Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUHAN

PADA NY. I DENGAN POST PARTUM SPONTAN DI RUANG PONEK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SALATIGA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar Keperawatan Klinik Maternitas

Dosen Pembimbing : Ns.Yuni Astuti,M.Kep

Disusun Oleh :

LULU SWASTIKA

20101440118042

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESDAM IV/ DIPONEGORO


SEMARANG

2021
LAORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Persalinan adalah proses di mana bayi, plasenta, dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai
adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika
kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (JNPK-KR,
2015).
Persalinan spontan (eustosia) adalah suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin dan plasenta) yang sudah cukup bulan, melalui jalan lahir
(pervaginam), dengan kekuatan ibu sendiri atau tanpa bantuan (Manuaba,
2009). Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada
tanda-tanda persalinan (Mansjoer, 2009). Ketuban pecah dini adalah
pecahnya selaput ketuban secara spontan satu jam atau lebili sebelum
terjadinya persalinan (Hamilton, 2015). Dan uraian diatas maka persalinan
spontan dengan ketuban pecah dini adalah proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin dan plasenta) yang sudah cukup bulan melalui jalan lahir
(pervaginam) dan dengan kekuatan ibu sendiri disertai ketuban pecah dini
yaitu pecahnya ketuban sebelum munculnya tandatanda persalinan.

B. TAHAPAN POST PARTUM


Tahapan post partum menurut padila (2014) adalah :
1. Immediate postpartum (24 jam pertama).
2. Early postpartum (1 minggu pertama).
3. Laten postpartum (minggu ke 2sampai minggu ke 6).
C. ADAPTASI FISIOLOGI POST PARTUM
1. Involusio uterus
Secara berangsur – angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil, setelah plasenta lahir uterus merupakan
alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Fundus uteri
 3 jari dibawah pusat. Selama 2 hari berikutnya, besarnya tidak
seberapa berkurang tetapi sesudah 2 hari ini uterus mengecil dengan
cepat sehingga pada hari ke-10 tidak teraba dari luar. Setelah 6 minggu
tercapainya lagi ukurannya yang normal. Epitelerasi siap dalam 10 hari,
kecuali pada tempat plasenta dimana epitelisasi memakan waktu tiga
minggu.
2. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengganggu seperti corong
berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang
terdapat perlukaan-perlukaan kecil setelah bayi lahir, tangan masih bisa
masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan
setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
3. Payudara
Konsentrasi hormone yang menstimulasi perkembangan payudara
selama wanita hamil (estrogen, progesterone, HCG, prolaktin, kortisol
dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang
dibutuhkan hormone-hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil
sebagian ditentukan oleh apakah ibu menyusui atau tidak.
4. Sistem Urinary
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung
pada (1) Keadaan/status sebelum persalinan (2) lamanya partus kala II
dilalui (3) besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan.
Disamping itu, dari hasil pemeriksaan sistokopik segera setelah
persalinan tidak menunjukkan adanya edema dan hyperemia diding
kandung kemih, akan tetapi sering terjadi exstravasasi (extravasation,
artinya keluarnya darah dari pembuluh-pembuluh darah di dalam
badan) kemukosa. (Suherni, 2009).
5. Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada
sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam
proses tersebut. Oksitosin diseklerasikan dari kelenjer otak bagian
belakang. Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan
dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga
mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan
sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali ke bentuk
normal. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap
tinggi dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang
ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui bayinya tingkat sirkulasi
prolaktin menurun dalam 14-21 hari setelah persalinan, sehingga
merangsang kelenjer bawah depan otak yang mengontrol ovarium
kearah permulaan pola produksi estrogen dan progesteron yang normal,
pertumbuhan folikel, ovulasi, dan menstruasi. Selama hamil volume
darah normal meningkat walaupun mekanismenya secara penuh belum
dimengerti. Di samping itu, progesteron mempengaruhi otot halus yang
mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini
sangat mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar
panggul, perineum dan vulva, serta vagina.
6. Sistem gastrointestinal
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan.Hal ini umumnya
karena makan padat dan kurangnya berserat selama persalinan. Seorang
wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap makanannya dua jam
setelah persalinan. Kalsium sangat penting untuk gigi pada kehamilan
dan masa nifas, dimana pada masa ini terjadi penurunan konsentrasi ion
kalsium karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu, terutama
pada bayi yang dikandungnya untuk proses pertumbuhan juga pada ibu
dalam masa laktasi (Saleha, 2009).
7. Sistem musculoskeletal
Beberapa gejala sistem muskuloskeletal yang timbul pada masa pasca
partum antara lain:
a. Nyeri punggung bawah
Nyeri punggung merupakan gejala pasca partum jangka panjang
yang sering terjadi. Hal ini disebabkan adanya ketegangan postural
pada sistem musculoskeletal akibat posisi saat persalinan.
Penanganan: Selama kehamilan, wanita yang mengeluh nyeri
punggung sebaiknya dirujuk pada fisioterapi untuk mendapatkan
perawatan. Anjuran perawatan punggung, posisi istirahat, dan
aktifitas hidup sehari-hari penting diberikan. Pereda nyeri
elektroterapeutik dikontraindikasikan selama kehamilan, namun
mandi dengan air hangat dapat menberikan rasa nyaman pada pasien.
b. Sakit kepala dan nyeri leher
Pada minggu pertama dan tiga bulan setelah melahirkan, sakit kepala
dan migrain bisa terjadi. Gejala ini dapat mempengaruhi aktifitas dan
ketidaknyamanan pada ibu post partum. Sakit kepala dan nyeri leher
yang jangka panjang dapat timbul akibat setelah pemberian anestasi
umum.
c. Nyeri pelvis posterior
Nyeri pelvis posterior ditunjukan untuk rasa nyeri dan disfungsi area
sendi sakroiliaka. Gejala ini timbul sebelum nyeri punggung bawah
dan disfungsi simfisis pubis yang ditandai nyeri di atas sendi
sakroiliaka pada bagian otot penumpu berat badan serta timbul pada
saat membalikan tubuh di tempat tidur. Nyeri ini dapat menyebar ke
bokong dan paha posterior. Penanganan: pemakaian ikat (sabuk)
sakroiliaka penyokong dapat membantu untuk mengistirahatkan
pelvis. Mengatur posisi yang nyaman saat istirahat maupun bekerja,
serta mengurangi aktifitas dan posisi yang dapat memacu rasa nyeri.
d. Disfungsi simfisis pubis
Merupakan istilah yang menggambarkan gangguan fungsi sendi
simfisis pubis dan nyeri yang dirasakan di sekitar area sendi. Fungsi
sendi simfisis pubis adalah menyempurnakan cincin tulang pelvis
dan memindahkan berat badan melalui pada posisis tegak. Bila sendi
ini tidak menjalankan fungsi semestinya, akan terdapat
fungsi/stabilitas pelvis yang abnormal, diperburuk dengan terjadinya
perubahan mekanis, yang dapat mrmpengaruhi gaya berjalan suatu
gerakan lembut pada sendi simfisis pubis untuk menumpu berat
badan dan disertai rasa nyeri yang hebat. Penanganan: tirah baring
selama mungkin; pemberian pereda nyeri; perawatan ibu dan bayi
yang lengkap; rujuk ke ahli fisioterapi untuk latihan abdomen yang
tepat; latihan meningkatkan sirkulasi; mobilisasi secara bertahap;
pemberian bantuan yang sesuai.
e. Diastasis rekti
Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5
cm pada tepat setinggi umbilikus sebagai akibat pengaruh hormon
terhadap linea alba serta akibat perenggangan mekanis dinding
abdomen. Kasus ini sering terjadi pada multi paritas, bayi besar, poli
hidramnion, kelemahan otot abdomen dan postur yang salah. Selain
itu, juga disebabkan gangguan kolagen yang lebih ke arah keturunan,
sehingga ibu dan anak mengalami diastasis. Penanganan: melakukan
pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebar celah antara otot rektus;
memasang penyangga tubigrip (berlapis dua jika perlu), dari area
xifoid sternum sampai di bawah panggul; latihan transversus dan
pelvis dasar sesering mungkin, pada semua posisi, kecuali posisi
telungkup-lutut; memastikan tidak melakukan latihan sit-up atau
curl-up; mengatur ulang kegiatan sehari–hari, menindaklanjuti
pengkajian oleh ahli fisioterapi selama diperlukan.
f. Osteoporosis akibat kehamilan
Osteoporosis timbul pada trimester ketiga atau pasca natal. Gejala ini
ditandai dengan nyeri, fraktur tulang belakang dan panggul, serta
adanya hendaya (tidak dapat berjalan), ketidakmampuan mengangkat
atau menyusui bayi pasca natal, berkurangnya tinggi badan, postur
tubuh yang buruk. .
8. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Pada hari pertama dan kedua lochea rubra atau
lochea cruenta, terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo dan
mekonium.
a. Lochea Rubra (cruenta) : Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban,
sel-sel dari desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium.
b. Lochea Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir hari ke 3-7 pasca persalinan
c. Lochea Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada
hari ke 7-14 pasca persalinan.
d. Lochea Alba : cairan putih setelah 2 minggu.
e. Lochea Purulenta : terjadi infeksi, keluaran cairan seperti nanah
berbau busuk.
f. Lochea stasis : lochea tidak lancar keluarnya.
9. Pembuluh Darah Rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh-pembuluh
darah yang besar, karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi
peredaran darah yang banyak. Bila pembuluh darah yang besar,
tersunbat karena perubahan pada dindingnya dan diganti oleh
pembuluh-pembuluh yang kiri.
10. Vagina dan perineum
Setelah persalinan dinding perut longgar karena disebabkan lama, tetapi
biasanya akan pulih kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang
asthenis menjadi diastasis dari otot-otot rectus abnominis sehingga
sebagian dari dinding perut di garis tengah terdiri dari perineum, fascia
tipis dan kulit. Tempat yang lemah dan menonjol kalau berdiri atau
mengejan. Perubahan vagina, vagina mengecil dan timbul rugae
(lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) kembali. Terjadi robekan
perineum pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga
pada persalinan berikutnya. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas
episiotomi (penyayatan mulut serambi kemaluan untuk mempermudah
kelahiran bayi) lakukanlah penjahitan dan perawatan dengan baik
(Suherni, 2009).
11. Sistem Kardiovaskuler
a. Volume Darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa factor misalnya
kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta
pengeluaran cairan ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan
akibat penurunan volume darah total yang cepat tetapi terbatas. Pada
minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah
biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum hamil.
Hipervolemia yang diakibatkan kehamilan menyebabkan
kebanyakan ibu bisa mentoleransi kehilangan darah saat melahirkan.
Pasca melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah
ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan
dekompensasi kordis pada penderita vitum cordia. Hal ini dapat
diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya
hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala.
Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima post
patum. Tiga perubahan fisiologis pascapartum yang melindungi
wanita :
1) Hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran
pembuluh darah maternal 10%-15%.
2) Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan stimulus
vasodilatasi
3) Terjadinya mobilisasi air ekstravaskuler yang disimpan selama
wanita hamil.

b. Curah Jantung
Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat
selama masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini
akan meningkat bahkan lebih tinggi selama 30-60 menit karena
darah yang biasanya melintasi sirkuit uteroplasenta tiba-tiba kembali
ke sirkulasi umum.
12. Tanda-tanda Vital
Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat menjadi 38ºC,
sebagai akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan
hormonal jika terjadi peningkatan suhu 38ºC yang menetap 2 hari
setelah 24 jam melahirkan, maka perlu dipikirkan adanya infeksi seperti
sepsis puerperalis (infeksi selama post partum), infeksi saluran kemih,
endometritis (peradangan endometrium), pembengkakan payudara, dan
lain-lain. Dalam periode waktu 6-7 jam sesudah melahirkan, sering
ditemukan adanya bradikardia 50-70 kali permenit (normalnya 80-100
kali permenit) dan dapat berlangsung sampai 6-10 hari setelah
melahirkan. Takhikardia kurang sering terjadi, bila terjadi berhubungan
dengan peningkatan kehilangan darah dan proses persalinan yang lama.
Selama beberapa jam setelah melahirkan, ibu dapat mengalami
hipotensi orthostatik (penurunan 20 mmHg) yang ditandai dengan
adanya pusing segera setelah berdiri, yang dapat terjadi hingga 46 jam
pertama. Hasil pengukuran tekanan darah seharusnya tetap stabil
setelah melahirkan. Peningkatan tekanan sisitolik 30 mmHg dan
penambahan diastolik 15 mmHg yang disertai dengan sakit kepala dan
gangguan penglihatan, bisa menandakan ibu mengalami preeklamsia
dan ibu perlu dievaluasi lebih lanjut. Fungsi pernafasan ibu kembali ke
fungsi seperti saat sebelum hamil pada bulan ke enam setelah
melahirkan (Maryunani, 2009).
13. Endometrium
Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis, di tempat implantasi
plasenta. Pada hari-hari pertama, endometrium setebal 12,5 mm akibat
pelepasan desidua dan selaput janin.

D. ADAPTASI PSIKOLOGIS
Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam
3 periode yaitu sebagai berikut ;
1. Periode Taking In
a. Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan
b. Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga
komunikasi yang baik.
c. Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan segala
sesuatru kebutuhan dapat dipenuhi orang lain.
d. Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya
e. Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika
melahirkan secara berulang-ulang
f. Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan
tenang untuk memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala.
g. Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi,
dan kurangnya nafsu makan menandakan ketidaknormalan proses
pemulihan
2. Periode Taking Hold
a. Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan
b. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam
merawat bayi
c. Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh
karena itu, ibu membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang
terdekat
d. Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya. Dengan begitu ibu
dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya.
e. Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi
tubuhnya, misalkan buang air kecil atau buang air besar, mulai
belajar untuk mengubah posisi seperti duduk atau jalan, serta belajar
tentang perawatan bagi diri dan bayinya
3. Periode Letting Go
a. Berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
b. Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah
c. Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan
diri dengan ketergantungan bayinya
d. Keinginan untuk merawat bayi meningkat
e. Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan
bayinya, keadaan ini disebut baby blues (Herawati Mansur, 2009).
E. PATHWAY
F. KOMPLIKASI
1. Komplikasi kala I dan kala II
a. Persalinan Macet (Partus Tidak Maju)
Secara umum,penyebab persalinan yang macet kondisi tulang
panggul si ibu yang terlampaui sempit dan menyebabkan bayi susah
untuk lahir. Persalinan macet ini juga bisa disebabkan oleh gangguan
beberapa penyakit yang menyebabkan kepayahan mengeluarkan
kepala bayi saat persalinan.Hal lain yang membuat proses persalinan
macet adalah faktor usia sang ibu, paritas, konsistensi mulut rahim,
berat badan sang janin, gizi ibu, psikisi ibu dan penyakit jantung
semisal anemia.
Jika proses persalinan berlangsung sangat lama, dokter mungkin
akan memberikan cairan intravena untuk membantu mencegah
dehidrasi. Jika rahim tidak cukup untuk berkontraksi, dokter akan
memberikan oxytocin, obat yang dapat mendorong kontraksi lebih
kuat. Dan jika leher rahim berhenti melebar padahal kontraksi yang
lebih kuat. Dan jika leher rahim berhenti melebar padahal kontraksi
rahim sudah menguat,operasi cesar mungkin harus dilakukan.
b. Distosia
Distosia adalah keterlambatan atau kesulitan persalinan. Dapat
disebabkan kelainan tenaga, kelainan letak, dan bentuk janin serta
kelainan janin lahir.
1) Distosia karena kelainan tenaga/HIS
a) HIS Hipotonic/Intersia Uteri
b) HIS Hipertonic
c) HIS yang tidak terkoordinasi
2) Distosia karena kelainan letak dan bentuk janin
3) Distosia karena jalan lahir.
2. Komplikasi Kala III dan IV
a. Atonia Uteri (Relaksasi otot uterus )
b. Retensio Plasentae
c. Emboli air ketuban
G. DATA PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada saat ibu hamil akan
melakukan persalinan ialah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan urine protein (Albumin): Untuk mengetahui adanya
risiko pada keadaan preeklamsi maupun adanya gangguan pada
ginjal dilakukan pada trimester II dan III.
b. Pemeriksaan urin gula: Menggunakan reagen benedict dan
menggunakan diastic.
c. Pemeriksaan darah
2. Ultrasonografi (USG)
Alat yang menggunakan gelombang ultrasound untuk mendapatkan
gambaran dari janin, plasenta dan uterus.
3. Stetoskop Monokuler
Mendengar denyut jantung janin, daerah yang paling jelas terdengar
DJJ, daerah tersebut disebut fungtum maksimum.
4. Memakai alat Kardiotokografi (KTG)
Kardiotokografi adalah gelombang ultrasound untuk mendeteksi
frekuensi jantung janin dan tokodynomometer untuk mendeteksi
kontraksi uterus kemudian keduanya direkam pada kertas yang sama
sehingga terlihat gambaran keadaan jantung janin dan kontraksi uterus
pada saat yang sama
H. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Aktivitas istirahat
Klien tampak kelelahan.
2. Integritas ego
Klien tampak serius dan tampak hanyut dalam persalinan
ketakutan tentang kemampuan mengendalikan pernafasan.
3. Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi sedang, terjadi 2, 5-5 menit dan berakhir 30-40 detik.
4. Keamanan
Irama jantung janin terdeteksi agak di bawah pusat, pada posisi
vertexs.
5. Seksualitas
Dilatasi servik dan 4-8 cm (1, 5 cm/jam pada multipara dan 1,2/
jam pada primipara).
b. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Infeksi b.d tindakan infasif dan paparan lingkungan
pathogen
2. Kurang Pengetahuan Tentang perawatan ibu nifas dan
perawatan bayi b. d Kurangnya informasi.
c. Intervensi
Resiko Infeksi Setelah
b.d diberikan tindakan keperawatan 1.
klienMonitor tanda dan
tindakan menunjukkan control terhadap resiko dengan gejala infeksi
invansif, kriteria hasil : lokal
paparan Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 2. Pantau suhu tubuh dan
lingkunganKlien mampu menjelaskan tanda dan gejala infeksi denyut nadi
patogen 3. Berikan antibiotic
sesuai program
Kurang pengetahuan
Setelah diberikan tindakan keperawatan Pendidikan
klien kesehatan
tentang menunjukkan pengetahuan tentang perawatanKaji
ibu tingka pengetahuan
perawatan ibu nifas dan perawatan bayi akan meningkat dengan klien
nifas dan kriteria hasil : Klarifikasi informasi
perawatan bayi untuk menjelaskan tentang perawatan ibu nifas yang diberikan
b.d kurangnya dan perawatan bayi oleh tim
sumber perawatan ibu nifas : kesehatan lain
informasi - Gizi TKTP sebelum diberikan
- Kebersihan personal dan vulva hiegine informasi kita
- Asi ekslusif berikan.
- Kb
- BAK sepontan bisa lancar
- Kontraksi uterus
Perawatan bayi :
- Perawatan tali pusat
- Asi adlib
DAFTAR PUSTAKA

Mansur, Herawati.2009.Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta :


Salemba Medika.
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum).
Jakarta: TIM.
Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Suherni. (2009). Perawatan Masa Nifas. YogyakartA: Penerbit Fitramaya.
Heardman. (2011). Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC
Saifuddin, Abdul Bari. (2016) Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai