Anda di halaman 1dari 83

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

--------------------

Tim Penulis:

Kelompok I :

Kelompok II :

Kelompok III :

Kelompok IV :

Kelompok V :

Kelompok VI :

Kelompok VII :

Kelompok VIII :

Kelompok IX :

------------------------------

Editor: Dina Hidayatul M & Laili Qodriyah

Tata Sampul: Muhammad Mujibur Rohman

Penerbit:

Psikologi Kepribadian | 2
PERSEMBAHAN PENULISAN

Assalamualaikum Wr. Wb.

Buku ini kami persembahkan kepada teman-teman seperjuangan Kelas M-PAI 2016 IAIN
Kudus, Kepada Bapak Rektor IAIN Kudus, Kepada Ibu Amin Sabiati selaku Dosen
Pembimbing Mata Kuliah Psikologi Kepribadian yang sudah mentransfer ilmu kepada kita,
dan terakhir buku ini kami persembahkan untuk kedua Orang Tua kita yang susah payah
menguliahkan putra-putrinya di IAIN Kudus. Sebelumnya kami dari Kelas M-PAI 2016
meminta maaf kepada Ibu Amin Sabiati dan Orang Tua kita karena masih belum bisa
membanggakan beliau dan semoga Ibu Amin Sabiati dan Orang Tua kita di beri kesehatan
dan keberkahan oleh Allah SWT.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Kudus, 26 Mei 2018

Muhammad Mujibur Rohman

Psikologi Kepribadian | 3
KATA PENGANTAR

Amin Sabi’ati, S.Pd.I., M.Pd.

Penyusunan buku ini berawal daru tugas mata Psikologi Kepribadian mahasiswa
Program Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN
Kudus. Tugas ini dibuat secara berkelompok dan terdiri dari 9 tema, yang membahas
mengenai seluk beluk dan keunikan kepribadian seseorang yang dikemas secara lengkap dan
mendalam karena berdasarkan observasi.

Pada bagian pertama dikaji mengenai Psikologi kepribadian dalam sitematika


psikologi, sasaran psikologi kepribadian, dan urgensinya dalam pendidikan. Dengan
memahami psikologi kepribadian ini maka dapat dikatakan bahwa setiap orang adalah unik.
Hal ini menjadi dasar bagi setiap pendidik untuk memahami kepribadian dan keunikan gaya
belajar setiap siswanya. Sehingga setiap pendidik dapat menciptakan metode pembelajaran
yang dapat mengakomodir semua keunikan yang dimiliki oleh siswanya. Selanjutnya, pada
bagian kedua kajian dilanjutkan dengan konsep-konsep dasar kepribadian. Mulai dari
pengertian kepribadian hingga usaha-usaha untuk mempelajari kepribadian.

Pada kajian berikutnya membahas tentang tipologi dan macam-macam tipologi


kepribadian. Selanjutnya teori kepribadian (pengertian, fungsi, factor-faktor, dan klasifikasi
teori kepribadian) teori-teori kepribadian ini mencakup, teori psikoanalisis, behavioristik
Thorndike, humanistik. Semua teori tersebut digunakan sebagai landasan bagi guru dalam
memberikan layanan pendidikan yang sesuai bagi setiap siswa. Selain itu, teori-teori tersebut
juga digunakan oleh guru untuk mengelompokkan anak berdasarkan kepribadian dan gaya
belajar yang dimiliki. Selain itu, teori-teori yang ada juga dapat dijadikan sebagai
pengetahuan dalam menjalin hubungan antara orang tua dengan anak ataupun dalam
hubungan pertemanan.

Dibagian akhir buku ini, penulis memaparkan mengenai perkembangan teori


kepribadian (big five personality) yang merupakan pengembangan atau penggabungan dari
beberapa teori yang sudah ada. Sehingga teori ini menjadi penyempurna dari teori-teori
sebelumnya. Semoga buku ini dapat dijadikan bacaan yang menarik bagi guru, calon guru,
orang tua, dan semua pihak mengenai pentingnya memahami kepribadian seseorang. Karena
seyogyanya, proses pendidikan tidak hanya dimaknai ketika anak mengikuti proses belajar

Psikologi Kepribadian | 4
mengajar di kelas, akan tetapi juga menjangkau aspek sosial dan perkembangan psikologi
setiap peserta didik.

Kudus, 24 Mei 2018

Dosen Pembimbing

Psikologi Kepribadian | 5
Daftar Isi
Persembahan Penulisan ....................................................................................................... 3
Kata Pengantar .................................................................................................................... 4
Daftar Isi ............................................................................................................................. 5
BAB I KEBERADAAN DAN SASARAN PSIKOLOGI KEPRIBADIAN ..... 7
BAB II URGENSI PSIKOLOGI KEPRIBADIAN DALAM PENDIDIKAN ... 14
BAB III KONSEP DAN UPAYA MEMPELAJARI KEPRIBADIAN ................ 23
BAB IV PENGERTIAN TIPOLOGI DAN MACAM-MACAM TIPOLOGI ....... 30
BAB V TEORI KEPRIBADIAN ............................................................................ 43
BAB VI TEORI PSIKOANALISIS ......................................................................... 51
BAB VII PSIKOLOGI KEPRIBADIAN MENURUT TEORI BEHAVIORISTIK
DAN THORNDIKE ................................................................................... 59
BAB VIII KEPRIBADIAN MENURUT PSIKOLOGI HUMANISTIK
(ABRAHAM dan CARL ROGERS) PADA ANAK USIA 13 TAHUN
ATAU REMAJA AWAL .......................................................................... 66
BAB IX PERKEMBANGAN PSIKOLOGI KEPRIBADIAN DAN TEORI
BIG FIVE PERSONALITY ..................................................................... 74
Daftar Pustaka .................................................................................................................... 81

Psikologi Kepribadian | 6
BAB I: KEBERADAAN DAN SASARAN PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

A. Pendahuluan
Manusia merupakan salah satu makhluk Allah yang sangat istimewa dan unik.
Penjelajahan tentang pencarian hakikat manusia membutuhkan beragam disiplin ilmu
yang luas dan mendalam. Berbagai penelitian terus dilakukan sehingga rahasia-rahasia
tentang manusia mulai terungkap. Dibandingkan dengan makhluk lainnya, manusia
merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna. Hal ini dikarenakan unsur kehidupan
yang ada pada manusia berkembang dan mengalami perubahan, baik perubahan dalam
segi fisiologis maupun segi psikologis.1 Sebagai makhluk berkembang, manusia dapat
ditinjau dari berbagai macam segi, sesuai dengan sudut tinjauan dalam mempelajari
manusia. Tinjauan mengenai manusia bermacam-macam, seperti manusia sebagai
makhluk sosial, manusia sebagai makhluk yang dapat didik, manusia sebagai makhluk
berkembang, dan sebagainya.
Perkembangan manusia terjadi secara terus menerus dan perkembangan tersebut
disebabkan kodrat manusia yang mampu berfikir, bersosialisasi, dan bergenerasi.2
Psikologi kepribadian merupakan cabang dari ilmu psikologi. Manusia merupakan objek
dalam ilmu psikologi yang pastinya memiliki kepribadian dan karakter yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Sehingga, perlunya kita mengetahui tentang ilmu tersebut untuk
bisa memahami berbagai ragam watak seseorang yang berbeda. Dalam bab ini, penulis
akan membahas tentang psikologi kepribadian dalam sistematika psikologi, kedudukan
psikologi kepribadian sebagai bidang studi, unsur-unsur psikologi kepribadian, sasaran-
sasaran psikologi kepribadian dan studi kasus yang berkaitan dengan keberadaan dan
sasaran psikologi kepribadian.

B. Psikologi Kepribadian dalam Sistematika Psikologi


Ditinjau dari segi bahasa, kata “Psikologi” berasal dari bahasa Yunani Kuno “psyche”
yang artinya jiwa dan logos yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi,
psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental, baik
mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya, maupun latar belakangnya.3 Istilah
kepribadian (personality) berasal dari bahasa latin personal yang berarti topeng. Menurut

1
Rosleny Marliani, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), hlm. 13.
2
Ibid., hlm. 14.
3
Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), hlm. 89.

Psikologi Kepribadian | 7
Allport (Hurlock, 1978) “Character is personality evaluated”, dan “personality is
character devaluated” yang bermakna "Karakter adalah kepribadian yang dievaluasi",
dan "kepribadian adalah karakter yang terevaluasi”. Kepribadian merupakan susunan
sistem psikofisik yang dinamis dalam diri individu yang unik dan mempengaruhi
penyesuaian dirinya terhadap lingkungan.4
Dalam buku lain dijelaskan bahwa kepribadian adalah dinamika organisasi psikofisik
fungsional manusia yang menjelma dalam pola-pola tingkah laku spesifik dalam
menghadapi medan hidupnya. Jadi, manifestasi kepribadian adalah seluruh tingkah laku
manusia itu sendiri. Karena setiap individu mempunyai keunikan fungsional system
organisasi psikofisiknya dalam lingkungan hidup, dalam arti berinteraksi dengan
lingkungannya, maka tispa individu mempunyai kepribadian sendiri-sendiri. Kepribadian
selalu berpegang dan menghadapi norma dan selanjutnya membentuk watak serta
5
karakter individu tersebut. Kepribadian juga merupakan kualitas perilaku individu yang
tampak dalam melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungannya secara unik.
Penggunaan kata kepribadian seringkali disamaartikan dengan beberapa kata lain, seperti
watak, karakter, atau temperamen. Namun, kata-kata tersebut memiliki makna yang
berbeda apabila dibawa dalam kajian psikologi.
Antara lain: Pertama adalah kepribadian, yakni suatu penggambaran tingkah laku
secara deskriptif tanpa memberi nilai; Kedua karakter yaitu penggambaran tingkah laku
dengan menonjolkan nilai secara eksplisit maupun implisit, seperti benar salah dan baik
buruk.6 Ketiga yaitu watak adalah karakter yang telah lama dimilikidan sampai sekarang
belum berubah; Keempat temperamen, yaitu kepribadian yang berkaitan erat dengan
determinan biologis dan fisiologis serta berkaitan dengna hereditas; dan yang terakhir
adalah sifat, yaitu respon yang senada terhadap sekelompok stimuli yang mirip dan
berlangsung dalam kurun waktu yang relatif lama. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan dan kepribadian antara lain sebagai berikut : faktor Biologis yaitu faktor
yang berhubungan dengan keadaan jasmani atau sering disebut faktor fisiologis. Sifat-
sifat jasmani yang ada pada setiap orang yang diperoleh dari keturunan, dan ada pula
yang merupakan pembawaan anak/orang itu masing-masing. Keadaan fisik berlainan
menyebabkan sifat-sifat yang berbeda-beda pula. Secara sepintas pengaruh keturunan

4
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Prenadamedia, 2011), hlm. 67.
5
Fudyartanta, Psikologi Kepribadian, (Yogyakarta: Zenith Publisher, 2005), hlm. 11-13.
6
Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Rajawali Pers, 2006), hlm. 67.

Psikologi Kepribadian | 8
(hereditas) tampak memiliki peran penting dalam pembentukan karakter nalar seperti
kecerdasan;
Faktor Sosial, yang dimaksud dengan faktor sosial yaitu ialah masyarakat, yakni
manusia-manusia lain di sekitar individu yang mempengaruhi individu yang
bersangkutan. Yang termasuk juga tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan,
bahasa dan sebagainya yang berlaku di masyarakat, dan faktor Kebudayaan yang meliputi
cara-cara hidup, adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan, bahasa, kepercayaan dari suatu
daerah/masyarakat tertentu berbeda dengan masyarakat lainnnya. Perkembangan dan
pembentukan kepribadian pada diri masing-masing orang/anak tidak dapat dipisahkan
dari kebudayaan dimana anak itu dibesarkan.7

C. Kedudukan Psikologi Kepribadian Sebagai Bidang Studi


Psikologi dapat disebut sebagai ilmu yang mandiri karena memenuhi syarat berikut:
secara sistematis psikologi dipelajari melalui penelitian-penelitian ilmiah dengan
menggunakan metode ilmiah; harus memiliki struktur kelimuan yang jelas; Memiliki
objek formal dan material; menggunakan metode ilmiah seperti eksperimen, observasi,
case history, test and measurement; dan memliki terminologi khusus seperti bakat,
motivasi, inteligensi, kepribadian, dan dapat diaplikasikan dalam berbagai adegan
kehidupan.8 Tujuan dari kita belajar ilmu psikologi kepribadian tentunya agar kita
mengetahui tipe-tipe kepribadian manusia. Sehingga kita mampu memahami orang lain,
Karena apapun yang tindakan seseorang tentunya dipengaruhi oleh kepribadiannya.
Dalam memutuskan untuk bersikap atau menentukan pilihan-pilihannya. Saat kita
mengerti gambaran besar tentang kepribadian manusia, kita bisa menggolongkan tipe
kepribadian orang tersebut. Sehingga bisa juga kita gunakan untuk menarik kesimpulan
apa yang sebenarnya dia pikirkan saat ini.
Pada tahun 1879, Psikologi merupakan satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, dan
salah satu bidang penting yang terdapat didalamnya adalah bidang yang mempelajari
manusia yang dikenal sebagai Psikologi Kepribadian. Sama halnya dengan bidang
psikologi yang lain, psikologi kepribadian memberikan sumbangan yang berharga bagi
pemahaman kita tentang manusia melalui kerangka kerja yang ilmiah, yakni dengan
menggunakan konsep-konsep yang mengarah langsung dan terbuka bagi pengujian
empiris serta menggunakan metode yang valid dan memiliki ketepatan. Sesuatu yang
7
Ibid., hlm. 68-69.
8
Ahmad Fauzi, Psikologi….., hlm. 95.

Psikologi Kepribadian | 9
membedakan psikologi kepribadian dengan bidang-bidang psikologi lainnya adalah
usahanya untuk mensitesiskan dan mengintegrasikan prinsip-prinsip yang terdapat pada
bidang-bidang psikologi lain tersebut. Peneliti kepribadian berusaha memformulasi
konsep-konsep atau rumusan-rumusan teoretis yang bisa menguraikan dan menerangkan
relasi dari prinsip-prinsip yang diambil dan disatukannya.9
Sebagai sebuah disiplin ilmu dan mata kuliah kelompok dasar keguruan yang
diberikan kepada mahasiswa calon pendidik, maka psikologi kepribadian dan
perkembangan peserta didik bertujuan: memberikan, mengukur, dan menerangkan
perubahan dalam tingkah laku serta kemampuan yang sedang berkembang sesuai dengan
tingkat usia dan yang mempunyai ciri-ciri universal, dalam artian yang berlaku bagi anak-
anak dimana saja dan dalam lingkunga sosial budaya mana saja; mempelajari
karakteristik umum perkembangan peserta didik, baik secara fisik, kognitif, maupun
psikososial; mempelajari perbedaan-perbedaan yang bersifat pribadi pada tahapan atau
masa perkembangan tertentu; mempelajari tingkah laku anak pada lingkungan tertentu
yang menimbulkan reaksi yang berbeda-beda; mempelajari penyimpangan tingkah laku
yang dialami seseorang, seperti kenakalan-kenakalan, kelainan-kelainan dalam
fungsionalitas inteleknya, dan lain-lain.
D. Unsur-Unsur Kepribadian
Koentjaraningrat menjelaskan ada beberapa unsur yang mempengaruhi terbentuknya
kepribadian sebagai berikut : yang pertama pengetahuan adalah segala sesuatu yang
diketahui yang tersusun secara logis dan sistematis dengan memperhitungkan sebabakibat
dan dapat untuk menerangkan gejala-gejala tertentu.10 Unsur-unsur yang mengisi akal dan
alam jiwa seorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya. Dalam
lingkungan individu itu ada bermacam-macam hal yang dialaminya melalui penerimaan
pancaindera-nya serta alat penerima atau reseptor organismenya yang lain, sebagai
getaran eter (cahaya dan warna), getaran akustik (suara), bau, rasa, sentuhan, tekanan
mekanikal (berat-ringan), tekanan termikal (panas-dingin) dan sebagainya, yang masuk
ke dalam sel-sel tertentu di bagian-bagian tertentu dari otaknya. Di sana berbagai proses
fisik, fisiologi, dan psikologi terjadi, yang menyebabkan berbagai macam getaran tekanan
tadi, kemudian diolah menjadi suatu susunan yang dipancarkan atau diproyeksikan oleh

9
Ibid.,hlm. 96-98.
10
Fudyartanta, Psikologi..., hlm. 28.

Psikologi Kepribadian | 10
individu tersebut menjadi suatu penggambaran tentang lingkungan tadi. Seluruh proses
akal yang sadar (conscious) tadi, dalam ilmu psikologi disebut “persepsi”.11
Kedua, Perasaan adalah rasa, kesadaran batin sewaktu menghadapi
mempertimbangkan tentang sesuatu hal atau pendapat. Selain pengetahuan, alam
kesadaran manusia juga mengandung berbagai macam perasaan. Kalau orang pada suatu
hari yang luar biasa panasnya melihat papan gambar reklame minuman Green tea
berwarna yang tampak segar dan nikmat, maka persepsi itu menyebabkan seolah-olah
terbayang di mukanya suatu penggambaran segelas Green tea yang dingin dan
penggambaran itu dihubungkan oleh akalnya dengan penggambaran lain yang timbul
kembali sebagai kenangan dalam kesadarannya, menjadi suatu apersepsi tentang dirinya
sendiri yang tengah menikmati segelas Green tea dingin, manis, dan menyegarkan pada
waktu hari sedang panas-panasnya yang seakan-akan demikian realistiknya sehingga
keluarlah air liurnya. Apersepsi seorang individu yang menggambarkan diri sendiri
sedang menikmati segelas Green tea dingin tadi menimbulkan dalam kesadarannya suatu
perasaan yang positif, yaitu perasaan nikmat dan perasaan nikmat itu sampai nyata
mengeluarkan air liur.
Ketiga, Dorongan naluri adalah dorongan hati yang dibawa sejak lahir, yang tanpa
disadari mendorong untuk berbuat sesuatu. Kesadaran manusia menurut para ahli
psikologi juga mengandung berbagai perasaan lain yang tidak ditimbulkan karena
pengaruh pengetahuannya, melainkan karena sudah terkandung dalam organismenya, dan
khususnya dalam gen-nya sebagai naluri. Kemauan yang sudah merupakan naluri pada
tiap makhluk manusia itu, oleh beberapa ahli psikologi disebut “dorongan” (drive).

E. Sasaran-Sasaran Psikologi Kepribadian


Dalam kehidupan sehari-hari, kata kepribadian digunakan untuk menggambarkan
identitas diri, jati diri seseorang. Kepribadian juga menggambarkan kesan umum
seseorang tentang diri anda atau orang lain, Selain itu juga menggambarkan fungsi-fungsi
kepribadian yang sehat atau bermasalah.12 Salah satu ciri yang utama dari psikologi
kepribadian adalah penggunaan konsep-konsep dan metode-metode yang ilmiah dalam
upaya memahami manusia.Yang mana dengan penggunaan konsep-konsep dan metode-

11
Ibid., hlm. 29-31.
12
Nur Prabowo, Manusia sebagai Sasaran Psikologi Kepribadian, Jurnal Rasail, Vol.1, No.
1, 2014, hlm. 67-68.

Psikologi Kepribadian | 11
metode ilmiah tersebut psikologi kepribadian bisa mencapai sasaran-sasarannya.13
Adapun sasaran dari psikologi kepribadian ini mengarah kepada dua hal, yaitu: pertama,
memperoleh informasi mengenai tingkah laku manusia, dalam diri manusia selalu
memiliki tingkah laku yang berbeda-beda, maka dari itu kita bisa mengetahui beberapa
macam sifat dari mereka, dan macam-macam sifat itu adalah: ada yang berkenaan dengan
cara berbuat, seperti tekun, tabah, cepat; ada yang menggambarkan sikap, seperti
sosiabilitas dan patriotism; ada yang bertalian dengan minat seperti estetis, atletis dan
sebagainya; ada sifat yang terpenting ialah temperament emosional, meliputi optimisme,
pessimisme mudah bergejolak dan tenang.
Sasaran dari psikologi kepribadian yang kedua adalah dengan mendorong individu –
individu agar bisa hidup secara penuh dan memuaskan. Dengan mengetahui kepribadian
tiap individu, mereka dapat memenuhi kebutuhan dan prioritas mereka. Karena manusia
tidak pernah bisa merasa puas dengan apa yang telah mereka miliki, maka mereka selalu
berusaha mencari hal-hal untuk mencapai hidup yang berkecukupan sesuai dengan apa
yang mereka inginkan sampai terpenuhi.

F. Keberadaan dan Sasaran Psikologi Kepribadian Di MI NU Roudlotut Tholibin


Desa Japan Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus
Sasaran dari psikologi kepribadian yang penulis pilih adalah siswa kelas VI (enam)
MI Roudlotut Tholibin berusia 12 tahun yang bernama Muhammad Naim. Dari
pengamatan yang penulis dapatkan, siswa ini dulunya atau pada awal mula masuk
sekolah RA berlanjut ke MI, pada kelas 1 dan 2 ia selalu memperoleh peringkat kelas
yang baik. Baik rangking satu, dua, ataupun tiga ia pernah mencapainya. Dalam proses
pembelajarannya, siswa ini memperhatikan dari apa yang bapak atau ibu guru jelaskan
dan juga jika di rumah ia pun belajar. Akan tetapi pada kelas 4 dan 5, siswa tersebut
mengalami penurunan dalam prestasinya sehingga menimbulkan banyak pertanyaan yang
muncul. Orang tua nya pun bingung mengapa anaknya berubah dari dulunya pintar
menjadi menurun.
Kemudian Orang tuanya pun menyelidiki mengapa prestasi dari anaknya menurun,
setelah diselidiki ternyata salah satu faktornya adalah pengaruh dari teman bermainnya.
Karena setelah pulang sekolah, ia ke rumah untuk ganti pakaian dan setelah itu ia
langsung bergegas pergi lagi untuk bermain bersama temannya hingga sore hari. Orang

13
Dimyati Mahmud, Psikologi Suatu Pengantar, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1990), hal.181

Psikologi Kepribadian | 12
tuanya pun mencari dimana ia bermain. Setelah dicari anak tersebut ikut bermain
temannya mengendarai sepeda motor. Yang dimana teman-temanny itu memiliki berbagai
macam karakter, sehingga si anak mudah terpengaruh dengan hal yang negatif. Akhir-
akhir ini sifatnya pun menjadi berubah si anak menolak jika diperintahkan untuk belajar
dan sering marah-marah jika keinginannya tidak terpenuhi. Orang tuanya pun bingung
bagaimana menghadapi si anak tersebut. Dengan berjalannya waktu dan dengan nasihat
yang setiap waktu diberikan oleh orang tuanya, anaknya pun mulai mendengarkan dan
mengikuti apa yang dinasehatkan orang tuanya.
Dengan kesabaran dan ketekunan orang tua dalam memberikan nasihat, lama
kelamaan anak tersebut menjadi luluh hatinya dan sekarang sudah berhenti untuk
memainkan sepeda motor bersama temannya lagi. Dan sekarang si anak tersebut sudah
naik ke kelas 6, ia pun kembali untuk rajin belajar dan ia bertekad untuk bisa memperoleh
prestasi yang lebih unggul lagi agar dapat membahagiakan orang tua. Kesimpulannya,
kepribadian seseorang bisa berubah jika ada faktor yang mempengaruhi, factor apapun itu
termasuk juga faktor lingkungan. Dan dari sifat-sifat negatif itupun bisa berubah menjadi
positif jika ada pihak-pihak yang mendukung terjadinya perubahan kepribadian tersebut.
Dengan mengetahui berbagai macam kepribadian dan karakter seseorang, kita bisa
mengetahui bagaimana cara dalam menyikapi seseorang tersebut.

G. Kesimpulan
Psikologi kepribadian merupakan cabang dari ilmu psikologi. Manusia merupakan
objek dalam ilmu psikologi yang pastinya memiliki kepribadian dan karakter yang
berbeda satu dengan yang lainnya. Kepribadian juga merupakan kualitas perilaku
individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungannya secara
unik.
Psikologi dapat disebut sebagai ilmu yang mandiri karena memenuhi syarat, antara
lain; secara sistematis psikologi dipelajari melalui penelitian-penelitian ilmiah dengan
menggunakan metode ilmiah, memiliki struktur kelimuan yang jelas, memiliki objek
formal dan material, menggunakan metode ilmiah. Sesuatu yang membedakan psikologi
kepribadian dengan bidang-bidang psikologi lainnya adalah usahanya untuk
mensintesiskan dan mengintegrasikan prinsip-prinsip yang terdapat pada bidang-bidang
psikologi lain tersebut.
Beberapa unsur yang mempengaruhi terbentuknya kepribadian sebagai berikut:
pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui yang tersusun secara logis dan
Psikologi Kepribadian | 13
sistematis dengan memperhitungkan sebab akibat dan dapat untuk menerangkan gejala-
gejala tertentu, perasaan adalah rasa, kesadaran batin dan dorongan naluri adalah
dorongan hati yang dibawa sejak lahir.
Adapun sasaran dari psikologi kepribadian mengarah kepada dua hal, yakni
memperoleh informasi mengenai tingkah laku manusia, dalam diri manusia selalu
memiliki tingkah laku yang berbeda-beda, maka dari itu kita bisa mengetahui beberapa
macam sifat dari seseorang dan mendorong individu –individu agar bisa hidup secara
penuh dan memuaskan. Dengan mengetahui kepribadian tiap individu, mereka dapat
memenuhi kebutuhan dan prioritas masing-masing.

BAB II: URGENSI PSIKOLOGI KEPRIBADIAN DALAM PENDIDIKAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang kompleks di muka bumi ini. Manusia lebih rumit
dari makhluk apapun yang bisa dijumpai dan jauh lebih rumit dari mesin apapun yang
bisa dibuat. Manusia juga sulit dipahami karena keunikannya. Dengan keunikannya,
manusia adalah makhluk tersendiri dan berbeda dengan makhluk apapun. Akan tetapi,
manusia juga makhluk yang tidak akan pernah berhenti mancari jawaban dari suatu hal
yang dicarinya apapun hambatannya. Salah satu ciri atau sifat manusia juga selalu
mencari tahu dan tidak pernah puas dengan pengetahuan-pengetahuan yang telah
diperolehnya. Psikologi kepribadian merupakan salah satu cabang dari ilmu Psikologi.
Manusia merupakan objek dalam ilmu psikologi yang pastinya memiliki kepribadian
dan karakter yang berbeda satu dengan yang lainnya. Sehingga, kita perlu mengetahui
tentang ilmu tersebut untuk bisa memahami watak seseorang yang berbeda-beda.
Kepribadian merupakan cara-cara unik atau khas dari seseorang dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungannya, dan karena tiap-tiap kepribadian memiliki keunikan tersendiri
sehingga sukar sekali membuat gambaran umum tentang kepribadian. Upaya-upaya untuk
memahami perilaku manusia sudah lama dilakukan, dimulai dengan cara yang paling
sederhana yaitu pendekatan non ilmiah sampai dengan metode modern atau pendekatan
ilmiah. Dalam Bab ini, penulis akan membahas tentang pengertian psikologi kepribadian,
urgensi psikologi kepribadian dalam pendidikan dan manfaat memahami psikologi
kepribadian dalam pendidikan.
B. Psikologi Kepribadian

Psikologi Kepribadian | 14
Psikologi kepribadian adalah salah satu cabang dari ilmu psikologi. Sesuai dengan
namanya, psikologi kepribadian disini mempelajari tentang kepribadian individu dengan
menggunakan berbagai cara dan pendekatan. Istilah kepribadian dalam bahasa inggris
disebut dengan personality. Istilah ini berasal dari bahasa yunani, yaitu persona yang
berarti topeng dan personare yang berarti menembus. Istilah topeng disini berkenaan
dengan salah satu atribut tutup muka yang sering dipakai oleh para pemain sandiwara
dengan yujuan menggambarkan perilaku, watak atau pribadi seseorang.14 Dalam istilah
personality tersebut, dipakai oleh para ahli untuk menunjukkan sesuatu mengenai
individu, dan atau untuk menggambarkan apa, mengapa dan bagaimana tingkah laku
manusia. Kepribadian merupakan ciri-ciri watak dari seseorang individu yang
memberikan suatu identitas khusus kepadanya. Dalam pembentukan dan perkembangan
kepribadian seseorang pada diri masing-masing tidak terlepas dari berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Mengenai definisi kepribadian, banyak sekali ahli yang telah
merumuskannya berdasarkan paradigma yang mereka yakini dan fokus analisis yang telah
mereka kembangkan. Oleh karena itu, akan banyak sekali kita jumpai definisi kepribadian
yang dikemukakan para ahli.
Salah satu pendapat dari para ahli tersebut diantaranya, adalah pendapat dari Gordon
W.W Allport. Pada mulanya, Allport mendefinisikan kepribadian sebagai “What a man
really is”. Akan tetapi, Allport memandang definisi tersebut tidak memadai sehingga ia
merevisi definisi tersebut. Definisi selanjutnya yang kemudian dikemukakan oleh Allport
adalah “Personality is the dynamic organization within the individual of those
psychophysical systems that determine his unique adjustments to his environment”.
Maksudnya adalah bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai
system psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya.15 Selain itu, ada juga pendapat dari david Krech dan Richard S.
Crutchfield dalam bukunya yang berjudul Elements of psychology merumuskan definisi
kepribadian adalah sebagai berikut “Personality is the integration of all of an individuals
characteristics into a unique organization that determines, and is modified by his attemps
at adaption to his continually changing environment”. Maksudnya adalah kepribadian
merupakan integrasi dari semua karakteristik individu ke dalam suatu kesatuan yang unik

14
Ujam Jaennudin, Psikologi Kepribadian, (Bandung : Pustaka Setia, 2012), hlm. 101
15
Singgih Dirgagunarsa, Pengantar Psikologi, (Jakarta : Gunung Mulia, 1987), hlm. 11.

Psikologi Kepribadian | 15
yang menentukan dan yang dimodifkasi oleh usaha-usahanya dalam menyesuaikan diri
terhadap lingkungan yang berubah terus menerus.16
Sedangkan menurut Adolf Heuken, “kepribadian adalah pola menyeluruh semua
kemampuan, perbuatan serta kebiasaan seseorang, baik jasmani, rohani, mental,
emosional maupun sosial. Semuanya ini telah ditatanya dalam caranya yang khas
dibawah berbagai pengaruh dari luar. Pola ini terwujud dalam tingkah lakunya dalam
usahanya menjadi manusia sebagaimana dikehendakinya”.17 Menurut Horton,
kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi dan tempramen yang terwujud
dalam tindakan seseorang jika dihadapkan pada situasi tertentu. Setiap orang mempunyai
kecenderungan perilaku yang baku atau pola yang konsisten sehingga menjadi ciri khas
pribadinya. Berdasarkan definisi dari para ahli diatas, dapat kita simpulkan bahwa yang
dimaksud dengan kepribadian adalah sebagai berikut : Pertama, kepribadian merupakan
satu kesatuan yang kompleks yang terdiri dari aspek psikis seperti, inteligensi, sifat,
sikap, minat dan cita-cita serta aspek fisik seperti, bentuk tubuh, kesehatan jasmani dan
seterusnya. Kedua, kesatuan dari kedua aspek tersebut yang berinteraksi dengan
lingkungannya yang mengalami perubahan secara terus menerus, dan terwujudlah pola
tingkah laku yang khas dan unik. Ketiga, kepribadian bersifat dinamis, artinya selalu
mengalami perubahan tetapi dalam perubahan tersebut terdapat pola-pola yang bersifat
tetap. Keempat, kepribadian terwujud berkenaan dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai
oleh individu.

C. Urgensi Psikologi Kepribadian dalam Pendidikan

Psikologi kepribadian merupakan pengetahuan ilmiah. Sebagai pengetahuan ilmiah,


psikologi kepribadian menggunakan konsep-konsep dan metode-metode yang terbuka
bagi pengujian empiris. Penggunaan konsep-konsep dan metode-metode ilmiah
dimaksudkan agar psikologi kepribadian agar psikologi kepribadian bisa mencapai
sasarannya, yaitu : pertama, memperoleh informasi mengenai tingkah laku manusia dan
kedua, mendorong individu-individu agar bisa hidup secara penuh dan memuaskan.
Usaha untuk memperoleh pemahaman mengenai perilaku manusia bukan hanya
dimaksudkan untuk melampiaskan hasrat ingin tau saja tetapi juga diharapkan bermanfaat
bagi peningkatan kualitas hidup manusia. Pengetahuan mengenai perilaku individu-

16
Ibid., hlm. 14 .
17
Adolf Heuken, Tantangan Membina Kepribadian, (Yogyakarta : Kanisius, 1989), hlm. 10.

Psikologi Kepribadian | 16
individu beserta faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku tersebut hendaknya
dapat dimanfaatkan dalam kegiatan terapan atau praktek seperti psikoteerapi dan
program-program bimbingan, latihan dan belajar yang efektif, juga melalui perubahan
lingkungan psikologis sedemikian rupa agar individu-individu itu mampu
mengembangkan segenap potensi yang dimiliki secara optimal.
Interaksi yang terjadi antara pendidik dan peserta didik dalam proses pendidikan
merupakan interaksi dimana pihak pendidik berusaha mempengaruhi peserta didik agar
peserta didik dapat berkembang secara optimal. Untuk mewujudkan keinginan tersebut
pendidik harus membekali dirinya dengan seperangkat persyaratan, diantaranya adalah
pemahaman mengenai perilaku manusia, baik tentang dirinya sendiri (self understanding)
maupun orang lain, khususnya peserta didik (understanding the other). Tanpa disertai
dengan pemahaman yang baik tentang perilaku manusia atau tepatnya kepribadian, akan
sulit mewujudkan interaksi edukatif.18 Dalam profesi bimbingan dan konseling,
khususnya di sekolah, pemahaman mengenai perilaku manusia melalui psikologi
kepribadian merupakan kebutuhan yang tidak bisa diabaikan. Pemahaman kepribadian
diperlukan oleh pendidik atau konselor untuk acuan dalam mengembangkan
kepribadiannya agar mengarah ke kepribadian pendidik atau konselor ideal,
mempermudah dalam mengenal karakteristik peserta didik, acuan dalam pengembangan
berbagai potensi peserta didik, acuan dalam mengambil tindakan preventif, acuan dalam
membimbing peserta didik kearah kedewasaan, dan menghindari terjadinya konflik
anatara guru / konselor dengan peserta didik /klien.19

D. Manfaat Memahami Psikologi Kepribadian dalam Pendidikan

Manfaat dari psikologi dalam pendidikan itu sendiri ada untuk guru dan untuk siswa.
Banyak manfaat yang dapat kita ambil. Baik bagi guru maupun bagi siswa. Mengetahui
bebagai manfaat yang dapat diperoleh dari psikologi dalam pendidikan tersebut
hendaknya mendorong dan memacu para guru untuk melakukan inovasi baru dalam dunia
pendidikan. Misalnya guru dapat menemukan metode atau cara penyampaian
pembelajaran yang baru sehingga terciptalah pembelajaran yang lebih menarik, inovatif
dan efektif. Adapun manfaat psikologi bagi guru / calon guru adalah : 1) merumuskan
tujuan pembelajaran secara tepat, dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai

18
Jhon W. Santrock, Psikologi Edisi kedua,( Jakarta : Kencana, 2008), hlm.4-5
19
Abu Ahmadi dan Widodo Supriono, Psikologi Belajar, (Jakarta : Renika Cipta, 1991), hlm. 74.

Psikologi Kepribadian | 17
diharapkan guru dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang
dikehendaki sebgai tujuan pembelajaran. 2) memilih strategi atau metote pembelajaran
yang sesuai, dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru
dapat menentukan atrategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai bagi
siswanya.

3) Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling, disamping


melaksanakan pembelajaran, guru juga diharapkan dapat membimbing para siswanya.
Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan
bantuan psikologis secara tepat dan benar yang penuh kehangatan dan keakraban. 4)
Memfasilitasi dan memotifasi belajar peserta didik, artinya berusaha untuk
mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat dan minat.
Sedangkan memotifasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa
untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. 5) Menciptakan iklim
belajar yang kondusif, guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai
memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam
kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan. 6) Berinteraksi
secara tepat dengan siswanya, pemahaman guru tentang psikologi pendidikan
memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh
empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.20
Selain itu, ada pula manfaat psikologi yang diperoleh bagi siswa diantaranya adalah
Pertama, Pemahaman diri yaitu semua perilaku dapat di pahami melalui pemahaman
psikologi, pada siswa khususnya berinteraksi dengan siswa lain agar memudahkan dalam
bersosialisasi. Kedua, Empati yaitu sebagian masalah timbul karena antar manusia gagal
untuk saling memahami. Psikologi mampu membantu siswa dalam memahami siswa lain.
Ketiga, Adaptasi yaitu dengan meningkatkan kemampuan untuk berempati dengan orang
lain, siswa akan mampu beradaptasi dengan baik dalam kelompok sosial. Keempat,
Ketrampilan komunikasi, psikologi juga menjelaskan bagaimana orang dapat
berkomunikasi. Memahami komunikasi juga akan memudahkan menghindari membuat
kesalahan yang menyebabkan misskomunikasi. Kelima, Pemecahan masalah,
pengetahuan psikologi dapat memecahkan masalah sehari-hari yang lebih efektif. Bila
anda memiliki pemahaman tentang bagaimana orang cenderung untuk bereaksi dalam
situasi tertentu anda dapat menghadapi situasi dengan cara yang lebih baik.

20
Abdul Wahib Mustakim, Psikologi belajar, (Jakarta. PT. Rineka Cipta 2003 ), hlm. 52.

Psikologi Kepribadian | 18
Dari pemahaman kita tentang psikologi kepribadian maka kita dapat memilih metode
psikologi yang akan di gunakan dalam pendidikan. Adapun metode-metode tersebut
adalah 1) metode eksperimen, pelaksanaannya disesuaikan dengan data yang akan di
angkat, misalnya data pendengaran siswa, penglihatan siswa, dan gerak mata siswa ketika
sedang membaca. Metode eksperimen yang di gunakan dalam penelitian psikologi
pendidikan dengan tujuan untuk menguji keabsahan dan kecermatan simpulan-simpulan
yang ditarik dari hasil temuan penelitian dengan metode lain. 2) Metode kuesioner
disebut juga metode surat menyurat. Ini karena pelaksanaan penyebarannya dan
pengembaliannya sering dikirimkan dari responden. Penggunaan metode ini termasuk
lebih menonjol di banding metode yang lain. Ini karena lebih banyak sampel yang bisa di
jangkau. Contoh data yang dapat di himpun dengan cara penyebaran sebagai berikut :
Karakteristik pribadi siswa, Latar belakang keadaan siswa, Perhatian siswa dll.
3) Metode studi kasus yaitu metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh
gambaran yang rinci mengenai aspek-aspek psikologi siswa tertentu. Metode ini
memungkinkan peneliti dapat melakukan penyelidikan pencatatan fakta dan penafsiran
yang lebih luas dan mendalam. Namun Studi kasus biasanya memerlukan waktu yang
lama karena di mulai dari anak balita sampai akhir perkembangannya. 4) Metode
penyelidikan klinis, metode ini hanya di gunakan oleh para ahli psikologis klinis atau
psikiater. Dalam metode ini ada prosedur diagnosis dan penggolongan penyakit kejiwaan
serta cara-cara pemberian perlakuan. 5) Metode observasi naturalistic yaitu sejenis
observasi yang dilakukan secara alamiah. Disini peneliti tidak menampakkan diri sebagai
peneliti. Dalam pengguanaan kepentingan penelitian psikolog pendidikan, seorang guru
menjadi asistennya dapat mengaplikasikan metode observasi ilmiah tersebut lewat
kegiatan pengajaran dalam kelas regular.21

Adapun manfaat yang kita peroleh dari memahami psikologi kepribadian dalam
pendidikan, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Memahami perbedaan individu (peserta didik)
Seorang guru harus berhadapan dengan sekelompok siswa di dalam kelas dengan hati-
hati, karena karateristik masing-masing siswa berbeda-beda. Oleh karena itu sangat
penting untuk memahami perbedaan karakteristik siswa pada berbagai tingkat

21
Muhibbin Syah, Arti Penting Aspek Kognitif dalam Pengajaran Agama dalam Mimbar Studi, (Bandung :
Remaja Rosdakarya, 1993), hlm. 43.

Psikologi Kepribadian | 19
pertumbuhan dan perkembangan guna enciptakan proses pembelajaran yang efektif
dan efisien.
b. Penciptaan Iklim Belajar yang Kondusif di Dalam Kelas
Pemahaman yang baik tentang ruang kelas yang digunakan dalam proses
pembelajaran sangat membantu guru untuk menyampaikan materi kepada siswa
secara efektif. Iklim pembelajaran yang kondusif harus bisa diciptakan oleh guru
sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan efektif. Seorang guru harus
mengetahui prinsip-prinsip yang tepat dalam proses belajar mengajar, pendekatan
yang berbeda dalam mengajar untuk hasil proses belajar mengajar yang lebih baik.
Psikologi pendidikan berperan dalam membantu guru agar dapat menciptakan iklim
sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga proses pembelajaran di
dalam kelas bisa berjalan efektif.
c. Pemilihan Strategi dan Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran didasarkan pada karakteristik perkembangan siswa. Psikologi
pendidikan dapat membantu guru dalam menentukan strategi atau metode
pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik
dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang
sedang dialami peserta didik.
d. Memberikan Bimbingan Kepada Peserta Didik
Seorang guru harus memainkan peran yang berbeda di sekolah, tidak hanya dalam
pelaksanaan pembelajaran, tetapi juga berperan sebagai pembimbing bagi peserta
didik. Bimbingan adalah jenis bantuan kepada siswa untuk memecahkan masalah
yang mereka hadapi. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan memungkinkan guru
untuk memberikan bimbingan pendidikan dan kejuruan yang diperlukan untuk siswa
pada tingkat usia yang berbeda-beda.
e. Mengevaluasi Hasil Pembelajaran
Guru harus melakukan dua kegiatan penting di dalam kelas seperti mengajar dan
mengevaluasi. Kegiatan evaluasi membantu dalam mengukur hasil belajar siswa.
Psikologi pendidikan dapat membantu guru dan calon guru dalam mengembangkan
evaluasi pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis evaluasi, pemenuhan
prinsip-prinsip evaluasi maupun menentukan hasil-hasil evaluasi.

Dengan mempelajari kepribadian, maka kita akan memperoleh berbagai kemudahan


dalam melakukan proses pendidikan. Adapun manfaat mempelajari teori-teori

Psikologi Kepribadian | 20
kepribadian, diantaranya yaitu : Pertama, mempermudah untuk mengenali karakter
(kepribadian) seseorang. Mengenali kepribadian seorang klien sangat penting dalam
kepribadian dikarenakan pemahaman mengenai kepribadian menjadi pokok utama.
Kedua. dengan mempelajari dan memperdalam ilmu tentang kepribadian terutama
beberapa teori penunjang, maka teori-teori tersebut mudah untuk diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari mengenai gejala-gejala yang ada pada diri seseorang, beserta
pendekatan yang digunakan juga dapat mendapatkan solusi atau jalan keluar dari
permasalahan yang ada. Ketiga, memudahkan untuk melakukan uji atau mengukur
kepribadian seseorang dengan menggunakan beberapa teknik pengukuran kepribadian,
sehingga analisis tentang kepribadian bukan hanya melalui visual saja akan tetapi dapat
dibuktikan secara ilmiah dan teoritis. Keempat, memudahkan dalam melakukan analisis
kepribadian melalui pendekatan teori-teori kepribadian.

E. Study Kasus
“Andri memutuskan untuk berhenti sekolah dan melupakan segala sesuatu yang telah
diraihnya. Sejak peristiwa kecelakaan yang menyebabkan dia kehilangan kedua kakinya
membuat andri merasa sangat terpuruk dan kecewa. Andri merasa hidupnya telah hancur
dan tidak mampu meraih masa depannya lagi. Bahkan untuk bertemu orang saja, Andri
merasa tidak sanggup dan malu karena harus di pandang sebagai orang cacat. Tadinya
Andri seorang remaja SMU yang energik, pintar dan bercita-cita untuk menjadi seorang
tentara yang gagah. Dia belajar keras untuk mendapatkan nilai-nilai di raportnya untuk
mendukung rencananya melanjutkan pendidikan di akademi militer. Persiapan fisik juga
telah dilakukannya, untuk menjaga kesimbangan dan stamina tubuh agar layak memenuhi
persyaratan yang ada. Saat itu menjelang ujian akhir sekolah, Andri pergi mengunjungi
saudaranya di luar kota, dan ia mengalami kecelakaan yang menyebabkan hilangnyai”.
Berdasarkan kasus diatas, inferioritas bukan suatu pertanda abnormal melainkan
bentuk penyempurnaan dari manusia. Hal ini dibuktikan dengan berbagai upaya
perjuangan Andri untuk menjadi ke arah superior dengan cara belajar keras untuk
mendapatkan nilai yang bagus di rapot serta persiapan fisik untuk menjaga stamina tubuh
demi mendukung rencananya untuk dapat masuk akademi militer. Berarti sebelum terjadi
peristiwa kecelakaan yang menyebabkan Andri kehilangan kedua kakinya, Andri adalah
individu yang berkembang tanpa suatu kompleks inferioritas atau kompleks superioritas
yang merupakan manifestasi bentuk abnormal sesuai dengan konsep inferioritas Adler.
Psikologi Kepribadian | 21
Bukti bahwa Andri tidak mengalami keabnormalan superioritas komplek adalah bahwa
disamping keinginannya memperoleh tujuan untuk kepentingan diri sendiri masih
ditunjukkan minat sosial Andri yaitu adanya upaya membina relasi sosial dengan
kunjungan terhadap keluarga di luar kota sebelum terjadi kecelakaan.
Gambaran sebagai sosok remaja SMU yang energik mengindikasikan bahwa Andri
cenderung berinteraksi dengan orang disekitarnya, aktif, ramah dan mudah bergaul
dengan lingkungan. Berdasarkan salah satu paradigma dalam konsep psikologi
individualnya Adler mengembangkan teori individualitas sebagai pokok persoalan maka
setelah terjadi kecelakaan itu muncul keabnormalan berupa inferioritas komplek.
Inferioritas komplek ditandai dengan simptom self image yg buruk yaitu keterpurukan,
kekecewaan, malu dan kontak sosial berubah. Tampilan-tampilan perilaku yang
mendominasi dalam kasus ini yaitu inferioritas komplek maka individu tersebut akan
menunjukkan sikap menolak untuk bekerja sama (lebih tertutup) atau sangat introvert.
Rasa tidak mampu dan ragu akan kemampuan muncul karena keterbatasan yang
dimilikinya. Dan hal ini sangat mempengaruhi perilaku yang akan dilakukan selanjutnya.

F. Kesimpulan
Psikologi kepribadian adalah salah satu cabang dari ilmu psikologi. Sesuai dengan
namanya, psikologi kepribadian disini mempelajari tentang kepribadian individu dengan
menggunakan berbagai cara dan pendekatan. Istilah kepribadian dalam bahasa inggris
disebut dengan personality. Istilah ini berasal dari bahasa yunani, yaitu persona yang
berarti topeng dan personare yang berarti menembus. Istilah topeng disini berkenaan
dengan salah satu atribut tutup muka yang sering dipakai oleh para pemain sandiwara
dengan yujuan menggambarkan perilaku, watak atau pribadi seseorang.
Usaha untuk memperoleh pemahaman mengenai perilaku manusia bukan hanya
dimaksudkan untuk melampiaskan hasrat ingin tau saja tetapi juga diharapkan bermanfaat
bagi peningkatan kualitas hidup manusia. Pengetahuan mengenai perilaku individu-
individu beserta faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku tersebut hendaknya
dapat dimanfaatkan dalam kegiatan terapan atau praktek seperti psikoteerapi dan
program-program bimbingan, latihan dan belajar yang efektif, juga melalui perubahan
lingkungan psikologis sedemikian rupa agar individu-individu itu mampu
mengembangkan segenap potensi yang dimiliki secara optimal.
Manfaat dari psikologi dalam pendidikan itu sendiri ada untuk guru dan untuk siswa.
Banyak manfaat yang dapat kita ambil. Baik bagi guru maupun bagi siswa. Mengetahui
Psikologi Kepribadian | 22
bebagai manfaat yang dapat diperoleh dari psikologi dalam pendidikan tersebut
hendaknya mendorong dan memacu para guru untuk melakukan inovasi baru dalam dunia
pendidikan. Misalnya guru dapat menemukan metode atau cara penyampaian
pembelajaran yang baru sehingga terciptalah pembelajaran yang lebih menarik, inovatif
dan efektif.

BAB III: KONSEP DAN UPAYA MEMPELAJARI KEPRIBADIAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan manusia sebagai individu ataupun makhluk sosial, kepribadian


senantiasa mengalami warna-warni kehidupan. Adakalanya senang, tentram, dan gembira.
Akan tetapi pengalaman hidup membuktikan bahwa manusia juga mengalami hal-hal
yang pahit, gelisah, frustasi dan sebagainya. Semua itu karena selain sebagai makhluk
individu juga sebagai makhluk sosial karena kita diciptakan bukan perseorangan. Secara
otomatis kontak sosial akan selalu terjalin dalam setiap putaran kehidupan. Ini
menunjukan bahwa manusia mengalami dinamika kehidupan. Kepribadian pada
hakikatnya merupakan gambaran sikap dan perilaku manusi secara umum yang tercermin
dari ucapan dan perbuatannya. Kepribadian itu berbeda dengan karakter, karena
pengertian kepribadian dibebaskan dari nilai.
Meskipun demikian baik kepribadian maupun karakter berwujud tingkah laku yang
ditujukan ke lingkungan sosial, keduanya relatif permanen serta menuntun, mengarahkan
serta dan mengorganisasikan aktivirtas individu. Kepribadian meliputi se`gala corak
perilaku dan corak yang khas dan dapat diperkirakan pada diri seseorang atau lebih bisa`
di lihat dari luar, yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap
ranhsangan sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan satu kes`atuan fungsional yang
khas bagi individu. Wujud tingkah laku yang ditujukan kelingkungan tersebut tentu terus
berkembang dan adanya komponen-konponen atau faktor-faktor yang mempengaruhinya
yang saling berinteraksi sehingga membentuk suatu kepribadian. Penting kiranya
mempelajari kepribadian, oleh karena itu makalah kami ini akan menjalaskan bagaimna
kepribadian, konsep yang berhubungan dengannya sampai adanya upaya untuk
mengetahui kepribadian. Sehingga tercipta kehidupan yang sesuai dengan tatanan
maupun tuntutan masyarakat. Dalam bab ini, penulis akan membahas tentang pengertian
kepribadian, konsep yang berhubungan dengan kepribadian, dan upaya mempelajari

Psikologi Kepribadian | 23
kepribadian. Pembahasan lebih komprehensif akan diberikan pada pembahasan
selanjutnya.

B. Pengertian Kepribadian
Istilah kepribadian dalam bahsa inggris dinyatakan dengan personality. Istilah ini
berasal dari bahasa Yunani, yaitu persona yang berarti topeng dan personare yang artinya
menembus.istilah topeng berkenaan dengan salah satu atribut yang digunakan oleh para
pemain sandiwara pada zaman Yunani Kuno. Dengan topeng yang dikenakan dan
diperkuat dengan gerak-gerik dan yang diucapkan, karakter dari tokoh yang diperankan
tersebut dapat menembus keluar dalam arti dapat dipahami oleh para penonton. Kata
kepribadian dalam kehidupan sehari-hari di gunakan untuk menggambarkan: (1) identitas
diri, contoh: “Saya seorang yang terbuka” atau “Saya seorang pendiam”, (2) kesan umum
seseorang tentang diri anda atau orang lain, contoh “Dia agresif” atau “Dia jujur”, dan
fungsi-fungsi kepribadian sehat atau bermasalah, contoh: “Dia baik” atau “Dia
mendendam.”
Untuk memperoleh pemahaman tentang kepribadian ini, berikut di kemukakan
beberapa pengertian dari para ahli: Hall dan Lindzey mengemukakan bahwa secara
populer, kepribadian dapat di artikan sebagai: (1) keterampilan atau kecakapan social
(social skill), dan (2) kesan yang paling menonjol, yang di tunjukkan seseorang kepada
orang lain. Selain itu Woodworth juga mengemukakan bahwa kepribadian merupakan
“Kualitan tingkah laku total individu”. Sementara Dashiell mengartikannya sebagai
“Gambaran total tentang tingkah laku individu yang terorganisasi”. Derlega, Winstead
dan Jones (2005) mengartikannya sebagai “Sistem yang relative stabil mengenai
karakteristik individu yang bersifat internal, yang berkontribusi terhadap pikiran,
perasaan, dan tingkah laku yang konsisten.”22
Pada mulanya Allport mendefinisikan kepribadian sebagai “What a man really is”,
tetapi definisi tersebut oleh Allport dipandang tidak memadai, lalu ia merevisi definisi
tersebut. Definisi yang dirumuskan oleh Allport adalah: “Personality is the dynamic
organization within the individual of those psychophysical systems that determine his
unique adjustments to his environment.” (Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam
individu sebagaai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam

22
Sumadi Suryabrata, Psikologi..., hlm.240.

Psikologi Kepribadian | 24
menyesuaikan diri terhadap lingkungan).23 Kemudian disusul David Krech dan Richard S.
Crutchfield (1969) dalam bukunya yang berjudul Elements of Psikologi mendefinisikan
sebagai berikut, “Personality is the integration of all of an individual’s characteristic into
a unique organization that determines, and is modified by, his attemps at adaption to his
continually changing environtment.” Kepribadian adalah integrasi dari semua
karakteristik individu kedalam suatu kesatuan yang unik yang menentukan, dan yang
dimodifikasi oleh usaha-usahanya dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang
berubah terus menerus). Sedangkan Adolf Heuken SJ. Menyatakan sebagai berikut:
“Kepribadian adalah pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan serta kebiasaan
seseorang, baik yang jasmani, mental, rohani, emosional maupun yang sosial. Semuanya
ini telah ditata dalam caranya yang khas dibawah beraneka pengaruh dari luar. Pola ini
terwujud dalam tingkah lakunya, dalam usahanya menjadi manusia sebagaimana
dikehendakinya.”
Berdasarkan definisi dari, beberapa ahli dapat disimpulkan pokok-pokok pengertian
kepribadian sebagai berikut: pertama, kepribadian merupakan kesatuan yang kompleks,
yang terdiri atas aspek psikis, seperti intelegensi, sifat, sikap, minat, cita-cita, dan
sebagainya serta aspek fisik, seperti bentuk tubuh, kesehatan jasmani, dan sebagainya.
Kedua, kesatuan dari kedua aspek tersebut berinteraksidengan lingkungannya yang
mengalami perubahansecara terus-menerus, dan terwujudlah pola tingkah laku yang khas
atau unik. Ketiga, kepribadian bersifat dinamis, artinya selalu mengalami perubahan,
tetapi dalam perubahan tersebut terdapat pola-pola yang bersifat tetap. Keempat,
kepribadian terwujud berkenaan dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh individu.24

C. Konsep yang berhubungan dengan Kepribadian


Konsep-konsep kepribadian sebenarnya merupakan aspek-aspek atau komponen-
komponen kepribadian karena pembicaraan mengenai kepribadian senantiasa mencakup
apa saja yang ada di dalamnya, seperti karakter, sifat-sifat, dan lainnya. Interaksi antara
berbagai aspek tersebut kemudian terwujud sebagai kepribadian. Ada beberapa konsep
yang berhubungan erat dengan kepribadian bahkan kadang-kadang disamakan dengan
kepribadian. Konsep-konsep yang berhubungan dengan kepribadian diantaranya: 1)
Character (Watak) ialah kepribadian yang dipengaruhi oleh motivasi yang menggerakkan
kemauan sehingga orang tersebut bertindak. Yang dimaksudkan bahwa kepribadian
23
Singgih & D. Gunarso, Pengantar..., hml. 11.
24
Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Bumi Perkasa, 2001). hlm. 71.

Psikologi Kepribadian | 25
seseorang menunjukkan tindakan akibat kemauan yang teguh dan kukuh maka ia
dinamakan seseorang yang berwatak atau sebaliknya.25
Menurut Sumadi (1985) dikutip dari Sunaryo (2004), watak adalah keseluruhan atau
totalitas kemungkinan-kemungkinan bereaksi secara emosional dan volisional seseorang
yang terbentuk selama hidupnya oleh unsur-unsur dari dalam (dasar, keturunan, dan
faktor-faktor endogen) dan unsur-unsur dari luar (pendidikan dan pengalaman, serta
faktor-faktor eksogen). Secara arti normatif kata watak dipergunakan apabila orang
bermaksud mengenakan norma-norma kepada orang yang sedang dibicarakan. Misalnya
ungkapan “Ia orang yang pandai, tetapi sayang tidak berwatak dan Ia orang yang terdidik,
tetapi tak punya watak”. Orang berwatak apabila sikap, tingkah laku, dan perbuatannya
dipandang dari segi norma-norma sosial adalah baik dan sebaliknya.
Secara arti deskriptif watak menurut Allport (1937) bahwa “Character is personality
evaluated, and personality is character devaluated”. Menurutnya kepribadian dan watak
adalah satu dan sama, tetapi dipandang dari segi yang berlainan. Apabila orang akan
mengenakan norma-norma, yang berarti mengadakan penilaian lebih tepat dipergunakan
istilah “watak”. Apabila tidak mengadakan penilaian sehingga menggambarkan apa
adanya, dipakai istilah “kepribadian”. 2) Temperament (Tabiat) adalah kepribadian yang
lebih bergantung pada keadaan badaniah, atau kepribadian yang berkaitan erat dengan
determinan biologis atau fisiologis. Secara singkat dapat dikatakan bahwa tabiat adalah
konstitusi kejiwaan.
Temperament memiliki aspek yang meliputi: Motalitas (kegestian atau kelincahan)
ditentukan oleh otot, tulang dan saraf perifer. Contoh: Orang bekerja dan bereaksi dengan
lincah dan gesit. Vitalitas (daya hidup) lebih ditentukan keadaan hormonal dan saraf
otonom. Contoh: Orang dengan vitalitas tinggi: baru bangun pagi sudah penuh gairah
hidup dan memiliki berbagai rencana. Orang yang mudah bosan, kurang kreativ, dan
kurang inovatif. Emosionalitas (daya rasa) lebih ditentukan keadaan neurohormonial dan
saraf pusat. Contoh: Bila ada sesuatu yang menakutkan, ada orang yang bereaksi segera
dan spontan secara emosional. 3) Traits (Sifat) ini berfungsi untuk menguntegrasikan
kebiasaan, sikap dan ketrampilan kepada pola-pola pikir, merasa dan bertindak. Traits
dapat diartikan sebagai aspek atau dimensi kepribadian yang terkait dengan karakteristik
respon atau reaksi seseorang yang relatif konsisten (ajeg) dalam rangka menyesuaikan
dirinya secara khas. Diartikan juga kecenderungan yang dipelajari untuk mereksi

25
Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang: UMM, 2005), hlm. 24.

Psikologi Kepribadian | 26
rangsangan dari lingkungan. Deskripsi di atas menggambarkan bahwa traits merupakan
kecenderungan-kecenderungan yang dipelajari untuk mengevaluasi situasi dan mereaksi
situasi dengan cara-cara tertentu.
Setiap traits mempunyai tiga karakteristik (a) uniquencess, kekhasan dalam
berperilaku), (b) likeableness, traits itu ada yang disenagi dan ada yang tidak disenangi,
sebab traits itu berkontribusi kepada keharmonisan atau ketidak harmonisan, kepuasan
atau ketidak kepuasan orang orang yang mempunyai traits tersebut.26 traits yang disengai
seperti jujur, murah hati dan bertanggung jawab. Sementara yang tidak disenagi seperti
egois, tidak sopan dan kejam/bengis. Sikap sesorang terhadap traits ini merupakan hasil
belajar dari lingkungan sosialnya; dan (c) consistency, artinya seseorang itu diharap dapat
berperilaku atau bertindak secara ajeg.
4) konsep yang keempat dari kepribadian adalah tipe. Perbedaan antara sifat dan tipe
menurut Allport adalah: Individu dapat memiliki sesuatu sifat, tetapi tidak dapat memiliki
suatu tipe, tipe adalah konstruksi ideal si pengamat dengan mengabaikan sifat-sifat khas
individualnya, tipe menunjukkan perbedaan buatan, sedangkan sifat refleksi sebenarnya
dari individu. 5) Sementara yang terakhir adalan Habit (Kebiasaan). Kebiasaan adalah
bentuk tingkah laku yang tetap dari usaha menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang
mengandung unsur afektif perasaan.

D. Upaya Mempelajari Kepribadian


Upaya-upaya untuk memahami perilaku atau menyingkap kepribadianmanusia sudah
lama dilakukan, dimulai dengan cara yang paling sederhana, yaitu pendekatan non-
ilmiah, sampai dengan metode modern atau pendekatan ilmiah. Dari cara yang sangat
sederhana lahirlah pengetahuanyang bersifat spekulatif, dalam arti kebenarannyatidak
dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.27 Ada beberapa pengetahuan yang
menjelaskan kepribadian secara spekulatif. Pengetahuan seperti ini disebut juga ilmu
semua (pseudo science). Beberapa ilmu semua adalah sebagai berikut: Chirologi, yaitu
pengetahuan yang berusaha mempelajari kepribadian manusia berdasarkan gurat-gurat
tangan. Astrologi, yaitu pengetahuan yang berusaha menjelaskan kepribadian atas dasar
dominasi benda-benda angkasa terhadap apa yang sedang terjadi di alam, termasuk waktu
kelahiran seseorang. Ada juga Grafologi, yaitu pengetahuan yang berusaha menjelaskan
kepribadian atas dasar tulisan tangan. Phisiolognomi, yaitu pengetahuan yang berusaha
26
Syamsu Yusuf, Teori ..., hlm. 10.
27
Alwisol, Psikologi..., hlm. 49.

Psikologi Kepribadian | 27
menjelaskan kepribadian atas dasar keadaan wajah. Phrenologi, yaitu pengetahuan yang
berusaha menjelaskan kepribadian berdasarkan keadaan tengkorak. Onychology, yaitu
pengetahuan yang berusaha menjelaskan kepribadian atas dasar keadaan kuku.28
Cara mempelajari kepribadian yang dipandang lebih maju menghasilkan bermacam-
macam tipologi. Adapun usaha mempelajari kepribadian dengan pendekatan ilmiah
menghasilkan bermacam-macam teori kepribadian.29 Sebagai mana dijelaskan
sebelumnya bahwa teori merupakan salah satu unsur penting dari setiap pengetahuan
ilmiah atau ilmu, termasuk psikologi kepribadian. Tanpa teori kepribadian, usaha untuk
memahami perilaku dan kepribadian manusia pasti sulit untuk di laksanakan. Kemudian
apakah yang dimaksud dengan teori kepribadian? Menurut Hall dan Lindzey, teori
kepribadian adalah sekumpulan anggapan atau konsep-konsep yang satu sama lain
berkaitan mengenai tingkah laku manusia.30

E. Analisis Studi Kasus


Berkaitan dengan makalah kami, disini kami mengangkat dua kasus sebagai aplikasi
dari pembahasan yang sudah ada. Kepribadian seseorang dengan orang lain selalu
mempunyai perbedaan, walaupun mereka memiliki kesamaan dalam hal fisik. Seperti
yang kami analisis dari dua orang remaja yang terlahir sebagai kembar identik dari satu
ayah dan ibu. Walaupun susah untuk dapat membedakan diantara keduanya namun pada
dasarnya mereka terbentuk dari konsep-konsep kepribadian yang berbeda. Selama hampir
satu tahun saya hidup bersama mereka, sudah dapat tertangkan perbedaan tersebut.
Kakaknya bernama salma sedang adiknya bernama salwa. Memang benar mereka berasal
dari satu gen dan tidak harus keduanya mempunyai kepribadian yang sama. Salma lebih
cenderung dewasa, sementara adiknya lebih kepada anak manja. Mungkin karena adanya
kebiasaan yang menjadikan hal tersebut terbentuk, dimana kakak sebagai pelindung bagi
adek. Kakaknya lebih suka bersosialisasi, penuh semangat, peka terhadap keadaan namun
kurang percaya diri. Berbeda dengan sang adik rasa sosialnya kurang, malas, tidak peka
terhadap lingkungan dengan percaya diri yang tinggi.
Usut punya usut, kepribadian salma terturun dari sang ibu sementara sang adik
terturun dari ayah. Dapat diambil kesimpulan, bahwa kepribadian tersebut dapat terbentuk
dominasi gen atau cairan tubuh yang ada pada diri masing-masing, dapat juga dari

28
Suryabrata, Psikologi ..., hlm. 7-8.
29
Ibid, hlm. 11.
30
Koeswara, Teori-teori Kepribadian, (Bandung: Eresco, 2001), hlm. 5.

Psikologi Kepribadian | 28
kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk dapat mengetahui kepribadian keduanya,
tidak bisa hanya dilakukan melalui fisik namun harus mengikuti perkembangannya setiap
hari. Otomatis kita harus bersama mereka untuk dapat mengetahui kepribadian mereka
yang valid. Karena keika kita mempelajari kepribadian seseorang melalui fisik misalnya
dengan membaca keadaan wajah seseorang maka yang kepribadian yang kita dapatkan
hanya bersifat sementara. Seperti yang kami paparkan di atas tentang kembar identik
yang mempunyai bentuk wajah sama namun tidak lantas menyimpulkan keduanya
mempunyai kepribadian yang sama.
Contoh kali ini adalah seorang wanita yang menurut saya mempunyai kepribadian
yang berbeda dengan kebanyakan orang. Upaya mempelajari kepribadian tersebut dapat
dilakukan melalui interaksi, seperti halnya saya dengan wanita tersebut. Interaksi yang
terjalin memungkin saya mengambil kesimpulan bahwa dia merupakan seseorang yang
tidak nyaman membangun hubungan dengan orang lain atau mereka lebih suka
menyendiri. Bahkan dia menganggap hubungan orang lain hanya memberikan pengaruh
buruk baginya, jadi selama saya bertaman dengan dia memang tidak begitu suka
mengobrol dengan saya kecuali ketika ada hal yang penting. Bahkan dia serinmg bercira
sendiri dengan tidak jelas, lebih suka mendengar musik sehingga menutup kemungkinan
interaksi antar teman. Padahal saat ini dia berusia 20 tahun, jika dalam psikologi
kepribadian pada usia tersebut manusia dapat berfikir lebih dewasa. Namun kenyataannya
kepribadian yang sejak dulu saat dia masih kecil masih tetap sama sampai pada usia
sekarang.
Dalam ilmu psikologi wanita tersebut terkena gangguan skizotipal yaitu, gangguan
kejiwaan yang dicirikan dengan kecemasan sosial, sikap paranoid, bahkan mempunyai
kepaercayaan terhadap sesuatu yang tidak masuk akal. Penyebabnya bisa dari dalam
maupun luar tubuhnya misalnya lingkungan dan keturunan. Penelusuran penulis, ternyata
ayah dan ibunya juga mempunyai kepribadian yang tak jauh berbeda dengannya. Tidak
suka berinteraksi dengan lingkungan sekitar, dengan tetangga saja jarak berinteraksi.
Kepribadian wanita tersebut bisa jadi keturunan dari orang tuanya. Dua kasus yang
berbeda tersebut dapat memberikan penjelasan bahwa kepribadian terbentuk dari berbagai
unsur seperti halnya dari bentuk badan atau jasmaniah, sifat yang di miliki, watak yang
tertanam kuat dan juga ada kebiasaan. Sehingga ketika ingin mengetahui secara valid
kepribadian seseorang harus mempelajari keseluruhan konsep dalam psikologi
kepribadian. Jika hanya salah satu dapat dipastikan upaya mengetahui kepribadian
tersebut bersifat sementara kebenarannya.
Psikologi Kepribadian | 29
F. Kesimpulan
Kata kepribadian dalam kehidupan sehari-hari di gunakan untuk menggambarkan: (1)
identitas diri, contoh: “Saya seorang yang terbuka” atau “Saya seorang pendiam”, (2)
kesan umum seseorang tentang diri anda atau orang lain, contoh “Dia agresif” atau “Dia
jujur”, dan fungsi-fungsi kepribadian sehat atau bermasalah, contoh: “Dia baik” atau “Dia
mendendam.”
Konsep-konsep yang berhubungan dengan kepribadian adalah: character (karakter),
temperament (temperamen), traits (sifat-sifat), type (attribute) dan habit (kebiasaan).
Konsep-konsep diatas merupakan aspek atau komponen kepribadian karena pembicaraan
mengenai kepribadian senantiasa mencakup apa saja yang ada di dalamnya, seperti
karakter, sifat-sifatdan seterusnya.
Interaksi antara berbagai aspek tersebut kemudian terwujud sebagai kepribadian.
Upaya-upaya untuk memahami perilaku atau menyingkap kepribadianmanusia sudah
lama dilakukan, dimulai dengan cara yang paling sederhana, yaitu pendekatan non-
ilmiah, sampai dengan metode modern atau pendekatan ilmiah. Dari cara yang sangat
sederhana lahirlah pengetahuan yang bersifat spekulatif, dalam arti kebenarannya tidak
dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

BAB IV: PENGERTIAN TIPOLOGI DAN MACAM-MACAM TIPOLOGI

A. Latar Belakang
Manusia memiliki kepribadian yang bermacam–macam. Setiap individu memiliki
kepribadian yang berbeda dengan individu lainnya. Para ahli beranggapan bahwa manusia
itu memiliki banyak variasi, tetapi untuk dapat memahami manusia yang bermacam –
macam tersebut, maka dibutuhkan teknik tertentu. Para ahli yang berpangkal pada
pendekatan tipologis beranggapan bahwa walaupun variasi kepribadian manusia itu
banyak, tetapi variasi tersebut memiliki komponen dasar yang hampir sama. Sehingga
dominasi komponen–komponen dasar tersebut dilakukan untuk menggolongkan manusia
ke dalam tipe–tipe tertentu. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat
uang biasa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.
Berbagai penelitian awal mengenai struktur kepribadian berkisar di seputar upaya
untuk mengidentifikasi dan menamai karakteristik permanen yang menjelaskan perilaku
individu.karakteristik yang umumnya melekat dalam diri seseorang adalah malu, agresif,
patuh, malas, ambisius, setia, dan takut. Karakteristik-karakteristik tersebut ditunjukkan
dalam berbagai situasi disebut sifat-sifat kepribadian. Kita dapat menilai seseorang dari
Psikologi Kepribadian | 30
karakteristiknya walaupun sifatnya hanya sementara. Dalam bab ini, penulis akan
membahas tentang pengertian tipologi dan macam-macamnya dalam dunia psikologi
kepribadian. Pembahasan lebih komprehensif akan diberikan pada pembahasan
selanjutnya.
B. Pengertian Tipologi
Tipologi berasal dari Tipo yang berarti pengelompokan dan Logos yang berati ilmu.
Jadi Tipologi adalah pengetahuan yang berusaha menggolongkan atau mengelompokkan
manusia menjadi tipe-tipe tertentu atas dasar faktor-faktor tertentu, misalnya karakteristik
fisik, psikis, pengaruh dominan, nilai-nilai budaya, dan seterusnya. Tipologi menurut
ilmu psikologi terdiri dari 2 komponen, yaitu: pertama, Sifat atau karakter yang dibentuk
oleh faktor lingkungan. Misalnya : malas, rajin, usil, tertutup, terbuka. Kedua, Watak atau
disebut juga tempramen dibentuk oleh faktor genetika. Misalnya kebanyakan orang yang
berasal dari luar pulau wataknya keras dan pemarah.31

C. Tipologi Manusia berdasarkan Konstitusi


Sejak manusia mengenal peradaban telah muncul pemikiran untuk mengelompokkan
manusia menjadi tipe-tipe tertentu. Hal ini bertujuan agar dapat memahami jiwa manusia.
Pikiran seperti itu ditandai munculnya pendapat Hipocrates (400 SM), bapak ilmu
kedokteran modern yang kemudian dianggap sebagai pelopor dalam psikologi konstitusi.
Pendapat tentang Tipologi manusia harus berkembang dari waktu ke waktu dan
memunculkan beberapa tokoh terkenal dalam psikologi kepribadian. Pendapat yang
mereka kemukakan didasarkan atas alasan logis dan jelas, bukan sekedar alasan filosofis
saja. Pendapat mereka didasarkan kepada hasil-hasil tinjauan terhadap faktor-faktor yang
menyebabkan terbentuknya kepribadian pada manusia, baik berupa faktor dalam
(indogen) maupun faktor luar (eksogen).

Faktor indogen merupakan faktor yang berasal dari dalam dirinya manusia yang
bersangkutan, seperti urat saraf,otak,kelenjar-kelenjar,jenis atau golongan darah dan
tekanannya, jumlah zat cair dalam tubuh, dan lain-lain. Sementara faktor ensogen
meliputi lingkungan yang ada disekitarnya.32 Beberapa macam tipologi manusia
berdasarkan konstitusi yaitu: Pertama, Tipologi manusia menurut Hipocrates-Galanus

31
Abdul Mujib, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006),
hlm.171.
32
Purwa Atmaja, Psikologi Kepribadian, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), hlm.101.

Psikologi Kepribadian | 31
yaitu Tipologi manusia ini lebih dikenal dengan sebutan Tipologi Hipocrates Galenus
karena merupakan mendapat kedua tokoh tersebut, yaitu Hipocrates dan Galenus.
Hipocrates (400 SM) merupakan seorang filsuf yang hidup pada zaman Yunani Kuno.
Sementara Galenus sebenarnya hanya meneruskan pendapat dari Hipocrates sehingga
pendapat kedua tokoh itu kemudian digabung menjadi Tipologi Hipocrates-Galenus.

Hipocrates berpendapat bahwa di dalam tubuh manusia terdapat empat zat cair
dengan sifat-sifatnya yang berlainan, yaitu darah bersifat panas,lendir bersifat dingin,
empedu hitam bersifat basah, dan empedu kuning bersifat kering. Hipocrates dalam
mengeluarkan pendapatnya itu terinspirasi pendapat filsuf sebelumnya yang bernama
Empedocles. Telah dikemukakan di depan bahwa Empedocles pernah berpendapat
bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini terbentuk dari empat zat, yaitu tanah, air,
api, dan udara. Sifat-sifat itu sebenarnya digunakan oleh Hipocrates untuk kepentingan
ketabiban yang dijalankannya. Berdasarkan catatan sejarah, selama berpuluh tahun
lamanya Tipologi manusia yang bersifat filosofi yang dikemukakan oleh Empedocles
tersebut berpengaruh sangat luas. Dalam perjalanannya kemudian, semakin lama unsur-
unsur filosofi yang terkandung didalamnya semakin dihilangkan dan tinggal cairan-
cairan dalam tubuh manusia yang masih diakui semasa Hipocrates. Menurut Hipocrates,
sifat atau watak individu merupakan perwujudan dari sifat unsur yang paling dominan
dalam dirinya. Dicontohkan oleh Hipocrates, seseorang memiliki unsur "darah" yang
paling dominan dibandingkan dengan unsur yang lain, orang tersebut mempunyai watak
cepat, periang atau gembira, dan tidak stabil.

Orang dengan kepribadian seperti ini oleh Hipocrates disebut bertipe sanguinis.
Individu yang bersifat mudah marah disebut bertipe korelis karena adanya unsur yang
paling dominan dalam dirinya berupa empedu kuning. Sementara yang disebut bertipe
melankolis jika mempunyai sifat-sifat pesimistis dan pemurung. Hal itu menurut
Hipocrates Mempunyai unsur Paling dominan dalam dirinya empedu hitam. Sementara
itu, individu yang mempunyai karakteristik lamban dan tidak mudah bergerak disebut
bertipe egmatis oleh adanya unsur lendir yang paling dominan dalam dirinya.33 Pada
perkembangan waktu-waktu selanjutnya, pendapat Hipocrates tersebut diikuti oleh
Galenus (150 M). Tokoh ini berpendapat bahwa kelenjar-kelenjar endocrine-glands
(kelenjar-kelenjar buntu) dalam tubuh manusia memengaruhi dan menentukan tingkah

33
Ibid.,hlm.102-103.

Psikologi Kepribadian | 32
laku seseorang bersifat konstan (tetap). Sifat permanen dari sifat tingkah laku seseorang
oleh Galenus kemudian dipandang sebagai watak atau tipe orang yang bersangkutan.
Sementara itu, Galenus yang disebut sebagai penerus pandangan Hipocrates
menggunakan dasar empat macam cairan yang terdapat di dalam tubuh manusia sebagai
dasar berpikir dalam menyusun Tipologi manusia.

Keempat macam cairan dimaksud seperti telah dikemukakan di atas, yaitu darah
(sangui),lympa (egma),empedu kuning (choleri), dan empedu hitam (melanchole).
Berdasarkan adanya empat cairan dalam tubuh manusia itu, selanjutnya Galenus
menggolongkan manusia menjadi empat tipe seperti halnya Hipocrates. Keempat
Tipologi manusia tersebut didasarkan atas empat macam cairan yang dikandung dalam
tubuh manusia, sebagai berikut: 1) Orang yang terlalu banyak darah (sangui) dalam
tubuhnya, orang tersebut dimasukkan ke dalam golongan orang yang bertipe sanguinis.
Sifat orang tersebut dinamakan sanguinis. Ciri-ciri orang bertipe sanguinisi yang tampak
dominan, yaitu ekspansi,lincah,selalu riang gembira, bersifat optimis,mudah
tersenyum,tidak mudah putus asa,dan lain-lain.

2) Orang yang terlalu banyak lympa (egma) dalam tubuhnya, orang tersebut
dimasukkan ke dalam golongan orang yang bertipe egmatisi. Sifat orang yang termasuk
dalam golongan ini dinamakan egmatis. Ciri-ciri yang bertipe ini yang tampak dominan,
yaitu berpembawaan tenang, plastis, dingin, sabar, tidak gampang terpengaruh oleh
orang lain, dan lain-lain. 3) Orang yang terlalu banyak empedu kuning (chole) dalam
tubuhnya, orang tersebut dimasukkan ke dalam golongan orang yang bertipe cholerisi.
Ciri-ciri orang yang masuk dalam tipe ini yang tampak dominan, yaitu lekas marah,
garang, mudah tersinggung, pendendam, serius, dan lain-lain. 4) Orang yang terlalu
banyak empedu hitam (melanchole) dalam tubuhnya, orang tersebut dimasukkan ke
dalam golongan orang yang bertipe melancholerisi. Sifat orang yang termasuk dalam
golongan ini dinamakan melancholis. Ciri-ciri orang yang termasuk dalam tipe ini, yaitu
kaku,muram,penakut,pesimis,dan lain-lain.34

Jika dicermati tampak pendapat Hipocrates dan Galenus mirip atau hampir sama satu
dengan yang lain. Oleh karena itu, dalam psikologi kepribadian kedua pendapat mereka
disatukan dan disebut Tipologi Hipocrates-Galenus. Pendapat kedua tokoh tersebut
membuka jalan para ahli untuk melakukan penyelidikan yang lebih mendalam tentang

34
Ibid., hlm.104.

Psikologi Kepribadian | 33
endocrine-tipe, yaitu tipe-tipe manusia berdasarkan kelenjar-kelenjar dalam tubuh
manusia. Hingga abad 20, penyelidikan tentang hubungan kelenjar-kelenjar buntu yang
ada dalam tubuh manusia terhadap struktur kepribadian manusia sehingga tampak
sebagai tipe manusia masih terus giat dilakukan oleh para ahli. Kelenjar-kelenjar buntu
(ductless glands) dalam prosesnya mempengaruhi hormon-hormon dan aliran darah
dalam tubuh manusia. Kadar kelenjar,produksi,dan lancar atau tidaknya peredaran
kelenjar-kelenjar tersebut dalam tubuh manusia secara langsung maupun tidak langsung
akan mempengaruhi struktur kepribadian manusia. Hal itu setidaknya telah dapat
dibuktikan oleh Canon seorang ahli di Amerika Serikat.

Selanjutnya, Canon dalam Su'adah dan Fauzik Lendriyono membuat klasifikasi tipe
manusia dengan didasarkan pada kelenjar dan fungsinya dalam tubuh.35 Kedua,
Tipologi manusia menurut Franz Joseph Gall yaitu Franz Joseph Gall pada abad ke-17
bersama-sama dengan ahli lain, yaitu Johann Friedrich Spuzheim mengembangkan
Phrenology. Kedua ahli tersebut mengklaim bahwa Phrenology merupakan satu-satunya
telah ilmiah mengenai pikiran manusia. Beberapa hal yang mendasari gagasan Gall
adalah otak merupakan organ untuk berfikir. Fungsi ini sampai sekarang masih tetap kita
yakini kebenarannya. Pikiran merupakan kumpulan berbagai unsur kemampuan/potensi
bawaan. Potensi yang berbeda-beda dalam otak menempati bagian-bagian tertentu. Hal
ini dapat terjadi karena otak bukan merupakan organ tunggal, melainkan kumpulan dari
organ-organ yang masing-masing dihuni oleh potensi/kemampuan tertentu. Ukuran
organ dalam otak menentukan kekuatan potensi yang menerimanya. Bentuk otak
ditentukan oleh perkembangan berbagai organ yang ada dalam otak tersebut. Tengkorak
terbentuk mengikuti bentuk otak sehingga dataran otak dapat dibaca sebagai indeks sikap
dan kecenderungan psikologi yang akurat.

Menurut Gall, terbentuknya kepribadian seseorang dapat ditelusuri dari


perkembangan tengkorak dengan segala isi yang ada di dalamnya, termasuk otak.ahli
tersebut menyakini dengan melakukan pengukuran terhadap permukaan dan mempelajari
keanehan bentuk tengkorak, orang akan dapat menemukan perkembangan bagian
tertentu dari otak. Dari studi ini dapat disimpulkan potensi,sikap,kecerdasan, karakter,
yang menonjol pada diri pemilik otak yang bersangkutan.36 Ketiga, Tipologi Manusia
menurut Sigaud yaitu lain halnya dengan Galenus, tokoh yang bernama Sigaud

35
Ibid., hlm.105.
36
Ibid., hlm.106.

Psikologi Kepribadian | 34
menyusun Tipologi manusia berdasarkan empat macam fungsi tubuh yang ada atau
dimiliki manusia, yaitu motorik,pernapasan,pencernaan, dan sususan saraf sentral.
Orang-orang yang ada di dunia ini oleh Sigaud dikelompokkan berdasarkan fungsi
fisiologis yang pling kuat (dominan). Menurut Sigaud, tipe-tipe manusia dikelompokkan
menjadi empat golongan,yaitu manusia bertipe muskuler, respiratoris, digesif, dab
serebral. Apabila orang mempunyai fungsi motorik yang paling kuat, orang tersebut
digolongkan dalam tipe muskuler.

Ciri-ciri yang tampak paling menonjol pada orang dengan tipe muskuler, yaitu
anggota badannya serba panjang, bersipir, dan serba bersudut. Apabila yang mempunyai
fungsi pernapasan yang paling kuat, orang tersebut digolongkan dalam tipe respiratoris.
Ciri-ciri yang tampak paling menonjol pada orang dengan tipe respiratoris, yaitu bentuk
dadanya membusung, wajahnya lebar. Apabila yang mempunyai fungsi pencernaan yang
paling kuat, orang tersebut digolongkan dalam tipe digestif. Ciri-ciri yang tampak paling
menonjol pada orang dengan tipe digestif, yaitu perutnya besar dan pinggangnya lebar.
Apabila orang mempunyai fungsi susunan saraf sentral yang paling kuat, orang tersebut
digolongkan dalam tipe serebral. ciri-ciri yang tampak paling menonjol pada orang
dengan tipe serebral, yaitu tulang tengkorak bagian atas besar sekali dan tubuhnya
langsing.

Setelah mengkritisi pandangan yang dikemukakan oleh Sigaud tentang Tipologi


manusia, selanjutnya kita dapat menyusun pengelompokan orang-orang yang ada di
sekitar kita. Pengelompokan dengan didasarkan pada ciri-ciri paling dominan yang
dimiliki oleh orang yang bersangkutan. Misalnya, kita mencoba mencari ciri-ciri yang
paling dominan menurut Sigaud kita akan segera mengetahui tipe diri kita.37 Keempat,
Tipologi Manusia menurut Kretschmer yaitu Kretschmer menyusun Tipologi manusia
berdasarkan pada konstitusi fisis dan konstitusi psikis. Berdasarkan pada konstitusi fisis,
tipe manusia dibedakan lagi menjadi empat tipe. Sementara berdasarkan pada konstitusi
psikis manusia dibedakan menjadi dua tipe. Sementara berdasarkan konstitusi psikis
manusia dibedakan menjadi dua tipe. hebatnya,Kretschmer bisa menunjukkan hubungan
antar dua macam Tipologi manusia tersebut sehingga pendapatnya sangat menarik para
ahli lain dan mendapatkan sambutan yang hangat sampai sekarang.

37
Ibid.,hlm.107-108.

Psikologi Kepribadian | 35
Empat tipe manusia menurut Kretschmer yang didasarkan pada konstitusi jasmani,
sebagai berikut: a. Manusia tipe piknis atau pyknoid dengan ciri-ciri bentuk badan
(perawakan), yaitu perawakan gemuk, serba bulat, serba pendek, perut gendut,wajah
bundar, badan berlemak, dada berisi,memiliki sifat humor tinggi,gembira,optimis,dan
lain-lain, b. Manusia tipe asthenis dengan ciri-ciri bentuk badan, yaitu badan kurus
(tipis),kepala kecil,dada rata,wajah sempit,anggota badan serba panjang, langsing,
biasanya wataknya pemurung, kaku dalam pergaulan,mudah tersinggung dan lain-lain, c.
Manusia tipe atletis dengan ciri-ciri bentuk badan merupakan campuran antara ciri badan
tipe piknis dan asthenis. Bentuk tubuh atlet, mempunyai sifat realistis, mempunyai watak
ingin berkuasa, ekstrovert,supel dalam pergaulan, d. Manusia tipe desplatis atau
hypoplastic ialah orang dengan ciri-ciri bentuk badan besar dan tinggi sekali atau kecil
atau kecil dan pendek sekali. tipe manusia seperti ini selamanya mempunyai perasaan
inferioritas.

Sementara itu dua tipe manusia yang didasarkan pada konstitusi psikis menurut
Kretschmer, yaitu manusia tipe schizothym dan cyclothym. ciri-ciri atau sifat-sifat kedua
tipe manusia menurut Kretschmer tersebut, sebagai berikut: a. Manusia tipe schizothym
sifat-sifat yang tampak menonjol atau dominan, yaitu egoistik, tidak banyak kawan,
sukar bergaul, dan lain-lain, b. Manusia tipe cyclothym dengan sifat-sifat yang tampak
menonjol atau dominan berlawanan dengan tipe schizothym, yaitu banyak teman dan
mudah bergaul.38 Menurut Kretschmer hubungan pasti kedua macam tipologi yang telah
disusunnya itu terjadi antara jasmani dan rohani. Menurut tokoh tersebut, manusia
merupakan makhluk monodualis psikhosis yang pada dasarnya merupakan hakikat
kehidupan dari manusia. Pendapat Kretschmer tersebut sebetulnya amat ditunjang oleh
latar belakang keahliannya sebagai seorang dokter jiwa. Ia telah mendapatkan
pengalaman-pengalaman berharga selama bekerja. Ia dapat menyimpulkan bahwa antara
bentuk tubuh dengan sifat-sifat temperamen terdapat hubungan yang begitu erat.

Menurut Kretschmer untuk hubungan yang terjadi antara kedua tipe manusia tersebut
hanya berlaku bagi orang yang telah berumur empat puluh tahun. Sebab, golongan orang
demikian tidak banyak lagi mengalami pertumbuhan badan. Tipologi tersebut hanya
berlaku bagi laki-laki dan tidak berlaku untuk perempuan. Tipologi manusia yang
disusun oleh Kretschmer tersebut kemudian dialihkan kepada perihal perkembangan

38
Ibid., hlm.109.

Psikologi Kepribadian | 36
badan oleh Klaus Conrad. Selanjutnya, oleh Klaus Conrad perkembangan seperti yang
dikemukakan oleh Kretschmer dinamakan perkembangan konservatif. Untuk orang yang
disebut tipe leptosoom, perkembangan badan yang tampak menonjol, yaitu kuat.
Kebalikannya dengan hal itu adalah perkembangan tubuh manusia menuju ke bentuknya
dewasa akan berlangsung lambat dan dinamakan perkembangan progresif.39

D. Tipologi Temperamen
Aspek kedua yang merupakan dasar penyusunan tipologi psikologi kepribadian
adalah tipologi temperamen, hal ini juga sering dinyatakan sebagai konstitusi psikis,
artinya sifat-sifat dasar tertentu dari kelakuan, prinsip-prinsip elementer yang dapat
ditemui kembali dalam semua perbuatan kita dan mentipe kelangsungan jalannya
kelakuan kita tersebut. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa perumusan tipologi
temperamen merupakan aspek kejiwaan dari pada kepribadian, yang kemudian
temperamen dipengaruhi oleh konstitusi jasmaniah. Sehingga temperamen tersebut
berasal dari apa yang dibawa sejak lahir dan karenanya sukar untuk dirubah oleh
pengaruh dari luar.40 Dalam hal ini secara singkat pula akan diuraikan bahasan tentang
tipologi temperamen menurut beberapa tokoh yang ada, dengan penjelasan sebagai
berikut.
Tipologi-tipologi berdasarkan sifat kejiwaan semata yaitu Pertama, Tipologi Plato
Dalam bahasan ini Plato membedakan adanya tiga fungsi atau bagian jiwa, yaitu: Pikiran
(logos), yang berkedudukan di kepala, Kemauan (thumos) yang berkedudukan di dada,
Hasrat (epithumid) yang berkedudukan diperut. Kemudian Plato menjelaskan sumber dari
pada ketiga fungsi jiwa tersebut di atas yang mengacu pada kebajikan, di antaranya
adalah: Pikiran (logos), yang bersumber atas kebijaksanaan, Kemauan (thumos) yang
bersumber atas keberanian, Hasrat (epithumid) yang bersumber atas penguasaan diri.41
Kedua, Mazhab Perancis yaitu Sebagaimana dalam cabang-cabang ilmu pengetahuan
yang lain, ahli-ahli Perancis tampil di depan dengan madzhabnya, demikian pula dalam
lapangan yang dibicarakan sekarang ini dapat disaksikan adanya madzhab Perancis.
Dengan dirintis oleh Fourier, sederetan ahli-ahli seperti Bourdt (1858), Azam (1887),
Peres (1892) Ribot (1892) Queyrat (1896), Malapert (1902) dan lain-lain.

39
Ibid., hlm.110.
40
Sumadi Suryabrata, Psikologi ..., hlm. 10-11
41
Ibid., hlm.52.

Psikologi Kepribadian | 37
Kalau Characterologie di Jerman mula-mula menjadi monopolinya ahli-ahli filsafat
serta ahli-ahli ilmu pendidikan dan baru kemudian dibicarakan juga ahli-ahli psikiatri,
maka Perancis hal tersebut mula-mula dibahas oleh ahli filsafat sosial, lewat ahli-ahli
psikiatri, kemudian dilanjutkan ahli-ahli psikologi. Di antaranya adalah teori Queyrat dan
teori Malapert.42 Dengan uraian sebagai berikut: a. Tipologi Queyrat Queyrat (1896)
menyusun tipologi atas dasar dominasi daya-daya jiwa, yaitu daya kognitif, daya afektif
dan daya konatif. Berdasarkan atas daya-daya tersebut, mana yang lebih dominan, maka
dikemukakan tipe-tipe sebagai berikut : 1) Salah satu daya yang dominan, yaitu : Tipe
meditatif, atau intelektual di mana daya kognitif dominan, Tipe emosional, di mana daya
afektif dominan, Tipe aktif, di mana daya konatif dominan. 2) Dua daya yang dominan
yaitu : Tipe meditatif-emosional atau sentimental, dimana daya kognitif dan daya afektif
dominan, Tipe aktif-emosional atau orang garang, dimana daya konatif dan daya afektif
dominan, Tipe aktif-meditatif atau orang kemauan, dimana daya konatif dan daya kognitif
dominan. 3) Ketiga daya dalam proporsi yang seimbang, yaitu: Tipe Seimbang, Tipe
Amoroph, Tipe Apathis. 4) Ketiga daya itu ada atau berfungsi secara tak teratur yaitu:
Tipe tak stabil, Tipe tak teguh hati, Tipe Kontradiktoris. 5) Ada tiga macam tipe yang
tidak sehat yaitu: tipe hypochondris, tipe melancholis, tipe histeris.
Kesembilan tipe yang pertama adalah tipe-tipe orang sehat, berikutnya tipe orang-
orang yang dalam keadaan antara sehat dan tidak sehat, sedangkan tiga tipe terakhir
adalah tipe-tipe orang yang menderita sakit sebagai berikut : a. Tipologi Malapert
Malapert (1902) termasuk dari golongan Perancis juga menggolong-golongkan manusia
atas dasar dominasi daya-daya jiwa atau aspek-aspek kejiwaan tertentu. Pendapat
Malapert itu dapat diikhtisarkan sebagai berikut : 1) Tipe intelektual, yang terdiri atas :
golongan analitis dan golongan reklektif, 2) Tipe afektif, yang terdiri atas, golongan
emosional, golongan bernafsu, 3) Tipe volunter, yang terdiri atas : golongan tanpa
kemauan dan golongan yang besar kemauan. 4) Tipe aktif, yang terdiri atas, golongan tak
aktif dan golongan aktif.

E. Tipologi Kant & Neo-Kantinisme


Biasanya orang mengenal Imanuel Kant serta pengikut-pengikutnya yaitu tokoh-tokoh
Kantianisme dan Neo-Kasntianisme : dalam lapangan filsafat. Namun seperti telah
dikemukakan, Characterologie di Jerman mula-mula menjadi monopolinya ahli-ahli

42
Ibid., hlm.53-54.

Psikologi Kepribadian | 38
filsafat serta ahli-ahli ilmu pendidikan dan baru kemudian dibicarakan juga ahli-ahli
psikologi. Demikianlah Kant beserta pengikut-pengikutnya banyak juga berbicara tentang
kepribadian.43 Yaitu dengan uraian sebagai berikut : a. Tipologi Kant yaitu Teori
Immanuel Kant (1724-1804) tentang kepribadian manusia sebagian terdapat dalam kritik
der praktischen Vernunft (1788), tetapi terutama terdapat dalam Anthropologie (1799).
Maka Kant mencakup kedua arti pengertian watak (character), yaitu : watak dalam arti
etis atau normatif, yang terutama dikupasnya dalam kritik der praktischen Vernunft,
watak sebagai kualitas-kualitas yang membedakan orang yang satu dari yang lain secara
khas (watak dalam arti deskritif atau kepribadian), yang terutama di kupasnya dalam
Anthropologie. Di samping yang dua hal itu Kant mengemukakan kualitas yang ketiga,
yaitu temperamen. Temperamen dianggapnya sebagai corak kepekaan atau sinneart,
sedangkan karakter dipandangnya sebagai corak pikiran atau denkungsart.
Selanjutnya temperamen dianggapnya mengandung dua aspek, yaitu: Aspek
fisiologis, yaitu konstitusi tubuh, kompleks atau susunan cairan-cairan jasmaniah, Aspek
Psikologis, yaitu kecenderungan-kecenderungan kejiwaan yang disebabkan oleh
komposisi darah, b. Tipoligi Neo-Kantianisme, Salah seorang neo-Kantianis yang
terkenal adalah Ensellhans. Karyanya dalam lapangan psikologi kepribadian adalah
characterbildung (1908). Berbeda dari Kant, dia membatasi tempramen pada segi
perasaan saja, sebab dia berpendapat memang hanya itulah yang ada, apa yang disebut
Kant tempramen kegiatan itu menurut dia pada hakikatnya adalah konstitusi afektif yang
menentukan kegiatan dalam hubungan dengan kehidupan kemauan. Kepribadian
(character) orang nampak dari tindakan-tindakannya dan tindakan-tindakan itu selalu
tindakan kemauan. Adapun tempramen itu tergantung kepada dua hal pokok yaitu:
Kepekaan kehidupan efektif, yaitu mendalam dan tidaknya pengaruh perangsang, Bentuk
kejadian afektif, ini tergantung kepada dua hal sebagai berikut : Mobilitas perasaan,
Kekuatan perasaan.44

F. Tipologi J.Bahnsen
Julius Bahsen (1830-1881) dengan karyanya Beitrage zur Characterologie (1867)
yang terdiri dari dua jilid. Rumke (1951) menyebut Julius Bahsen sebagai orang yang
pertama dalam menggunakan istilah Characterologie.45 Bahsen berpendapat bahwa

43
Ibid., hlm.55.
44
Ibid., hlm.39.
45
Ibid., hlm.61.

Psikologi Kepribadian | 39
kepribadian ditentukan oleh tiga amacam kejiwaan, yaitu: pertama, Temperamen dan
kemauan dalam hal ini temperamen di tentukan oleh empat faktor, yaitu: Spontanitas
(spontaneity) yaitu Spontanitas nampak jika orang menentukan sikap atau bertindak,
terlepas dari pengaruh orang lain. Jadi sikap atau tindakan itu benar-benar berpangkal
pada jiwa sendiri. Sikap atau tindakan disebut spontan apabila diambil atau dilakukan
tanpa adanya paksaan dari luar (orang lain). Dalam congritnya variasi spontanitas ini
boleh dikata tak terhingga, akan tetapi secara teori dapat dilakukan dikhotomisasi,
sehingga ada dua macam spontanitas, yaitu lemah dan kuat. Reseptivitas (receptivity),
yang dimaksud dengan receptivity ialah cara bagaimana orang menerima kesan, apakah
cepat atau lambat, juga di sini secara teori terdapat dua macam reseptivitas, yaitu cepat
dan lambat. Impresionabilitas (impressionability), yang dimaksud dengan
Impresionabilitas ialah mendalam atau tidaknya pengaruh sesuatu keadaan terhadap jiwa.
Juga kualitas ini dalam congritnya tidak terhingga variasinya, akan tetapi secara teori
dapat dibedakan adanya dua macam Impresionabilitas, yaitu mendalam dan tidak
mendalam.
Reaktivitas, Adapun yang dimaksud dengan Reaktivitas ialah lama atau tidaknya
sesuatu kesan mempengaruhinya. Secara teori kualitas juga dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu lama dan tidak lama.46 Kedua, Posodynie ialah ketabahan manusia dalam
menghadapi kesukaran atau dalam menderita. Dalam hal ini ada dua macam, yaitu: 1).
Posodynie kuat, yang ternyata pada kesabaran serta keteguhan hati pada waktu menderita
atau menghadapi kesukaran, kepercayaan akan datangnya hari yang baik (eukologi) dan
sebagainya. 2). Posodynie kuat, yang ternyata pada kesabaran serta keteguhan hati pada
waktu menderita atau menghadapi kesukaran, kepercayaan akan datangnya hari yang baik
(eukologi) dan sebagainya. 3). Posodynie lemah, yang ternyata pada sifat lekas putus asa,
lekas berkeluh kesah, lekas kehilangan keprcayaan terhadap akan datangnya hari yang
lebih baik (dyskologi) dan sebagainya. Ketiga, Daya Susila ialah kecakapan manusia
untuk membedakan dan meyakini hal-hal yang baik dan yang buruk (dalam berbagai
bantuknya, seperti adil dan tidak adil, patut dan tidak patut, susila dan tidak susila dan
sebagainya), serta untuk mengatur tingkah lakunya sesuai dengan hal tersebut.
G. Tipologi Heymans
Hasil karya Heymans merupakan kemajuan satu langkah dalam lapangan tipologi atas
dasar temperamen. Dia tidak lagi seperti ahli-ahli yang lebih dahulu yang menyusun

46
Ibid., hlm.62.

Psikologi Kepribadian | 40
teorinya yang atas dasar pemikiran spekulatif, tetapi dia atas dasar data-data penyelidikan
empiris. Heymans berpendapat bahwa manusia itu sangat berlainan kepribadiannya, dan
tipe-tipe kepribadian itu bukan main banyak macamnya, boleh dikata tak terhingga.
Artinya tipe orang memiliki kualitas dalam taraf tertentu, dalam conretnya adanya
kualitas-kualitas tersebut tak terhingga variasinya, akan tetapi dalam adctractonya atau
secara teorinya dapat dilakukan dikhotomisasi, dan secara garis besarnya dapat
digolongkan menjadi tiga macam kualitas kejiwaan seseorang,47 yaitu : 1. Emosionalitas,
Yaitu mudah atau tidaknya perasaan orang terpengaruh oleh kesan-kesan. Pada dasarnya
semua orang memiliki kecakapan ini, yaitu kecakapan untuk menghayati sesuatu perasaan
karena pengaruh sesuatu kesan, tetapi kecakapan tersebut dapat berlain-lainan dalam
tingkatannya, dan dalam dikhotimi terdapat: Golongan yang emosional, artinya yang
emosionalitas tinggi, yang sifat-sifatnya antara lain impulsif, mudah marah, suka tertawa,
perhatian tidak mendalam, tidak praktis, tetap di dalam pendapatnya, ingin berkuasa,
dapat dipercaya dalam soal keuangan.

Golongan yang tidak emosional, yaitu golongan yang emosionalitasnya tumpul atau
rendah, yang sifat-sifatnya antara lain berhati dingin, berhati-hati dalam menentukan
pendapat, praktis, jujur dalam batas-batas hukum, pandai menahan nafsu birahi dan
memberi kebebasan kepada orang lain.482. Proses pengiring ( skunder), Yaitu banyak
setidaknya pengaruh kesan-kesan terhadap kesadaran setelah kesan-kesan itu sendiri tidak
lagi ada dalam kesadaran. Disini ada beberapa tingkatan, yang dalam dikhotomi ada dua
tingkat, yaitu:Golongan yang proses pengiringnya kuat (berfungsi skunder), yang sifat-
sifatnya antara lain tenang tak lekas putus asa, bijaksana (verstanding), suka
menolong,ingatan baik,dalam berfikir bebas,teliti,konsekuen,dalam politik moderat atau
konservatif. Golongan yang proses pengiringnya lemah (berfungsi primer), yang sifat-
sifatnya antara lain tidak tenang, lekas putus asa, ingatan kurang baik, tidak hemat, tidak
teliti, tidak konsekuen, suka membeo, dalam polotik radikal (egois).

Adapun yang dimaksud dengan aktifitas di sini ialah banyak sedikitnya orang
menyatakan diri, menjelmakan perasaan-perasaannya dan pikiran-pikirannya dalam
tindakan yang spontan. Dalam hal ini oleh Heymans digolongkan menjadi dua macam,
yaitu: Golongan yang aktif, yaitu golongan yang karena alasan lemah saja telah berbuat,
sifat-sifat golongan ini antara lain suka bergerak, sibuk, riang gembira, dengan kuat

47
Ibid., lm.70.
48
Ibid., hlm.71-72.

Psikologi Kepribadian | 41
menentang penghalang, mudah mengerti, praktis loba akan uang, pandangan luas dan
setelah bertengkar lekas mau berdamai. Golongan yang tidak aktif, yaitu golongan yang
walaupun ada alasan-alasan yang kuat belum juga mau bertindak, sifat-sifat golongan ini
antara lain lekas mengalah, lekas putus asa, segala soal dipandang berat, perhatian tak
mendalam, tidak praktis, suka membeo, nafsu birahi kerap kali menggelora, boros, dan
segan membuka hati.49

H. Aplikasi Topilogi Pada Anak Usia 18 Tahun

Di pondok An-Nasuchiyyah, di Ngembal Rejo, Bae, Kudus. Kami mengamati salah


satu santri yang bernama Nila Zulva Khadijah yang bersekolah di IAIN kudus, dan
berumur 18 tahun pada hari ahad, 20 juni 2018 pukul 13.00. kelompok kami mengamati
kasus dalam diri seseorang tentang sifat yang ada pada dirinya, dan sifat tersebut berasala
dari apa yang dibawa sejak lahir dan sukar untuk dirubah oleh pengaruh dari luar, dan
mengamatan terhadap sifat tersebut masuk dalam salah satu tipologi yaitu Tipologi
Temperamen.

Anak tersebut ketika diamati memiliki sifat perasaan yang selalu penuh harapan,
terlalu santai dalam melakukan sesuatu, dia sering melakukan perjanjian tetapi jarang
ditepati, senang menolong orang lain, peramah, dia selalu menyapa orang lain yang ada
disekitarnya, selalu tampak ceria dan sangat menikmati hidup, dia sangat suka berbicara
atau cerewet, tetapi dia mudah bergaul dengan orang lain, tidak gampang putus asa,
mudah mema’afkan ketika ada oarng lain yang salah, memiliki suara yang keras, dan
egois. Sifat yang paling menonjol atau yang menunjukkan dia termasuk tipologi
temperamen yaitu dia paling tidak bisa tepat waktu dalam melakukan sesuatu, egois,
kalau berbicara sangat keras, dan cerewet. Begitulah sifat seorang yang bernama nila
zulva khadijah yang kami amati dalam kehidupanya sehari-hari.

I. Kesimpulan

Tipologi berasal dari Tipo yang berarti pengelompokan dan Logos yang berarti ilmu.
Jadi tipologi adalah pengetahuan yang berusaha menggolongkan atau mengelompokkan
manusia menjadi tipe-tipe tertentu atas dasar faktor-faktor tertentu, misalnya karakteristik
fisik, psikis, pengaruh dominan, nilai-nilai budaya, dan seterusnya.

49
Ibid., hlm.72-73.

Psikologi Kepribadian | 42
Pendapat mereka didasarkan kepada hasil-hasil tinjauan terhadap faktor-faktor yang
menyebabkan terbentuknya kepribadian pada manusia, baik berupa faktor dalam
(indogen) maupun faktor luar (eksogen).

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa perumusan tipologi temperamen merupakan


aspek kejiwaan dari pada kepribadian, yang kemudian temperamen dipengaruhi oleh
konstitusi jasmaniah.

Tipologi Kant yaitu Teori Immanuel Kant (1724-1804) tentang kepribadian manusia
sebagian terdapat dalam kritik der praktischen Vernunft (1788), tetapi terutama terdapat
dalam Anthropologie (1799). Maka Kant mencakup kedua arti pengertian watak
(character), yaitu : watak dalam arti etis atau normatif, yang terutama dikupasnya dalam
kritik der praktischen Vernunft, watak sebagai kualitas-kualitas yang membedakan orang
yang satu dari yang lain secara khas (watak dalam arti deskritif atau kepribadian), yang
terutama di kupasnya dalam Anthropologie. Di samping yang dua hal itu Kant
mengemukakan kualitas yang ketiga, yaitu temperamen.

Bahsen berpendapat bahwa kepribadian ditentukan oleh tiga amacam kejiwaan, yaitu:
pertama, Temperamen dan kemauan dalam hal ini temperamen di tentukan oleh empat
faktor, yaitu: Spontanitas (spontaneity) yaitu Spontanitas nampak jika orang menentukan
sikap atau bertindak, terlepas dari pengaruh orang lain.

Heymans berpendapat bahwa manusia itu sangat berlainan kepribadiannya, dan tipe-
tipe kepribadian itu bukan main banyak macamnya, boleh dikata tak terhingga.

BAB V: TEORI KEPRIBADIAN

A. Latar Belakang
Kepribadian atau ( personality ) merupakan salah satu kajian psikologi yang lahir
berdasarkan pemikiran , kajian atau temuan –temuan (hasil praktik penanganan kasus)
para ahli. Objek kajian kepribadian adalah “ human behaviour” , perilaku manusia, yang
pembahasannya terkait dengan apa, mengapa, bagaimana perilaku tersebut. Hasil
pemikiran dan temuan para ahli ternyata beragam, sehingga melahirkan teori-teori yang
beragam pula. Adanya keragamaan tersebut sangat dipengaruhi oleh aspek personal
(refleksi pribadi), kehidupan beragama, lingkungan sosial, budaya dan filsafat yang
Psikologi Kepribadian | 43
dianut teori tersebut. Kepribadian merupakan kombinasi dari pikiran, emosi, dan perilaku
yang membuat seseorang unik berbeda satu sama lain dan juga bagaimana seseorang
melihat diri sendiri. Karakter kepribadian secara mencolok membedakan diri seorang
dengan diri orang lain. Sedangkan gangguan kepribadian merupakan istilah umum untuk
satu jenis penyakit dimana cara berfikir memahami situasi dan berhubungan dengan
orang lain tidak berfungsi dalam beberapa kasus kemungkinan penderita tidak menyadari
bahwa mereka memiliki gangguan kepribadian.
Di era sekarang ini, seseorang yang berkarir tidak hanya dituntut mempunyai
kemampuan ilmu dan wawasan yang luas saja, tidak harus bekerja secara profesional
tetapi juga harus mempunyai sikap dan kepribadian yang menarik dan profesional.
Mempunyai sikap dan kepribadian yang profesional merupakan faktor yang paling
penting, karena ilmu dan wawasan yang anda kuasai tidak akan mempunyai nilai lebih
dimata orang lain apabila anda mempunyai sikap dan kepribadian tercela. Dalam teori-
teori kepribadian, kepribadian terdiri dari “traits”. Traits sendiri dijelaskan sebagai
konstruk teoritis yang menggambarkan unit atau dimensi dasar dari kepribadian. Traits
menggambarkan konsistensi respon individu dalam situasi yang berbeda-beda. Dimana
dalam hal tersebut kita dapat mengetahui tentang teori kepribadian yang menggambarkan
bahwa “traits” merupakan kecenderungan-kecenderungan yang dipelajari untuk
mengevaluasi situasidan mereaksi situasi dengan cara tertentu. Dalam bab ini, penulis
akan membahas tentang pengertian teori kepribadian dan fungsi teori kepribadian,
dimensi dan klasifikasi teori kepribadian, faktor-faktor yang mempengaruhi teori
kepribadian dan pola kepribadian menurut Elizabeth Hurlock. Pembahasan lebih
komprehensif akan diberikan pada pembahasan selanjutnya.

B. Pengertian Teori Kepribadian Dan Fungsi Teori Kepribadian


Teori juga dapat diartikan sebagai (a) Sekumpulan atau seperangkat asumsi (dugaan,
perkiraan, atau anggapan) yang relevan dan secara sistematis saling berkaitan (b)
hipotesis atau spekulasi tentang kenyataan (realitas) yang belum diketahui kebenarannya
secara pasti, sebelum diverifikasi melalui pengujian dalam kenyataan, dan (c) sekumpulan
tentang asumsi keterkaitan antara peristiwa-peristiwa empiris (fenomena). Adapun
kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris personality. Kata personality
sendiri berasal dari bahasa latin persona yang berarti topeng yang digunakan oleh para
aktor dalam suatu permainan atau pertunjukkan. Di sini para aktor menyembunyikan
kepribadiannya yang asli, dan menampilkan dirinya sesuai topeng yang digunakannya.
Psikologi Kepribadian | 44
Dalam sehari-hari kata kepribadian digunakan untuk menggambarkan: (1) identitas diri,
jati diri seseorang, seperti: “ Saya seseorang yang terbuka” atau Saya seseorang pendiam
(2) kesan umum seseorang tentang diri anda atau orang lain, seperti “ Dia Agresif” atau
“Dia jujur” dan (3) fungsi-fungsi kepribadian yang sehat atau bemasalah, seperti: “ Dia
baik atau Dia pendendam”.50
Untuk memperoleh pemahaman tentang kepribadian ini, berikut dikemukakan
beberapa pengertian dari para ahli: Pertama Hall & Lindzey mengemukakan bahwa
secara populer, kepribadian dapat diartikan sebagai: (1) keterampilan atau kecakapan
sosial (social skill), dan (2) kesan yang paling menonjol, dan ditunjukkan seseorang
terhadap orang lain (seperti seseorang yang dikesankan sebagai orang yang agresif atau
pendiam). Kedua Woodworth mengemukakan bahwa kepribadian merupakan “ kualitas
tingkah laku total Indivu”. Ketiga Dashiell mengartikannya sebagai “ gambaran total
tentang tingkah laku individu yang terorganisasi”. Ke’empat Derlega, Windstead & jones
(2005) mengartikannya sebagai “ Sistem yang relatif stabil mengenai karakteristik
individu yang besifat internal, yang berkonstribusi terhadap pikiran, perasaan, dan
tingkah laku yang konsisten”.
Alport mengemukakan lima tipe definisi kepribadian sebagai berikut: a). Rag-bag
(omnibus), yang merumuskan kepribadian dengan cara numerasi (menjumlhkan).
Contohnya definisi dari Morton Prince, yaitu “ kepribadian merupakan sebagian jumlah
disposisi (kecenderungan) biologis, impuls-impuls, dan instink – instink bawaan, dan
disposisi lain yang diperoleh melalui pengalaman”. b). Integratif dan Konfiguratif, yang
menekankan kepada organisasi ciri-ciri pribadi, seperti definisi dari Warren dan
Carmichaels “ kepribadian sebagai organisasi tentang pribadi manusia atau individu pada
setiap tahap perkembangan”. c).Hirarchis, seperti yang dikemukakan oleh William
James, yaitu kepribadian itu dinyatakan dalam empat pribadi (selves) : material self,
spiritual self, dan pure ego atau self of self. d). Adjustment, seperti dari definisi Kempfis,
yaitu sebagai “ integrasi dari sistem kebiasaan individu dalam menyesuaikan dirinya
dengan lingkungannya”. e). Distinctiveness (uniqueness), seperti yang dikemukakan oleh
Shoen, yaitu “ sistem disposisi dan kebiasaan yang membedakan antara individu yang
satu dengan yang lainnya dalam satu kelompok yang sama”.
Menurut Allport pengertian kepribadian yaitu “ personality is the dynamic
organization within the individual of those psychophysical sytems that determine his

50
Syamsu Yusuf, Psikologi..., hlm. 2-3.

Psikologi Kepribadian | 45
unique adjusment to his environment”. (Kepribadian merupakan organisasi yang dinamis
dalam diri individu tentang sistem psikofisik yang menentukan penyesuaiannya yang unik
51
terhadap lingkungannya. Pengertian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a).
Dynamic, merujuk pada perubahan kualitas perilaku (karakteristik) individu, dari waktu
ke waktu dari situasi ke situasi. b). Organization, yang menekankan pemolaan bagian –
bagian struktur kepribadian yang independen, yang masing-masing bagian tersebut
mempunyai hubungan khusus satu sama lainnya. Ini menunjukkan bahwa kepribadian itu
bukan kumpulan sifat-sifat, dalam arti satu sifat ditambah dengan yang lainnya,
melainkan keterkaitan antara sifat- sifat tersebut, yang satu sama lainnya saling
berhubungan atau berinterelasi.
Psychopysical Systems, yang terdiri atas kebiasaan, sikap, emosi, sentimen, motif,
keyakinan, yang kesemuanya merupakan aspek psikis, juga mempunyai dasar fisik dalam
diri individu secara keseluruhan. Sistem psikofisik ini meskipun mempunyai dasar atau
pondasi pembawaan, namun dalam perkembangannya lebih dipengaruhi oleh hasil
belajar, atau diperoleh melalui pengalaman, Determine, yang menunjukkan peranan
motivasional sistem psikofisik. Dalam diri individu, sistem ini mendasari kegiatan-
kegiatan yang khas, dan mempengaruhi bentuk-bentuknya. Sikap, keyakinan, kebiasaan,
atau elemen-elemen sistem psikofisik lainnya muncul melalui stimulus, baik dari
lingkungan, maupun dari dalam diri individu sendiri dan Unique, yang merujuk pada
keunikan atau keragaman tingkah laku individu sebagai ekspresi dari pola sistem
psikofisiknya. Dalam proses penyesuaian diri terhadap lingkungan, tidak ada reaksi atau
respon yang sama dari dua orang, meskipun kembar identik. Fungsi teori psikologi
kepribadian: Pertama,mengarahkan perhatian, atau arah penelitian, dalam arti membantu
penentuan fakta-fakta mana yang relevan bagi satu penelitian. Kedua, merangkum
pengetahuan dalam bentuk generalisasi, atau prinsip-prinsip sehingga dapat memfasilitasi
(mempermudah) pemahaman tentang fenomena yang kompleks, dan ketiga, memprediksi
atau meramalkan fakta, peristiwa yang akan datang dengan mempelajari kondisi atau
fenomena yang berkaitan.52

C. Dimensi-dimensi Teori Kepribadian


Setiap teori kepribadian diharapkan mampu memberikan jawaban atas pertanyaan
apa, bagaimana, mengapa tentang perilaku manusia. Untuk itu setiap teori kepribadian
51
Ibid., hlm. 3-4.
52
Ibid., hlm. 2.

Psikologi Kepribadian | 46
yang lengkap menurut Pervin dimensi – dimensi tersebut ialah: pembahasan tentang
stuktur, yaitu aspek-aspek kepribadian yang bersifat relatif, stabil, dan menetap, serta
yang merupakan unsur-unsur pembentuk sosok kepribadian, pembahasan tentang proses,
yaitu konsep-konsep tentang motivasi untuk menjelaskan dinamika tingkah laku atau
kepribadian, pembahasan tentang pertumbuhan dan perkembangan, yaitu aneka
perubahan pada struktur sejak masa bayi mencapai kemasakan, perubahan-perubahan
pada proses yang menyertainya, serta berbagai faktor yang menentukannya, pembahasan
tentang psikopatologi, yaitu hakikat gangguan kepribadian atau tingkah laku beserta asal
usul atau proses perkembangannya, pembahasan tentang perubahan tingkah laku, yaitu
konsepsi tentang bagaimana tingkah laku bisa dimodifikasi atau diubah.53

D. Klasifikasi Teori Kepribadian


Dewasa ini telah banyak teori-teori kepribadian untuk memudahkan mempelajari para
ahli telah mengklasifikasi teori-teori tersebut kedalam beberapa kelompok dengan
menggunakan acuan tertentu yaitu paradigma yang dipakai untuk mengembangkannya.
Berdasarkan paradigma yang digunakan dalam mengembangkannya, teori kepribadian
dibedakan menjadi empat paradigma tersebut adalah: 1) Paradigma Psikoanalisis: tradisi
klinis psikiatri 2) Paradigma traits : tradisi psikologi fungsionalisme dan psikologi
pengukuran 3) Paradigma kognitif : tradisi gestalt 4) Paradigma Behaviorisme : tradisi
kondisioning.54

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Teori Kepribadian


Meskipun kepribadian seseorang itu relatif konstan, namun kenyataan sering
ditemukan adanya perubahan kepribadian. Perubahan itu terjadi dipengaruhi oleh faktor
gangguan fisik dan lingkungan. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan
kepribadian diantaranya : 1) Faktor fisik, seperti: gangguan otak, kurang gizi (mal-
nutrisi), mengkonsumsi obat-obat terlarang (NAPZA atau NARKOBA), minuman keras,
dan gangguan organik (sakit atau kecelakaan). 2) Faktor Lingkungan sosial budaya,
seperti: krisis politik, ekonomi dan keamanan yang menyebabkan terjadinya masalah
pribadi (stres, depresi) dan masalah sosial (pengangguran, premanisme dan kriminalitas).

53
Supratiknya, Teori-teori Psikodinamika, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), hlm. 20.
54
Alwisol, Psikologi..., hlm. 18.

Psikologi Kepribadian | 47
3) Faktor diri sendiri, seperti: tekanan emosional (frustasi yang berkepanjangan), dan
identifikasi atau imitasi terhadap orang lain yang kepribadiannya menyimpang.55

F. Pola Kepribadian menurut Elizabeth Hurlock


Pola kepribadian merupakan suatu penyatuan struktur yang multi dimensi yang terdiri
atas “self- concept” sebagai inti atau pusat gravitasi kepribadian dan “traits” sebagai
struktur yang mengintregasikan kecenderungan pola-pola respon.
1. Self- Concept
Self Concept ini dapat diartikan sebagai (a) persepsi, keyakinan, perasaan, atau
sikap seseorang tentang dirinya. (b) kualitas pensifatan individu tentang dirinya dan
(c) suatu sistem pemaknaan individu dan pandangan orang lain tentang dirinya. Self –
Concept memiliki beberapa jenis yaitu: a) The basic self –concept Persepsi seseorang
tentang penampilan dirinya, kemampuan dan tidak kemampuannya, peranan dan
status dalam kehidupannya dan nilai –nilai keyakinan serta aspirasinya b) The
transitory self-concept Kondisinya sangat situasional, sangat dipengaruhi oleh suasana
perasaan, (emosi), atau pengalaman yang telah lalu. c) The social self –concept
Individu mempercayai orang lain yang mempersepsi dirinya , baik melalui perkataan
maupun tindakan atau disebut juga dengan “ mirror image”. d) The ideal self concept
Persepsi seseorang tentang apa yang diinginkan mengenai dirinya atau keyakinan
tentang apa yang seharusnya mengenai dirinya.

Faktor yang mempengaruhi Self- Concept

Harapan orang
tua
Hubungan dalam Kondisi fisik
keluarga

Self Concept Kematangan biologis


Masalah ekonomi
keluarga

Pengalaman Dampak media massa


ajaran agama Tuntutan sekolah
55
Ibid., hlm. 11.

Psikologi Kepribadian | 48
2. Traits (sifat atau karakteristik)
Traits dapat diartikan sebagai aspek atau dimensi kepribadian yang terkait dengan
karakteristik respon atau reaksi seseorang yang relatif konsisten (ajeg) dalam rangka
menyesuaikan dirinya secara khas. Diartikan juga sebagai kecenderungan yang
dipelajari untuk mereaksi rangsangan dari lingkungan. Traits berfungsi untuk
mengintregasikan kebiasaa, sikap dan keterampilan kepada pol-pola berfikir, merasa
dan bertindak. Sementara konsep diri berfungsi untuk mengintregasikan kapasitas-
kapasitas psikologis dan prakarsa-prakarsa kegiatan.56

G. Study Kasus
Pekerjaan sebagai petani ditekuni orang tua yang mayoritas tidak berpendidikan
tinggi namun sudah mendapat banyak informasi mengenai sikap melalui orang lain dan
media. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran sikap orang tua terhadap
pembentukan kepribadian anak di Desa Panunggalan Kecamatan Pulokulon Kabupaten
Grobogan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Teknik
pengumpulan data yaitu melalui wawancara, observasi, sedangkan alat pengumpulan data
yaitu panduan wawancara, kuisioner. Analisis data secara kualitatif. Hasil penelitian
mmperlihatkan sikap orang tua berpengaruh terhadap terbentuknya kepribadian anak.
Orang tua yang bersikap mendidik anak dengan penuh kasih sayang menghasilkan
kepribadian anak yang lebih bertanggung jawab, anak yang ramah, anak yang kreatif.
Sikap orang tua yang terlalu memanjakan anak dapat menghasilkan kepribadian anak
yang pemalas. Sikap orang tua yang memberikan hukuman fisik kepada anak dapat
menghasilkan kepribadian anak yang pemurung, anak yang penakut. Sikap orang tua
yang mengajarkan anak bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dapat menghasilkan
kepribadian anak yang mempunyai ketrampilan berbahasa yang baik. Terdapat berbagai
macam sikap orang tua terhadap anak, seperti:
1. mengekang dan tidak membiarkan anak memiliki ruang gerak sendiri, tidak
mengizinkan anak memiliki pendapat sendiri, minat berbeda atau melakukan sesuatu
yang berbeda. Akibatnya anak tumbuh menjadi orang yang bergantung pada orang

56
Ibid., hlm. 7-10.

Psikologi Kepribadian | 49
lain. Menjadi keras kepala dan sulit diatur. Gaya mendidik seperti ini diperlukan
lebih banyak pada usia dini dan hendaknya semakin demokratis ketika remaja dan
semakin dewasa
2. Sikap orang tua yang ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas kepada anak
untuk berperilaku sesuai dengan keinginan anak. Akibatnya anak menjadi tampak
kurang matang atau manja walaupun tampak responsif dalam belajar, mementingkan
diri sendiri, kurang percaya diri, mudah menyerah dalam menghadapi masalah dan
kesulitan bahkan tidak jarang perilaku menjadi agresif
3. Sikap yang terbuka antara orang tua dan anak. Orang tua membuat aturan yang
disepakati bersama. Akibatnya anak menjadi mandiri, tegas terhadap diri sendiri dan
memiliki kemampuan introspeksi serta pengendalian diri, mudah bekerjasama dengan
orang lain dan kooperatif terhadap aturan, lebih percaya diri akan kemampuannya
menyelesaikan tugas-tugas, memiliki ketrampilan sosial yang baik dan terampil
menyelesaikan permasalahan, kreatif, bermotivasi dan berprestasi.

H. Kesimpulan
Seperangkat kebenaran yang terdiri darisatu atau lebih variabel yang saling
berhubungan satu sama lain mengenai karakteristik individu yang bersifat internal, yang
berkontribusi terhadap pikiran,perasaan, dan tingkah laku yang konsisten. Fungsi teori
psikologi kepribadian yaitu mengarahkan perhatian, merangkum pengetahuan dalam
bentuk generalisasi, memprediksi atau meramalkan fakta peristiwa yang akan datang
dengan memepelajari kondisi atau fenomena yang berkaitan.
Setiap teori kepribadian yang lengkap menurut Pervin dimensi – dimensi tersebut
ialah: pembahasan tentang stuktur, pembahasan tentang proses, pembahasan tentang
pertumbuhan dan perkembangan, pembahasan tentang psikopatologi, dan pembahasan
tentang perubahan tingkah laku.
Teori Kepribadian dibagi menjadi empat diantaranya yaitu: Paradigma Psikoanalisis,
Paradigma traits, Paradigma kognitif ,Paradigma Behaviorisme.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kepribadian diantaranya :
Faktor fisik, seperti: gangguan otak, kurang gizi (mal-nutrisi), mengkonsumsi obat-obat
terlarang (NAPZA atau NARKOBA), minuman keras, dan gangguan organik (sakit atau
kecelakaan). Faktor Lingkungan sosial budaya, seperti: krisis politik, ekonomi dan
keamanan yang menyebabkan terjadinya masalah pribadi (stres, depresi) dan masalah
sosial (pengangguran, premanisme dan kriminalitas) dan Faktor diri sendiri, seperti:
Psikologi Kepribadian | 50
tekanan emosional (frustasi yang berkepanjangan), dan identifikasi atau imitasi terhadap
orang lain yang kepribadiannya menyimpang.
Dan didalam teori kepribadian terdapat pola kepribadian menurut Elizabeth Hurlock
yang mengemukakan bahwa pola kepribadian merupakan suatu penyatuan struktur yang
multi dimensi yang terdiri atas “self concept” sebagai inti atau pusat gravitasi
kepribadian “traits” masing-masing dimensi tersebut memiliki kecenderungan pola-pola
respon yang berbeda.

BAB VI: TEORI PSIKOANALISIS

A. Pendahuluan
Ketika membahas suatu bidang kajian ilmu, kita tidak akan terlepas dari teori yang
mendasarinya. Demikian juga dengan psikologi perkembangan. Teori dapat dijadikan
sebagai landasan untuk menyususn dan mengorganisasi data dan fakta yang diperoleh
guna meramalkan eristiwa yang akan datang. Oleh karena itu, teori harus dapat diuji dan
sangat memungkinkan untuk menjadi salah ketika muncul teori baru yang dianggap lebih
tepat.
Dalam Psikologi perkembangan terdapat empat kelompok besar yang menyusun teori
perkembangan, yaitu teori psikoanalisis, teori kematangan, teori belajar - social, serta
teori perkembangan kognisi.Dalam makalah ini akan dipaparkan dari salah satu teori
tersebut yaitu teori psikoanalis. Dari sini kami membuatrumusan masalah yang pertama,
Bagaiamana pengertian Teori Psikoanalisis. kedua, Bagaimana profil dan teori dasar
Psikoanalisis Sigmund Freud, ketiga, Bagaimana dinamika kepribadian menurut Sigmund
Freud.
B. Pengertian Teori Psikoanalisis
Psikoanalisis ditemukan di Wina, Austria, oleh Sigmund Freud.Tujuan psikoanalisis
menurut Freud adalah membawa ke tingkat kesadaran mengenai ingatan atau pikiran-
pikiran yang direpres atau ditekan yang diasumsikan sebagaisumber perilaku yang tidak
normal dari perilakunya.57 Psikoanalisis merupakan salah satu aliran di dalam ilmu
psikologi yang memilik beberapa definisi dan sebutan, Adakalanya psikoanalisis
didefinisikan sebagai metode penelitian, sebagai teknik penyembuhan dan juga sebagai
pengetahuan psikologi.disiplin

57
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, ANDI ( Yogyakarta, 1989), hlm. 61.

Psikologi Kepribadian | 51
Psikoanalisis menurut definisi modern yaitu:Psikoanalisis adalah pengetahuan
psikologi yang menekankan pada dinamika, faktor-faktor psikis yang menentukan
perilaku manusia, serta pentingnya pengalaman masa kanak-kanak dalam membentuk
kepribadian masa dewasa,bisa definisakassn bahwa Psikoanalisis adalah teknik yang
khusus menyelidiki aktivitas ketidaksadaran (bawah sadar),ada yang mengartikan
Psikoanalisis adalah metode interpretasi dan penyembuhan gangguan
mental.Psikoanalisis dalam pengertian lain (Hjelle & Ziegler, 1992) yaitu: Teori
mengenai kepribadian & psikopatologi,Metode terapi untuk gangguan kepribadian teknik
untuk menyelidiki pikiran & perasaan individu yang tidak disadari.
Psikoanalisis memiliki sebutan-sebutan lain yaitu:Psikologi dalam, karena menurut
Freud penyebab neurosis adalah gangguan jiwa yang tidak dapat disadari, pengaruhnya
lebih besar dari apa yang terdapat dalam kesadaran dan untuk menyelidikinya, diperlukan
upaya lebih dalam, ada juga Psikodinamika, karena Psikoanalisis memandang individu
sebagai sistem dinamik yang tunduk pada hukum-hukum dinamika, dapat berubah dan
dapat saling bertukar energi.Adapun contoh dari Psikoanalisis adalah Hipnotis, analisis
mimpi, mekanisme pertahanan diri.
C. Profil dan Teori Dasar Sigmund Freud
Teori psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud. Dia dilahirkan ada tanggal 6
mei 1856 dikota morivia dan meninggal dunia pada tanggal 23 september 1939, di
London. Dia lahir dari keluarga kelas tengah yahudi. Ayahnya, Jacob Freud, bekerja
sebagai seorang pedagang wol yang kurang sukses, pada saat perdangangannya
mengalami kerugian di Morivia, keluarganya pindah ke lipzing, Jerman dan kemudian
mereka pindah ke vina Autria, yaitu pada saat Freud berumur 4 tahun. Freud adalah anak
sulung dari istri kedua ayahnya. Pada saat freud dilahirkan, ayahnya berumur 40 tahun
sementara ibunya berumur 20 tahun. Perlakuan ayahnya sangat kasar dan otoriter. Freud
mengakui bahwa pada saat kecilnya, dia memusuhi dan membenci ayahnya. Sementara
ibunya bersifat lembut, menarik, melindungi, dan mencintai. Frued merasa bergairah
secara seksual terhadap ibunya. Kondisi ini mengilhami tentang konsep Oedipus Complex
sebagai bagian terpadu dari masa kecilnya. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa teori
Freud lahir sebagai refleksi dari pengalaman masa kecilnya.58
Pada tahun 1873, Freud masuk fakultas kedokteran Univertas Wina, dan pada tahun
1881 dia lulus sebagai dokter dengan yudisium “excellent”. Freud adalah seorang ahli

58
Syamsuv Yusuf, Teori..., hlm. 38.

Psikologi Kepribadian | 52
neurologi, dia mulai berpraktek medis di Wina sampai akhir abad 19, seperti halnya para
ahli lainnya pada masa itu, dia sering membantu orang-orang yang mengalami masalah-
masalah nervous, seperti: rasa takut yang irrasional, obsesi, dan rasa cemas. Dalam
membantu penyembuhan masalah-masalah gangguan mental (mental disorders) tersebut,
dia menggembangkan prosedur yang inovatif yang dinamai psikoanalisis.
Psikoanalisis memerlukan interaksi verbal yang cukup lama dengan pasien, untuk
menggali kehidupan pribadinya yang plaling dalam. Pengalamnnya menangani para
pasien banyak memberikan inspirasi kepada freud untuk menyusun teori kepribadiannya.
Pengembangan teorinya itu, didukung juga oleh penelaahan terhadap konflik –konflik dan
kecemasan-kecemasan yang di alaminya, sehingga untuk menghindarinya, dia menjadi
pecandu rokok, tidak kurang dari 20 batang sigaret dia isep setiap harinya. Kebiasaan
merokok ini menyebabkan dia menghidap kanker rahang. Terhadap masalah-masalah
yang dialaminya ini, dia berusaha untuk masalah-masalah yang dialaminya ini, dia
berusaha untuk menganalisisnya selama setngah jam setiap harinya dalam jangka waktu
lebih dari 40 tahun.59
Untuk meningkatkan keterampilannya, Freud belajar hipnotis sebagai metode
penyembuhan kepada Jean Charcot, Psikiater terkenal Perancis. Ketidakpuasaan terhadap
metode ini, Freud belajar metode baru “talking cure” yang kembangkan oleh Joseph
Breuer, seorang dokter dari Wina. Melalui metode ini, pasien disembuhkan dengan cara
mengungkapkan gejala-gejala neurotik yang dialaminya (masalah histeria). Freud
berpendapat bahwa histeria itu disebabkan oleh konflik-konflik seksual. Pendapatnya
inilah yang memisahkan dia dari Breuer. Pada tahun 1895, Freud dan Breuer menerbitkan
buku “Studies on Hysteria”.Freud menikah dengan Martha Bernays pada tahun 1886, dan
dikaruniai enam orang anak. Salah seorangnya bernama Anna Freud, yang mengikuti
jejak ayahnya sebagai seorang psikoanalisis terkenal. Selama hidupnya, Freud telah
banyak menulis tentang teori yang dikembangankan di antaranya: (1) The Interpretation
of dreams, diterbitkan tahun 1900, (2) The Psychopatology of everyday life, diterbitkan
pada tahun 1901, dan (3) An outline of Psychoanalysis, diterbitkan pada tahun 1940.
Teori Freud memiiki beberapa kelemahan, terutama dalam hal-hal berikut:60Pendapat
Freud yang menyatakan bahwa ketidaksadaran (unconsciousness) amat berpengaruh
terhdapat perilaku manusia. Pendapat ini menunjukkan bahwa manusia menjadi budak
dari dirinya sendiri.Pendapat Freud yang menyatakan bahwa pengalaman masa kecil
59
Ibid., hlm. 39.
60
Ibid., hlm. 40.

Psikologi Kepribadian | 53
sangat menentukan atau perpengaruh terhadap kepribadian masa dewasa. Ini
menunjukkan bahwa manusia dipandang tak berdaya untu mengubah nasibnya
sendiri.Pendapat Freud yang menyatakan bahwa kepribadia manusia terbentuk dengan
cara-cara yang ditempuh untuk mengatasi dorongan-doongan seksualnya. Ini menunjukan
dorongan yang lain dari individu kurang diperhatikan.
Ada dua asumsi yang mendasari teori psikoanalisis Freud, yaitu determinisme psikis
dan motivasi tak sadar.Determinisme psikis (psychic determinism)Asumsi ini
menggemukakan bahwa segala sesuatu yang dilakukan, dipikirkan, ataudirasakan
individu mempunyai arti dan maksud dan itu semuanya secara sudah ditentukan.Yang
kedua yaitu Motivasi tak sadar (Unconscious Motivation).Freud menyakini bahwa
sebagian besar tingkah laku individu (seperti perbuatan, berfikir, dan merasa) ditentukan
oleh motif tak sadar.61
D. Dinamika Kepribadian Menurut Sigmund Freud
Freud memandang orgnisme manusia sebagai sistem energi yang kompleks. Sistem
energi ini berasal dari makanan yang dimakannya dan dipergunakan untuk berbagai
macam kegiatan, seperti : peredaran darah, pernapasan, gerakan otot-otot, pengamatan
dan lain-lain. Berdasarkan doktrin konservasi energi, bahwa energi dapat berubah dari
energi fisiologis menjadi energi psikis atau sebaliknya. Freud berpendapat bahwa apabila
energi itu digunakan dalam kegiatan psikologis, seperti berpikir, maka energi itu
merupakan energi psikis. Yan menjadi titik pertemuan atau jembatan antara energi
jasmaniah dengan energi kepribadian adalah id dan insting-instingnya.dengan demikian,
insting-insting ini meliputi seluruh energi yang digunakan oleh ketiga struktur
kepribadian (id, ego dan super ego)untuk menjalankan fungsinya.62
Dinamika kepribadian terkait dengan proses pemuasan insting, pendistribusian energi
psikis dan dampak dari keditakmampuan ego untuk mereduksi ketegangan pada saat
bertransaksi dengan dunia luar yaitu kecemasan (anxiety).Pertama,Insting. Insting
merupakan kumpulan hasrat atau keinginan (wishes). Dalam kenyataan, insting hanya
merefleksikan sumber-sumber kepuasan badaniah atau kebutuhan-kebutuhan (needs).
Tujuan dari insting-insting ini adalah mereduksi ketegangan (tension reduction) yang
dialami sebagai suatu kesenangan.
Freud menhklasifikasikan insting ke dalam dua kelompok, yang pertama,Insting
hidup (life instink : eros). Insting hidup merupakan motif dasar manusia yang
61
Ibid., hlm. 41.
62
Muzdalifah M Rahman, Psikologi, (Kudus: STAIN Kudus, 2009), hlm. 42.

Psikologi Kepribadian | 54
mendorangnya untuk bertingkah laku secara positif atau konstruktif. Insting ini berfungsi
untuk melayani tujuan manusia agar tetap hidup dan mengembangkan rasnya. Insting ini
meliputi dorongan-dorongan jasmaniah, seperti seks, lapar, dan haus. Energi yang
bertanggung jawab bagi insting hidup adalah libido yang bersumber dari erotogenic
zones, yaitu bagian-bagian tubuh yang sangat peka terhadap rangsangan yang apabila
dimanipulasi dengan cara tertentu akan menimbulkan perasaan nikmat.63
kedua, Insting mati (death instink : thanatos). Insting ini merupakan motif dasar
manusia yang mendorongnya untuk bertingkah laku yang bersifat negatif atau destruktif.
Freud meyakini bahwa manusia dilahirkan dengan membawa dorongan untuk mati
(keadaan tak bernyawa = inanimate state). Pendapat ini didasarkan pada prinsip konstansi
dari Fechner, yaitu : bahwa semua proses kehidupan itu cenderung kembali kepada dunia
yang anorganis. Derivatif dari insting ini adalah tingkah laku agresif, baik secara verbal
maupun nonverbal.64
Insting mempunyai empat macam karakteristik, yaitu: sumber (source), tujuan (aim),
objek (object), dan penggerak / pendorong (impetus). Sumber dan tujuan insting bersifat
tetap, sedangkan objek dan penggerak cenderung berubah-ubah. Apabila energi insting
digunakan untuk mensubstitusi objek yang tidak asli, maka tingkah laku yang
dihasilkannya disebut instink derivative, seperti merokok, menghisap jempol dan
ngomong kotor merupakan derivatif dari insting seks (pemuasan melalui oral).
Pendistribusian dan Penggunaan Energi PsikisDinamika kepribadian merujuk pada
cara kepribadian berubah atau berkembang melalui pendistribusian dan penggunaan
energi psikis, baik oleh id, ego maupun superer ego.Energi psikis ini awalnya dimiliki
sepenuhnya oleh id. Tetapi dalam proses pemenuhan kebutuhan atau mencapai kepuasan
dorongan (insting) secara nyata dan proses identifikasi nilai-nilai moral anak kepada
orang tua, maka energi tersebut mengalami pendistribusian diantara ketiga sistem
kepribadian , yaitu : id, ego dan super ego.
Id menggunakan energi ini untuk memperoleh kenikmatan (pleasure principle)
melalui gerakan refleks dan proses primer (menghayal atau berfantasi untuk memuaskan
insting).Penggunaan energi untuk menghasilkan gerakan, baik refleks maupun proses
primer disebut kateksis (daya dorong instink). Oleh karena proses primer ini ternyata
tidak dapat memperoleh kepuasan, maka energi tersebut dipinjam oleh ego untuk
mencocokkan antara apa yang digambarkan dengan objek di dunia nyata melalui proses
63
Syamsu Yusuf, Teori..., hlm. 48.
64
Ibid., hlm. 50.

Psikologi Kepribadian | 55
sekunder.Mekanisme atau proses pengalihan energi dari id ke ego disebut identifikasi.
Seperti halnya ego, super ego memperoleh energi itu melalui identifikasi, yaiut anak
belajar mencocokkan atau menyelaraskan tingkah lakunya dengan sanksi (punishment)
dan ganjaran (rewards) atau cita-cita orang tuanya.
Oleh karena dalam proses pendistribusian energi itu terjadi persaingan antara ketiga
komponen kepribadian, maka suasana konflik diantara ketiganya tidak dapat dielakkan
lagi. Disamping itu, ada kemungkinan ego mendapat tekanan yang begitu kuat, baik dari
id maupun super ego. Apabila tekanan itu begitu mengancam sehingga melahirkan
kecemasan, maka ego akan membentuk mekanisme pertahanan (defence mechanism).65
1. Konflik
Freud meyakini bahwa konflik bersumber pada dorongan-dorongan seks dan
agresif. Ada dua alasan yang dia kemukakan terkait hal diatas, yaitu : Freud berpikir
bahwa seks dan agresi merupakan dorongan yang lebih kompleks dan
membingungkan kontrol sosial daripada motif-motif dasar lainnya; dan dorongan seks
dan agresi dirintangi secara lebih teratur (reguler) daripada dorongan biologis
lainnya.Konflik sering terjadi secara tidak disadari. Walaupun begitu, konflik tersebut
dapat melahirkan kecemasan (anxiety). Kecemasan ini dapat dilacak dari
kekhawatiran ego akan dorongan id yang tidak dapat dikontrol, sehingga melahirkan
suasana yang mencekam. Setiap orang berusaha untuk membebaskan diri dari
kecemasan ini menggunakan mekanisme pertahanan ego.
2. Kecemasan
Kecemasan dipandang sebagai komponen pokok dinamika kepribadian.
Kecemasan ini mempunyai peranan sentral dalam teori psikoanalisis. Kecemasan
digunakan oleh ego sebagai isyarat adanya bahaya yang mengancam. Freud
mengklasifikasi kecemasan ke dalam tiga tipe, yaitu : kecemasan objektif, kecemasan
neurotik dan kecemasan moral.66
3. Mekanisme Pertahanan Ego
Mekanisme pertahanan ego merupakan proses mental yang bertujuan untuk
mengurangi kecemasan dan dilakukan melalui dua karakteristik khusus yaitu : tidak
disadari dan menolak, memalsukan atau mendistorsi (mengubah) kenyataan. Ego
menggunakan mekanisme ini untuk mengendalikan kekuatan (antikateksis) sehingga
terjadi represi atau menekan ingatan, pikiran, atau gagasan yang melahirkan
65
Ibid., hlm. 51.
66
Ibid., hlm. 41.

Psikologi Kepribadian | 56
kecemasan. Apabila represi gagal mengontrol kecemasan, maka dia bekerjasama
dengan mekanisme pertahanan ego lainnya. Jenis-jenis mekanisme pertahanan ego
tersebut adalah :67
Pertama, Represi ini merupakan proses penekanan dorongan-dorongan ke alam
tak sadar, karena mengancam keamanan ego. Dapat diartikan juga sebagai proses
penguburan pikiran dan perasaan yang mencemaskan ke alam tak sadar. Represi
merupakan mekanisme pertahanan dasar yang terjadi ketika memori, pikiran ataupun
perasaan yang menimbulkan kecemasan ditekan keluar dari kesadaran oleh
antikateksis (ego). Orang cenderung merepres keinginan atau hasrat yang
menimbulkan perasaan yang bersalah (guilty feeling) dan dan konflik yang
menimbulkan rasa cemas atau merepres memori yang menyakitkan. Kedua, Projeksi
ini merupakan pengalihan pikiran, perasaan atau dorongan diri sendiri kepada orang
lain. Dapat juga diartikan sebagai mekanisme pengubahan kecemasan neurotik dan
moral dengan kecemasan realistik (objektif). Ketiga, Pembentukan reaksi (reaction
formation) Pembentukan reaksi ini merupakan penggantian sikap dan tingkah laku
dengan sikap dan tingkah laku yang berlawanan. Mekanisme ini bertujuan untuk
menyembunyikan pikiran dan perasaan yang dapat menimbulkan kecemasan.
Mekanisme ini biasanya ditandai dengan sikap atau perilaku yang berlebihan atau
kompulsif. Biasanya penggantian perasaan itu dari negatif ke positif, meskipun
kadang-kadang terjadi juga dari positif ke negatif.
4. Pemindahan objek (displacement)
Pemindahan objek ini merupakan proses pengalihan perasaan (biasanya rasa
marah) dari objek (target) asli ke objek pengganti. Didalam pemindahan objek ini ada
beberapa macam: Pertama, Fiksasi ini merupakan mekanisme yang memungkinkan
orang mengalami kemandegan dalam perkembangannya, karena merasa cemas untuk
melangkah ke perkembangan selanjutnya. Fiksasi ini bertujuan untuk menghindar dari
situasi-situasi baru yang dipandang berbahaya atau mengakibatkan frustasi.68Kedua,
Regresi merupakan pengulangan kembali tingkah laku yang cocok bagi tahap
perkembangan atau usia sebelumnya. Tujuan regresi adalah untuk memperoleh
bantuan dalam menghadapi peristiwa yang traumatik.Ketiga, Rasionalisasi merupakan
penciptaan kepalsuan (alasan-alasan) namun dapat masuk akal sebagai upaya
pembenaran tingkah laku yang tidak dapat diterima. Rasionalisasi terjadi apabila
67
Muzdalifah M Rahman, Psikologi..., hlm. 43.
68
Syamsu Yusuf, Teori..., hlm. 55.

Psikologi Kepribadian | 57
individu mengalami kegagalan dalam memenuhi kebutuhan, dorongan atau
keinginannya.Keempat, Dorongan-dorongan yang tidak dibenarkan oleh super ego
tetap dilakukan juga dalam bentuk yang lebih sesuai dengan tuntutan
69
masyarakat. Kelima,Identifikasi ini merupakan proses memperkuat harga diri (self-
esteem) dengan membentuk suatu persekutuan (aliansi) nyata atau maya dengan orang
lain, baik seseorang maupun kelompok. Identifikasi dilakukan kepada orang yang
dipandang sukses atau berhasil dalam hidupnya.70
E. Studi Kasus
Adi adalah seorang pria cerdas dan potensil.Dia hidup bersama kedua orang tuanya
dan kedua adiknya, namun diusianya yang beranjak 12 tahunada sering yang membuatnya
ketakutanapalagi ketika dekat ibunya.Karena dia sering melihat ibunya teriak-teriak dan
ngamuk-ngamuk sendiri.Hingga, menyerang ayahnya, Adi dan kedua adiknya, sampai-
sampai diketahu oleh tetangga dan teman-teman Adi.Hingga pada suatu saat, banyak
teman-teman Adi yang mengejeknya menyamakan dia dengan ibunya yang mentalnya
terganggu. Karena rasa sakit yang timbul dalam hatinya mulai merasuk kedalam jiwa dan
menjadikan dia traumaatau ketakutan yang berlebihan dibawah alam sadar akan sesuatu
hal. Semenjak kejadian itu Adi mulai menutup dirinya, sampai-sampai Adi tidak mau
berangkat ke sekolah, lebih tragisnya dia tidak mau keluar rumah dan lebih memilih
mengurung dirinya di kamar tidur, karena dia merasa adanya kepuasan dan kenyamanan
batin bila keluar rumah.
Dalam pandangan psikoanalisis yang menyebabkan seseorang takut keluar rumah
adalah adanya trauma dimasa lalu yang dalam perkembangan selanjutnya berpengaruh
pada kepribadiannya khususunya struktur kepribadian yang terdiri dari id, ego dan super
ego. Id yang merupakan komponen biologis yang berprinsip pada kesenangan. Ego
merupakan komponen psikologis yang berprinsip pada kenyataan dan super ego memiliki
fungsi dan mekanisme sendiri.

F. Kesimpulan
Psikoanalisis merupakan salah satu aliran di dalam ilmu psikologi yang memilik
beberapa definisi dan sebutan, Adakalanya psikoanalisis didefinisikan sebagai metode
penelitian, sebagai teknik penyembuhan dan juga sebagai pengetahuan psikologi.Teori
psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud. Dia dilahirkan ada tanggal 6 mei 1856
69
Muzdalifah M Rahman, Psikologi..., hlm. 46.
70
Syamsu Yusuf, Teori..., hlm. 56.

Psikologi Kepribadian | 58
dikota morivia dan meninggal dunia pada tanggal 23 september 1939, di London. Dia
lahir dari keluarga kelas tengah yahudi.
Ada dua asumsi yang mendasari teori psikoanalisis Freud, yaitu determinisme psikis
dan motivasi tak sadar. Yang pertama, Determinisme psikis (psychic determinism). Yang
kedua, Motivasi tak sadar (Unconscious Motivation).
Dinamika kepribadian terkait dengan proses pemuasan insting, pendistribusian energi
psikis dan dampak dari keditakmampuan ego untuk mereduksi ketegangan pada saat
bertransaksi dengan dunia luar yaitu kecemasan (anxiety). Yang pertama, Insting
merupakan kumpulan hasrat atau keinginan (wishes). Yang kedua, Pendistribusian dan
Penggunaan Energi Psikis.

BAB VII:PSIKOLOGI KEPRIBADIAN MENURUT TEORI BEHAVIORISTIK DAN


THORNDIKE
A. Pendahuluan
Banyak teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai
sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan memberi
banyak sumbangan terhadap para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku
(behaviorisme) yang awal mulanya dikembangkan oleh psikolog Amerika John B.
Watson (tahun 1900-an) dengan teorinya yang dikenal dengan istilah pengkondisian
klasik (classical conditioning) dan kemudian teori belajar tingkah laku ini dikembangkan
oleh beberapa ahli psikologi yang lain seperti Ivan Petrovich Pavlov, B.F. Skinner,
Edward Thorndike.
Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan
diamati.Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat
menjadi kebiasaan.Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah
terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan.Perilaku yang diinginkan mendapat
penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan
negatif.Evaluasi atau Penilaian didasari atas perilaku yang tampak.Dalam teori belajar ini
guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh baik
dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.
Di awal abad 20 sampai sekarang ini teori belajar behaviorisme mulai
ditinggalkan dan banyak ahli psikologi yang baru lebih mengembangkan teori belajar
kognitif dengan asumsi dasar bahwa kognisi mempengaruhi prilaku.Penekanan kognitif

Psikologi Kepribadian | 59
menjadi basis bagi pendekatan untuk pembelajaran. Walaupun teori belajar tigkah laku
mulai ditinggalkan diabad ini, namun mengkolaborasikan teori ini dengan teori belajar
kognitif dan teori belajar lainnya sangat penting untuk menciptakan pendekatan
pembelajaran yang cocok dan efektif, karena pada dasarnya tidak ada satupun teori
belajar yang betul-betul cocok untuk menciptakan sebuah pendekatan pembelajaran yang
pas dan efektif. Dalam pembahasan ini penulis membahas tentang Bagaimana pengertian
teori kepribadian menurut behavioristik dan Bagaimana teori belajar behavioristik
menurut Edward Thorndike.
B. Pengertian Teori Kepribadian Menurut Behavioristik
Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang diperkenalkan oleh John
B. Watson (1878-1958), seorang ahli psikologi berkebangsaan Amerika. Di Amerika
Serikat, Watson dikenal sebagai bapak behaviorisme karena prinsip-prinsip pembelajaran
barunya berdasarkan teori Stimulus-Respons Bond.
Menurut behaviorisme yang dianut oleh Watson, tujuan utama psikologi adalah
membuat prediksi dan pengendalian terhadap perilaku dan sedikitpun tidak ada kaitannya
dengan kesadaran. Menurut teori ini yang dapat dikaji oleh psikologi adalah benda-benda
atau hal-hal yang dapat diamati secara langsung, yaitu rangsangan (stimulus), dan gerak
balas (respons), sedangkan hal-hal yang terjadi pada otak tidak berkaitan dengan kajian.
Maka dalam proses pembelajaran menurut Watson, tidak ada perbedaan antar manusia
dan hewan.
Teori behaviorisme hanya menganalisis perilaku yang tampak pada diri seseorang
yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan.Behaviorisme memandang pula bahwa
ketika dilahirkan, pada dasarnya manusia tidak membawa bakat apa-apa. Manusia akan
berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitar. Lingkungan
yang buruk akan menghasilkan manusia yang buruk, lingkungan yang baik akan
menghasilkan manusia yang baik. Kaum behavioris memusatkan dirinya pada pendekatan
ilmiah yang benar-benar objektif.Kaum behavioris mencoret dari kamus ilmiah mereka,
tentang semua peristilahan yang bersifat subjektif, seperti sensasi, persepsi, hasrat, tujuan,
bahkan termasuk berpikir dan emosi secara subjektif.71
Untuk membuktikan kebenaran teori behaviorismenya terhadap manusia, Watson
mengadakan eksperimen terhadap Albert, yaitu anak yang berumur 11 bulan.Watson
ingin memberikan gambaran bagaimana reaksi emosional menjadi terkondisi dengan

71
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajia Teoritik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 29.

Psikologi Kepribadian | 60
stimulus yang netral.Watson dan Rosali Rayner istrinya, mengadakan eksperimen kepada
Albert dengan menggunakan tikus putih dan gong beserta pemukulnya.Pada permulaan
eksperimen, Albert tidak takut pada tikus putih tersebut. Pada suatu waktu, pada saat
Albert akan memgang tikus, dibunyikan gong dengan keras. Dengan suara keras tersebut
Albert merasa takut.Keadaan tersebut diulangi beberapa kali hingga akhirnya
terbentuklah rasa takut pada tikus putih pada diri Albert.Atas eksperimen tersebut Watson
berpendapat bahwa, reaksi emosional dapat dibentuk dengan kondisioning. Rasa takut
tersebut dapat dikembalikan lagi ke keadaan semula dengan cara menghadirkan tikus
tersebut dengan setahap demi tahap pada situasi yang menyenangkan.72
Dalam pembelajaran yang didaasarkan pada hubungan stimulus-respons ini,
Watson mengemukakan dua prinsip penting yaitu recency principle (prinsip kebaruan),
dan frequency principle (prinsip frekuensi). Menurut recency principle jika suatu stimulus
baru saja menimbulkan respons, maka kemungkinan stimulus itu untuk menimbulkan
respons yang sama apabila diberikan umpan lagi akan lebih besar daripada kalau stimulus
itu diberikan umpan setelah lama berselang. Menurut frequency principle apabila suatu
stimulus dibuat sering menimbulkan respons yang sama pada waktu yang lain akan lebih
besar.
Pada dasarnya, Watson menolak pikiran dan kesadaran sebagai subjek dalam
psikologi dan mempertahankan perilaku (behavior) sebagai subjek psikologi. Terdapat
tiga prinsip aliran behavioristik:Pertama,Menekankan respon terkondisi sebagai elemen
atau pembangun pelaku. Kondisi adalah lingkungan external yang hadir
dikehidupan.Perilaku muncul sebagai respon dari kondisi yang mengelilingimanusia dan
hewan.Kedua,Perilaku adalah dipelajari sebagai konsekuensi dari pengaruh lingkungan
maka sesungguhnya perilaku terbentuk karena dipelajari. Lingkungan terdiri dari
pengalaman baik masa lalu dan yang baru saja, materi fisik dan sosial. Lingkungan yang
akan memberikan contoh dan individu akan belajar dari semua itu.Ketiga,Memusatkan
pada perilaku hewan dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku manusia.

C. Teori Belajar Behavioristik Menurut Edward Thorndike


Menurut Thorndike, adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus
adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-
hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang

72
Bimo Walgito, Pengantar..., hlm. 73-74.

Psikologi Kepribadian | 61
dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan atau
gerakan / tindakan.Jadi perubahan tingkah laku akibat belajar dapat berwujud konkrit,
yaitu dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu tidak dapat diamati. Meskipun aliran
behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan
bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini
disebut pula dengan “Teori Connectionism”.
Dasar-dasar teori Connectionism dari Edward L. Thorndike (1874-1949) diperoleh
juga dari sejumlah penelitian yang dilakukan terhadap perilaku binatang. Penelitian-
penelitian Thorndike pada dasarnya dirancang untuk mengetahui apakah binatang mampu
memecahkan masalah dengan menggunakan “reasoning” atau akal, dan atau dengan
mengkombinasikan beberapa proses berpikir dasar.73
Dalam penelitiannya, Thorndike menggunakan beberapa jenis binatang, yaitu anak
ayam, anjing, ikan, kucing dan kera.74Percobaan yang dilakukan mengharuskan binatang-
binatang tersebut keluar dari kandang untuk memperoleh makanan.Untuk keluar dari
kandang, binatang-binatang tersebut harus membuka pintu, menumpahkan beban, dan
mekanisme lolos lainnya yang sengaja dirancang.Pada saat dikurung, binatang-binatang
tersebuts menunjukkan sikap mencakar, menggigit, menggapai dan bahkan memegang /
mengais dinding kandang. Cepat atau lambat, setiap binatang akan membuka pintu atau
menumpahkan beban untuk dapat keluar dari kandang dan memperoleh makanan.
Pengurungan yang dilakukan berulang-ulang menunjukkan penurunan frekuensi binatang
tersebut untuk melakukan pencakaran, penggigitan, penggapaian atau pengaisan dinding
kandang, dan tentu saja waktu yang dibutuhkan untuk keluar kandang cenderung menjadi
lebih singkat.
Percobaan Thorndike yang terkenal ialah dengan menggunakan seekor kucing yang
telah dilaparkan dan diletakkan di dalam sangkar yang tertutup dan pintunya dapat dibuka
secara otomatis apabila kenop yang terletak di dalam sangkar tersebut tersentuh.
Percobaan tersebut menghasilkan teori “trial and error” atau “selecting and conecting”,
yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan cara mencoba-coba dan membuat salah. Dalam
melaksanakan coba-coba ini, kucing tersebut cenderung untuk meninggalkan perbuatan-
perbuatan yang tidak mempunyai hasil. Setiap response menimbulkan stimulus yang baru,
selanjutnya stimulus baru ini akan menimbulkan response lagi. Dalam percobaan tersebut
apabila di luar sangkar diletakkan makanan, maka kucing berusaha untuk mencapainya
73
Ibid., hlm. 100.
74
Sumanto, Psikologi Umum, (Yogyakarta: Caps, 2014), hlm 213.

Psikologi Kepribadian | 62
dengan cara meloncat-loncat kian kemari. Dengan tidak tersengaja kucing telah
menyentuh kenop, maka terbukalah pintu sangkar tersebut, dan kucing segera lari ke
tempat makan. Percobaan ini diulangi untuk beberapa kali, dan setelah kurang lebih 10
sampai dengan 12 kali, kucing baru dapat dengan sengaja menyentuh kenop tersebut
apabila di luar diletakkan makanan.75
Dari hasil penelitiannya, Thorndike menyimpulkan bahwa respon untuk keluar
kandang secara bertahap diasosiasikan dengan suatu situasi yang menampilkan stimulus
dalam suatu proses coba-coba (“trial and error”). Respon yang benar secara bertahap
diperkuat melalui serangkaian proses coba-coba, sementara respon yang tidak benar
melemah atau menghilang. Teori Connectionism Thorndike ini juga dikenal dengan nama
“Instrumental Conditioning”, karena respon tertentu akan dipilih sebagai instrumen dalam
memperoleh “reward” atau hasil yang memuaskan.
Thorndike mengemukakan tiga dalil tentang belajar: Pertama,Law Of Effect (Dalil /
Hukum Sebab Akibat) merupakan dalil / hukum ini menunjukkan kuat lemahnya
hubungan stimulus dan respon tergantung kepada akibat yang ditimbulkan. Apabila
respon yang ditimbulkan mendatangkan kesenangan, maka respon tersebut akan
dipertahankan atau diulang ; sebaliknya jika respon yang ditimbulkan adalah hal yang
tidak menyenangkan, maka respon tersebut dihentikan atau tidak diulang lagi.
Kedua,Law Of Exercise (Dalil / Hukum Latihan Atau Pembiasaan) Dalil / hukum ini
menunjukkan bahwa stimulus dan respon akan semakin kuat manakala terus menerus
dilatih atau diulang ; sebaliknya hubungan stimulus dan respon akan semakin melemah
jika tidak pernah dilatih atau dilakukan pengulangan.
Ketiga, Law Of Readiness (Dalil / Hukum Kesiapan) Menurut dalil / hukum ini,
hubungan antara stimulus dan respon akan mudah terbentuk manakala ada kesiapan
dalam diri individu. Jika seorang ada kesiapan untuk merespon atau bertindak, maka
tindakan yang dilakukan akan memberi kepuasan dan mengakibatkan orang tersebut
untuk tidak melakukan tindakan-tindakan lain.76
Dari sekian banyak penelitian yang dilakukan, Thorndike lalu menyimpulkan tentang
pengaruh proses belajar tertentu terhadap proses belajar berikutnya, yang dikenal dengan
proses “transfer of learning” atau perampat proses belajar. Thorndike mengemukakan
bahwa latihan yang dilakukan dan proses belajar yang terjadi dalam mempelajari suatu
konsep akan membantu penguasaan atau proses belajar seorang terhadap konsep lain
75
Ibid., hlm. 111.
76
Bimo Walgito, Pengantar..., hlm. 70.

Psikologi Kepribadian | 63
yang sejenis atau mirip (associative sbifting). Teori Connectionism dari Thorndike ini
dikenal sebagai teori belajar yang pertama. Selanjutnya Thorndike menambahkan hukum
tambahan sebagai diantaranya:
Hukum Reaksi Bervariasi (multiple response) merupakan hukum ini mengatakan
bahwa pada individu diawali oleh prooses trial dan error yang menunjukkan adanya
bermacam-macam respon sebelum memperoleh respon yang tepat dalam memecahkan
masalah yang dihadapi.Selanjutnya Hukum Sikap (Set/ Attitude), Hukum ini menjelaskan
bahwa perilakku belajar seseorang tidak hanya ditentukan oleh hubungan stimulus dengan
respon saja, tetapi juga ditentukan keadaan yang ada dalam diri individu baik kognitif,
emosi, sosial, maupun psikomotornya.
Kemudian, Hukum Aktifitas Berat Sebelah (Prepotency of Element, Hukum ini
mengatakan bahwa individu dalam proses belajar memberikan respon pada stimulus
tertentu saja sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan situasi (respon selektif).
Selain itu, Hukum Respon by Analogy Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam
melakukan respon pada situasi yang belum pernah dialami karena individu sesungguhnya
dapat menghubungkan situasi yang belum pernah dialami dengan situasi lama yang
pernah dialami sehingga terjadi transfer atau perpindahan unsur-unsur yang telah dikenal
ke situasi baru. Makin banyak unsur yang sama maka transfer akan makin mudah.
Dan yang terakhir, Hukum Perpindahan Asosiasi (Associative Shifting). Hukum ini
mengatakan bahwa proses peralihan dari situasi yang dikenal ke situasi yang belum
dikenal dilakukan secara bertahap dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit unsur
baru dan membuang sedikit demi sedikit unsur lama.Selain menambahkan hukum-hukum
baru, dalam perjalanan penyampaian teorinya thorndike mengemukakan revisi Hukum
Belajar antara lain yang Pertama, Hukum latihan ditinggalkan karena ditemukan
pengulangan saja tidak cukup untuk memperkuat hubungan stimulus respon, sebaliknya
tanpa pengulanganpun hubungan stimulus respon belum tentu diperlemah.Kedua, Hukum
akibat direvisi.77 Dikatakan oleh Thorndike bahwa yang berakibat positif untuk
perubahan tingkah laku adalah hadiah, sedangkan hukuman tidak berakibat apa-apa.
Ketiga, Syarat utama terjadinya hubungan stimulus respon bukan kedekatan, tetapi
adanya saling sesuai antara stimulus dan respon.yang terakhir. Keempat,Akibat suatu
perbuatan dapat menular baik pada bidang lain maupun pada individu lain.78

77
Ibid., hlm. 90.
78
B.R. Hergenhahn, dan M.H. Olson . Theories of Learning (Teori Belajar). (Jakarta: Kencana Premedia
Group 2009). Hlm. 124.

Psikologi Kepribadian | 64
Thorndike berkeyakinan bahwa prinsip proses belajar binatang pada dasarnya sama
dengan yang berlaku pada manusia, walaupun hubungan antara situasi dan perbuatan
pada binatang tanpa dipeantarai pengartian. Binatang melakukan respons-respons
langsung dari apa yang diamati dan terjadi secara mekanis(Suryobroto, 1984).
Kelebihan dan Kekurangan Teori Thorndike:Kelebihan Teori Thorndike, Kelebihan
dari teori ini cenderung mengarahkan anak untuk berfikir linier. Pandangan teori ini
bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shapping yaitu membawa anak
menuju atau mencapai target tertentu. Sedangkan Kekurangan Teori Thorndike, Teori ini
sering kali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak
variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat
diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu
menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon ini
dan tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyimpangan antara
stimulus yang diberikan dengan responnya Teori Behavioristik adalah teori yang
dicetuskan oleh Gagne dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman.Teori Edward Thorndike disebut “Teori Connectionism”. Menurut
Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respons.Kelebihan dari
Teori Thorndike cenderung mengarahkan anak untuk berfikir linier. Pandangan teori ini
bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shapping yaitu membawa anak
menuju atau mencapai target tertentu. Dan kekurangan dari Teori Thorndike tidak mampu
menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon.

D. Kesimpulan
Jadi teori behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang diperkenalkan oleh
John B. Watson (1878-1958), seorang ahli psikologi berkebangsaan Amerika. Di
Amerika Serikat, Watson dikenal sebagai bapak behaviorisme karena prinsip-prinsip
pembelajaran barunya berdasarkan teori Stimulus-Respons Bond. Menurut behaviorisme
yang dianut oleh Watson, tujuan utama psikologi adalah membuat prediksi dan
pengendalian terhadap perilaku dan sedikitpun tidak ada kaitannya dengan kesadaran.
Menurut teori ini yang dapat dikaji oleh psikologi adalah benda-benda atau hal-hal yang
dapat diamati secara langsung, yaitu rangsangan (stimulus), dan gerak balas (respons),
sedangkan hal-hal yang terjadi pada otak tidak berkaitan dengan kajian. Maka dalam
proses pembelajaran menurut Watson, tidak ada perbedaan antar manusia dan hewan.

Psikologi Kepribadian | 65
Teori behaviorisme hanya menganalisis perilaku yang tampak pada diri seseorang
yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan.Behaviorisme memandang pula bahwa
ketika dilahirkan, pada dasarnya manusia tidak membawa bakat apa-apa. Manusia akan
berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitar. Lingkungan
yang buruk akan menghasilkan manusia yang buruk, lingkungan yang baik akan
menghasilkan manusia yang baik. Kaum behavioris memusatkan dirinya pada pendekatan
ilmiah yang benar-benar objektif.Kaum behavioris mencoret dari kamus ilmiah mereka,
tentang semua peristilahan yang bersifat subjektif, seperti sensasi, persepsi, hasrat, tujuan,
bahkan termasuk berpikir dan emosi secara subjektif.
Teori Belajar Behavioristik Menurut Edward Thorndike adalah proses interaksi antara
stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar
seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera.
Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang
dapat pula berupa pikiran, perasaan atau gerakan / tindakan.Jadi perubahan tingkah laku
akibat belajar dapat berwujud konkrit, yaitu dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu tidak
dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi
tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati.
Teori Thorndike ini disebut pula dengan “Teori Connectionism”.Dasar-dasar teori
Connectionism dari Edward L. Thorndike (1874-1949) diperoleh juga dari sejumlah
penelitian yang dilakukan terhadap perilaku binatang. Penelitian-penelitian Thorndike
pada dasarnya dirancang untuk mengetahui apakah binatang mampu memecahkan
masalah dengan menggunakan “reasoning” atau akal, dan atau dengan
mengkombinasikan beberapa proses berpikir dasar.

BAB VIII: KEPRIBADIAN MENURUT PSIKOLOGI HUMANISTIK (ABRAHAM


dan CARL ROGERS) PADA ANAK USIA 13 TAHUN ATAU REMAJA AWAL
A. Pendahuluan
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna bila dibandingkan
dengan makhluk yang lain. Antara manusia yang satu dengan manusia yang lain terdapat
perbedaan, karena itulah manusia disebut sebagai makhluk yang unik. Islam memandang
manusia sebagai satu kesatuan yang terdiri dari ruh, jasad, dan akal yang saling terikat
dan tidak mungkin dipisahkan menjadi beberapa bagian. Manusia bukanlah ruh tanpa

Psikologi Kepribadian | 66
jasad, bukan pula makhluk yang hanya terdiri dari jasad tanpa akal atau hanya terdiri dari
jasad tanpa ruh.
Setiap pemikiran yang ingin memisahkan bagian-bagian manusia inimenjadi terpisah
tidak akan menghasilkan nilai yang sempurna, karena manusiatidak dipandang dari sudut
pandang sebagaimana ia manusia yang sempurna,tetapi ia hanya dipandang sebagai
bagian darinya, tidak akan mencerminkanhakikat manusia yang sempurna mencakup
semua sisi bagian yang tidak bisadipisahkan dari manusia, yaitu sisi ruh, akal dan jasad.
Sisi-sisi tersebutmerupakan kesatuan yang saling bersangkutan, baik dari fisik maupun
psikisnya.79
Berbagai macam pandangan tentang manusia timbul dari para aliran dalam Psikologi,
dimana salah satu aliran yang memberikan pandangannya terhadapmanusia adalah aliran
humanistik. Para humanis menyatakan bahwa manusiamemiliki dorongan-dorongan dari
dalam dirinya untuk mengarahkan dirinyamencapai tujuan yang positif. Mereka
menganggap manusia itu rasional dan dapatmenentukan nasibnya sendiri. Hal ini
membuat manusia itu terus berubah dan berkembang untuk menjadi pribadi yang lebih
baik dan lebih sempurna. Manusiadapat pula menjadi anggota kelompok masyarakat
dengan tingkah laku yang baik.Mereka juga mengatakan selain adanya dorongan-
dorongan tersebut, manusiadalam hidupnya juga digerakkan oleh rasa tanggung jawab
sosial dan keinginanmendapatkan sesuatu. Dalam hal ini manusia dianggap sebagai
makhluk individudan juga sebagai makhluk sosial.80
Didalam pembahsan kali ini dari kelompok Delapan dengan Tema Kepribadian
Menurut Psikologi Humanistik (Abraham dan Carl Rogers) pada anak usia 13 tahun atau
remaja akan membahas tentang Bagaimana Definisi Psikologi Humanistik, Bagaimana
Teori Humanistik Menurut Abraham Maslow, Bagaimana Teori Humanistik Menurut
Carl R. Rogers, dan yang terakhir Bagaimana Aplikasi Teori Belajar Humanistik terhadap
anak pada usia 13 tahun.
B. Definisi Psikologi Humanistik
Teori belajar humanistik memandang bahwa siswa dapat dikatakan telah berhasil
dalam belajar apabila ia telah mampu mengerti dan memahami lingkungan serta dirinya
sendiri. Teori belajar humanistik melihat proses dan perilaku belajar dari sudut pandang

79
Luqman Abdul Jalal, Keseimbangan antara Kebutuhan Akal, Jasmani dan Rohani, (Jakarta:Cendekia
Sentra Muslim, 2004), hlm. 27-28.
80
Siti Khasinah, “Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam dan Barat”, dalam: Jurnal Ilmiah
DIDAKTIKA, volume XIII nomor 2, 296-317, 2013 (Banda Aceh: UIN Ar-Raniry), hlm.299-300.

Psikologi Kepribadian | 67
perilaku si pelajar,bukan dari sudut pandang pengamatnya.Oleh sebab itu, tujuan utama
proses pembelajaran dalam pandangan teori belajar humanistik adalah bertujuan agar
siswa dapat mengembangkan dirinya,yaitu membantu masing-masing individu untuk
mengenali diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu mewujudkan
dan mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka masing-masing. Dengan
demikian, pembelajaran pada dasarnya untuk kepetingan memanusiakan siswa sebagai
manusia itu sendiri.81
Penganut aliran humanistik ini meyakini adanya perasaan, presepsi, keyakinan dan
maksud-maksud tertentu sebagai perilaku-perilaku batiniah yang menyebabkan seseorang
berbeda dengan orang lain. Oleh sebab itu aliran-aliran teori belajar humanistik lebih
cenderung disebut sebagai teori belajar yang paling ideal.Hal ini disebabkan setiap
individu memiliki perbedaan dan kondisi individual yang sangat kompleks sehingga teori
belajar humanistik ini pada dasarnya menghendaki pemanfaatan bahkan memadukan
berbagai teori belajar dari aliran apapun asal tujuan utamanya adalah memanusiakan
manusia dalam bentuk pengembangan potensi-potensi siswa tersebut.Atas dasar
pandangan-pandangan tersebut,teori belajar humanistik lebih mendekati sebagai teori
belajar yang bersifat sangat eklektik. Dalam arti ini elektisme bukanlah suatu sistem
dengan membiarkan unsur-unsur tersebut dalam keadaan sebagaimana adanya atau
aslinya. Teori humanistik akan memanfaatkan teori-teori apapun, asal tujuannya tercapai,
yaitu memanusiakan manusia.
Manusia adalah makhluk yang kompleks. Banyak ahli di dalam menyusun teorinya
hanya terpaku pada aspek tertentu yang menjadi pusat perhatiannya. Dengan
pertimbangan-pertimbangan tertentu setiap ahli melakukan penelitiannya dari sudut
pandangnya masing-masing dan mengannggap bahwa keterangannya tentang bagaimana
manusia itu belajar adalah sebagai keterangan yang paling memadai. Maka akan terdapat
berbagai teori tentang belajar sesuai dengan pandangan masing-masing.
Dari penalaran diatas ternyata bahwa perbedaan antara pandangan yang satu dengan
pandangan yang lain sering kali hanya timbul karena perbedaan sudut pandang semata.
Jadi keterangan atau pandangan yang berbeda-beda itu hanyalah keterangan mengenai hal
yang satu dan sama dipandang dari sudut yang berlainan. Dengan demikian teori
humanistik dengan pandangannya yang bersifat elektik yaitu dengan cara memanfaatkan

81
Makmun Khairani, Psikologi Belajar, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014), hlm. 56

Psikologi Kepribadian | 68
atau merangkumkan berbagai teori belajar dengan tujuan untuk memanusiakan manusia
bukan saja mungkin untuk dilakukan, tetapi justru harus dilakukan.82
C. Teori Humanistik Abraham Maslow
Maslow menyatakan bahwa manusia memiliki kodratnya sendiri yanghakiki, suatu
kerangka struktur psikologis yang dapat dipandang dan dibicarakansecara analog dengan
struktur fisiknya, yakni bahwa ia memiliki kebutuhan-kebutuhan,kapasitas-kapasitas dan
kecenderungan-kecenderungan yang bersifatgenetik, beberapa diantaranya merupakan
sifat-sifat khas dari seluruh spesiesmanusia, melintas semua batas kebudayaan, dan
beberapa lainnya adalah unikuntuk masing-masing individu. Kebutuhan-kebutuhan ini
pada dasarnya baik ataunetral dan bukan jahat.83
Humanistik memandang manusia sebagai makhluk yang bebas dalammenentukan
perkembangan dirinya menjadi manusia yang sehat mental bila iamendapat kesempatan,
sehingga ia dapat berperilaku optimal sesuai denganpotensi yang dimilikinya. Manusia
dianggap sebagai makhluk bermartabat danbertanggung jawab yang memiliki beberapa
potensi-potensi yang perludiusahakan pengaktualisasiannya. Tujuan terakhirnya adalah
agar individu dapatmengembangkan kemanusiaannya secara penuh.
Berlainan dengan psikoanalisis yang memandang buruk hakikat manusia, dan
behavior yang memandang netral manusia. Psikologi humanistik berasumsi bahwa
manusia pada dasarnya memiliki potensi-potensi yang baik, minimal lebih banyak
baiknya daripada buruknya. Psikologi humanistik memusatkan perhatian untuk menelaah
kualitas-kualitas insani, yakni sifat-sifat dan kemampuan khusus manusia yang terpatri
dalam eksistensi manusia, seperti kemampuan abstraksi,daya analisis dan sintesis,
imajinasi, kreativitas, kebebasan berkehendak, tanggung jawab, aktualisasi, makna hidup,
pengembangan peribadi, humor, sikapetis dan estetika. Kualitas-kualitas ini benar-benar
khas insan dan tidak dimiliki makhluk lain terutama hewan. Selain itu, psikologi
humanistik memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki otoritas atas
kehidupannya sendiri. Asumsi ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang
sadar, mandiri, pelaku aktif dan dapat menentukan (hampir) segalanya. Ia adalah makhluk
denganjulukan the self determining being yang mampu sepenuhnya menentukan tujuan-

82
Ibid., hlm. 57
83
M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: PedomanIlmu Jaya, 1993),
hlm. 32.

Psikologi Kepribadian | 69
tujuanyang paling diinginkannya dan cara-cara mencapai itu yang dianggap yang paling
tepat.84
Humanistik menekankan perbedaan antara tingkah laku manusia dengan tingkah laku
binatang. Riset binatang memandang manusia sebagai mesin dan mata rantai reflex-
kondisioning, mengabaikan karakteristik manusia yang unik seperti idea, nilai-nilai,
keberanian, cinta, humor, cemburu, dosa, serta puisi,musik, ilmu dan hasil kerja berpikir
lainnya. Menurut Maslow manusia memiliki struktur psikologi yang analog dengan
struktur fisik: mereka memiliki kebutuhan, kemampuan dan kecenderungan yang sifatnya
genetik. Manusia mempunyai struktur yang potensial untuk berkembang positif. Humanis
memenegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk
menyatakan diri (self-realization). Humanisme menentang pesimisme dan keputus-asa’an
pandangan psikoanalitik dan konsep kehidupan “robot” pandangan behaviorisme.
Humanisme yakin bahwa manusia memiliki di dalam dirinyapotensi untuk berkembang
sehat dan kreatif dan jika orang mau menerimatanggung jawab untuk hidupnya sendiri,
dia akan menyadari potensinya, mengatasi pengaruh kuat dari pendidikan orang tua,
sekolah dan tekananlainnya.85
Psikologi humanistik melengkapi aspek-aspek dasar dari aliran psikoanalisis dan
behaviorisme dengan memasukkan aspek positif seperti cinta,kreativitas, nilai, makna dan
pertumbuhan pribadi. Asumsi dasar aliran ini yang membedakan dengan aliran lain yaitu
aliran ini memandang bahwa manusia bukanlah pemain tetapi pencari makna kehidupan.
Teori humanistik Maslow memiliki suatu keunggulan dimana dia merancang suatu
teori yaitu hierarchy of need (teori kebutuhan). Teori hirarki kebutuhan manusia yang
dipopulerkan Maslow, menjadi landasan motivasi bagi manusia untuk berperilaku dan
dipelajari di berbagai perguruan tinggi. Dalam teorinya, ia menyatakan bahwa manusia
memiliki berbagai tingkat kebutuhan atau hierarki kebutuhan, mulai dari yang paling
dasar sampai kebutuhan tertinggi.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat penulis simpulkan teori humanistik Abraham
Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal yaitu suatu
usaha yang positif untuk berkembang dan suatu kekuatan untuk menentang
perkembangan itu, sehingga dalam teorinya ia mengatakan bahwa individu berperilaku

84
Alwisol, Psikologi..., hlm. 199.
85
Laura A. King, Psikologi Umum (Sebuah Pandangan Apresiatif) buku 1, Terjemahan Brian Marwensdy,
(Jakarta: Salemba Humanika, 2010), hlm. 17.

Psikologi Kepribadian | 70
dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang besifat hierarkis yaitu mulai dari paling
dasar (fisiologis) hingga kebutuhan paling tinggi (aktualisasi diri).
D. Teori Humanistik Menurut Carl R. Rogers
Beberapa konsep dalam pendekatan humanistik, konsep utamanya adalah bahwa
sebagai makhluk hidup manusia dipandang memiliki kemampuan berfikir rasional secara
konstruktif, positif, bebas, realistik, dapat kerja sama, dapat dipercaya, dapat diterima,
dan penuh akan potensi-potensi (Rogers, 1961). Berikut ini pandangan positif dari
humanistik: Pertama, Menekankan bahwa psikologi seharusnya melakukan “keseluruhan
pribadi manusia”. Kedua, Menekankan kepada aktifitas dari sudut pandang personnya
(orangnya).Ketiga, Menekankan kepada “ self actualization”, “self realization”.
Freedom to learn for 80’s merupakan salah satu buku yang membahas bagaimana
gagasan-gagasan Rogers berpengaruh terhadap praktek pendidikan. Ia menyarankan suatu
pendekatan pendidikan yang berupaya menjadikan belajar dan mengajar lebih manusiawi,
penuh makna dan menjadi kreatif. Berikut ini gagasan-gagasan Rogers mengenai prinsip-
prinsip belajar humanistik:86
Prinsip-prinsipnya meliputi, Hasrat Untuk Belajar, Menurut Rogers. Manusia
mempunyai hasrat alami untuk untuk belajar. Menekankan penggunaan latihan inquiri
dan belajar menemukan, yang didukung oleh teori kognitif sangat lebih menarik kepada
siswa. Kedua, Belajar yang Berarti. Prinsip yang kedua adalah belajar yang berarti yang
mempunyai makna. Hal ini terjadi apabila apa yang dipelajari relevan dengan kebutuhan
dan maksud anak. Anak akan belajar dengan cepat apabila yang dipelajarinya mempunyai
arti baginya. Ketiga, Belajar Tanpa Ancaman. Menurut Rogers, belajar mudah dilakukan
dan hasilnya dapat disimpan dengan baik apabila berlangsung dalam lingkungan yang
bebas ancaman. Proses belajar berjaan lancar manakala murid dapat menguji
kemampuannya.
Selanjutnya, Belajar atas Inisiatif Sendiri.Bagi seorang humanis, belajar itu paling
bermakna mana kala hal itu dilakukan atas inisiatif sendiri dan apabia melibatkan
perasaan dan pikiran si pelajar. Mampu memilih arah belajarnya sendiri sangatlah
membrikan motivasi dan mengulurkan kesempatan kepada seorang anak untuk belajar
bagaimana belajar. Belajar atas inisatif sendiri juga mengarjarkan murid menjadi bebas,
tidak tergantung, dan percaya pada dirinya sendiri. Apabila murid belajar atas inisiatif
sendiri, dia memiliki kesempatan untuk menimbang-nimbang dan membuat keputusan,

86
Muhammad Nur Ghufron, Psikologi, (Kudus: Nora Media Enterprise, 2011), hlm. 117

Psikologi Kepribadian | 71
menentukan pilihan dan melakukan penialain. Selain itu Belajar dan Perubahan.Belajar
kreatif dan paling bermanfaat adalah belajar tentang proses belajar. Rogers berpendapat,
ilmu pengetahuan dan teknologi sealu maju. Apa yang dipelajari dimasa lampau tidak
dapat membekali orang untuk hidup dan berfungsi dengan berhasil didunia mutahir ini.
Apa yang dibutuhkan dewasa ini adalah orang-orang yang mampu belajar dilingkungan
yang sedang berubah dan akan terus berubah. Dan yang terakhir adalah Belajar dan
PengalamanMenurut Rogers bahwa pengalaman belajar akan membantu belajar kreatif.87
E. Studi Kasus Teori Belajar Humanistik dalam Kegiatan Pembelajaran
Teori humanistik mempunyai sifat yang ideal, yaitu memanusiakan manusia, maka
teori humanistik mampu memberikan arah terhadap semua komponen pembelajaran
untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut. Teori humanistik akan sangat membantu
para pendidik dalam memahami arah belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga
upaya pembelajaran apapun dan dalam konteks manapun akan selalu diarahkan dan
dilakukan untuk mencapai tujuannya.
Meskipun teori humanistik ini masih sukar untuk diterjemahkan kedalam langkah-
langkah pembelajaran yang praktis dan operasional, namun sumbangan teori ini sangat
besar. Ide-ide, konsep-konsep yang telah dirumuskannya dapat membantu para pendidik
untuk memahami hakikat kejiwa’an manusia. Hal ini akan dapat membantu para pendidik
dalam menentukan komponen-komponen pembelajaran seperti merumuskan tujuan,
penentuan materi, pemilihan strategi pembelajaran, serta pengembangan alat evaluasi ke
arah pembentukan manusia yang dicita-citakan tersebut.
Dalam prakteknya teori humanistik ini cenderung mengarahkan peserta didik untuk
berfikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa
secara aktif dalam proses belajar. Dalam konteks ini penulis melakukan observasikepada
anak pada usia 13 tahun pada tanggal 20 mei 2018 yang mempunyai bakat di bidang
otomotif dengan nama miftahur rohman. Dari hasil observasi tersebut penulis megamati
bahwasanya anak tersebut itu pandai di dalam segi psikomotor atau praktiknya seperti
contoh dia lebih suka belajar mengutak-atik motor atau bisa dikatakan bongkar pasang
motor. Si anak ini lebih suka membongkar motor dengan caranya sendiri untuk
menemukan apa yang rusak didalamnya setelah itu ia memasang kembali dengan caranya
sendiri sampai dia menemukan titik terangnya. Ketika ditanya apakah si anak ini sekolah
di kejurusan bengkel atau yang berhubungan dengan mesin? Dia menjawab tidak, dia

87
Ibid., hlm. 118-120

Psikologi Kepribadian | 72
sekolah di Madrasah Islam, karena tuntutan dari orang tuanya agar dia memahami akan
ajaran Islam. Tapi dia menyadari bahwasanya dari segi teori dia lemah dan lebih suka
jikalau pelajaran itu dipraktikkan secara langsung.
Ketrampilannya dapat membongkar pasang motor atau mesin-mesin lain seperti kipas,
TV dll itu karena dia hobi akan hal tersebut dan suka melihat orang-orang yang sedang
memperbaiki mesin-mesin. Dan ternyata keahlian dia tersebut itu juga karena faktor
keluarganya, yang mana ibuk dari anak tersebut juga hobi atau faham dengan masalah
mesin maupun listrik karena ibuk dari miftahurrohman sendiri dulu juga pernah
mengikuti bimbingan sekolah kejurusan listrik maupun otomotif. Dari sini ibuk dari
miftahurrohman yang bernama Faizatun Nafi’ah sadar bahwasanya setiap anak
mempunyai kepandaian dan cara belajar yang berbeda-beda, oleh karena itu si ibuk sudah
memiliki pandangan akan menyekolahkan anaknya sesuai dengan bakatnya dan
mengarahkan bakatnya itu agar menjadi seseorang yang sukses kedepannya.
Ini menandakan bahwasanya Teori belajar humanistik melihat proses dan perilaku
belajar dari sudut pandang perilaku si pelajar,bukan dari sudut pandang
pengamatnya.Oleh sebab itu, tujuan utama proses pembelajaran dalam pandangan teori
belajar humanistik adalah bertujuan agar siswa dapat mengembangkan dirinya,yaitu
membantu masing-masing individu untuk mengenali diri mereka sendiri sebagai manusia
yang unik dan membantu mewujudkan dan mengembangkan potensi-potensi yang ada
pada diri mereka masing-masing.Dengan demikian,pembelajaran pada dasarnya untuk
kepetingan memanusiakan siswa sebagai manusia itu sendiri.
F. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas penulis mencoba menyimpulkan bahwasanya teori
humanistic mempunyai tujuan yang ideal yaitu memnausiakan manusia, dari tujuan
tersebut teori humanistic menghargai akan perbedaan-perbedaan manusia seperti halnya
didalam suatu kelas terdiri dari beberapa anak yang mempunyai kepandaian yang
berbeda-beda untuk mencapai tujuannya. Karena pada dasarnya tujuan utama proses
pembelajaran dalam pandangan teori belajar humanistik adalah bertujuan agar siswa
dapat mengembangkan dirinya,yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenali
diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu mewujudkan dan
mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka masing-masing. Dengan
demikian, pembelajaran pada dasarnya untuk kepetingan memanusiakan siswa sebagai
manusia itu sendiri.

Psikologi Kepribadian | 73
Maslow menyatakan bahwa manusia memiliki kodratnya sendiri yang hakiki, yakni
bahwa setiap orang memiliki kebutuhan-kebutuhan, kapasitas-kapasitas dan
kecenderungan-kecenderungan dan potensi yang berbeda-beda yang bersifat genetik,
beberapa diantaranya merupakan sifat-sifat khas dari seluruh spesies manusia, melintas
semua batas kebudayaan, dan potensi –potensi yang berbeda-beda. ini semua
membuktikan bahwasanya manusai mempunyai keunikan atau cara tersendiri untuk
mencapai tujuannya. Dan perbedaan tersebut itu merupakan keunikan masing-masing
individu.
Sedangkan menurut Carl Roger, teori humanistic konsep utamanya adalah bahwa
sebagai makhluk hidup manusia dipandang memiliki kemampuan berfikir rasional secara
konstruktif, positif, bebas, realistik, dapat kerja sama, dapat dipercaya, dapat diterima,
dan penuh akan potensi-potensi. Hampir sama dengan Abraham Maslow bahwa setiap
individu mempunyai pola fikir yang bebas, bebas disini bisa diartikan dengan perbedaan
dari setiap manusia tanpa dihalangi oleh suatu apapun. Dan menurut-Nya kita harus
belajar sesuai dengan keadaan zaman, karena ilmu belajar tempo dahulu tidak akan
dilaksanakan di zaman sekarang. Jadi kita harus belajar mengikuti perkembangan zaman
yang ada sekarang ini dan seterusnya.

BAB IX: PERKEMBANGAN PSIKOLOGI KEPRIBADIAN DAN TEORI BIG FIVE


PERSONALITY

A. Pendahuluan
Setiap individu berfungsi sebagai satu kesatuan yang utuh dan unik.Utuh berarti
bahwa individu tidak dapat dipisahkan dengan segala cirinya, karena individu terdiri dari
gabungan berbagai aspek seperti spiritual perilaku, nilai kemampuan, bahkan
lingkungan.Individu bertumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa dengan
kepribadiannya masing-masing.Kepribadian bawaan merupakan hasil keturunan (genetik)
dari individu sebelumnya, yaitu orang tua dari individu tersebut. Orang tua yang memiliki
karakter tenang dan tidak emosional (nilai rendah pada trait neuroticisme) akan memiliki
katurunan berkarakter seperti itu pula. Perkembangan big five saat ini sangat pesat dalam
berbagai riset kepribadian.
The big five personality adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi
untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah faktor
kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor. Kelima trait
Psikologi Kepribadian | 74
kepribadian yang berada didalam diri setiap individu tersebut adalah extraversion,
agreeableness, conscientibusines, neuroticism, dan openness.Oleh sebab itu, pada tulisan
ini, akan dijelaskan tentang perkembangan psikologi kepribadian dan juga akan dibahas
macam-macam big five personality. Dalam pembahasan kali ini kami akan membahas
tentang Perkembangan Psikologi Kepribadian dan Macam-Macam Big Five Personality.
B. Perkembangan Psikologi Kepribadian
Pada mulanya cendekiawan asal Yunani kuno seperti Hipokrates, Plato dan
Aristotales menawarkan berbagai konsep mengenai jiwa yang memiliki pengaruh
terhadap perkembangan kepribadian manusia. Lalu disusul pada abad ke-17, Rene
Descartes yaitu seorang filsuf terkenal yang berasal dari Perancis yang kini diakui sebagai
Bapak Psikologi Modern, membagi individu ke dalam dua bagian yang saling
berinteraksi, yaitu tubuh dan pikiran. Namun jauh sebelum itu, tepatnya pada abad ke-12,
Imam Al-Ghazali telah menjabarkan dalam buku legendarisnya yang sangat terkenal yaitu
Ihya Ulumuddin, yang menjelaskan bahwa setidaknya di dalam setiap individu terdapat
tiga bagian, yaitu jasad (tubuh), ruhaniyah (nyawa), dan nafsiyah (diri).88
Kitab Ihya Ulumuddin di kemudian hari banyak dijadikan sandaran sebagai pengkaji
ilmu kejiwaan Islam, terutama psikologi sufistik untuk menelaah lebih dalam mengenai
keterkaitannya dengan psikologi modern yang kini tengah berkembang pesat, baik segi
praktis maupun akademisnya. Dewasa ini, kajian terkait psikologi yang berlandas pada
pendekatan rasionalitas dan faktor-faktor objektif yang dilihat dari perilaku seseorang
tengah berkembang dengan pesatnya.Bagi teori kepribadian sendiri, terdapat dua
generalisasi yang terjadi yaitu menjadi perselisihan dalam perkembangan psikologi dan
berfungsi pada masing-masing orientasi yang dijabarkan oleh tokoh-tokoh seperti
Sigmund Freud, Carl Jung dan William McDougall di awal abad ke 20.
Figur tersebut sangat berperan dalam perkembangan teori kepribadian karena profesi
mereka sebagai psikoterapis yang mengerti tentang obat-obatan. Kepribadian dapat
didefinisikan sebagai pola karakteristik sebagai hasil khusus dari pemikiran, perilaku dan
emosi yang muncul pada gaya kepribadian seseorang dengan interaksinya terhadap
lingkungan sosial dan fisik. Pribadi setiap orang berbeda-beda, meskipun kembar identik
sekalipun, karena tidak berelasi dengan genetika manusia. Selain itu, kepribadian adalah
dimensi terdalam jiwa seseorang yang bersifat devaluatif dan laten. Tuntutan terhadap
interaksi dengan lingkungan membuat kepribadian juga merupakan alat untuk manusia

88
Nur Malasari Fajar, Sejarah Dan Sistem Psikologi, (Depok:Raja Grafindo, 2012), hlm. 5.

Psikologi Kepribadian | 75
agar dapat menyesuaikan diri.Lingkungan merupakan faktor penting yang dapat
mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang.Bahkan untuk sebuah way of life
seperti agama, lingkungan turut andil dalam pemilihan hal tersebut.89
Sigmund Freud sendiri memulai karirnya sebagai seorang neurologis. Berkat
ketekunankannya dalam psikologi kemudian ia merumuskan teori psikoanalisis yang
mendasar dalam determinisme perilaku manusia berupa pemikiran, emosi dan aksi yang
menjadi sebab terbentuknya perilaku. Teori ini menjadi acuan bagi banyak psikolog untuk
mengembangkan teori perilaku, sejak tercetus di awal abad ke-20.
C. Macam-Macam Big Five Personality
Adapun tipe-tipe kepribadin dalam teori big five personality antara lain sebagai
berikut :
1. Neuroticism
Neuroticism sering juga disebut dengan istilah negative emotionality.Tipe
kepribadian ini bersifat kontradiktif dari hal yang menyangkut kestabilan emosi dan
identik dengan segala bentuk emosi yang negatif, seperti munculnya perasaan cemas,
sedih, tegang, dan gugup.Mc Crae dan Costa menggolongkan tipe ini pada dua
karakteristik.Individu dengan tingkat neurotis tinggi disebut kelompok reactive (N+)
dan bagi kelompok dengan neurotis rendah disebut kelompok resilient (N-).Pada
individu dengan tingkat neurotis rendah, maka merreka memiliki tingkat
kekhawatiran yang rendah yangg ditunjukkan pada sikapnya yang cenderung tenang
dalam meghadapi sebuah masalah. Mereka tidak mudah marah, mampu menghadapi
stres yang ia hadapi dan selalu optimis. Orang dengan tipe ini terkesan lebih percaya
diri serta mampu mengendalikan setiap dorongan terhadap sesuatu keinginan yang
mereka miliki.
Sebaliknya, seseorang dengan tingkat neurotis tinggi akan menunjukkan sikap
sebaliknya. Ia akan mudah khawatir ketika menghadapi setiap permasalahan yang
menimpanya. Ia juga akan menunjukkan perilaku mudah marah atau tempramental,
pemalu, dan putus asa. Ia juga sulit untuk mengendalikan diri ketika muncul dorongan
terhadap sebuah keinginan yang pada akhiirnya membuatnya tergoda.
2. Extrovet
Tipe kepribadian jenis ini merupakan tipikal seseorang yang mudah sekali
bergaul dengan orang lain atau lingkungan sekitar. Seseorang dengan tipikal ini akan

89
Syamsudin Abin, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 30

Psikologi Kepribadian | 76
menunjukkan sikap mampu menjalin hubungan dunia yang luas. Hal itu dapat dilihat
dari begitu luasnya jaringan pertemanan yang ia bangun, khusunya ketika berada
dilingkungan baru.Seseorang yang termasuk kategori ini, akan menunjukan sikap
yang sangat ramah, hangat, penuh kasih sayang, serta selalu menunjukkan keakraban
terutama kepada orang yang telah ia kenal. Mereka meiliki keinginan yang tinggi
untuk ikut bergabung dan berbaur dengan kelompok dan anggota masyarakat.
Mereka cenderung tegas dalam mengambil keputusan serta tidak segan-segan dalam
menempatkan dirinya dalam posisi kepemimpinan.90
Seseorang dengan tipe ini juga akan cenderung selalu aktif dan tanggap dengan
setiap perubahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Ia juga cenderung selalu
membutuhkan suasana yang mampu membuatnya gembira. Sehingga ia kerap
menciptakan sebuah ide-ide kreatif yang mampu membuat suasana disekitarnya
menjadi lebih berwarna.Lawan dari tipe ini adalah introvet dimana seseorang dengan
tipe ini akan cenderung pendiam, tidak suka bergaul, dan tidak begitu ramah.
3. Agreablenes
Individu yang berdimensi agreablenes ini cenderung lebih patuh dengan individu
lainnya dan memiliki kepribadian yang ingin menghindari konfilk.Karakteristik
Positifnya adalah kooperatif (dapat bekerjasama), penuh kepercayaan, bersifat baik,
hangat dan berhati lembut serta suka membantu.Ia juga lebih menghargai pendapat
orang lain.McCrae dan Costa mengidentifikasikan kepribadian ini pada dua
golongan.Pada skor yang tinggi disebut adapter dan skor rendah disebut
challenger.Pada individu adapter akan selalu memandang individu lain sebagai orang
yang jujur dan memiliki i’tikad baik terhadapnya. Oleh sebab itu mereka akan
cenderung selalu menanamkan pola positif thingking terhadap orang lain.
Pada pribadi ini juga cenderung lebih mementingkan kepentingan orang lain
dibandingkan dengan kepentingannya sendiri. Cia juga cenderung memiliki kemauan
yang besar dalam memberikan pertolongan kepada orang lain serta tulus dalam
melakukannya. Mereka memiliki kerendahan hati yang akan ditunjukkan dalam sikap
dan perilaku yang sederhana dan memandang orang lain lebih mampu dari pada
dirinya.Sebaliknya pada tipe challenger, ia akan selalu memandang orang lin dengan
perasaan ragu-ragu, curiga dan cenderung sinis. Mereka juga enggan melakukan
sesuatu untuk orang lain serta memandang hal tersebut sebagai hal yang terlalu

90
Widiastuti, Big Five Personality, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 296.

Psikologi Kepribadian | 77
berbelit-belit. Ia juga akan memiliki kecenderungan memandang orang lain dengan
sebelah mata.Selain itu, ia juga akan selalu berhati-hati dalam memandang orang lain
dan terlalu berlebihan dalam memahami kebenaran (kaku). Ia cenderung tinggi hati
dan merasa banyak kelebihan dibandingkan orang lain. Individu ini memiliki sifat
keras kepala dan lebih rasionalis dalam segala tindakannya.
4. Conscientiousness
Tipe kepribadian ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi sejauh mana seorang
individu memiliki sikap yang hati-hati dalam mencapai suatu tujuan tertentu yang
termanifestasikan dalam sikap dan perilaku mereka. McCrae dan Costa
mengategorikan individu yang meiliki low conscientiousness sebagai kelompok
flexible person dan sebaliknya pada level yang tinggi (high conscientiousness) disebut
sebagai focused person.flexible person ditunjukkan melalui sikap individu yang selalu
merasa tidak siap dalam segala hal. Dalam merespon perintah flexible person akan
cenderung menjalankan segala perintah yang ia terima secara tidak teratur, tidak
terorganisisr dengan baik, tanpa metode yang jelas, dan terkesan sembrono. Mereka
cenderung memiliki cita-cita yang rendah dan sering menunda-nunda pekerjaan.
Sedangkan focused person cenderung melakukan segala hal secara maksimal.
Mereka cenderung lebih rapi, teratur, dan teorganisir dengan baik.Ia akan lebih
berhati-hati dalam melaksanakan tugasnya. Ia juga akan selalu berfikir lebih matang
sebelum bertindak agar semua yang ia lakukan berjalan maksimal.
5. Openness to Experience
Tipe ini mengidentifikasi seberapa besar individu memiliki ketertarikan terhadap
bidang-bidang tertentu secara luas dan mendalam. Individu yang memiliki minat lebih
terhadap sesuatu hal tertentu melebihi individu yang lainnya merupakan indikasi
bahwa individu tersebut memiliki level yang tinggi dalam tipe ini. Begitu pula
sebaliknya jika individu menunjukkan minat yang rendah, maka identik dengan
keterbukaan yang rendah terhadap pengalaman.
McCrae dan Costa menjelaskan bahwa individu yang memilki level rendah dalam
tipe ini, maka ia akan cenderung lebih fokus terhadap hal-hal yang sedang terjadi saat
ini saja. Mereka jarang melibatkan perasaan dan tindakannya lebih tertarik pada hal
yang telah dikenalnya secara akrab saja.Mereka kurang memiliki ketertarikan hal-hal
yang menyangkut seni sebagai bentuk nilai estetika.Mereka juga memiliki
keterbatasan ide serta bersifat kaku pada nilai-nilai kehidupan.

Psikologi Kepribadian | 78
Sebaliknya, pada individu yang memiliki level tinggi, maka ia akan menunjukkan
sikap imajinatif dan suka berangan-angan. Mereka lebih banyak melibatkan perasaan
dan emosi yang mendalam dalam menilai segala hal dan memiliki ketertarikan dengan
banyak hal serta suka hal yang baru.Ide derta gagasannyapun juga luas dan tidak
monoton.91
D. Studi Kasus Neurotisme Dalam Big FivePersonality
Lagi-lagi kasus pembunuhan terjadi didasari masalah percintaan.Kali ini korbannya
Desi Ekasari, 19 tahun, yang dibunuh oleh kenalannya dari dunia maya, Senin, 3 Maret
2014. Pelaku bernama Irwan Alexandria, 23 tahun.Iabaru pertama kali bertemu Desi
sebelum membunuhnya. Sebelumnya mereka berdua lama berkenalan dan saling suka via
jejaring sosial Facebook.Pekan lalu, keduanya pun sepakat bertemu di kawasan Kota Tua,
Jakarta Barat. "Pelaku ingin berhubungan badan dengan korban, tapi korban
menolak," ujar juru bicara Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto, Sabtu, 8 Maret
2014.Tak terima penolakan itu, Irwan lalu memerkosa Desi. Tak hanya
memerkosa.Karena kesal, pelaku juga mencekik korban dan sempat menusuk lehernya.
Desi tewas di tempat akibat perbuatan Irwan. Mayatnya ditemukan di sebuah got di
kawasan Kamal Muara, Penjaringan.
Setelah membunuh Desi, aksi Irwan tak berhenti.Ia mengontak orang tua Desi di
Pemalang dan mengabari bahwa ia menculik putri mereka. Polisi lalu melacak korban
dari sambungan telepon tersebut.Irwan ditangkap di tempat kerjanya wilayah Kampung
Muara, Penjaringan, Jakarta Utara.Ia ditangkap tanpa perlawanan ketika sedang lelap
tertidur. Atas perbuatannya, polisi mengancam Irwan dengan Pasal 340 KUHP tentang
Pembunuhan Berencana.Ia terancam hukuman mati karena melenyapkan nyawa Desi.
Berdasarkan kasus di atas, Iwan yang merupakan tersangka pembunuhan Dewi
Ekasari yang dikenal melalui jejaring sosial Facebook disimpulkan memiliki neurotisme
yang tinggi. Teori Big FivePersonality menjelaskan neurotisme mengukur penyesuaian
VS ketidakstabilan emosi, mengidentifikasi kecendrungan individu
akan distress psikologi, ide-ide yang tidak realistis, kebutuhan/keinginan yang berlebihan,
dan respon coping yang tidak sesuai. Individu yang neurotisme tinggi memiliki
karakteristik selalu kuatir, cemas, emosional, merasa tidak nyaman, kurang penyesuaian,
kesedihan yang tak beralasan. Irwan tergolong ke dalam individu yang memiliki
neurotisme tinggi karena Irwan dianggap tidak bias mengatur emosional sehingga

91
Prayetno, Model Big Five, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 47.

Psikologi Kepribadian | 79
melakukan perbuatan anarkis seperti memerkosa lalu membunuh demi memenuhi
kebutuhan yang dimilikinya.
Selain itu, Ohorella (2009) mengemukakan bahwa teknologi berbasis internet sangat
disukai oleh individu neurotisme. Kepribadian neurotismeditandai dengan kecenderungan
untuk merasa mudah kecewa, marah, depresi sehingga seringkali mengganggu
keharmonisan hubungan individu dengan orang lain. Dengan adanya media internet,
individu tidak perlu berhadapan langsung(facetoface) dengan orang lain saat
berkomunikasi, mereka dapat menyembunyikan posisi sosial dan emosionalnya di
hadapan orang lain. Individu cenderung menggunakan media internet untuk melarikan
diri dari masalah yang dihadapi.
Hal ini dapat dilihat ketika Irwan dan Eka menjalin hubungan pertama kali melalui
media jejaring sosial Facebook.Ketika Irwan menjalin hubungan melaluiFacebook, Irwan
dapat menyembunyikan kekhawatiran, posisi sosial dan emosionalnya terhadap Eka.
Namun pada saat mereka bertemu, Irwan tidak dapat lagi mengontrol diri, Irwan langsung
merasa kecewa dan kesal kepada Eka ketika keinginannya tidak dipenuhi sehingga
melakukan tindak kriminal.92
E. Kesimpulan
Psikologi kepribadian sudah mulai muncul sebelum abad ke-17, dimana cendekiawan
asal Yunani kuno seperti Hipokrates, Plato dan Aristotales menawarkan berbagai konsep
mengenai jiwa yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan kepribadian manusia.
Lalu disusul pada abad ke-17, Rene Descartes yaitu seorang filsuf terkenal yang berasal
dari Perancis yang kini diakui sebagai Bapak Psikologi Modern, membagi individu ke
dalam dua bagian yang saling berinteraksi, yaitu tubuh dan pikiran. Namun jauh sebelum
itu, tepatnya pada abad ke-12, Imam Al-Ghazali telah menjabarkan dalam buku
legendarisnya yang sangat terkenal yaitu Ihya Ulumuddin, yang menjelaskan bahwa
setidaknya di dalam setiap individu terdapat tiga bagian, yaitu jasad (tubuh), ruhaniyah
(nyawa), dan nafsiyah (diri).
Adapun macam-macam big five personality antara lain : extraversion, agreeableness,
conscientibusines, neuroticism, dan openness.

92
“BunuhKenalan Facebook, Irwan Terancam Hukuman
Mati”. Online.http://www.tempo.co/read/news/2014/03/08/064560512/Bunuh-Kenalan-Facebook-Irwan-Terancam-
Hukuman-Mati. Diakses: Senin, 31 April 2014.

Psikologi Kepribadian | 80
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriono.1991. Psikologi Belajar. Jakarta : Renika Cipta.

Alisuf, Sabri. 1993. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya.

Alwisol. 2005. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM.

Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik Kajia Teoritik, Jakarta: Rineka Cipta.


Dirgagunarsa, Singgih. 1987. Pengantar Psikologi. Jakarta : Gunung Mulia.

Farozin, Fatiyah. 2004. Pemahaman Tingkah laku. Jakarta: Rineka Cipta

Fauzi, Ahmad. 2004. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Fudyartanta. 2005. Psikologi Kepribadian. Yogyakarta: Zenith Publisher.

Ghufron, Nur. 2011. Psikologi. Kudus: Nora Media Enterprise.


Hergenhahndan Olson. tt. Theories of Learning (Teori Belajar). Jakarta: Kencana
Premedia Group.

Heuken, Adolf. Tantangan Membina Kepribadian. Yogyakarta : Kanisius.

Http://www.tempo.co/read/news/2014/03/08/064560512/Bunuh-Kenalan-Facebook Irwan-
Terancam-Hukuman-Mati.

Jaennudin, Ujam. 2012. Psikologi Kepribadian. Bandung : Pustaka Setia.

Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Prenadamedia.

Jalal, Abdul, Luqman. 2004. Keseimbangan antara Kebutuhan Akal, Jasmani dan
Rohani. Jakarta: Cendekia Sentra Muslim.

Khairani, Makmun. 2014. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.


Khasinah, Siti. 2013. “Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam dan Barat”, dalam:
Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, volume XIII nomor 2, 296-317, 2013 Banda Aceh:
UIN Ar-Raniry.

Koeswara. 2001. Teori-teori Kepribadian. Bandung: Eresco.

Psikologi Kepribadian | 81
Laura A. King. 2010. Psikologi Umum (Sebuah Pandangan Apresiatif) buku 1.
Terjemahan Brian Marwensdy. Jakarta: Salemba Humanika.

Mahmud, Dimyati. 1990. Psikologi suatu pengantar. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Malasari Fajar, Nur. 2012. Sejarah Dan Sistem Psikologi. Depok: Raja Grafindo.

Marliani, Rosleny. 2015. Psikologi Perkembangan. Bandung: Pustaka Setia.

Mustakim, Abdul Wahib. 2003. Psikologi belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Prawira, Pirwa Atmaja.2013. Psikologi Kepribadian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Prayetno, 2003. Model Big Five. Jakarta: Rineka Cipta.

Rahman dan Muzdalifah. 2009. Psikologi. Kudus: STAIN Kudus.

Nur Prabowo. Manusia sebagai Sasaran Psikologi Kepribadian. Jurnal Rasail. Vol.1, No.
1, 2014

Sujanto, Agus. 2001. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi Perkasa.

Sumanto. 2014. Psikologi Umum. Yogyakarta: Caps.


Supratiknya,1993. Teori-teori Psikodinamika. Yogyakarta: Kanisius.

Suryabrata, Sumadi. 2006. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Pers.

Syah, Muhibbin.1993. Arti Penting Aspek Kognitif dalam Pengajaran Agama dalam
Mimbar Studi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Syamsudin Abin, 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

W. S antrock, Jhon. Psikologi Edisi kedua. Jakarta : Kencana.

Walgito, Bimo, 1980. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.


Widiastuti, 2004.Big Five Personality. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Yusuf, Syamsu. 2012. Teori kepribadian. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Psikologi Kepribadian | 82
Psikologi Kepribadian | 83

Anda mungkin juga menyukai