Anda di halaman 1dari 12

RELASI PERILAKU HEALING DENGAN TINGKAT

KONSUMTIF PADA REMAJA


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Pancasila
dosen pengampu : Moh. Ramsliyanto Pobela, S.Pd, M.H

Adam Thariq Al Jihad (09402111017)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERITAS KHAIRUN

TERNATE

2022

i
KATA PENGANTAR

Rasa syukur saya panjatkan kepada Allah Swt., karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai secara tepat waktu.
Makalah ini saya beri judul “Relasi Perilaku Healing Dengan Tingkat Konsumtif Pada
Remaja”

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas perkuliahan dari dosen
pengampu. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan
wawasan bagi kami sebagai penulis dan bagi para pembaca.

Terakhir, saya menyadari bahwa makalah ini masih belum sepenuhnya sempurna.
Maka dari itu kami terbuka terhadap kritik dan saran yang bisa membangun
kemampuan, agar pada tugas berikutnya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi saya dan para pembaca.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................iv
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................iv
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................iv
C. TUJUAN........................................................................................................................iv
D. MANFAAT.....................................................................................................................v
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................1
2.1 Perilaku Healing...........................................................................................................1
2.2 Sikap Konsumtif...........................................................................................................1
2.3 Hubungan Perilaku Healing Dengan Sikap Konsumtif Pada Remaja.........................3
BAB III....................................................................................................................................5
PENUTUP...............................................................................................................................5
Kesimpulan.........................................................................................................................5
Saran....................................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................6

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masyarakat modern menjadi bagian penting sebagai objek perkembangannya, serta
menjadi sasaran pasar terhadap apa yang mereka dagangkan dan produksi (Najieb,
2012b). Pemborosan dalam berbelanja menjadi salah satu dampak dari dunia modern.
Survey membuktikan bahwa perempuanlah yang paling banyak melakukan pembelian
secara berlebih-lebihan, Alasannya karena perempuan lebih cenderung membutuhkan
penyaluran jika mengalami permasalahan pribadi (Retno Mangestuti, 2014). Faktor
psikologis menjadi salah satu hal yang menyebabkan pembelian secara berlebih-
lebihan. Contoh faktor dari psikologis itu ialah Self healing. Self healing merupakan
salah satu cara untuk memberikan apresiasi atau menyenangkan diri sendiri. Dengan
adanya self healing, otak akan mengaitkan kata healing dengan kerja keras dan pola
pikir tersebut akan menjadi acuan atau motivasi kepada diri untuk mengerjakan
pekerjaan lain dengan semangat. Namun yang menjadi masalah ialah ketika otak telah
menyetel atau mengasosiasikan kata healing dengan sesuatu hal yang tidak baik
seperti pemborosan. Pemborosan dalam berbelanja dilakukan hanya untuk
memperoleh kesenangan atau untuk mencapai kepuasan maksimal. Kebahagian yang
diciptakan hanya untuk memenuhi nafsu saja akan bersifat semu. Keinginan untuk
memuaskan kesenangan seringkali mendorong seseorang untuk membeli barang yang
sebenarnya tidak dibutuhkan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu perilaku Healing ?
2. Apa itu sikap konsumtif
3. Bagaimana hubungan perilaku healing dengan sikap konsumtif pada remaja?

C. TUJUAN
1. Mengidentifikasi pengertian dari perilakun healing
2. Mengetahui apa itu sikap konsumtif
3. Mengetahui hubungan perilaku healing dengan sikap konsumtif pada remaja

iv
D. MANFAAT
Makalah ini bermanfaat untuk bahan referensi bagi para pembaca khusunya
penulis dan orang sekitar

v
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perilaku Healing
Proses pemulihan yang dilakukan untuk menyembuhkan diri dari luka batin atau luka mental
disebut sebagai self healing. Masyarakat modern menjadi bagian penting sebagai objek
perkembangannya, serta menjadi sasaran pasar terhadap apa yang mereka dagangkan dan
produksi (Najieb, 2012b). Pemborosan dalam berbelanja menjadi salah satu dampak dari
dunia modern. Survey membuktikan bahwa perempuanlah yang paling banyak melakukan
pembelian secara berlebih-lebihan, Alasannya karena perempuan lebih cenderung
membutuhkan penyaluran jika mengalami permasalahan pribadi (Retno Mangestuti, 2014).
Faktor psikologis menjadi salah satu hal yang menyebabkan pembelian secara berlebih-
lebihan (Retno Mangestuti, 2014). Contoh faktor dari psikologis itu ialah Self healing. Self
healing merupakan salah satu cara untuk memberikan apresiasi atau menyenangkan diri
sendiri. Dengan adanya self healing, otak akan mengaitkan kata healing dengan kerja keras
dan pola pikir tersebut akan menjadi acuan atau motivasi kepada diri untuk mengerjakan
pekerjaan lain dengan semangat. Namun yang menjadi masalah ialah ketika otak telah
menyetel atau mengasosiasikan kata healing dengan sesuatu hal yang tidak baik seperti
pemborosan. Pemborosan dalam berbelanja dilakukan hanya untuk memperoleh kesenangan
atau untuk mencapai kepuasan maksimal (García Reyes, Luis Enrique, 2013). Kebahagian
yang diciptakan hanya untuk memenuhi nafsu saja akan bersifat semu. Keinginan untuk
memuaskan kesenangan seringkali mendorong seseorang untuk membeli barang yang
sebenarnya tidak dibutuhkan (Munir, 2015). Umat Islam diajarkan untuk menyisihkan
hartanya untuk hal yang bersifat positif seperti mengeluarkan zakat, shadaqah, dan infaq
(Hasan Nuddien et al., 2018).

2.2 Sikap Konsumtif


Suyasa dan Fransisca (2005:172) mendefenisikan perilaku konsumtif sebagai
tindakanmembeli barang bukan untuk mencukupi kebutuhan tetapi untuk memenuhi
keinginan, yangdilakukan secara berlebihan sehingga menimbulkan pemborosan dan
inefisiensi biaya.Katakonsumtif mempunyai arti boros, yang mengkonsumsi barang
dan jasa secara berlebihan(Gumulya & Widiastuti, 2013).Grinder(dalam Rosyid, Lina dan
Rosyid, 1997)memberikan pengertian bahwa pola hidupmanusia dikendalikan dan didorong
oleh suatu keinginan untuk memenuhi hasrat kesenangan sajadisebut sebagai perilaku

1
konsumtif.Sedangkan menurut Lubis(dalam Rosyid, Lina dan Rosyid,1997)mengatakan
bahwa perilaku konsumtif adalah suatu perilaku membeli yang tidak lagididasarkan
pada pertimbangan yang rasional melainkan karena adanya keinginan yang sudah tidak
rasional lagi

Berdasarkan pendapat beberapa ahli yang telah dikemukakan sebelumnya maka


yangdimaksud dengan perilaku konsumtif dalam penelitian ini sesuai dengan pendapat
Suyasa danFransisca(dalam Rosyid, Lina dan Rosyid, 1997)yang menyatakan bahwa
perilaku konsumtifadalah tindakan membeli barang bukan untuk mencukupi kebutuhan
tetapi untuk memenuhikeinginan, yang dilakukan secara berlebihan sehingga
menimbulkan pemborosan dan inefisiensibiaya.

Perilaku konsumtif terbentuk dikarenakan konsumtif itu sendiri sudah menjadi


bagiandari proses gaya hidup. Sedangkan perilaku konsumtif itu muncul terutama setelah
adanyamasaindustrialisasi dimanabarang-barang di produksi secara massal
sehingga membutuhkankonsumen yang lebih luas. Media,baik elektronik
maupun massa dalam hal inimenempati posisistrategis dalam
membentuperilaku konsumtif, yaitu sebagai mediumyangmenarik minat. konsumen
dalam membeli barang. Perilaku konsumtifditandai olehadanya kehidupan mewah
dan berlebihan. Penggunaaan segala hal yangdianggap paling mahalyang
memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik sebesar besarnyaserta adanya pola hidup
manusia yang dikendalikan dan didorong oleh semua keinginanuntuk memenuhi
hasrat kesenangan semata-mata.

Perilaku konsumtif pada remaja ini sudah tidak lagi di dasarkan pada faktor kebutuhan,
haltersebut bisa dilihat dari karakteristik perilakukonsumtif mereka.Ciri-ciri perilaku
konsumtifremaja dapat dilihat dari ciri-ciri pembeli remaja adalah: (1) Remaja amat mudah
terpengaruh olehrayuan penjual,(2) Mudah terbujuk iklan, terutama pada kerapian kertas
bungkus (apalagijika dihiasi dengan warna-warna yang menarik),(3) Tidak berpikir
hemat,(4) Kurang realistis,romantis, dan mudah terbujuk (impulsive). Ciri-ciri tersebut di
atas telah cukup menggambarkan bahwa faktor kenginan merupakandasar bagi mereka
melakukan tindakantersebut. Selain itu, perilaku ini sama sekali tidakmenunjukkan
faktor kebutuhan di dalamnya. Para remaja tampak jelas berperilaku konsumtifuntuk
menunjang harga diri dalam pergaulan semata tanpa memandang kebutuhan
sebenarnya.Telah dijelaskan pada bahasan sebelumnya, bahwa karakteristik atau ciri-ciri

2
remaja yangberperilaku konsumtif merupakan dasar yang penting untuk mengenali dan
mengkaji lebih jauhmengenai perilaku konsumtif. Hal itu di karenakan dengan
mempelajari dan memahamikarakteristik remaja yang berperilaku konsumtif maka
akan dapat diketahui faktor penyebabmereka berperilaku konsumtif.

2.3 Hubungan Perilaku Healing Dengan Sikap Konsumtif Pada Remaja


Masaremaja merupakan salah satu periode yang penting dalam suatu rentang
kehidupan(Fitri, Zola, & Ifdil, 2018;Ifdil, Denich, & Ilyas, 2017).Pada masa ini para
remaja memilikikesempatan yang besar untuk mengalami hal-hal yang baru serta
menemukan sumber-sumber darikekuatan, bakat serta kemampuan yang ada didalam
dirinya.Sementara itu pada masa remaja jugadihadapkan pada tantangan, batasan dan
kekangan-kekangan yang datang baik dari dalam dirimaupun dari luar dirinya
sendiri.Dari segidefinisi remaja merupakan individu yang telahmengalami masa baliq
atau telah berfungsinyahormon reproduksi. Pengertian remaja dari segiumur yaitu
individu yang berada dalamrentangan usia antara 13 sampai 21 tahun. Padamasaremaja
mereka dituntut untuk menjalanitugas-tugas perkembangan(Falentini, Taufik,
&Mudjiran, 2013).Para remaja cenderung selalu ingin memiliki barang-barang tersebut
dan berlebihan dalammembeli atau mengonsumsi.

Sikap atau perilaku remaja yang mengkonsumsi barang secaraberlebihan dan tidak
wajar inilah yang disebut perilaku konsumtif.Perilaku konsumtif yangbanyak terjadi pada
remaja putri pada umumnya hanya sebatas keinginan terhadap barang-barang tersebut dan
belum tentu sesuai dengan kebutuhan.Selain itu, remaja putri yang lebih
bersifatkonsumtif terhadap pakaian dengan merek terkenal. Pakaian dengan merek terkenal
dianggap jauhlebih berkualitas dan lebih mampu meningkatkan rasa percaya diri,
terutama saat merekamengenakannya(Rosyid, Lina danRosyid, 1997).

Menurut Piaget (Nasution, 2007)secara psikologis masa remaja adalah usia


dimanaindividuberintegrasi dengan masyarakat dewasa. Masa remaja adalah usia
dimana remaja tidak lagimerasa di bawah tingkat orang dewasa melainkan berada dalam
tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak, integrasi dalam
masyarakat (dewasa), mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan
masa puber, termasuk juga perubahan intelektual yangmencolok, transformasi yang khas
dari cara berpikir remaja memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan

3
sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yangumum dari periode
perkembangan.

Perubahan-perubahan yang jelas terlihat pada masa remaja adalah terjadinya perubahan
fisik.Pada masa ini pertumbuhan fisik belumlah terlihat sempurna. Sehingga, hanya sedikit
remajayangmerasa puas dengan bentuk tubuh yang mereka miliki. Bagi remaja yang tidak
puas denganbentuk tubuh yang dimiliki maka mereka akan mempercantik diri dengan
membeli pakaian danalat-alat kecantikan yang dapat menonjolkan bentuk fisik yang
dianggap menari.

Kuatnya pengaruh teman sebaya terhadap penampilan, membuat para remaja


berusahamenampilkan dirinya sebaik mungkin agar mereka tidak merasa ditolak oleh
kelompoknya sendiri. Keinginan untuk meningkatkan rasa percaya diri dan ingin
diterimamembuat remaja melakukan pembelian secara berlebihan, sehingga dapat
menyebabkanterjadinya gejala perilaku membeli yang tidak wajar pada remaja. \

Hal itu mereka lakukan agarterlihat menarik dengan menggunakan busana dan aksesoris,
seperti sepatu, tas, jam tangan, dansebagainya yang dapat menunjang penampilan mereka.
Para remaja juga tidak segan-segan untukmembeli barang yang menarik dan mengikuti
trend yang sedang berlaku, karena jika tidakmereka akan dianggap kuno dan tidak
gaul. Akibatnya, para remaja tidak memperhatikankebutuhannya ketika membeli
barang.Mereka cenderung membeli barang yang mereka inginkanbukan yang mereka
butuhkan secara berlebihan dan tidak wajar.Sikap dan perilaku tidak wajarinilah yang
disebut dengan perilaku konsumtif.

Belanja atau shopping bagi para remaja bukan saja untuk memenuhi kebutuhan, tapi
sudahmenjadi gaya hidup. Remaja ingin dianggap keberadaannya dan diakui
eksistensinya oleh lingkungan dengan berusaha diterima dalam lingkungan tersebut.
Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain yang sebaya,
menyebabkan remaja untukmengikuti berbagai atributyang sedang popular(Sihotang,
2009). Selain itu, mereka juga inginmendapatkan suatu penilaian diri yang positif,
perasaan ingin diterima dan dihargai oleh teman-temannya yang pada akhrinya
menunjukkan eksistensi mereka dalam kelompok tersebut.Inilahyang mereka lakukan
untuk dapat meningkatkan harga dirinya.

4
Sejalan dengan hal itu semua, perilaku self healing juga merupakan salah satu perilaku yang
menjadikan perilaku yang konsumtif sehingga menjadi hal yang negative bagi kalangan anak
remaja.

BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Perilaku konsumtif adalah tindakan membeli barang bukan untuk mencukupi
kebutuhantetapi untuk memenuhi keinginan, yang dilakukan secara berlebihan sehingga
menimbulkanpemborosan dan inefisiensi biaya. Perilaku konsumtif terbentuk
dikarenakan konsumtif itusendiri sudah menjadi bagian dari proses gaya hidup.
Sedangkan perilaku konsumtif itu muncul terutama setelah adanya masa industrialisasi
dimana barang-barang di produksi secaramassal sehingga membutuhkan konsumen
yang lebih luas. Karakteristik pada masa remajamerupakan kondisi psikis yang sangat
labil sehingga mudah di pengaruhi. Perilaku konsumtif seorang remaja dapat dipengaruhi
oleh beberapa aspek yang mendasari perilaku itu terjadi sepertipembelian impulsif,
pemborosan, dan mencari kesenangan. Faktor-faktor yang mempengaruhiperilaku
konsumtif salah satunya faktor internal dan faktor eksternal.

Saran
Pentingnya pengawasan terhdapa remaja yang ada di sekitar baik oleh keluarga maupun
orang yang ada di sekitar. Karena hal ini dapat menjadikan kebiasaan yang buruk bagi
masyarakat. Selain itu anggapan perilaku masyarakat yang salah terkait healing adalah
melakukan pemborosan.

5
DAFTAR PUSTAKA

Gumulya, J., & Widiastuti, M. (2013). Pengaruh konsep diri terhadap perilaku

konsumtifmahasiswa Universitas Esa Unggul.Jurnal Psikologi,11(1), 50–65.

Retrieved fromhttp://digilib.esaunggul.ac.id

Lestarina, Eni, et al. “Perilaku Konsumtif Di Kalangan Remaja.” JRTI (Jurnal Riset

Tindakan Indonesia), vol. 2, no. 2, 30 July 2017,

www.jurnal.iicet.org/index.php/jrti/article/view/210/251. Accessed 18 Dec. 2022.

Rahmi, Yabqiah. “Pencegahan Perilaku Boros Sebagai Self Healing Dalam Penggunaan

Online Shopping: Studi Takhrij Dan Syarah Hadis.” Jurnal Riset Agama, vol. 1, no. 2,

5 Aug. 2021, pp. 428–438, 10.15575/jra.v1i2.14709. Accessed 17 Feb. 2022.

6
7

Anda mungkin juga menyukai