan
ekspulsi/dorongan ibu berslin menurun. Apabila diperlukan penekanan
fundus uteri, seorang perawat, maternitas yang “terampil” dapat melakukan
prosedur ini. Penekanan fundus uteri paling sering dipakai jika terjadi
distosia riang pada bahu. (kline-kaye,miller-siade, 1990).
Pada waku bahu akan lahir maka telah terjadi putaran paksi dan rotasi
keluar sedang berjalan. Pada waktu ada kontraksi uterus penderita disuruh
mengejan. Apabila penderita dianastesi atau tidak dapat mengejan,
dilakukan dorongan fundus uteri oleh penolong. Pada saat yang bersamaan
kepala di cekam dengan dua tangan pada os parietale atau dengan satu
tangan pada muka dan tangan lainnya pada os ciput. Kemudian kepala
ditarik kebawah kearah rectum. Ini memungkinkan bahu depan muncul
dibawah simfiis pubis. Apabila ini telah tercapai kepala dinaikan sehingga
bahu belakang dapat dilahirkan diatas perineum. Perlu ditekankan bahwa
operator hanya menurunkn dan mengagkat kepala bayi untuk memudahkan
lahirnya bahu. Ia tidak melakukan tarikan kuat oleh karena dapat
menyebabkan kerusakan fleksus saraf dileher. Kekatan yang akan
mendorong bahu keluar adalah hejan perut apabila ia sadar, atau dorongan
pada fundus oleh pembantu kalau ia ada dibawah pengaruh anastesi.
5. Kelahiran tubuh dan ekstremitas
Ekspulsi dikendalikan sehingga dapat berlangsung perlahan-lahan.
Sewaktu fleksi latenal berlangsung. Tangn bawah perawat meternitas
menahan dada bayi untuk mencegah trauma perineum. Sedikit rotasi tubuh
kearah kanan atau kiri dapat dilakukan untuk membantu kelahiran. Waktu
kelahiran yang merupakan waktu tepat ketika seluruh tubuh bayi keluar dari
tubuh ibu bersalin.
6. Memotong Tali Pusat
Bicarakan waktu penjepitan tali pusat dengan dokter atau bidan dan
pastikan anda mencantumkan apa yang anda sukai pada rencana pelahiran.
Ada beberapa situasi dimana tali pusat harus dipotong sebelum bayi keluar
seluruhnya (seperti tali pusat yang pendek atau tali pusat yang melingkari
leher bayi dengan erat). Atau tali pusat harus segera dipotong sesudah
dilahirkan untuk memungkinkan dilakukannya perawatan bagi masalah-
masalah lain yang dimiliki bayi.
Dalam memotong tali pusat, tenaga kesehatan (bidan atau perawat) perlu
memerhatikan hal-hal berikut:
1. Penundaan penjepitan dan pemotongan tali pusat sekitar 1-2 menit dapat
meningkatkan jumlah darah yang dialirkan ke bayi baru lahir sehingga dapat
mencegah rendahnya Hb dalam periode neonatal, terutama pada bayi baru
lahir prematur yang disertai berat lahir rendah
2. Para ahli WHO menyimpulkan bahwa pada persalinan normal tidak ada
inidikasi untuk melakukan penjepitan normal tidak ada indikasi untuk
melakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat dini dilakukan jika ada
alasan kuat seperti rhesus autoimunisasi atau bayi yang dilahirkan dari ibu
yang menderita HIV/AIDS
3. Penundaan penjepitan dan pemotongan tali pusat tidak meningkatkan
terjadinya perdarahan postpartum.
C. Persiapan Alat
1. Partus set:
a) 2 buah klem tali pusat
b) 1 buah gunting tali pusat
c) Benang tali pusat/klem tali pusat
d) 1 buah ½ kocher
e) 1 buah kateter nalaton
f) 1 buah gunting episiotomy
g) 2 buah pasang sarung tangan steril
h) Kasa steril secukupnya
2. Hectting set:
a) Nail holder 1 buah
b) Pinset anatomi 1 buah
c) Gunting benang 1 buah
d) Jarum
e) Catgut
f) Cromix, side (Rahayu, 2016).
3. APD
a) Celemek
b) Kacamata google
c) Masker
d) Alas kaki tertutup (sepatu boot)
e) Tutup kepala
f) Henduk kecil
4. Com sedang berisi kapas DTT secukupnya
5. Tissue
6. Doopler
7. Jam tangan
8. Bengkok
9. 2 waslap
10. Korentang
11. Tempat sampah medis
12. Tempat sampah non medis
13. Tempat baju kotor
14. Tempat sampah bahan tajam (safety box)
15. Tempat plasenta
16. Under pad
17. Lampu sorot
18. Tempat resusitasi
19. Obat-obatan:
a) Oksitosin
b) Salep mata tetrasiklin 1 %
c) Vit K
d) Hb0
20. Baskom berisi larutan klorin 0,5%
21. Baskom berisi air DTT
22. Tensimeter dan stetoskop
23. Pita ukur
24. 2 spuit 2,5-3 ml
25. Spuit 1 ml
26. Thermometer
27. Duk segiempat/kain bersih untuk las bokong (duk steril)
28. Kain bersih
29. Sabun cuci tangan
30. Perlengkapan ibu:
a) Baju ibu
b) Jarik
c) Celana dalam ibu
d) Pembalut
31. Perlengkapan bayi:
a) Topi bayi
b) 2 handuk besar
32. Lembar partograf
33. Form ibu bersalin (Roihatul dkk, 2019).
D. Persiapan Obat-obatan
Suami atau orag terdekat dapat memainkan peran penting pada saat proses
maka orang tersebut dapat membantu dan menemano ubu dalam proses
minum serta memberikan support penuh kepada ibu, banyak penelitian yang
bersalin.
pada saat persalinan dapat menim bulkan efek positif terhadap persalinan dalam
arti dapat menurunkan morbiditas, mengurangi rasa sakit, persalinan yang lebih
sinkat, dan menurunya persalinan dengan opresai besar. Selain itu kehadiran
anjurkan iu untuk ditemani oleh suami atau anggta keluarga atau temannya yang
meemaninya.
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dgn sabun & air
mengalir.
5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam.
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin
dan letakan kembali kedalam wadah partus set.
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke
perineum.
8. Melakukan pemeriksaan dalam pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput
ketuban sudah pecah.
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,
membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan
klorin 0,5%.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai pastikan DJJ
dalam batas normal (120 - 160 x/menit).
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu
untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat
ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman,
jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5 - 6 cm.
16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 - 6 cm, memasang handuk
bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu.
20. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai
jika hal tersebut terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi. (jika tali pusat
melilit leher secara longgar lepaskan lewat bagian atas kepala bayi, jika melilit
secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong di antara 2 klem tersebut).
21. Menunggu hingga kepala bayi selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut kepala
kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah
kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri
dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong
dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk
tangan kiri diantara kedua lutut janin)
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan
handuk/kain yang kering, Membiarkan bayi di atas perut ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali
pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan
lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
pada sisi lainnya.
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut itu di tepi atas simpisis, untuk
mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat.
36. Setelah terus bersontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan,
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskranial untuk
mencegah inversio uteri. jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pucat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan
mengulangi prosedur. (jika uterus tidak segera berkontraksi, minta
suami/keluarga/ibu untuk stimulasi puting susu ibu.)
38. Saat plasenta tampak pada introitus vaginae, teruskan melahirkan plasenta dengan
hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang dan putar plasenta dengan kedua
tangan hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta
di tempat yang telah disediakn. jika selaput ketuban ada yang robek. pakai sarung
tangan DTT/steril untuk eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari
tangan/klem DTT/steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase pada fundus
uteri dan lakukan massase fundus uteri secara sirkuler dengan lembut hingga
kontraksi uterus baik (fundus teraba keras) lakukan tindakan yang diperlukan jika
uterus tidak berkontraksi setelah 15'.
40. Periksa bagian maternal dan bagian letal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan
utuh, dan masukan kedalam kantong plastik/Lempat khusus yang tersedia.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan, bila ada robekan yang menimbulkan
perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan.
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit
1 jam. (sebagian besar IMD berhasil 30-50 menit. menyusu pertama biasanya
sekitar 10-15 menit bayi cukup menyusu dari 1 payudara, biarkan bayi berada di
dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramuskuler di paha kiri
anterolateral.
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di
paha kanan Anterolateral. letakkan bayi dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu
bisa disusukan, letakkan kembali bayi di dada ibu bila belum berhasil menyusu 1
jam pertama dan biarkan sampai berhasil menyusu.
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan massase uterus dan menilai kontraksi.
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
(periksa suhu ibu sekali tiap jam selama 2 jam pertama pascapersalinan)
50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40
60 x/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5).
51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering.
54. Memastikan ibu merasa nyaman. bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga
untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit.
58. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan
asuhan kala IV.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kelahiran bayi merupakan pristiwa penting bagi kehidupan seorang pasien dan
keluarganya. Sangat penting untuk diingat bahwa persalinan adalah proses yang
normal dan merupakan kejadian yang sehat. Namun demikian, potensi terjadinya
komplikasi yang mengancam nyawa selalu ada sehingga bidan harus mengamati
dengan ketat pasien dan bayi sepanjang proses melahirkan. Dukungan yang terus
menerus dan penatalaksanaan yang trampil dari bidan dapat menyumbangkan suatu
pengalaman melahirkan yang menyenagkan dengan hasil persalinan yang sehat dan
memuaskan. (APN Revisi tahun 2010).
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, dkk, 2019, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ibu
Bersalin dan Bayi Baru Lahir, Yogyakarta: Deepublish
Danuatmaja, dkk, 2015, Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit, Jakarta: Puspa swara
Fortle, dkk, 2015, Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan, Yogyakarta:
ANDI
Oktarina, 2016, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir,
Yogyakarta: Deepublish
Septikasari, 2018, Konsep Dasar Pemberian Obat Untuk BIdan, Jawa Tengah: Stikes
Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap
Simkin, dkk, 2015, Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan dan Bayi, Yogyakarta:
Deepublish.
Sursilah, 2015, Asuhan Persalinan Normal dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD),
Yogyakarta: Perpustakaannasional
Yulianti, 2019, Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir, Makassar:
Cendekia Publisher