“PLASENTA PERVIA”
Dosen Pengampu : Ns.Hj. Marlinda, M.Kep, Sp.Kep.Mat
Kelompok 5 :
1. Emilia Lestari 2022206203061
2. Geri Gian Hermawan 2022206203184
3. Ani Lidya Asih 2022206203088
4. Nita Puspita Ningrum 2022206203076
5. Mirza Humayun 2022206203126
6. Dedeh Rahmawati 2022206203110
7. Nesti Amanda 2022206203071
Puja dan puji syukur atas kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal. Kami sebagai penyusun makalah
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca yang untuk ke
depannya dapat memperbaiki makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa kami sebagai penyusun
makalah masih terdapat kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu kami memohon maaf dan menerima segala saran dan kritik dari pembaca yang bersifat
membangun.
Akhir kata kami berharap semoga makalah yang kami susun ini bermanfaat bagi yang
membacanya.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................iii
B. Rumusan Masalah..............................................................................................iii
C. Tujuan................................................................................................................iv
BAB II PEMBAHASAN
A. konsep penyakit………...................................................................................1
B. Epdemiologi.....................................................................................................1
C. Anatomi fisiologi.............................................................................................2
D.Etiologi.............................................................................................................2
E. Tanda dan gejala...............................................................................................2
F. klasifikasi.........................................................................................................3
G. komplikasi........................................................................................................3
H. Patofisiologi ....................................................................................................3
I. Pathway..............................................................................................................4
J.Pemeriksaan penunjang………………………………………………….…….5
K.Penatalaksaan…………………………………………………………............5
L.Konsep asuhan keperawatan……………………………………………..…....6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................10
B. Saran..................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..…..….11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya . Perdara-
han pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan pada kehamilan tua
disebut perdarahan anterpartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua
adalah 22 minggu mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus. Perdarahan anterpartum
biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu tapi tidak jarang
terjadi pula pada usia kandungan kurang dari 22 minggu dengan patologis yang sama. Per-
darahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya dan lebih banyak dari-
pada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan yang cukup berbeda .
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedan-
gkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks
biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus
selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta.
Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara klinis biasanya
tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan solusio plasenta serta
perdarahan yang belum jelas sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari
semua persalinan yang terbagi atas plasenta previa, solusio plasenta dan perdarahan yang
belum jelas penyebabnya. Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan
tiga atau setelah usia kehamilan, namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikit
sedikit kemungkinan tidak akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena
disangka sebagai tanda permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlang-
sung banyak , mereka datang untuk mendapatkan pertolongan. Setiap perdarahan pada ke-
hamilan lebih dari 22 minggu yang lebih banyak pada permulaan persalinan biasanya harus
lebih dianggap sebagai perdarahan 1 anterpartum apapun penyebabnya , penderita harus
segera dibawah ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan operasi .
Perdarahan anterpartum diharapkan penanganan yang adekuat dan cepat dari segi medisnya
maupun dari aspek keperawatannya yang sangat membantu dalam penyelamatan ibu dan
janinnya.
B. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi dari plasenta previa?
2. Untuk mengetahui etiologi dari placenta previa ?
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari placenta previa ?
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari placenta previa ?
5. Untuk mengetahui komplikasi dari placenta previa ?
iii
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic dari placenta previa ?
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari placenta previa ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum Mampu menerapkan asuhan keperawatan klien dengan plasenta previa
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien plasenta previa.
b. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada klien plasenta
previa.
c. Dapat membuat perencanaan pada klien plasenta previa.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan
yang telah dilakukan pada klien plasenta previa
iv
BAB II
PEMBAHASAN
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah
uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.Menurut
Prawiroharjo, plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae = di de-
pan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah plasenta yang implantasinya
tidak normal, rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum.
Menurut Cunningham, plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah
sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pemben-
tukan segmen bawah rahim.
2. Epdemiologi
Kejadian plasenta previa bervariasi antara 0,3-0,5% dari seluruh kelahiran. Dari
seluruh kasus pendaraha anterpartum, plasenta previa merupakan penyebab yang ter-
banyak. Oleh karenan itu, pada kejadian pendarahan anterpartum, kemungkinan plasenta
previa harus dipikirkan lebih dahulu. Amerika Serikat statistik Plasenta previa sering di-
laporkan terjadi pada 0,5% dari seluruh kehamilan US. Sebuah besar, penduduk yang
berbasis di AS, 2019-2020 penelitian menunjukkan kejadian 2,8 per 1.000 kelahiran
hidup. Peningkatan risiko sebesar 1,5 sampai 5 kali lipat dengan sejarah kelahiran sesar.
Sebuah meta analisis menunjukkan bahwa tingkat plasenta previa meningkat dengan
meningkatnya jumlah kelahiran sesar, dengan tarif sebesar 1% setelah 1 sesar, 2,8% sete-
lah 3 kelahiran sesar, dan setinggi 3,7% setelah 5 sesar. Perbedaan ras 3 dan usia terkait
dalam insiden Pentingnya ras dalam memiliki peran dalam plasenta previa agak kontro-
versial. Beberapa studi menunjukkan peningkatan risiko antara perempuan kulit hitam
dan Asia, sedangkan penelitian lain menyebutkan tidak ada perbedaan. Ibu lanjut usia
juga telah sangat terkait dengan meningkatnya insiden plasenta previa. Insiden plasenta
previa setelah usia 35 tahun dilaporkan 2%. Peningkatan lebih lanjut untuk 5% terlihat
setelah usia 40 tahun, yang merupakan peningkatan 9 kali lipat jika dibandingkan dengan
perempuan yang lebih muda dari 20 tahun.
1
3. Anatomi dan Fisiologi
Uterus
Uterus merupakan organ berongga dengan dinding muscular tebal, terletak di
dalam kavum pelvis minor (true pelvis) antara vesia urinaria dan rectum. Ke arah kaudal,
kavum uteri berhubungan dengan vagina. Uterus berbentuk seperti buah pir (pyformis)
terbalik dengan aspek mengarah ke kauda dorsal, yang membentuk sudut dengan vagina
sedikit lebih 90 derajat uterus seluruhnya terletak di dalam pelvis sehingga basisnya ter-
letak tepat di garis median, serinf terletak lebih kanan. Posisi yang tidak tepat (fixed) bisa
berubah tergantung pada isi vesika urinaria yang terletak ventro kaudal dan isi rectum
yang terletak dorso cranial. Panjang uterus kurang lebih 7,5cm, lebarnya kurang lebih 5
cm, tebalnya kuranng lebih 2,5 cm beratnya 30-40 gram. Uterus dibagi menjadi tiga
bagian yaitu : fundus uteri, korpus uteri, dan servik uteri.
4. Etiologi
Penyebab pasti dari placenta previa belum diketahui sampai saat ini. Tetapi berku-
rangnya vaskularisasi pada segmen bawah rahim karena bekas luka operasi uterus, ke-
hamilan molar, atau tumor yang menyebabkan implantasi placenta jadi lebih rendah
merupakan sebuah teori tentang penyebab palcenta previa yang masuk akal. Selain itu,
kehamilan multiple / lebih dari satu yang memerlukan permukaan yang lebih besar untuk
implantasi placenta mungkin juga menjadi salah satu penyebab terjadinya placenta pre-
via. Dan juga pembuluh darah yang 4 sebelumnya mengalami perubahan yang mungkin
mengurangi suplai darah pada daerah itu, faktor predisposisi itu untuk implantasi rendah
pada kehamilan berikutnya.
2
6. Klasifikasi
Menurut de Snoo :
Plasenta previa sentralis (totalis) : pembukaan 4-5 cm, teraba plsenta menutupi selu-
ruh ostea
Plasenta previa lateralis : sebagai jalan lahir ditutupi plasenta
Posterior : bila sebagaian menutupi ostea bagian belakang Anterior : bila menutupi
ostea bagian depan
Marginalis : bila sebagaian kecil atau hanya pinggirn ostea hany ditutupi 5
Menurut Browne :
Tingkat I / lateral plasent previa : pinggir bawah plasenta bawah plasenta berinversi
sampi segmen bawah rahim, namun tidak sampai ke pinggir pembukaan.
Tingkat II / marginal plasenta previa : plasenta mencapai pinggir pembukan ostea.
Tingkat III / complete plasenta previa : plasenta menutupi ostea pada waktu tertentu
dan tidak menutupi bila pembukaan hampir lengkap.
Tingkat IV / sentral palsenta previa : plasenta menutupi seluruhnya pada pembukaan
hampir lengkap.
7. Komplikasi
a. Plasenta abruptio. Pemisahan plasenta dari dinding rahim
b. Perdarahan sebelum atau selama melahirkan yang dapat menyebabkan histerektomi
(operasi pengangkatan rahim).
c. Plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta
d. Prematur atau kelahiran bayi sebelum waktunya (< 37 minggu)
e. Kecacatan pada bayi
8. Patofisiologi
Perdarahan anter partum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu
saat sekmen uterus telah terbentuk dan mulai melebar dan menipis. Umumnya terjadi
pada trimester ke tiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan.
Pelebaran sekmen bawah uterus dan pembukaan servik menyababkan sinus uterus robek
karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari
plasenta. Perdarahan tak dapat dihindarkankarena adanya ketidakmampuan selaput otot
segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal.
3
9. Pathway
Plasenta previa
Seksio cesaria
Post operasisc
4
Asam laktat meningkat Anaerob Metabolisme
5
10. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah : hemoglobin, hematokrit
b. Pemeriksaan ultra sonografi, dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan plasenta atau
jarak tepi plasenta terhadap ostium
c. Pemeriksaan inspekkulo secara hati-hati dan benar, dapat menentukansumberperdara-
han dari karnalis servisis atau sumber lain (servisitis, polip,keganasan, laserasi/troma)
11. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis Episode pendarahan significan yang pertama biasanya terjadi
di rumah pasien, dan biasanya tidak berat. Pasien harus dirawat dirumah sakit dan
tidak dilakukan pemeriksaan vagina, karena akan mencetuskan perdarahan yang san-
gat berat. Dirumah sakit TTV pasien diperiksa, dinilai jumlah darah yang keluar,
dandilakukan close match. Kehilangan darah yang banyak memerlukan transfusi.Di-
lakukan palpasi abdomen untuk menentukan umur kehamilan janin, presentasi,dan
posisinya.
c. Penatalaksanaan keperawatan
Sebelum dirujuk anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap ke kiri,
tidak melakukan senggama, menghidari peningkatan tekanan rongga perut (misal
batuk, mengedan karena sulit buang air besar). Pasang infus NaCl fisiologis. Bila
tidak memungkinkan, beri cairal peroral, pantau tekanan darah dan frekuensi nadi
pasien secara teratur tiap 15 manit untuk mendeteksi adanya hipotensi atau syok aki-
bat perdarahan. Pantau pula BJJ dan pergerakan janin.Bila terjadi renjatan, segera
lakukan resusitasi cairan dan transfusi darah bila tidakteratasi, upaya penyelamatan
optimal, bila teratasi, perhatikan usia kehamilan.Penanganan di RS dilakukan
berdasarkan usia kehamilan. Bila terdapatrenjatan, usia gestasi kurang dari 37
minggu, taksiran Berat Janin kurang dari 2500g, maka :
6
o Bila perdarahan sedikit, rawat sampai sia kehamilan 37 minggu,lalulakukan
mobilisasi bertahap, beri kortikosteroid 12 mg IV/hari selama 3hari.
o Bila perdarahan berulang, lakukan PDMO kolaborasi (PemeriksaanDalam Di
atas Meja Operasi), bila ada kontraksi tangani seperti kehamilan preterm. Bila
tidak ada renjatan usia gestaji 37 minggu atau lebih, taksiran berat janin 2500g
atau lebih lakukan PDMO, bila ternyata plasenta previa lakukan persalinan
perabdominam, bila bukan usahakan partus pervaginam.
7
d. Pemeriksaan fisik
a. Umum Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil: Pada pe-
meriksaan umum pada ibu mengalami perubahan pada buah dada/payudara yang
mengalami peningkatan pigmentasi areola putting susu bertambahnya ukuran,
jantung dan paru terjadi peningkatan volume darah peningkatan frekuensi nadi,
penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu darah pulmonal, ter-
jadi hiperventilasi selama kehamilan, peningkatan volume tidal, penurunan re-
sistensi jalan nafas, diafragma meningga, perubahan pernapasan abdomen men-
jadi pernapasan dada. Pada bagian abdomen dilakukan pemeriksaan untuk
mengetahuo letak janin, menentukan tinggi fundus uteri, janin belum cukup bulan
: TFU masih rendah, sering dijumpai kesalahan letak. Pemeriksaan pada vagina
terjadi peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda
Chandwick) dan Hipertropi epithelium. Sedangkan pada system musculoskeletal
terjadi pengenduran persendian tulang pinggul, gaya berjalan yang canggung, ter-
jadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis recta.
b. Khusus
1. Tinggi fundus uteri
2. Posisi dan persentasi janin
3. Panggul dan janin lahir
4. Denyut jantung janin
2) Diagnosa keperawatan
1. Nyeri melahirkan b.d pengeluaran janin
2. Gangguan rasa nyaman b.d gangguan adaptasi kehamilan
3. Resiko infeksi b.d luka post operasi
8
Rencana keperawatan
Diagnosa Luaran Intervensi
Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri, pengaturan
keperawatan selama 3x 24 jam posisi & terapi relaksasi
1. Nyeri melahirkan b.d pengeluaran diharapkan control nyeri
janin meningkat dengan kriteria hasil Observasi:
Teraupetik:
9
Ciptakan lingkungan yang
nyaman
Edukasi:
Kolaborasi:
10
Bab III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendarahan yang sala satunya disebabkan oleh plasenta previa,dapat menyebabkan ke-
sakitan atau kematian baik pada ibu maupun pada janin.faktor resiko yang juga penting
dalam terjadinya plasenta previa adalah kehamilan setelah menjalani seksio sebelumnya,keja-
dian plasenta previa meningkat 1% pada riwayat kehamilan dengan riwayat seksio.kematian
ibu disebabkan karena perdarahan uterus.sedangkan morbiditas kesakitan ibu disebabkan
komplikasi tindakan seksio cesaria seperti infeksi saluran kencing,pneumonia,post
operatif,dan meskipun jarang terjadi emobilisasi cairan.
B. SARAN
Diharapkan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam
bidang keperawatan dan dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan
pelayanan keperawatan dan adapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
11
DAFTAR PUSTAKA
12