Disusun Oleh :
LULU SWASTIKA
20101440118042
2021
LAORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Persalinan adalah proses di mana bayi, plasenta, dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai
adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika
kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (JNPK-KR,
2015).
Persalinan spontan (eustosia) adalah suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin dan plasenta) yang sudah cukup bulan, melalui jalan lahir
(pervaginam), dengan kekuatan ibu sendiri atau tanpa bantuan (Manuaba,
2009). Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada
tanda-tanda persalinan (Mansjoer, 2009). Ketuban pecah dini adalah
pecahnya selaput ketuban secara spontan satu jam atau lebili sebelum
terjadinya persalinan (Hamilton, 2015). Dan uraian diatas maka persalinan
spontan dengan ketuban pecah dini adalah proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin dan plasenta) yang sudah cukup bulan melalui jalan lahir
(pervaginam) dan dengan kekuatan ibu sendiri disertai ketuban pecah dini
yaitu pecahnya ketuban sebelum munculnya tandatanda persalinan.
b. Curah Jantung
Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat
selama masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini
akan meningkat bahkan lebih tinggi selama 30-60 menit karena
darah yang biasanya melintasi sirkuit uteroplasenta tiba-tiba kembali
ke sirkulasi umum.
12. Tanda-tanda Vital
Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat menjadi 38ºC,
sebagai akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan
hormonal jika terjadi peningkatan suhu 38ºC yang menetap 2 hari
setelah 24 jam melahirkan, maka perlu dipikirkan adanya infeksi seperti
sepsis puerperalis (infeksi selama post partum), infeksi saluran kemih,
endometritis (peradangan endometrium), pembengkakan payudara, dan
lain-lain. Dalam periode waktu 6-7 jam sesudah melahirkan, sering
ditemukan adanya bradikardia 50-70 kali permenit (normalnya 80-100
kali permenit) dan dapat berlangsung sampai 6-10 hari setelah
melahirkan. Takhikardia kurang sering terjadi, bila terjadi berhubungan
dengan peningkatan kehilangan darah dan proses persalinan yang lama.
Selama beberapa jam setelah melahirkan, ibu dapat mengalami
hipotensi orthostatik (penurunan 20 mmHg) yang ditandai dengan
adanya pusing segera setelah berdiri, yang dapat terjadi hingga 46 jam
pertama. Hasil pengukuran tekanan darah seharusnya tetap stabil
setelah melahirkan. Peningkatan tekanan sisitolik 30 mmHg dan
penambahan diastolik 15 mmHg yang disertai dengan sakit kepala dan
gangguan penglihatan, bisa menandakan ibu mengalami preeklamsia
dan ibu perlu dievaluasi lebih lanjut. Fungsi pernafasan ibu kembali ke
fungsi seperti saat sebelum hamil pada bulan ke enam setelah
melahirkan (Maryunani, 2009).
13. Endometrium
Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis, di tempat implantasi
plasenta. Pada hari-hari pertama, endometrium setebal 12,5 mm akibat
pelepasan desidua dan selaput janin.
D. ADAPTASI PSIKOLOGIS
Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam
3 periode yaitu sebagai berikut ;
1. Periode Taking In
a. Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan
b. Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga
komunikasi yang baik.
c. Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan segala
sesuatru kebutuhan dapat dipenuhi orang lain.
d. Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya
e. Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika
melahirkan secara berulang-ulang
f. Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan
tenang untuk memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala.
g. Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi,
dan kurangnya nafsu makan menandakan ketidaknormalan proses
pemulihan
2. Periode Taking Hold
a. Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan
b. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam
merawat bayi
c. Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh
karena itu, ibu membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang
terdekat
d. Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya. Dengan begitu ibu
dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya.
e. Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi
tubuhnya, misalkan buang air kecil atau buang air besar, mulai
belajar untuk mengubah posisi seperti duduk atau jalan, serta belajar
tentang perawatan bagi diri dan bayinya
3. Periode Letting Go
a. Berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
b. Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah
c. Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan
diri dengan ketergantungan bayinya
d. Keinginan untuk merawat bayi meningkat
e. Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan
bayinya, keadaan ini disebut baby blues (Herawati Mansur, 2009).
E. PATHWAY
F. KOMPLIKASI
1. Komplikasi kala I dan kala II
a. Persalinan Macet (Partus Tidak Maju)
Secara umum,penyebab persalinan yang macet kondisi tulang
panggul si ibu yang terlampaui sempit dan menyebabkan bayi susah
untuk lahir. Persalinan macet ini juga bisa disebabkan oleh gangguan
beberapa penyakit yang menyebabkan kepayahan mengeluarkan
kepala bayi saat persalinan.Hal lain yang membuat proses persalinan
macet adalah faktor usia sang ibu, paritas, konsistensi mulut rahim,
berat badan sang janin, gizi ibu, psikisi ibu dan penyakit jantung
semisal anemia.
Jika proses persalinan berlangsung sangat lama, dokter mungkin
akan memberikan cairan intravena untuk membantu mencegah
dehidrasi. Jika rahim tidak cukup untuk berkontraksi, dokter akan
memberikan oxytocin, obat yang dapat mendorong kontraksi lebih
kuat. Dan jika leher rahim berhenti melebar padahal kontraksi yang
lebih kuat. Dan jika leher rahim berhenti melebar padahal kontraksi
rahim sudah menguat,operasi cesar mungkin harus dilakukan.
b. Distosia
Distosia adalah keterlambatan atau kesulitan persalinan. Dapat
disebabkan kelainan tenaga, kelainan letak, dan bentuk janin serta
kelainan janin lahir.
1) Distosia karena kelainan tenaga/HIS
a) HIS Hipotonic/Intersia Uteri
b) HIS Hipertonic
c) HIS yang tidak terkoordinasi
2) Distosia karena kelainan letak dan bentuk janin
3) Distosia karena jalan lahir.
2. Komplikasi Kala III dan IV
a. Atonia Uteri (Relaksasi otot uterus )
b. Retensio Plasentae
c. Emboli air ketuban
G. DATA PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada saat ibu hamil akan
melakukan persalinan ialah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan urine protein (Albumin): Untuk mengetahui adanya
risiko pada keadaan preeklamsi maupun adanya gangguan pada
ginjal dilakukan pada trimester II dan III.
b. Pemeriksaan urin gula: Menggunakan reagen benedict dan
menggunakan diastic.
c. Pemeriksaan darah
2. Ultrasonografi (USG)
Alat yang menggunakan gelombang ultrasound untuk mendapatkan
gambaran dari janin, plasenta dan uterus.
3. Stetoskop Monokuler
Mendengar denyut jantung janin, daerah yang paling jelas terdengar
DJJ, daerah tersebut disebut fungtum maksimum.
4. Memakai alat Kardiotokografi (KTG)
Kardiotokografi adalah gelombang ultrasound untuk mendeteksi
frekuensi jantung janin dan tokodynomometer untuk mendeteksi
kontraksi uterus kemudian keduanya direkam pada kertas yang sama
sehingga terlihat gambaran keadaan jantung janin dan kontraksi uterus
pada saat yang sama
H. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Aktivitas istirahat
Klien tampak kelelahan.
2. Integritas ego
Klien tampak serius dan tampak hanyut dalam persalinan
ketakutan tentang kemampuan mengendalikan pernafasan.
3. Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi sedang, terjadi 2, 5-5 menit dan berakhir 30-40 detik.
4. Keamanan
Irama jantung janin terdeteksi agak di bawah pusat, pada posisi
vertexs.
5. Seksualitas
Dilatasi servik dan 4-8 cm (1, 5 cm/jam pada multipara dan 1,2/
jam pada primipara).
b. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Infeksi b.d tindakan infasif dan paparan lingkungan
pathogen
2. Kurang Pengetahuan Tentang perawatan ibu nifas dan
perawatan bayi b. d Kurangnya informasi.
c. Intervensi
Resiko Infeksi Setelah
b.d diberikan tindakan keperawatan 1.
klienMonitor tanda dan
tindakan menunjukkan control terhadap resiko dengan gejala infeksi
invansif, kriteria hasil : lokal
paparan Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 2. Pantau suhu tubuh dan
lingkunganKlien mampu menjelaskan tanda dan gejala infeksi denyut nadi
patogen 3. Berikan antibiotic
sesuai program
Kurang pengetahuan
Setelah diberikan tindakan keperawatan Pendidikan
klien kesehatan
tentang menunjukkan pengetahuan tentang perawatanKaji
ibu tingka pengetahuan
perawatan ibu nifas dan perawatan bayi akan meningkat dengan klien
nifas dan kriteria hasil : Klarifikasi informasi
perawatan bayi untuk menjelaskan tentang perawatan ibu nifas yang diberikan
b.d kurangnya dan perawatan bayi oleh tim
sumber perawatan ibu nifas : kesehatan lain
informasi - Gizi TKTP sebelum diberikan
- Kebersihan personal dan vulva hiegine informasi kita
- Asi ekslusif berikan.
- Kb
- BAK sepontan bisa lancar
- Kontraksi uterus
Perawatan bayi :
- Perawatan tali pusat
- Asi adlib
DAFTAR PUSTAKA