Disusun Oleh :
KIKI SULASTRI
P17324215042
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk adalah terjadinya perubahan jumlah penduduk
pada suatu wilayah, baik bertambah maupun berkurang, di Indonesia
pertumbuhan penduduk mencapai 1,49%. Peristiwa pertumbuhan penduduk
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kelahiran (natalitas) yang bersifat
menambah jumlah penduduk, angka kematian ibu (mortalitas) yang bersifat
mengurangi jumlah penduduk, perpindahan penduduk (migrasi) yaitu
perpindahan penduduk dari satu tempat ketempat lain dengan tujuan
menetap.1
Angka kematian ibu cukup tinggi, sehingga target dari Millennium
Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian ibu di
Indonesia sebanyak 75% pada tahun 2015, dalam rencana pembangunan
jangka menengah 2004-2009 ditargetkan pencapaian angka kematian ibu
ditargetkan 226/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2009, dengan demikian
ditargetkan penurunan sampai 102/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015,
tiga faktor yang menyebabkan kematian pada ibu adalah perdarahan sebanyak
60%, infeksi sebanyak 25%, gestosis sebanyak 15%.2
Peristiwa perdarahan yang dimaksud adalah perdarahan postpartum,
perdarahan postpartum sangat berbahaya bagi ibu pada masa nifas karena ibu
mengalami perdarahan sebanyak 500cc. perdarahan postpartum dibagi
menjadi dua jenis yaitu perdarahan postpartum primer dan sekunder, pada
perdarahan postpartum sekunder salah satunya penyebabnya adalah retensio
sisa plasenta.3
Menurut profil jumlah 10 besar kasus obstetri di IGD Obgyn RSUD
Sayang Cianjur tahun 2016 kasus HPP (Hemoraghic Post Partum) sebanyak
359 kasus. Walaupun angka kejadian karena sisa plasenta tidak terlalu
banyak, namun memerlukan penanganan cepat dan tepat karena apabila tidak
ditangani dengan cepat dan tepat akan menyebabkan perdarahan dankematian
1
dan komplikasi pada persalinan selanjutnya. Oleh karena itu penulis tertarik
untuk membuat laporan kasus patologi mengenai HPP (Hemoraghic Post
Partum) dengan Sisa Plasenta.4
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Kebidanan pada pada Ny.R usia 20 tahun P1A0 dengan
sisa plasenta di ruang Delima RSUD Sayang Cianjur?”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar dapat memahami dan mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada
Ny. R di RSUD Sayang Cianjur. Melalui pendekatan manajemen
kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Diperolehnya data subjektif pada Ny. R usia 20 tahun di Ruang
Nifas RSUD Sayang Cianjur.
b. Diperolehnya data objektif pada Ny. R usia 20 tahun di Ruang Nifas
RSUD Sayang Cianjur.
c. Ditegakkannya analisa pada Ny. R usia 20 tahun di Ruang Nifas
RSUD Sayang Cianjur.
d. Dilakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. R usia 20
tahun di Ruang Nifas RSUD Sayang Cianjur.
e. Diketahuinya faktor penghambat dan faktor pendukung dalam
asuhan kebidanan pada Ny. R usia 20 tahun di Ruang Nifas RSUD
Sayang Cianjur.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Sisa Plasenta
1. Pengertian
Plasenta yang masih tertinggal disebut sisa plasenta. Gejala klinis
sisa plasenta adalah terdapat subinvolusi uteri, terjadi perdarahan
sedikit yang berkepanjangan, dapat juga terjadi perdarahan banyak
mendadak setelah berhenti beberapa waktu, perasaan tidak nyaman di
perut bagian bawah.5
Sisa Plasenta adalah tertinggalnya sisa plasenta dan membrannya
dalam kavum uteri.6 Sisa plasenta merupakan tertinggalnya bagian
plasenta dalam rongga rahim yang dapat menimbulkan perdarahan post
partum dini atau perdarahan post partum lambat yang biasanya terjadi
dalam 6 hari sampai 10 hari pasca persalinan.7
Selaput yang mengandung pembuluh darah ada yang tertinggal,
perdarahan segera. Gejala yang kadang – kadang timbul uterus
berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang. Sisa plasenta
yang masih tertinggal di dalam uterus dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan. Bagian plasenta yang masih menempel pada dinding
uterus mengakibatkan uterus tidak adekuat sehingga pembuluh darah
yang terbuka pada dinding uterus tidak dapat berkontraksi/ terjepit
dengan sempurna.8
Sisa Plasenta dalam nifas menyebabkan perdarahan dan infeksi.
Perdarahan yang banyak dalam nifas hampir selalu disebabkan oleh
sisa plasenta. Jika pada pemeriksaan plasenta ternyata jaringan plasenta
tidak lengkap, maka harus dilakukan eksplorasi dari cavum uteri.
Potongan – potongan plasenta yang ketinggalan tidak diketahui
biasanya menimbulkan perdarahan post partum.9
3
2. Etiologi
Faktor penyebab utama perdarahan baik secara primer maupun
sekunder adalah grande multipara, jarak persalinan pendek kurang dari
2 tahun, persalinan yang dilakukan tindakan, pertolongan kala uri
sebelum waktunya, pertolongan persalinan oleh dukun, persalinan
dengan tindakan paksa, pengeluaran plasenta tidak hati- hati.10
Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomaly dari uterus atau serviks
kelemahan dan tidak efektifitas kontraksi uterus, Kelainan dari plasenta,
misalnya plasenta letak rendah atau plasenta previa, implantasi dari
cornu dan adanya plasenta akreta. Kesalahan manajemen kala tiga
persalinan, seperti manipulasi dari uterus yang tidak perlu sebelum
terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan kontraksi yang tidak
ritmik, pemberian uterotonik yang tidak tepat waktunya yang juga dapat
menyebabkan serviks kontraksi dan menahan plasenta, serta pemberian
anastesi terutama yang melemahkan kontraksi uterus.7
3. Patofisiologi
Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi.
Kontraksi dan retraksi otot - otot uterus menyelesaikan proses ini pada
akhir persalinan. Sesudah berkontraksi, sel miometrium tidak relaksasi,
melainkan menjadi lebih pendek dan lebih tebal. Dengan kontraksi
yang berlangsung continue, miometrium menebal secara progresif, dan
kavum uteri mengecil sehingga ukuran juga mengecil. Pengecilan
mendadak uterus ini disertai mengecilnya daerah tempat perlekatan
plasenta. Ketika jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka
plasenta yang tidak dapat berkontraksi mulai terlepas dari dinding
uterus.6
Tegangan yang ditimbulkan menyebabkan lapis dan desidua
spongiosa yang longgar memberi jalan, dan pelepasan plasenta terjadi
di tempat itu. Pembuluh darah yang terdapat di uterus berada di antara
serat - serat otot miometrium yang saling bersilang. Kontraksi serat -
4
serat otot ini menekan pembuluh darah dan retraksi otot ini
mengakibatkan pembuluh darah terjepit serta perdarahan berhenti.
Pengamatan terhadap persalinan kala tiga dengan menggunakan
pencitraan ultrasonografi secara dinamis telah membuka perspektif
baru tentang mekanisme kala tiga persalinan. Kala tiga yang normal
dapat dibagi dalam empat fase yaitu :
a. Fase laten, ditandai oleh menebalnya dinding uterus yang bebas
tempat plasenta, namun dinding uterus tempat plasenta melekat
masih tipis.
b. Fase kontraksi, ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat
plasenta melekat (dari ketebalan kurang dari 1 cm menjadi kurang
2 cm).
c. Fase pelepasan plasenta, fase dimana plasenta menyempurnakan
pemisahannya dari dinding uterus dan lepas. Tidak ada hematom
yang terbentuk antara dinding uterus dengan plasenta. Terpisahnya
plasenta disebabkan oleh kekuatan antara plasenta yang pasif
dengan otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya plasenta,
yang mengurangi permukaan tempat melekatnya plasenta.
Akibatnya sobek di lapisan spongiosa.
d. Fase pengeluaran, dimana plasenta bergerak meluncur. Saat
plasenta bergerak turun, daerah pemisahan tetap tidak berubah dan
sejumlah kecil darah terkumpul didalam rongga rahim. Ini
menunjukkan bahwa perdarahan selama pemisahan plasenta lebih
merupakan akibat, bukan sebab. Lama kala tiga pada persalinan
normal ditentukan oleh lamanya fase kontraksi. Dengan
mengguanakan ultrasonografi pada kala tiga, 89% plasenta lepas
dalam waktu satu menit dari tempat implantasinya. Tanda- tanda
pelepasan plasenta adalah sering ada pancaran darah yang
mendadak, uterus menjadi globuler dan konsistensinya menjadi
semakin padat, uterus meninggi kearah abdomen karena plasenta
yang telah berjalan turun masuk ke vagina, serta tali pusat yang
5
keluar lebih panjang. Sesudah plasenta terpisah dari tempat
melekatnya maka tekanan yang diberikan oleh dinding rahim atau
atas vagina. Kadang- kadang, plasenta dapat keluar dari lokasi ini
oleh adanya tekanan inter-abdominal. Namun, wanita yang
berbaring dalam posisi terlentang sering tidak dapat mengeluarkan
plasenta secara spontan. Umumnya, dibutuhkan tindakan artifisal
untuk menyempurnakan persalinan kala tiga.
6
3) Peningkatan denyut nadi
4) Tekanan darah menurun
5) Pernapasan cepat
6) Gangguan kesadaran (syok)
7) Pasien pusing dan gelisah.
8) Tampak sisa plasenta yang belum keluar .
7
Jika kehamilan “terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak dan terlalu
dekat (4 terlalu” dapat meningkatkan resiko berbahaya pada proses
reprodusi karena kehamilan terlalu sering dan terlalu dekat
menyebabkan intake (masukan) makanan atau gizi menjadi lebih
rendah. Ketika tuntunan dan beban fisik terlalu tinggi
mengakibatkan wanita tidak punya waktu untuk mengembalikan
kekuatan diri dari tuntunan gizi, juga anak yang telah dilahirkan
perlu mendapat perhatian yang optimal dari kedua orang tuanya
sehingga sangat perlu mengatur kapan sebaiknya waktu yang tepat
untuk hamil.6
c. Status Anemia dalam kehamilan
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester satu dan tiga atau
kadar hemoglobin dibawah 10,5 gr% pada trimester dua nilai batas
tersebut dan perbedaannya dengan wanita tidak hamil terjadi
hemodilusi, terutama pada trimester dua. Darah akan bertambah
banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidramia atau
hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang
dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi
pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut
plasma 30%, sel darah 18% dan hemoglobin 19%.13
Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah mulai sejak
kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan
antara 32 dan 36 minggu. Secara fisiologis, pengenceran darah ini
untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat
dengan adanya kehamilan.12
8
c. Lakukan eksplorasi cavum uteri untuk mencari sisa plasenta
d. Sisa Plasenta atau selaput ketuban
e. Robekan rahim
f. Plasenta suksenturiata
g. Inspekulo : untuk melihat robekan pada serviks, vagina dan varises
yang pecah
h. Pemeriksaan Laboratorium periksa darah yaitu Hb, COT (Clot
Observation Test), dll
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Golongan darah menentukan Rh, ABO dan pencocokan silang
b. Jumlah darah lengkap menunjukkan penurunan Hb/ Ht dan
peningkatan jumlah sel darah putih.
c. Kultur uterus dan vagina mengesampingkan infeksi postpartum
d. Urinalitas: memastikan kerusakan kandung kemih
e. Ultrasonografi: untuk menentukan adanya jaringan plasenta yang
tertahan.14
8. Penatalaksanaan
Dengan perlindungan antibiotik sisa plasenta dikeluarkan secara
digital atau dengan kuret besar. Jika ada demam ditunggu dulu sampai
suhu turun dengan pemberian antibiotik dan 3 – 4 hari kemudian rahim
dibersihkan, namun jika perdarahan banyak, maka rahim segera
dibersihkan walaupun ada demam.15 Keluarkan sisa plasenta dengan
cunam ovum atau kuret besar. Jaringan yang melekat dengan kuat
mungkin merupakan plasenta akreta. Usaha untuk melepas plasenta
terlalu kuat melekatnya dapat mengakibatkan perdarahan hebat atau
perforasi uterus yang biasanya membutuhkan tindakan hisrektomi.7
Terapi yang biasa digunakan :
a. Pemasangan infus dan pemberian uterotonika untuk
mempertahankan keadaan umum ibu dan merangsang kontraksi
9
uterus.
b. Kosongkan kandung kemih
c. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi
d. Antiobiotika ampisilin dosis awal 1 gr IV dilanjutkan dengan 3x1
gram per oral dikombinasikan dengan metrodinazol 1 gram
suppositoria dilanjutkan dengan 3x500 mg.
e. Oksitosin
1) Methergin 0,2 mg peroral setiap 4 jam sebanyak 6 dosis.
Dukung dengan analgesik bila kram.
2) Mungkin perlu dirujuk ke rumah sakit untuk dilatasi dan
kuretase bila terdapat perdarahan.
f. Observasi tanda – tanda vital dan perdarahan
g. Bila kadar HB <8 gr % berikan tranfusi darah. Bila kadar Hb >8
gr%, berikan sulfas ferosis 600mg/hari selama 10 hari.
Sisa plasenta bisa diduga kala uri berlangsung tidak lancar atau
setelah melakukan plasenta manual atau menemukan adanya
kotiledon yang tidak lengkap pada saat melakukan pemeriksaan
plasenta dan masih ada perdarahan dari ostium uteri eksternum pada
saat kontraksi rahim sudah baik dan robekan jalan lahir sudah terjahit.
Untuk itu, harus dilakukan eksplorasi kedalam rahim dengan cara
manual/ digital atau kuret dan pemberian uterotonika. 16
Menurut sumber lain untuk penatalaksanaan sisa plasenta yaitu :
a. Berikan antibotika yaitu ampisilin dengan dosis awal 1 g IV
dilanjutkan 3x1 g oral dikombinasikan dengan metronidazol 1 g
supositoria dilanjtkan 3x500 mg oral.17
b. Tentukan adanya syok atau tidak, bila dijumpai adanya syok maka
segera diberikan cairan infuse kristaloid, control perdarahan dan
pemberian O2.18
c. Melakukan evakuasi sisa plasenta dengan dilatasi dan kuretase.17
d. Periksa kadar Hb apabila Hb < 8 g/ dL berikan tranfusi darah,
apabila kadar Hb > 8 g / dL berikan sulfas ferosus 600 mg/ hari
10
selama 10 hari.17
11
b. Penatalaksanaan perdarahan pasca salin ec robekan jalan lahir17
1) Lakukan informed consent
2) Cuci tangan di air mengalir.
3) Kenakan APD.
4) Lakukan pemeriksaan medik.
5) Perbaiki KU pasien, pasang infus dan berikan uterotonika.
6) Tangani perdarahan pasca persalinan sesuai dengan
penyebabnya :
a) Robekan di jalan lahir
i. Lakukan repair perineum.
ii. Lakukan laparatomi dengan ruptur uteri
b) Retensio plasenta
i. Lakukan tindakan penarikan plasenta secara manual.
ii. Lakukan histerektomi bila tidak berhasil dan ada
persangkaan plasenta akreta.
iii. Lakukan pengeluaran plasenta secara digital atau
kuretase bila ada sisa plasenta.
12
tangan sehingga kasar, mengupasnya sehingga mungkin sisa membran
dapat sekaligus dibersihkan, segera setelah plasenta lahir dilakukan
kuretase menggunakan kuret post partum yang besar.
13
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas Klien
Istri Suami
Nama : Ny. R Tn. D
Usia : 20 th 24 th
Suku : Sunda Sunda
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Karyawan Swasta
Alamat : Tanjungsari Rt. 10/03 Cikancana, Gekbrong Cianjur
2. Keluhan Utama
Ibu mengeluh pusing, lemas dan terasa mulas. Masih terdapat pengeluaran
darah.
14
3. Riwayat Masuk Rumah Sakit
No Waktu Tempat Kasus Terapi
1. 6-12- BPS Sesuai dengan surat rujukan dari Penanganan pre
2017 (Surat bidan, setelah melahirkan ibu syok :
(16.00) Rujukan) mengeluh merasa pusing , lemas 1. Infus RL 4 kolf.
pengeluaran darah banyak habis 2. Oksigen 3
5 kain. Bidan melakukan liter/menit.
pemeriksaan, Tekanan Darah
90/60 mmHg, Nadi 88x/menit,
respirasi 22x/menit, suhu 36C,
kontraksi lemah TFU sepusat,
portio tebal lunak pembukaan 2-
3 cm.
2. 6-12-17 IGD Ibu mengeluh lemas pusing 1. Eksplorasi
(17.00) RSUD perdarahan banyak. Keadaan 2. Rawat inap
Sayang umum ibu tampak lemah TD 3. Pasang Dower
Cianjur 90/60 mmHg. kontraksi lemah Katheter
TFU sepusat, portio tebal lunak 4. RL + drif
pembukaan 2-3 cm. oksitosin 2
ampul +
Diagnosa pospargin 1
P1A0 postpartum dengan sisa ampul.
plasenta. 5. Kolaborasi
dengan dr.
Sukardi, SpOG
Rencana
tindakan :
a. Cek analizer
b. USG
c. Kuret
15
3. 6-12-17 Ruang Ibu mengeluh lemas dan pusing, Terapi sesuai advis
(21.00) Delima darah yang keluar masih terasa dokter :
banyak. Pemeriksaan USG dan a. Cefotaxime 2x1 g
Laboratorium dilakukan dengan b. Metronidazol
hasil : 2x500 mg
a. Hb 9,3 g/dl c. Biosanbe 1x1
b. Leukosit 19,1
c. Trombosit 292
d. USG tampak sisa jaringan
plasenta.
16
2x500mg
4. Biosanbe 1x1
5. Jadwal kuret
pukul 13.00
Data tersebut berdasarkan rekam medis pasien di RSUD SAYANG CIANJUR
5. Konsumsi obat-obatan
Ibu rutin mengonsumi vitamin dan pil penambah darah yang diberikan
bidan. Tidak pernah minum obat-obatan tanpa resep dari bidan atau dokter
dan jamu jamuan selama hamil.
17
7. Riwayat Psikososial
Ini merupakan pernikahan pertama bagi ibu dan suami, lama pernikahan
satu tahun dengan satus pernikahan sah. Kehamilan ini direncanakan oleh
ibu dan suami. Ibu mengatakan senang dengan kehamilannya dan selalu
menjaga kandungannya. Selain itu, ibu juga mendapat dukungan yang baik
dari suami dan keluarga. Pengambil keputusan di keluarga yaitu ibu dan
suami.
9. Status Ekonomi
Untuk biaya persalinan di bidan ibu membayar secara tunai tetapi untuk
biaya perawatan di rumah sakit ibu menggunakan BPJS.
B. DATA OBJEKTIF
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda- tanda Vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 72x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,70C
Pemeriksaaan Fisik
Mata : Konjungtiva pucat, sklera putih.
Payudara : Kedua payudara simetris,puting menonjol, tidak
ada retraksi atau dimpling, tidak ada benjolan dan
nyeri tekan, tidak terdapat pengeluaran ASI.
Abdomen : TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi lemah teraba
lembek.
18
Kandung kemih : Kosong (penuh dalam urine bag).
Genetalia : Vulva dan vagina tidak ada kelainan. Tampak
pengeluaran darah berwarna merah segar dari vulva
± 20 cc segar dan berbau khas lokhea. Terdapat
luka jahitan masih basah tidak kemerahan.
Terpasang Dower Chateter.
Anus : Tidak ada haemmoroid.
Ekstremitas : Tidak ada oedema dan varises. Terpasang infus di
pergelangan tangan kiri.
Pemeriksaan Penunjang
Hb : 10,3 g/dl
Leukosit : 15,9
USG : Tampak sisa jaringan plasenta.
C. ANALISA
Ny. R 20 tahun P1A0 Pospartum 2 hari dengan sisa plasenta dan anemia
ringan.
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Mengingatkan kepada ibu untuk tetap puasa sebelum dilakukan tindakan
kuretase. Ibu telah melakukan puasa dari pukul 22.00 WIB.
3. KIE pre operasi kepada ibu. Ibu mengetahui jadwal operasi akan
dilakukan pukul 13.00 WIB.
4. Memberikan dukungan emosional kepada ibu.
5. Mengantarkan ibu ke ruangan operasi.
6. Membantu ibu mengganti baju ibu dengan baju khusus operasi.
19
CATATAN PERKEMBANG
Hari/Tanggal : Jumat, 8 Desember 2017
Tempat : Ruang Nifas
Waktu : 14.00 WIB
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu masih merasa lemas dan pusing. Darah yang keluar sedikit. Telah
dilakukan operasi kuretase selesai pada pukul 13.40 WIB dengan hasil bersih.
B. DATA OBJEKTIF
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 120/80mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,50C
Pemeriksaaan Fisik
Mata : Konjungtiva pucat, sklera putih.
Abdomen : TFU 2 jari di bawah pusat, Kontraksi keras,
globuler, kandung kemih kosong.
Ekstermitas : Terpasang RL dengan tetesan 20tpm.
Genetalia : Tampak pengeluaran lokhea rubra dari vulva ±10
cc berwarna merah segar dan berbau khas lokhea.
Terpasang Dc urin ±200cc.
C. ANALISA
P1A0 post kuret atas indikasi sisa plasenta.
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan keluarga bahwa operasi telah selesai
dilakukan dengan hasil bersih.
20
2. Memberitahukan kepada keluarga bahwa ibu harus tetap puasa sampai
sadar penuh.
3. Mengganti cairan infus RL.
4. Memberikan terapi sesuai advice dokter. Pukul 17.00 WIB
a. Cefadoxil 2x500mg
b. Asam Mefenamat 2x500mg
c. Biosanbe 1x1
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal : Sabtu, 9 Desember 2017
Tempat : Ruang Nifas
Waktu : 09.00 WIB
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu masih sedikit lemas tetapi tidak pusing dan darah yang keluar terasa
sedikit.
B. DATA OBJEKTIF
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 110/80mmHg
Nadi : x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,50C
Pemeriksaaan Fisik
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih.
Abdomen : TFU 2 jari di bawah pusat, Kontraksi
keras, globuler, kandung kemih kosong.
Ekstermitas : Terpasang RL dengan tetesan 20tpm.
Genetalia : Tampak pengeluaran lokhea rubra dari vulva ±10
21
cc berwarna merah segar dan berbau khas lokhea.
Terpasang Dc urin ±230cc.
C. ANALISA
P1A0 postpartum 3 hari keadaan ibu baik.
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa
keadaan ibu sudah semakin membaik.
3. Mengganti cairan infus RL.
4. Menganjurkan ibu untuk selalu menghabiskan makanan yang diberikan
dari RS agar kebutuhan nutrisi ibu terpenuhi.
5. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi bertahap, seperti mulai belajar duduk.
6. Telah diberikan obat sesuai advice dokter pada pukul 05.00 WIB
a. Cefadoxil 2x500mg
b. Asam Mefenamat 3x500mg
c. Metronidazol melalui infus 2x500mg
d. Pospargin 2x0,125mg
e. Biosanbe 1x1
7. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri terutama daerah
genitalia.
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal : Sabtu, 9 Desember 2017
Tempat : Ruang Nifas
Waktu : 13.00 WIB
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu sudah merasa lebih baik dan sudah bisa duduk di tempat tidur sendiri. Ibu
tidak merasa pusing.
22
B. DATA OBJEKTIF
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 120/80mmHg
Nadi : 82/menit
Respirasi : 22x/menit
Suhu : 36,60C
Pemeriksaaan Fisik
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih.
Abdomen : TFU 2 jari di bawah pusat, Kontraksi
keras, globuler, kandung kemih kosong.
Ekstermitas : Terpasang RL dengan tetesan 20tpm.
Genetalia : Tampak pengeluaran lokhea rubra dari vulva ±5
cc berwarna merah segar dan berbau khas lokhea.
Terpasang Dc urin ±350cc.
C. ANALISA
P1A0 postpartum 3 hari keadaan ibu baik.
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan.
2. Menganjurkan ibu untuk tidak melakukan pantangan makanan dan minum.
3. Mengajarkan ibu mengenai personal hygiene dan perawatan luka
perineum.
5. Memberitahu ibu tanda bahaya masa nifas.
6. Memberitahukan kepada ibu tentang perawatan payudara.
6. Melakukan up Dower Cateter pukul 13.15 WIB. Memastikan terlebih
dahulu ibu sudah bisa BAK ke kamar mandi.
7. Melakukan up infus RL pukul 13.20 WIB.
23
8. Menganjurkan kepada ibu untuk rutin meminum obat yang di resepkan
dokter.
a. Metronidazole 3x500 mg
b. Cefadroxil 2x500 mg.
c. Biosanbe 1x1
d. Bledstop 2x125 mcg
9. Memperbolehkan ibu untuk pulang. Pukul 13.30 WIB ibu pulang.
10. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang pada tanggal 5 Desember 2017.
24
BAB IV
PEMBAHASAN
B. Data Objektif
Berdasarkan hasil pengkajian dan pemeriksaan fisik yang
dilakukan kepada Ny. R didapatkan, Tekanan darah 90/60 mmHg sesuai
dengan teori pada pasien dengan perdarahan post partum terjadi
hypotensi,6 Nadi 88x/menit, respirasi 22x/menit, suhu 36C. TFU sepusat
kontraksi lemah perdarahan banyak. Menurut teori, lepasnya plasenta tidak
terjadi bersamaan sehingga sebagian masih melekat pada tempat
implantasinya, sehingga menyebabkan terganggunya retraksi dan
kontraksi otot uterus, yang menyebabkan sebagian pembuluh darah tetap
terbuka serta menimbulkan perdarahan. Pembentukan epitel akan
terganggu sehingga menimbulkan perdarahan yang berkepanjangan.3
25
Pemeriksaan dalam didapatkan portio tebal lunak pembukaan 2-3 cm.
Pemeriksaan penunjang USG dan pemeriksaan laboratorium dilakukan
dengan hasil USG tampak sisa jaringan plasenta, Hb 9,3 gr/dl. Pada tanda
gejala yang di alami ibu sesuai dengan teori bahwa penurunan tinggi
fundus uteri terlambat walaupun uterus berkontraksi.
C. Analisa
Ny. R usia 20 tahun P1A0 dengan sisa plasenta. Analisa tersebut
ditegakkan atas dasar pemeriksaan dari mulai data subjektif hingga
objektif.
Berdasarkan pengkajian data subjektif dan data objektif maka
penulis dapat merumuskan diagnosa kebidanan yaitu Ny. R usia 20 tahun
P1A0 postpartum 2 hari dengan sisa plasenta.
D. Penatalaksanaan
Berdasarkan hasil pengkajian subjektif, objektif dan ditegakkan
analisa, maka disusunlah penatalaksanaan asuhan yang sesuai dengan
kebutuhan ibu. Penatalaksanaan di bidan ibu diberikan infus RL dan
oksigen untuk menangani syok. Sesuai dengan teori, bila dijumpai adanya
syok maka segera diberikan cairan infuse kristaloid, control perdarahan
dan pemberian O2.18 Sesampainya di IGD ibu ditangani dengan pemberian
RL + drif oksitosin 2 ampul + pospargin 1 ampul, dan dipasang dower
chatheter. sesuai dengan teori untuk penatalaksanaan sisa plasenta yaitu
dilakukan pemasangan infus dan pemberian uterotonika untuk
mempertahankan keadaan umum ibu dan merangsang kontraksi uterus dan
mengosongkan kandung kemih.16
Kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu cek darah
lengkap untuk menunjukkan penurunan Hb/ Ht dan peningkatan jumlah
sel darah putih.14 Pemeriksaan USG untuk menentukan adanya jaringan
plasenta yang tertahan.14 Didapatkan hasil Hb 9,3 gr/dl, Leukosit 19,1
Trombosit 292. USG tampak sisa jaringan plasenta.
26
Setelah mengetahui hasil dari pemeriksaan penunjang yaitu masih
terdapat sisa plasenta di dalam uterus dan ibu mengalami anemia ringan.
Ibu mendapat terapi obat dengan diberikan biosanbe 1x1 untuk
memperbaiki kadar Hb ibu. Sesuai dengan teori yang mengatakan, periksa
kadar Hb apabila Hb < 8 g/ dL berikan tranfusi darah, apabila kadar Hb >
8 g / dL berikan sulfas ferosus 600 mg/ hari selama 10 hari.17
Bedasarkan kasus ibu juga diberikan antibiotik yaitu Cefotaxime
2x1g dan Metronidazole 2x500 mg. ini sesuai dengan teori yang
mengatakan, harus memberikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
Antiobiotika ampisilin dosis awal 1 gr IV dilanjutkan dengan 3x1 gram per
oral dikombinasikan dengan metrodinazol 1 gram suppositoria dilanjutkan
dengan 3x500 mg.16
Untuk evakuasi sisa plasenta pada kasus dilakukan kuretase, sesuai
dengan teori dan protap di RSUD Sayang Cianjur untuk kasus sisa
plasenta dilakukan tindakan kuretase. Lakukan pengeluaran plasenta
secara digital atau kuretase bila ada sisa plasenta.19 Melakukan evakuasi
sisa plasenta dengan dilatasi dan kuretase.17
27
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada bab ini penyusun mengambil suatu kesimpulan dari laporan kasus yang
berjudul Asuhan Kasus Patologi pada Ny. R Usia 20 Tahun di RSUD Sayang
Cianjur.
1. Pengkajian pada kasus ini didapatkan data subjektif yaitu pada pertama
kali melakukan asuhan dengan mewawancarai pasien dan data dari rekam
medis pasien bahwa alasan ibu di rujuk ke RS karena setelah melahirkan
anak pertamanya di bidan pada hari Rabu, 6 Desember 2016 plasenta lahir
tidak lengkap, ibu mengalami perdarahan, merasa pusing dan lemas.
Dengan demikian data subyektif yang dikaji telah sesuai dengan teori pada
buku acuan.
2. Pada data objektif, Tekanan darah 90/60 mmHg, Nadi 88x/menit,
Respirasi 22x/menit, suhu 36C. TFU sepusat, kontraksi baik. Terdapat
robekan perineum derajat 2, dilakukan pemeriksaan dalam portio tebal
lunak pembukaan 2-3cm. Dari hasil Pemeriksaan USG yang dilakukan
didapatkan hasil terdapat jaringan sisa plasenta di uterus. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa data objektif yang telah dikaji sesuai dengan teori
pada buku acuan.
3. Berdasarkan data yang diperoleh dari data subjektif dan objektif di atas
dapat disimpulkan bahwa analisa yang dapat ditegakkan yaitu ibu
mengalami perdarahan postpartum primer yang diakibatkan karena adanya
sisa plasenta dalam uterus. Analisa yang telah penulis berikan pada Ny. R
pada setiap Asuhan yang dilakukan sudah sesuai dengan buku acuan.
4. Penatalaksanaan tindakan asuhan kebidanan pada Ny.R usia 20 tahun ini
telah sesuai dengan rencana tindakan dan sudah dilakukan secara
menyeluruh. Hasil dari tindakan yang dilakukan berhasil mengurangi
keluhan setelah diberikan motivasi, hingga terapi.
28
B. Saran
Berdasarakan studi kasus pada Ny. R P1A0 umur 20 tahun dengan sisa
plasenta, saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis
Dapat menambah pengalaman baik teori maupun praktik dalam
penatalaksanaan kegawatdaruratan dalam persalinan khususnya kasus
retensio sisa plasenta.
2. Bagi bidan / profesi
Bidan dapat mengantisipasi dengan melakukan tindakan segera untuk
menghindari keterlambatan dalam penanganan serta bidan dapat
memberikan keputusan yang efektif dan efisien guna penatalaksanaan
kegawatdaruratan.
3. Bagi institusi rumah sakit
Dapat meningkatkan mutu pelanyanan khususnya penatalaksanaan
kegawatdaruratan sesuai standart yang berlaku sehingga akan menurunkan
AKI dan AKB.
4. Bagi institusi pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pendidikan dan menyeimbangkan teori dengan
praktik sehingga mahasiswa mampu memahami kedua aspek tersebut.
5. Bagi pasien dan keluarga pasien
Diharapkan lebih memahami kondisi anggota keluarganya untuk
medeteksi dini adanya komplikasi sehingga tidak terjadi kegawatan.
29
DAFTAR PUSTAKA