Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan adalah rangakaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil


konsepsi ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati,yang di tandai oleh
perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta.
Persalinan di bagi menjadi beberapa kala, yaitu kala I, kala II, kala III dan kala IV.
Pada kala I terdapat dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif. Dimana fase aktif di bagi
menjadi tiga periode yaitu periode accselerasi, periode dilatasi maksimal dan periode
deccelerasi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kala I ?


2. Apa saja tahap-tahap yang terjadi pada kala I persalinan ?
3. Apa saja tindakan yang dilakukan pada kala I persalinan ?
4. Apa tanda-tanda pada kala I ?
5. Apa gejala-gejala yang timbul pada kala I ?

C. Tujuan

Makalah ini di susun untuk menambah wawasan dan lebih memahami mengenai
persalinan terutama pada kala I.

1
BAB II

TINJAUAN TEORI KALA I PERSALINAN

A. Pengertian Kala I

Pendekatan ilmiah untuk menjelaskan kemajuan normal persalinan pertama kali


dilakukan oleh Friedman. Friedman menguraikan suatu kurva persalinan khas. Grafik
ini memperlihatkan tahap persiapan (fase laten) dan pembukaan (fase aktif) dari kala
satu persalinan. Juga diperlihatkan pembagian panggul yang sesuai dengan penurunan
kepala janin melalui panggul. (Kenneth J. Leveno, 2009:189-190)

Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0 sampai


pembukaan lengkap. Pada permulaan HIS, kala pembukaan berlangsung tidak begitu
kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk
primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan
kurva Friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm perjam dan
pembukaan multigravida 2 cm perjam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu
pembukaan lengkap dapat diperkirakan. (Manuaba, 2010 : 173)

Persalinan kala I dimulai dari permulaan persalinan yang sesungguhnya, yaitu


waktu serviks membuka sampai terjadi pembukaan lengkap 10cm.

Tanda dan gejala inpartu dimulai, yaitu:

1. Adanya penipisan dan pembukaan serviks


2. Adanya kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi
minimal 2 kali dalam 10 menit).
3. Keluarnya lendir bercampur darah (show) melalui vagina.

2
B. Pimpinan persalinan Kala I

Persalinan kala pertama mempunyai tenggang waktu panjang yang memerlukan


kesabaran parturien dan penolong. Mental wanita dipersiapkan agar tidak cepat putus
asa dalam situasi menunggu disertai nyeri perut yang HIS yang makin lama makin
bertambah kuat. Pada akhir kala I dapat terjadi ketuban pecah yang dapat disertai
keinginan mengejan ditandai anus mulai terbuka. Berdasarkan keadaan patologis atau
abnormal perlu dilakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan pembukaan serviks,
pada ketuban pecah apakah diikuti bagian janin menumbung : tali pusat, tangan atau
kaki, memnentukan penurunan dan posisi bagian terendah. (Manuaba, 2010 : 177,
184)

C. Tahap Kala I persalinan

1. Fase Laten

Adalah stadium saat tubuh ibu mulai menuju persalinan. Sementara definisi
resmi menandai permulaan resmi persalinan dari fase aktif ke selanjutnya, namun
pengalaman mengatakan bahwa persalinan sudah dimulai saat itu. Bagi ibu yang
merencanakan persaliunan di rumah sakit mungkin tempat terbaik menghabiskan
masa laten adalah di rumah dan tidak di lingkungan rumah sakit, karena ketakutan
dan kecemasan dapat menghambat persalinan dan menarik dilakukannya
intervensi (Walsh, 2000) bidan yang berbasis komunitas akan belajar dari
pengalaman bahwa fase ini lamanya bervariasi secara dramatis, dan bila tidak ada
komplikasi, bagi kebanyakan ibu rumah adalah tempat yang terbaik.

Menurut Friedman awitan fase laten persalinan didefinisikan sebagai keadaan


ibu merasakan adanya kontraksi terarur. Selama fase ini, orientasi kontraksi
uterus berlangsung bersamaan dengan pelunakan dan penipisan serviks. Fase
laten disertai pembukaan serviks yang progresif, walaupun lambat, dan berakhir
pada pembukaan antara 3 – 5 cm.

3
Faktor-faktor yang memengaruhi durasi fase laten antara lain adalah sedasi
berlebihan atau analgesia epidural, kondisi serviks yang kurang baik (misal: tebal,
tidak menipis, atau tidak membuka), dan persalinan palsu. Intervensi aktif pada
fase persalinan ini, misalnya stimulasi oksitosin atau amniotomi, tidak dianjurkan
karena seringnya persalinan palsu disalahartikan sebagai fase aktif persalinan.
Yang penting, memanjangnya fase laten persalinan tidak dilapirkan berkaitan
dengan gangguan hasil akhir janin. (Kenneth J. Leveno, 2009:190)

Tanda dan gejalanya yaitu:


a. Pada keadaan subyektif, rasa nyeri dirasakan ibu masih bersifat minimal, rasa
nyeri menjalar dari pinggang sampai dengan perut bagian bawah.
b. Kontraksi semakin kuat dan teratur dengan frekuensi minimal 2 kali dalam 10
menit, lamanya kurang dari 20 detik dengan interval his 5-7 menit,intensitas
kontraksi 10-40 mmHg.
c. Serviks menipis dan membuka sampai 4 cm
d. Pada kehamilan pertama berlangsung selama 8,5 jam dan pada kehamilan
multipara fase ini berlangsung selama 9 jam.
(Anonim, 2004:3).

Kontraksi dan dilatasi serviks

Kontraksi biasanya ringan sampai sedang. Semakin tidak nyaman dan kadang
menyakitkan. Kontraksi menjadi teratur dan lebih rapat. Ketika persalinan maju,
akhirnya mencapai tiap 5 menit atau lebih dan biasanya berlangsung 45 detik.
Serviks mulai membuka dan melunak, bergerak dari posterior ke anterior dan
dilatasi serviks antara 0-4 cm. stadium persalinan ini terkenal sulit untuk di
diagnosis hanya dengan criteria medis saja. Keterbatasan modal medis menurut
Burvill (2000), menekankan pentingnya pengalaman bidan, observasinya, dan
interpretasi tingkah laku unik tiap ibu.

4
Perilaku khas Ibu

Ibu biasanya merasa bergairah dan cemas. Mereka biasanya menghendaki


ketegasan mengenai apa yang sedang terjadi pada tubuh mereka maupun mencari
keyakinan dan hubungan dengan bidan. Ibu yang bahasa ibunya bukan Indonesia
perlu mendapat keyakinan ekstra, penjelasan yang hati-hati dan sensitivitas
terhadap pilihan budaya pribadi. Penerjemah yang bisa menyamankan ibu harus
diatur dengan baik sesuai kemajuan persalinan. Idealnya penerjemah seorang
wanita dan bukan anggorta keluarga, kecuali ibu secara khusus menghendaki
sebaliknya. Primigravida dalam kegembiraannya dan tidak adanya pengalaman
mereka mengenai persalinan kuat kadang mereka salah sangka tentang kemajuan
persalinannya. Mereka membutuhkan penerimaan atas kegembiraan dan
ketakutan mereka (Simpkin dan Ancheta, 2000).

2. Fase aktif

Fase aktif kala satu persalinan secara umum dianggap mulai dari pembukaan
serviks 3 hingga 4 cm atau lebih, disertai adanya kontraksi uterus.

Friedman melaporkan bahwa kecepatan rata-rata perubahan serviks adalah 1,2


cm/jam pada nulipara dan 1,5 cm/jam pada multipara. Akan tetapi, durasi
persalinan sangat bervariasi dengan lama persalinan hingga 11,9 jam masih
dianggap normal untuk nulipara. (Kennet J. Leveno, 2009:190-191)

Bisanya dimulai sejak ibu mengalami kontraksi teratur dan maju dari sekitar
pembukaan 4 cm sampai pembukaan serviks sempurna.

Tanda dan gejalanya adalah:


a. Pada keadaan subyektif ibu mulai merasakan desakan untuk mengejan
(Anonim, 2004:3).

5
b. Frekuensi dan lama kontraksi meningkat, kontraksi yang adekuat terjadi
dalam 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit dengan interval lebih sering 2-
3 menit, intensitasnya berlangsung selama 40 detik atau lebih.
c. Serviks membuka dari 4 cm sampai 10 cm, biasanyadengan kecepatan 1cm
atau lebih perjam hingga pembukaan lengkap (10 cm)
d. Terjadi penurunan bagian terbawah janin (JNPK-KR, 2002:22)

Fase aktif ini berlangsung selama 6 jam, dan dibagi atas 3 subfase, yaitu:

a. Periode akselerasi, berlangsung 2 jam, pembukaanmenjadi 4 cm.


b. Periode dilatasi maksimal (steady), dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.
c. Periode deselerasi, pembukaan berlangsung lambat dalam waktu 2 jam,
pembukaan dari 9 cm menjadi 10 cm atau lengkap.

Proses membukanya serviks disebut dengan istilah melembek (softening),


menipis (thinned out), obliterasi (obliterated), mendatar dan tertarik ke atas
(effaced and taken up) dan membuka (dilatation). Fase-fase tersebut dapat
dijumpai pada primigravida, pada multigravida pun terjadi demikian, akan tetapi
fase laten, fase aktif dan periode deselerasi terjadilebih pendek. (Winkjosastro,
1999:182).
Menurut Mochtar (1998), perbedaan pada primigravida dengan multigravida
pada kala I dapat dilihat,

Primigravida Multigravida
Pada serviks didahului dengan Serviks mendatar dan membuka
pendataran ( effacement) kemudian bersamaan
diikuti dilatasi (pembukaan).

6
Lamanya berlangsung 13-14 jam Berlangsung selama 6-7 jam.

Kontraksi dan dilatasi serviks

Kontraksi cenderung menjadi teratur, nyerinya sedang dan biasanya terjadi


sekitar sekali setiap 2-5 menit dan berlangsung antara 45 detik sampai sekitar 60
detik. Ketika persalinan menjadi semakin kuat, serviks akan terus membuka dan
kontraksi menjadi lebih kuat dan semakin nyeri (sekali tiap 2-3 menit berlangsung
60 detik atau lebih). Serviks terletak di tengah sampai anterior, lunak, menipis
(tidak selalu menipis penuh pada wanita multipara) dan membuka 4 cm atau
lebih.

Perilaku khas ibu

Pada persalinan stadium dini ibu dapat tetap makan dan minum atau tertawa
atau mengobrol dengan riang di antara kontraksi. Begitu persalinan maju, ibu
tidak punya keinginan lagi untuk makan atau mengobrol dan ia lebih pendiam dan
bertindak lebih berdasar naluri karena bagian primitive otak mengambil alih
membuka (Ocken, 2001). Pada persalinan yang kuat ibu biasanya lebih terpusat
dan menarik diri dan mengobrol dengan orang lain, ia digambarkan telah
“menarik dirinya sendiri”. Ketika persalinannya semakin kuat ibu semakin
kehilangan mobilitas, memegang sesuatu saat kontraksi, atau berdiri,
mengangkang dan menggerakkan pinggulnya. Ketika persalinan ibu semakin
maju, ia akan menutup matanya dan pernafasannya berat dan lebih terkontrol
(Burvill, 2002). Ia akan mengerang dan berteriak selama kontraksi nyeri. Ibu
sering terlihat menekuk jari kakinya ketika kontraksi memuncak. Bila ibu
berbicara biasanya singkat, seperti “air” sangat ingin minum atau “punggung”
saat meminta seseorang menggosok punggungnya. Bukan saat yang tepat untuk
berbicara dengannya, atau meninggalkannya. Bidan biasanya mahir membaca

7
petunjuk dari ibu, tidak seperti mereka yang tidak mengenal tingkah laku khas
wanita dalam persalinan (mahasiswa, pasangan, dan kadang dokter). Penunggu
lain perlu penjelasan dan panduan supaya tidak mengganggu ibu terutama selama
kontraksi. Ketika bidan perlu memeriksa DJJ, ia pertama harus menanyakan
dengan suara yang tenang atau cukup menyentuh lengan ibu sebelum
menjalankan tugasnya dan bergantung pada hubungan bidan dengan ibu, jangan
selalu memberikan.

D. Tindakan pada Kala I Persalinan

Pada Kala I dilakukan tindakan pemeriksaan fisik terutama pada pemeriksaan


abdomen. Pemeriksaan abdomen di gunakan untuk :

1. Menentukan tinggi fundus uteri


Pada kala I tinggi fundus uteri ± 40 cm. Jika lebih dari 40 cm resiko
polihidramnion, makrosomia. Dengan adanya polihidramnion mungkin ada
masalah-masalah lain dengan janinnya. Dan dengan adanya diagnosis
makrosomia, kemungkinan resiko distosia bahu dan perdarahan pasca
persalinan akan lebih besar.
2. Menentukan kontraksi uterus
Kontraksi kala I pada fase aktif minimal terjadi 2 kontraksi dalam waktu 10
menit, lama kontraksi 40 detik atau lebih. Di antara 2 kontraksi, dinding
uterus melunak kembali dan mengalami relaksasi.
3. Menentukan denyut jantung janin
Dilakukan pemeriksaan DJJ pada kala I selama dan segera setelah kontraksi
uterus. Jika DJJ kurang dari 120 atau lebih dari 160, pertimbangkan adanya
gangguan sirkulasi utero-plasenter pada janin. Jika DJJ kurang dari 100 atau
lebih dari 180 per menit, baringkan ibu ke sisi kiri dan anjurkan ibu untuk
santai.
4. Menentukan presentasi

8
Presentasi dilakukan pada kala I untuk menentukan apakah presentasi kepala
atau bokong atau sungsang.
5. Menentukan penurunan bagian terbawa janin
Nilai penurunan kepala janin dengan hitungan per lima bagian kepala janin
yang bisa di palpasi di atas simfisis pubis (ditentukan oleh jumlah jari yang
bisa ditempatkan di bagian kepala di atas simfisis pubis. Kepala janin adalah :
 5/5 jika keseluruhan kepala janin dapat diraba di atas simfisis pubis
 4/5 jika sebagian besar kepala janin berada di atas simfisis pubis
 3/5 jika hanya 3 dari 5 jari bagian kepala janin teraba di atas simfisis
pubis
 2/5 jika hanya 2 dari 5 jari bagian kepala janin berada di atas pubis.
Berarti hampir seluruh kepala telah turun ke dalam saluran panggul
(bulatnya kepala dapat diraba dan kepala janin tidak dapat digerakkan)
 1/5 janin hanya sebagian kecil kepala dapat diraba di atas simfisis
pubis
 0/5 jika kepala janin tidak teraba dari luar atau seluruhnya sudah
melalui simfisis pubis

Rujuk primigravida yang berada dalam fase aktif persalinan dengan kepala
janin masih 5/5 dengan alasan karena kepala harus sudah mulai masuk ke dalam
rongga panggul pada fase aktif kala I persalinan. Bila kepala tidak dapat turun,
mungkin diameternya lebih besar dibandingkan dengan rongga panggul ibu. Bila ada
dugaan disproporsi kepala panggul (cevalo pelvic disproportion atau CPD), untuk
mendapatkan keluaran yang optimal, sebaiknya ibu segera dirujuk ke fasilitas
kesehatan yang dapat melakukan tindakan seksio sesar. Bila kepala janin tidak dapat
turun, risiko untuk terjadi tali pusat menumbung akan lebih tinggi pada saat selaput
ketuban pecah. (JNPK-KR, 2002 : 2.1-2.37)

9
BAB III

TINJAUAN KASUS

10
Asuhan kebidanan ibu bersalin fisiologis pada Ny. W umur 23 tahun G 1 P0 A0 hamil
39 minggu 3 hari di Kelurahan Bumireso Wonosobo.

I. PENGKAJIAN
Tanggal : 21 Oktober 2008
Jam : 04.55 WIB

A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Nama : Ny.W
Umur : 23 th
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : D2
Pekerjaan : Guru
Alamat : Perum Purnamandala RT 05/05 Bumireso

Nama Suami : Tn. S


Umur : 22 th
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Perum Purnamandala RT 05/05 Bumireso

2. Keluhan Utama

11
Ibu merasa kenceng – kenceng teratur sejak tanggal 20-10-2008 jam 23.00
WIB, mengeluarkan lendir darah dari vagina sejak jam 20.00 WIB. Ibu
masih merasakan gerakan anak.

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda – Tanda Vital : Tekanan Darah : 120/90 mmHg
Nadi : 84 x / menit
Suhu : 365 oC
Respirasi : 20 x / menit
Tinggi Badan : 155 cm
Berat badan sebelum hamil : 55 kg
Berat badan sekarang : 65 kg
LILA : 24 cm
IMT : 22,8

2. Pemeriksaan Fisik
a. Status Present
1) Kepala
Rambut : bersih, hitam, tak mudah dicabut.
Mata : konjugtiva merah muda, sklera tidak ikterik.
Hidung : bersih, tidak ada polip, tak ada sekret.
Mulut : gigi bersih, tak caries, tak stomatitis, lidah bersih.
Telinga : simetris, serumen (-), tak ada infeksi, berfungsi
normal.
2) Leher : tak ada pembesaran kelenjar thiroid & limfe, tak
ada bendungan vena jugularis.

12
3) Dada dan Mamae
Inspeksi : mamae simetris, tegang membesar, retraksi otot
pernapasan (-).
Palpasi : tak ada pembesaran kelenjar limfe axiler, tak ada
abnormal.
Auskultasi : suara nafas normal/vaskuler jantung normal.
4) Abdomen : tak ada luka bekas operasi, tak ada pembesaran
hepar dan nyeri tekan daerah ginjal.
5) Genetalia Eksterna dan Anus
Tidak ada lecet, memar, dan lesi lain (herpes kondiluma) pada kulit
genetalia, tidak ada oedem vulva maupun abses kelenjar bartholini.
Tidak ada hemoroid pada anus.
6) Ekstermitas
Atas : tak ada oedem atau sianosis, simetris sirkulasi darah
perifer baik <2 detik, fungsi normal.
Bawah : simetris, tak ada oedem atau sianosis, tak ada varises,
fungsi normal, reflek patela +/+.
b. Status Obstetri
1) Muka : tak ada cloasma gravidarum
2) Mamae: tegang menonjol, hiperpigmentasi pada areola, papilla
menonjol, kelenjar montgomery menonjol, kolostrum (+).
3) Abdomen
a) Inspeksi : membesar, memanjang
b) Palpasi Leopold
LI : TFU pada 3 jari di bawah px, fundus teraba
satu bagian lunak, agak lunak, dan tidak
melenting (bokong).
L II : bagian kiri teraba satu bagian memanjang
keras seperti papan, bagian kanan teraba

13
kecil – kecil terputus – putus.
L III : bagian bawah teraba satu bagian keras
bulat, tidak dapat digoyangkan.
L IV : kedua tangan divergen.
TFU Mc Donald : 31 cm
TBJ : 2945 gram
Kontraksi Uterus : 3x dalam 10 menit, lama 40 detik intensitas
Kuat.
c) Auskultasi
DJJ (+) 136 x / menit, teratur PM 1 di sebelah kiri bawah pusat.
d) Periksa Dalam
Tanggal 21-10-2008 jam 05.00 WIB dilakukan VT oleh bidan atas
untuk mengetahui inpartu atau belum.
Hasil : v/u tenang, portio lunak, pembukaan 5 cm, effacement 50%,
kulit ketuban (+), presentasi kepala, kepala turun di Hogde II, UUK
belum teraba, tidak teraba bagian lain di samping kepala janin
STLD (+).
Kesan terhadap panggul dalam : panggul normal (spina ischiadika
tidak menonjol, kelengkungan sakrum cukup, arkus pubis > 90o).

3. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

II. INTERPRETASI DATA


Ny. W umur 23 tahun, G1 P0 A0 hamil 39 minggu 3 hari, janin tunggal hidup, intra
uterin, puki presentasi kepala, dalam Persalinan Kala I Fase Aktif.

Data Dasar

14
Subyektif
a. Ibu mengatakan hamil yang pertama kali.
b. HPHT : 18-01-2008, HPL : 25-10-2008.
c. Ibu merasa kenceng – kenceng teratur sejak tanggal 20-10-2008 jam 23.00
WIB, mengeluarkan lendir darah dari vagina sejak jam 20.00 WIB.

Obyektif

a. Palpasi

LI : TFU pada 3 jari di bawah px, fundus teraba satu bagian lunak,

agak lunak, dan tidak melenting (bokong).

L II : bagian kiri teraba satu bagian memanjang keras seperti papan,

bagian kanan teraba kecil – kecil terputus – putus.

L III : bagian bawah teraba satu bagian keras bulat, tidak dapat

digoyangkan.

L IV : kedua tangan divergen.

b. Kontraksi uterus 3x dalam 10 menit, lama 40 detik intensitas kuat.


c. Auskultasi : DJJ (+) 136 x / menit, teratur PM 1 di sebelah kiri bawah pusat.
d. Hasil Pemeriksaan Dalam
Tanggal 21-10-2008 jam 05.00 WIB dilakukan VT oleh bidan atas untuk
mengetahui inpartu atau belum.
Hasil : v/u tenang, portio lunak, pembukaan 5 cm, effacement 50%, kulit
ketuban (+), presentasi kepala, kepala turun di Hogde II, UUK belum teraba,
tidak teraba bagian lain di samping kepala janin STLD (+).

BAB IV

15
PEMBAHASAN

Ny. W umur 23 tahun, G1 P0 A0 hamil 39 minggu 3 hari, janin tunggal hidup, intra
uterin, puki presentasi kepala, dalam Persalinan Kala I Fase Aktif.
Ditemukan tanda dan gejala persalinan kala I aktif seperti berikut :
a. Kontraksi Uterus 3x dalam 10 menit, lama 40 detik intensitas kuat. Dalam
teori disebutkan bahwa pada persalinan kala I aktif frekuensi dan lama
kontraksi meningkat, kontraksi yang adekuat terjadi dalam 3 kali atau lebih
dalam waktu 10 menit dengan interval lebih sering 2-3 menit, intensitasnya
berlangsung selama 40 detik atau lebih (JNPK-KR, 2002:22) .
b. Hasil pemeriksaan dalam melalui VT ditemukan pembukaan 5cm .
Menurut teori , serviks membuka dari 4 cm sampai 10 cm, biasanya dengan
kecepatan 1cm atau lebih perjam hingga pembukaan lengkap (10 cm) (JNPK-
KR, 2002:22) .
Periode ini merupakan salah satu periode dalam persalinan kala I aktif ,
sesuai dengan teori yang menyebutkan periode dilatasi maksimal (steady),
dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung cepat dari 4 cm menjadi 9 cm
(Winkjosastro, 1999:182).
c. Hasil pemeriksaan dalam melalui VT ditemukan kepala turun di Hogde II,
Berdasarkan teori persalinan kala I aktif terjadi penurunan bagian terbawah
janin (JNPK-KR, 2002:22)
d. Hasil pemeriksaan dalam melalui VT ditemukan effacement 50%.
Menurut Mochtar (1998), pada kala I primigravida dapat dilihat pada serviks
didahului dengan pendataran ( effacement) kemudian diikuti dilatasi
(pembukaan).

BAB V

16
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0 sampai


pembukaan lengkap. Kala I terdiri dari fase laten dan fase aktif. Tanda dan gejala
masa laten yaitu: orientasi kontraksi uterus berlangsung bersamaan dengan
pelunakan dan penipisan serviks, fase laten disertai pembukaan serviks yang
progresif, walaupun lambat, dan berakhir pada pembukaan antara 3 – 5 cm.
Sedangkan fase aktif ini berlangsung selama 6 jam, dan di bagi menjadi 3 subfase,
yaitu fase acselerasi, dilatasi maksimal, dan fase decelerasi.

B. SARAN

Sebagai calon bidan, kita harus mengetahui tentang tanda dan gejala yang
muncul pada kala I secara menyeluruh sehingga mengurangi kesalahan tindakan.

17

Anda mungkin juga menyukai