Di susun oleh :
Kelompok 2
AKADEMI FISIOTERAPI
RUMAH SAKIT DUSTIRA CIMAHI
TAHUN AJARAN 2020/2021
JL.dr. Dustira No. 1 Cimahi Jawa Barat, Telp. 022-6648345
e-mail : akfisrsdustira@yahoo.co.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu bersalin. Persalinan yang normal terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan/setelah usia kehamilan 37 minggu atau lebih tanpa penyulit. Pada akhir
kehamilan ibu dan janin mempersiapkan diri untuk menghadapi proses persalinan.
Janin bertumbuh dan berkembang dalam proses persiapan menghadapi kehidupan di
luar rahim. Ibu menjalani berbagai perubahan fisiologis selama masa hamil sebagai
persiapan menghadapi proses persalinan dan untuk berperan sebagai ibu. Persalinan
dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks yang
membuka dan menipis dan berakhir dengan lahirnya bayi beserta plasenta secara
lengkap Pengalaman persalinan bisa dialami oleh ibu pertama kali (primi), maupun
kedua atau lebih (multi). (Fauziah, 2015)
Primigravida yaitu wanita yang hamil untuk pertama kali, sedangkan
multigravida adalah seorang ibu yang hamil untuk kedua atau lebih. Tanda-tanda
kehamilan primigravida seperti perut tegang, labia mayora tampak bersatu, hypen
seperti pada beberapa tempat, vagina sempit dengan rugae yang utuh jari, perineum
utuh dan baik. Pada serviks terdapat pembukaan yang di dahului dengan pendataran
dan setelah itu baru pembukaan (pembukaan rata-rata 1 cm dalam 2 jm) lama kala I
untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida lama kala I
multigravida 8 jam (Moctar, 1998).
Menurut penelitian, (Saryono, 2012) Perbedaan tingkat nyeri persalinan
normal pada Ibu primigravida dan Multigravida, pada Ibu primigravida yang
mengalami nyeri berat melahirkan saat kala 1 sebanyak 61,5% dan 20 responden ibu
Multigravida mengalami nyeri berat melahirkan kala 1 sebanyak 38,5%.Nyeri
melahirkan di sebabkan oleh faktor dilatasi serviks yaitu kekuatan primer membuat
serviks menipis/effacement, berdilatasi dan janin turun.
Wanita yang melahirkan mengharapkan persalinan berlangsung tanpa rasa
nyeri, Berbagai cara dilakukan agar ibu melahirkan tidak selalu merasa sakit dan
merasa nyaman. Saat ini hingga 50% persalinan di seluruh rumah sakit di Indonesia
memilih melakukan operasi cectio caesarea, tingginya operasi caesar disebabkan para
ibu primigravida yang hendak bersalin lebih memilih operasi caesar karena tidak kuat
dan tidak ingin mengalami nyeri persalinan pada saat kala 1.
Ibu Primigravida di Provinsi bali tercatat sebanyak 58,5 % memilih menjalani
operasi section caesaria, lebih besar dari Persalinan Normal. Hasil penelitian yang
dilakukan di RSU Bali Royal Hospital angka section caesaria non indikasi medis di
karenakan ibu takut dan cemas menghadapi rasa sakit yang akan terjadi pada
persalinan normal pada tahun 2014 dari juli – desember terdapat 345 total persalinan
SC (13,3%) melakukan SC non indikasi medis dan pada tahun 2015 mengalami
peningkatan ibu primi melakukan SC oleh karena indikasi non medis (on request)
(13,69%). Menurut penelitian (Hariningsih, 2016)
Menurut (Lase, 2012) dari hasil penelitian yang di lakukan di RSU Bunda
Thamrin Medan 22 ibu mayoritas responden memiliki umur dalam rentang 25-30
tahun, ibu primigravida menyatakan memilih tindakan section caesaria di karenakan
calon ibu tidak siap melahirkan secara normal, tidak kuat dan tidak ingin merasakan
nyeri berat melahirkan di kala I sebanyak 59,1%. (Hamilton, 1995)Sebanyak 90%
persalinan disertai rasa nyeri berat dan 7-14% tidak disertai nyeri, pada kala I terjadi
kontraksi yang dapat menekan ujung saraf sehingga menimbulkan rangsangan nyeri
dan berdampak timbulnya rasa takut.
Penekanan pada ujung-ujung saraf menimbulkan nyeri disebabkan karena
antara serabut otot dari korpus fundus uterus, adanya iskemik miomerium dan serviks
karena kontraksi sebagai konsekuensi dari pengeluaran darah dari uterus atau karena
adanya vasokontriksi akibat aktivitas berlebihan dari saraf simpatis, adanya proses
peradangan pada otot uterus, kontraksi pada serviks dan segmen bawah rahim
menyebabkan rasa takut yang memacu aktivitas berlebih dari systemsaraf simpatis,
adanya dilatasi dari serviks dan segmen bawah Rahim. (Kampono, 2008).
Teknik relaksasi nafas dalam dapat mengendalikan nyeri dengan
meminimalkan aktifitas simpatik dalam sistem saraf otonom. Ibu meningkatkan
aktifitas komponen saraf parasimpatik vegetatif secara simultan.Teknik tersebut dapat
mengurangi sensasi nyeri yang di rasakan dan mengontrol intensitas reaksi ibu
terhadap rasa nyeri. Hormon adrenalin dan kortisol yang menyebabkan stress akan
menurun, ibu dapat meningkatkan konsentrasi dan merasa tenang sehingga
memudahkan ibu untuk mengatur pernafasan sampai frekuensi pernafasan kurang dari
60-70x/menit. Kadar PaCO2 akan meningkat dan menurunkan PH sehingga akan
meningkatkan kadar oksigen dalam darah (Henderson, 2005)
B. Rumusan Masalah
1) Pengertian persalinan
2) Tahap persalinan
3) Jenis persalinan
4) Pengertian nifas
5) Tahapan nifas
6) Perawatan Nifas
7) Perubahan Fisiologi pada masa nifas
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui apa itu persalinan
2) Untuk mengetahui tahapan dan jenis persalinan
3) Untuk mengetahui apa itu Nifas
4) Untuk mengetahui perawatan dan perubahan fisiologi pada nifas
2.
BAB II
PEMBAHASAN
Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
kedalam jalan lahir kemudian berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau
hampir cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan, disusul dengan pengeluaran
plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa
bantuan.
2. Persalinan Anjuran
Persalinan anjuran adalah persalinan yang tidak bisa dimulai dengan
sendirinya atau baru dapat berlangsung jika diberi suatu tindakan, misalnya
memberi suntikan oksitosin yang dapat menimbulkan mulas atau kontraksi
secara terus-menerus.
3. Persalinan Tindakan
Persalinan tindakan adalah persalinan yang tidak dapat berjalan normal
karena terdapat penyulit persalinan sehingga persalinan dilakukan dengan
alat bantu. Contohnya seperti:
a. Ekstraksi Forceps
Forceps adalah alat berbentuk sendok besar yang digunakan untuk
membantu persalinan dengan cara menjepit kepala bayi dan
mengeluarkannya dari vagina. Cara ini dilakukan untuk membantu bayi
yang mengalami hipoksia supaya cepat keluar.
b. Vakum
Alat ini bekerja seperti menghisap atau menyedot kepala bayi, biasanya
digunakan untuk ibu yang telah merasa lelah untuk mengejan tapi bayi tidak
segera lahir, atau ibu memiliki kondisi medis tertentu yang membuatnya
tidak boleh mengejan terlalu lama, misalnya penyakit jantung atau
gangguan pada retina.
c. Operasi Caesar
Operasi ini dilakukan dengan cara membuka dinding abdomen dengan
sayatan ke arah horizontal. Operasi ini biasanya dilakukan untuk kehamilan
yang sudah lebih dari 38 minggu untuk menurunkan resiko kematian pada
ibu dan bayi.
2.3.2 Persalinan Menurut Lama Kehamilan dan Berat Janin
a. Abortus
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan. Usia kehamilan baru mencapai 22 minggu dengan berat
badan bayi <500 gr. Abortus diperbolehkan jika mengalami hamil anggur
atau bayi yang terdeteksi cacat.
b. Partus Immaturus
Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu-28 minggu dengan berat
badan bayi diantara 500-999 gr.
c. Partus Prematurus
Persalinan sebelum usia kehamilan mencapai 28 minggu-36 minggu
dengan berat janin 1000-2499 gr.
f. Partus Presipitatus
Persalinan yang berlangsung sangat cepat, bisa berlangsung kurang dari
3 jam. Penyebab tersering dari persalinan ini adalah kurangnya tahanan pada
jaringan ibu, hiperaktif kontraksi uterus, dan janin yang terletak pada posisi
yang mudah turun.
2.4 Pengertian Nifas
Nifas atau yang bisa disebut Puerperium berasal dari kata puer yang artinya bayi
dan parous yang artinya melahirkan. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam
setelah lahirnya plasenta sampai ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil, kira-kira terjadi selama 6 minggu (42 hari).
d. Lochia
Lochia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan
mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang
lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochia
mempunyai bau yang amis meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya
berbeda-beda pada setiap wanita. Pengeluaran lochia dapat dibagi
berdasarkan waktu dan warnanya diantaranya:
1) Lochia Rubra/merah (kruenta)
Lochia ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa
postpartum. Sesuai dengan namanya, warnanya biasanya merah dan
mengandung darah dari perobekan/luka pada plasenta dan serabut dari
decidua dan chorion.
2) Lokhea Sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kuning berisi darah dan lendir karena
pengaruh plasma darah, pengeluarannya pada hari ke 4-7 hari post
partum.
3) Lochia Serosa
Lochia ini muncul pada hari ke 8-14 postpartum. Warnanya
biasanya kekuningan atau kecoklatan. Lochia ini terdiri dari lebih sedikit
darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan
laserasi plasenta.
4) Lochia Alba
Lochia ini muncul lebih dari hari ke 14 postpartum. Warnanya lebih
pucat, putih kekuningan dan lebih banyak mengandung leukosit, selaput
lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.
3.1 Kesimpulan
Pengertian Persalinan Menurut Mochtar (2008) bahwa persalinan adalah
proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau
dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan
bantuan atau tanpa bantuan.
Pada persalinan terbagi menjadi 4 tahap yaitu, kala 1 (kala pembukaan) yang
terbagi menjadi fase laten dan aktif, kala 2 (pengeluaran janin), kala 3
(pengeluaran plasenta), dan kala 4 (kala pengawasan).
Jenis persalinan dibagi dalam dua kategori yang pertama yaitu persalinan
berdasarkan bentuk terjadinya dan persalinan berdasarkan menurut lama
kehamilan dan berat janin.
Dalam persalinan berdasarkan bentuk terjadinya, ada persalinan normal atau
spontan, persalinan anjuran, dan persalinan tindakan yang biasanya dilakukan
dengan bantuan forceps, vakum, dan operasi caesar.
Sedangkan dalam persalinan menurut waktu lama kehamilam dan berat janin
ada persalinan abortus, partus immaturus, partus prematurus, partus matur, partus
postmatur, dan partus presipitatus.
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta
sampai ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, kira-
kira terjadi selama 6 minggu (42 hari).
Tahapan nifas terdiri dari puerpirium dini yaitu fase kepulihan dimana ibu
diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan, puerperium intermediate yaitu ibu
mengalami kepulihan menyeluruh di alat-alat genitalianya, dan remote
puerperium adalah waktu yang diperlukan ibu untuk pulih seperti saat sebelum
hamil.
Ibu yang baru melahirkan harus melakukan mobilisasi dini, terkadang ibu
nifas enggan untuk banyak bergerak karena merasa letih dan sakit, padahal
seharusnya ibu nifas bisa melakukan gerakan/aktifitas sedini mungkin (early
ambulation/ambulasi dini), yaitu kebijakan untuk selekas mungkin membimbing
klien keluar dari tempat tidurnya dan untuk selekas mungkin berjalan.
Pada masa nifas, ibu akan mengalami perubahan fisiologi pada sistem
reproduksinya seperti perubahan pada uterus, invoulusi tempat plasenta,
perubahan pada serviks, perubahan pada lochia, dan perubahan pada vagina dan
perineum.
DAFTAR PUSTAKA
Afriyani, R., Lailiyana, L., & Metha, J. M. (2018). Hubungan Senam Nifas
Dengan Involusi Uterus Pada Ibu Postpartum Normal Di Bpm Dince Safrina
Pekanbaru Tahun 2017. Jurnal Ibu Dan Anak, 6(1), 26-31.
Rini, S., & Kumala, F. (2017). Panduan Asuhan Nifas dan Evidence Based
Practice. Deepublish.
Sulfianti, S., Indryani, I., Purba, D. H., Sitorus, S., Yuliani, M., Haslan, H., ... &
Aini, F. N. (2020). Asuhan Kebidanan pada Persalinan. Yayasan Kita Menulis.