Anda di halaman 1dari 15

PERSALINAN DAN NIFAS

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas FT reproduksi dengan


dosen pengampu Fenny Oktaviyani, Sst.Ft.,Ftr

Di susun oleh :
Kelompok 2

1. Ameilia Adjeng Pradita


2. Fakhri Waliyyuddin
3. Haryono
4. Irena Dewani
5. Iqbal Suryana Putra
6. Nining Lasmini
7. Syifa Regina Azzahra
8. Yogi Ardiansyah

AKADEMI FISIOTERAPI
RUMAH SAKIT DUSTIRA CIMAHI
TAHUN AJARAN 2020/2021
JL.dr. Dustira No. 1 Cimahi Jawa Barat, Telp. 022-6648345
e-mail : akfisrsdustira@yahoo.co.id
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu bersalin. Persalinan yang normal terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan/setelah usia kehamilan 37 minggu atau lebih tanpa penyulit. Pada akhir
kehamilan ibu dan janin mempersiapkan diri untuk menghadapi proses persalinan.
Janin bertumbuh dan berkembang dalam proses persiapan menghadapi kehidupan di
luar rahim. Ibu menjalani berbagai perubahan fisiologis selama masa hamil sebagai
persiapan menghadapi proses persalinan dan untuk berperan sebagai ibu. Persalinan
dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks yang
membuka dan menipis dan berakhir dengan lahirnya bayi beserta plasenta secara
lengkap Pengalaman persalinan bisa dialami oleh ibu pertama kali (primi), maupun
kedua atau lebih (multi). (Fauziah, 2015)
Primigravida yaitu wanita yang hamil untuk pertama kali, sedangkan
multigravida adalah seorang ibu yang hamil untuk kedua atau lebih. Tanda-tanda
kehamilan primigravida seperti perut tegang, labia mayora tampak bersatu, hypen
seperti pada beberapa tempat, vagina sempit dengan rugae yang utuh jari, perineum
utuh dan baik. Pada serviks terdapat pembukaan yang di dahului dengan pendataran
dan setelah itu baru pembukaan (pembukaan rata-rata 1 cm dalam 2 jm) lama kala I
untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida lama kala I
multigravida 8 jam (Moctar, 1998).
Menurut penelitian, (Saryono, 2012) Perbedaan tingkat nyeri persalinan
normal pada Ibu primigravida dan Multigravida, pada Ibu primigravida yang
mengalami nyeri berat melahirkan saat kala 1 sebanyak 61,5% dan 20 responden ibu
Multigravida mengalami nyeri berat melahirkan kala 1 sebanyak 38,5%.Nyeri
melahirkan di sebabkan oleh faktor dilatasi serviks yaitu kekuatan primer membuat
serviks menipis/effacement, berdilatasi dan janin turun.
Wanita yang melahirkan mengharapkan persalinan berlangsung tanpa rasa
nyeri, Berbagai cara dilakukan agar ibu melahirkan tidak selalu merasa sakit dan
merasa nyaman. Saat ini hingga 50% persalinan di seluruh rumah sakit di Indonesia
memilih melakukan operasi cectio caesarea, tingginya operasi caesar disebabkan para
ibu primigravida yang hendak bersalin lebih memilih operasi caesar karena tidak kuat
dan tidak ingin mengalami nyeri persalinan pada saat kala 1.
Ibu Primigravida di Provinsi bali tercatat sebanyak 58,5 % memilih menjalani
operasi section caesaria, lebih besar dari Persalinan Normal. Hasil penelitian yang
dilakukan di RSU Bali Royal Hospital angka section caesaria non indikasi medis di
karenakan ibu takut dan cemas menghadapi rasa sakit yang akan terjadi pada
persalinan normal pada tahun 2014 dari juli – desember terdapat 345 total persalinan
SC (13,3%) melakukan SC non indikasi medis dan pada tahun 2015 mengalami
peningkatan ibu primi melakukan SC oleh karena indikasi non medis (on request)
(13,69%). Menurut penelitian (Hariningsih, 2016)
Menurut (Lase, 2012) dari hasil penelitian yang di lakukan di RSU Bunda
Thamrin Medan 22 ibu mayoritas responden memiliki umur dalam rentang 25-30
tahun, ibu primigravida menyatakan memilih tindakan section caesaria di karenakan
calon ibu tidak siap melahirkan secara normal, tidak kuat dan tidak ingin merasakan
nyeri berat melahirkan di kala I sebanyak 59,1%. (Hamilton, 1995)Sebanyak 90%
persalinan disertai rasa nyeri berat dan 7-14% tidak disertai nyeri, pada kala I terjadi
kontraksi yang dapat menekan ujung saraf sehingga menimbulkan rangsangan nyeri
dan berdampak timbulnya rasa takut.
Penekanan pada ujung-ujung saraf menimbulkan nyeri disebabkan karena
antara serabut otot dari korpus fundus uterus, adanya iskemik miomerium dan serviks
karena kontraksi sebagai konsekuensi dari pengeluaran darah dari uterus atau karena
adanya vasokontriksi akibat aktivitas berlebihan dari saraf simpatis, adanya proses
peradangan pada otot uterus, kontraksi pada serviks dan segmen bawah rahim
menyebabkan rasa takut yang memacu aktivitas berlebih dari systemsaraf simpatis,
adanya dilatasi dari serviks dan segmen bawah Rahim. (Kampono, 2008).
Teknik relaksasi nafas dalam dapat mengendalikan nyeri dengan
meminimalkan aktifitas simpatik dalam sistem saraf otonom. Ibu meningkatkan
aktifitas komponen saraf parasimpatik vegetatif secara simultan.Teknik tersebut dapat
mengurangi sensasi nyeri yang di rasakan dan mengontrol intensitas reaksi ibu
terhadap rasa nyeri. Hormon adrenalin dan kortisol yang menyebabkan stress akan
menurun, ibu dapat meningkatkan konsentrasi dan merasa tenang sehingga
memudahkan ibu untuk mengatur pernafasan sampai frekuensi pernafasan kurang dari
60-70x/menit. Kadar PaCO2 akan meningkat dan menurunkan PH sehingga akan
meningkatkan kadar oksigen dalam darah (Henderson, 2005)
B. Rumusan Masalah
1) Pengertian persalinan
2) Tahap persalinan
3) Jenis persalinan
4) Pengertian nifas
5) Tahapan nifas
6) Perawatan Nifas
7) Perubahan Fisiologi pada masa nifas

C. Tujuan
1) Untuk mengetahui apa itu persalinan
2) Untuk mengetahui tahapan dan jenis persalinan
3) Untuk mengetahui apa itu Nifas
4) Untuk mengetahui perawatan dan perubahan fisiologi pada nifas
2.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Persalinan


Menurut Mochtar (2008) bahwa persalinan adalah proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan.
Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan
(setelah 37 minggu) tanpa disertai dengan penyulit. 

Persalinan merupakan  proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
kedalam jalan lahir kemudian berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau
hampir cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan, disusul dengan pengeluaran
plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa
bantuan.

2.2 Tahap Persalinan


Persalinan dibagi menjadi 4 tahap, yaitu:

1. Kala 1 (Kala Pembukaan)


Dimulainya persalinan atau inpartu di tandai keluarnya lendir bercampur darah
karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya
pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis ketika serviks membuka dan
mendatar . Kala 1 dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks
hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Kala 1 dibagi menjadi dua fase.
a. Fase laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
secara bertahap sampai pembukaan 3 cm, biasanya berlangsung dalam 7-8 jam.
b. Fase aktif
Fase ini adalah fase pembukaan 4-10 cm yang berlangsung selama 6 jam dan
terbagi menjadi 3 sub fase:
a) Fase akselerasi: berlangsung selama 2 jam, pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
b) Fase dilatasi maksimal: dalam 2 jam, pembukaan berlangsung cepat dari 4
cm menjadi 9 cm
c) Fase deselarasi: pembukaan menjadi lambat, dalam 2 jam pembukaan dari 9
cm menjadi 10 cm atau lengkap.

2. Kala 2 (Pengeluaran Janin)


Persalinan kala 2 dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap 10 cm dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Pada primipara berlangsung selama 2 jam dan pada
multipara selama 1 jam. Tanda pasti kala 2 ditentukan melalui pemeriksaan yang
hasilnya adalah pembukaan serviks telah lengkap 10 cm atau terlihatnya bagian
kepala bayi melalui introitus atau pintu vagina.
Dalam kondisi normal pada kala 2 kepala janin sudah masuk ke dasar panggul.
His dirasa semakin kuat yang menimbulkan refleks untuk mengedan. Wanita
merasa adanya tekanan pada rectum. Kemudian perineum mulai menonjol dan
melebar, labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak ada di
vulva. Dengan kekuatan his dan mengedan, kepala dilahirkan, setelah his istirahat
sebentar, maka his akan mulai lagi untuk mengeluarkan anggota badan bayi.

3. Kala 3 (Pengeluaran Plasenta)


Kala 3 dimulai segera setelah bayi lahir dan berakhir dengan lahirnya plasenta
dengan selaput ketuban yang biasanya berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
Biasanya plasenta lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir.

4. Kala 4 (Kala Pengawasan)


Kala 4 dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum.

2.3 Jenis Persalinan


Jenis persalinan dibagi dalam dua kategori yang pertama yaitu persalinan
berdasarkan bentuk terjadinya dan persalinan berdasarkan menurut lama kehamilan dan
berat janin.

2.3.1 Persalinan Berdasarkan Bentuk Terjadinya


1. Persalinan Spontan/Normal
Persalinan ini adalah proses persalinan lewat vagina yang berlangsung
tanpa menggunakan alat maupun obat. Persalinan spontan benar-benar hanya
mengandalkan tenaga dan usaha ibu untuk mendorong keluarnya bayi. Proses
kelahiran janin pada kehamilan cukup bulan 37-42 minggu, seluruh proses
kelahiran ini berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tindakan
pertolongan buatan.

2. Persalinan Anjuran
Persalinan anjuran adalah persalinan yang tidak bisa dimulai dengan
sendirinya atau baru dapat berlangsung jika diberi suatu tindakan, misalnya
memberi suntikan oksitosin yang dapat menimbulkan mulas atau kontraksi
secara terus-menerus.

3. Persalinan Tindakan
Persalinan tindakan adalah persalinan yang tidak dapat berjalan normal
karena terdapat penyulit persalinan sehingga persalinan dilakukan dengan
alat bantu. Contohnya seperti:
a. Ekstraksi Forceps
Forceps adalah alat berbentuk sendok besar yang digunakan untuk
membantu persalinan dengan cara menjepit kepala bayi dan
mengeluarkannya dari vagina. Cara ini dilakukan untuk membantu bayi
yang mengalami hipoksia supaya cepat keluar.
b. Vakum
Alat ini bekerja seperti menghisap atau menyedot kepala bayi, biasanya
digunakan untuk ibu yang telah merasa lelah untuk mengejan tapi bayi tidak
segera lahir, atau ibu memiliki kondisi medis tertentu yang membuatnya
tidak boleh mengejan terlalu lama, misalnya penyakit jantung atau
gangguan pada retina.
c. Operasi Caesar
Operasi ini dilakukan dengan cara membuka dinding abdomen dengan
sayatan ke arah horizontal. Operasi ini biasanya dilakukan untuk kehamilan
yang sudah lebih dari 38 minggu untuk menurunkan resiko kematian pada
ibu dan bayi.
2.3.2 Persalinan Menurut Lama Kehamilan dan Berat Janin
a. Abortus
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan. Usia kehamilan baru mencapai 22 minggu dengan berat
badan bayi <500 gr. Abortus diperbolehkan jika mengalami hamil anggur
atau bayi yang terdeteksi cacat.

b. Partus Immaturus
Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu-28 minggu dengan berat
badan bayi diantara 500-999 gr.

c. Partus Prematurus
Persalinan sebelum usia kehamilan mencapai 28 minggu-36 minggu
dengan berat janin 1000-2499 gr.

d. Partus Matur atau Aterm


Persalinan terjadi antara umur kehamilan 37 minggu-42 minggu dengan
berat janin >2500 gr.

e. Partus Postmatur atau Serotinus


Persalinan ini terjadi ketika kehamilan sudah mencapai usia 42 minggu
atau sudah lebih dari waktu yang telah kira-kira ditentukan, persalinan ini
bisa dilakukan secara operasi Caesar.

f. Partus Presipitatus
Persalinan yang berlangsung sangat cepat, bisa berlangsung kurang dari
3 jam. Penyebab tersering dari persalinan ini adalah kurangnya tahanan pada
jaringan ibu, hiperaktif kontraksi uterus, dan janin yang terletak pada posisi
yang mudah turun.
2.4 Pengertian Nifas
Nifas atau yang bisa disebut Puerperium berasal dari kata puer yang artinya bayi
dan parous yang artinya melahirkan. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam
setelah lahirnya plasenta sampai ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil, kira-kira terjadi selama 6 minggu (42 hari).

2.5 Tahapan Nifas


a. Puerperium Dini
Fase ini adalah kepulihan di mana Ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan serta
menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya (40 hari).
b. Puerperium Intermediate
Fase ini adalah kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya sekitar 6
sampai 8 Minggu
c. Remote Puerperium
Waktu yang diperlukan oleh ibu untuk pulih dan sehat sempurna terutama
apabila Ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.

2.6 Perawatan Masa Nifas


a. Mobilisasi dini
Terkadang ibu nifas enggan untuk banyak bergerak karena merasa letih dan
sakit, padahal seharusnya ibu nifas bisa melakukan gerakan/aktifitas sedini
mungkin (early ambulation/ambulasi dini), yaitu kebijakan untuk selekas mungkin
membimbing klien keluar dari tempt tidurnya dan membimbing untuk selekas
mungkin berjalan. Jika tidak segera diatasi maka ibu tersebut terancam mengalami
bendungan pembuluh darah vena (thrombosis vena).
Gerakan awal: yang bisa dilaksanakan adalah melakukan latihan menarik nafas
yang dalam malalui hidung dan hembuskan perlahan melalui hidung (relaksasi)
serta latihan tungkai yang sederhana dan duduk serta mengayunkan tungkainya di
tepi ranjang, menyusui bayi.
Pada persalinan normal dan keadaan ibu normal maka biasanya ibu
diperbolehkan untuk bangun bangun dari tempt tidur 24-48 jam setelah persalinan
contohnya berjalan, mandi dan ke WC/kamar mandi dengan dibantu keluarga.
Ambulasi dilakukan secara bertahap sesuai kekuatan ibu.
Keuntungan ambulasi dini yaitu meningkatkan sirkulasi dan mencegah resiko
bendungan pembuluh darah, meningkatkan fungi kerja pencernaan sehingga
sembelit, memungkinkan dalam mengajari ibu untuk merawat bayi, klien merasa
lebih baik dan lebih shat. Ambulasi dini tidak bisa dilakukan pada pasien yang
mengalami penyulit seperti anemia, penyakit paru-paru, penyakit jantung dan lain-
lain.
Senam Nifas bertujuan untuk mengurangi bendungan lochea dalam rahim
meningkat, memperlancar peredaran darah sekitar alat kelamin, dan mempercepat
normalisasi alat kelamin.

2.7 Perubahan Fisiologi pada masa Nifas


1. Perubahan Sistem Reproduksi
a. Uterus
Pada uterus terjadi proses involusi, proses involusi adalah proses
kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan.
Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot
polos uterus. Pada tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-
kira 2 cm di bahwa umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada
promontorium sakralis. Pada sat ini bear uterus kira-kira sama besar uterus
sewaktu usia kehamilan 16 minggu (kira-kira sebesar jeruk asam) dan
beratnya kira-kira 100 gr.
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri mencapai kurang lebih 1 cm
di atas umbilicus. Dalam beberapa hari kemudian, perubahan involusi
berlangsung dengan cepat. Fundus turn kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada
hari ke-6 paascaprtum fundus normal akan berada di pertengahan antara
umbilicus dan simpisis pubis. Uterus tidak bisa di palpasi pada abdomen pada
hari ke 9 pascapartum.
b. Involusi Tempat Plasenta
Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan
permukaan kasar, tidak rata, dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan
cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan
pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali. Pada
permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah bear
yang tersumbat oleh thrombus.
Biasanya luka yang demikian sembuh dengan menjadi part, tetapi luka
bekas plasenta tidak meninggalkan part. Hal ini disebabkan karena luka ini
sembuh dengan cara dilepaskan dari dasarnya tetapi diikuti pertumbuhan
endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari
pinggir luka dan juga dari sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.

c. Perubahan pada Serviks


Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan-perubahan
yang terdapat pada serviks postpartum adalah bentuk serviks yang akan
menganga seperti corong.
Beberapa hari setelah persalinan, ostium externum dapat dilalui ole 2 jari,
pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak karena robekan dalam
persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja.
Pada serviks terbentuk sel-sel otot baru yang mengakibatkan serviks
memanjang seperti celah. Walaupun begitu, setelah involusi selesai, ostium
externum tidak serupa dengan keadaannya sebelum hamil.

d. Lochia
Lochia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan
mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang
lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochia
mempunyai bau yang amis meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya
berbeda-beda pada setiap wanita. Pengeluaran lochia dapat dibagi
berdasarkan waktu dan warnanya diantaranya:
1) Lochia Rubra/merah (kruenta)
Lochia ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa
postpartum. Sesuai dengan namanya, warnanya biasanya merah dan
mengandung darah dari perobekan/luka pada plasenta dan serabut dari
decidua dan chorion.
2) Lokhea Sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kuning berisi darah dan lendir karena
pengaruh plasma darah, pengeluarannya pada hari ke 4-7 hari post
partum.
3) Lochia Serosa
Lochia ini muncul pada hari ke 8-14 postpartum. Warnanya
biasanya kekuningan atau kecoklatan. Lochia ini terdiri dari lebih sedikit
darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan
laserasi plasenta.
4) Lochia Alba
Lochia ini muncul lebih dari hari ke 14 postpartum. Warnanya lebih
pucat, putih kekuningan dan lebih banyak mengandung leukosit, selaput
lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.

e. Perubahan pada vagina dan perineum


Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap
keukuran sebelum hamil, 6 sampai 8 minggu setelah bayi lahir.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengertian Persalinan Menurut Mochtar (2008) bahwa persalinan adalah
proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau
dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan
bantuan atau tanpa bantuan.
Pada persalinan terbagi menjadi 4 tahap yaitu, kala 1 (kala pembukaan) yang
terbagi menjadi fase laten dan aktif, kala 2 (pengeluaran janin), kala 3
(pengeluaran plasenta), dan kala 4 (kala pengawasan).
Jenis persalinan dibagi dalam dua kategori yang pertama yaitu persalinan
berdasarkan bentuk terjadinya dan persalinan berdasarkan menurut lama
kehamilan dan berat janin.
Dalam persalinan berdasarkan bentuk terjadinya, ada persalinan normal atau
spontan, persalinan anjuran, dan persalinan tindakan yang biasanya dilakukan
dengan bantuan forceps, vakum, dan operasi caesar.
Sedangkan dalam persalinan menurut waktu lama kehamilam dan berat janin
ada persalinan abortus, partus immaturus, partus prematurus, partus matur, partus
postmatur, dan partus presipitatus.
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta
sampai ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, kira-
kira terjadi selama 6 minggu (42 hari).
Tahapan nifas terdiri dari puerpirium dini yaitu fase kepulihan dimana ibu
diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan, puerperium intermediate yaitu ibu
mengalami kepulihan menyeluruh di alat-alat genitalianya, dan remote
puerperium adalah waktu yang diperlukan ibu untuk pulih seperti saat sebelum
hamil.
Ibu yang baru melahirkan harus melakukan mobilisasi dini, terkadang ibu
nifas enggan untuk banyak bergerak karena merasa letih dan sakit, padahal
seharusnya ibu nifas bisa melakukan gerakan/aktifitas sedini mungkin (early
ambulation/ambulasi dini), yaitu kebijakan untuk selekas mungkin membimbing
klien keluar dari tempat tidurnya dan untuk selekas mungkin berjalan.
Pada masa nifas, ibu akan mengalami perubahan fisiologi pada sistem
reproduksinya seperti perubahan pada uterus, invoulusi tempat plasenta,
perubahan pada serviks, perubahan pada lochia, dan perubahan pada vagina dan
perineum.
DAFTAR PUSTAKA

Afriyani, R., Lailiyana, L., & Metha, J. M. (2018). Hubungan Senam Nifas
Dengan Involusi Uterus Pada Ibu Postpartum Normal Di Bpm Dince Safrina
Pekanbaru Tahun 2017. Jurnal Ibu Dan Anak, 6(1), 26-31.

Rini, S., & Kumala, F. (2017). Panduan Asuhan Nifas dan Evidence Based
Practice. Deepublish.

Sulfianti, S., Indryani, I., Purba, D. H., Sitorus, S., Yuliani, M., Haslan, H., ... &
Aini, F. N. (2020). Asuhan Kebidanan pada Persalinan. Yayasan Kita Menulis.

Anda mungkin juga menyukai